Lana tak memikirkan pikiran yang menganggu dirinya soal dirinya yang saat ini sedang hamil. Ia hanya berpikir jika saat ini ia hanya sedang tak enak badan jadi sering merasa mual seperti ini. Dan berpikiran bahwa nanti keadaannya juga akan baik-baik saja. Lana memilih untuk bersiap-siap untuk jalan ke tempat sang ibu karena memang ia sudah ditunggu oleh sang ibu. Ia pun segera mandi dan bersiap-siap untuk pergi menemui ibunya. Sementara itu Dante sudah kkenbaku disibukkan dengan berbagai macam pekerjaan yang sudah ia tinggalkan beberapa hari yang lalu gara-gara ia menikah dan berbulan madu bersama dengan Lana. Walaupun semua pekerjaan kantor dikerjakan oleh Ryan tapi tetap saja ada beberapa pekerjaan hanya bisa Dante sendiri yang melakukannya. Jadi sekarang Dante harus segera menyelesaikan semuanya sebelum nantinya akan ada masalah. Ketika Dante sedang serius dengan pekerjaannya tiba-tiba ponselnya berdering dan ada nama sang istri tertera di layar ponselnya. Tanpa pikir panjang Dant
Entah sudah berapa lama Lana tertidur tapi ia terbangun ketika sang ibu membangunkan dirinya. Dan sekarang ia berada di kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia baru saja membasuh wajahnya agar terlihat lebih segar karena tadi lagi-lagi ia merasa mual dan bahkan baru saja muntah yang membuatnya merasa tak nyaman. Jadi ia harus membasuh mukanya agar tak terlihat pucat. Setelah memastikan penampilannya baik-baik saja akhirnya Lana pun keluar dari kamar sang ibu untuk menemui sang ibu."Bu maaf kalau gak bisa bantu ibu masak buat makan siang," kata Lana yang langsung duduk di kursi yang ada di meja makan. "Gak apa-apa sayang. Ibu juga yang ingin masak makan siang buat kamu jadi kamu gak perlu membantu. Lagipula ada Ratmi yang bantu ibu juga. Terus gimana keadaan kamu saat ini? Apa masih merasa gak enak badan?" tanya Dahlia khawatir."Sudah lebih baik Bu cuma memang akhir-akhir ini ngerasa kurang enak badan mungkin karena aku juga baru pindahan jadi masih banyak barang yang harus diatur.
Sesampainya di rumah masih belum begitu petang dan ia merasa cukup lelah padahal tadi selama di rumah sang ibu Lana lebih banyak tidur karena merasa gak enak badan. Ditambah lagi dengan perkataan sang ibu yang mengatakan jika sang ibu curiga jika dirinya sedang hamil maka dari itu Lana sudah membeli testpack tapi belum ia memakainya. Mungkin besok pagi Lana akan mencoba memakai testpack itu. "Tolong nanti jika tuan Dante pulang dihangatkan makanannya untuk makan malam," pinta Lana kepada pelayan di rumah ini. "Baik nyonya," jawab pelayan itu patuh. Di rumah ini memang ada beberapa pelayan yang mengurus rumah ini dan tentu saja ada pengawal yang menjaga rumah ini karena ini sudah menjadi prosedur yang ditetapkan oleh keluarga Alfonso. Walaupun awalnya Lana merasa tak nyaman dengan situasi seperti ini tapi lama-lama Lana bisa merasa berkompromi dengan aturan dasar yang sudah ditetapkan. Jadi pelan-pelan Lana mulai bisa ikut dalam semua aturan yang sudah ditetapkan dalam keluarga Alfo
Saat ini Dante sudah membawa Lana untuk duduk di sofa yang ada di ruang keluarga. Tadi tiba-tiba saja Dante mengatakan ada hal yang ingin dikatakan olehnya sehingga membuat Lana bingung dibuatnya. "Sebenarnya kamu mau bicara apa sama aku? Apa ada masalah Dante?" tanya Lana penuh selidik. "Ini bukan masalah yang besar hanya saja aku mau minta sesuatu sama kamu. Untuk beberapa saat ini jika ada berita buruk tentang apapun yang menyangkut kita dan juga Keluarga Alfonso kamu tidak usah menanggapinya karena semua itu hanya gosip murahan yang tidak benar. Yang perlu kamu ingat adalah cukup percaya dengan aku saja. Karena aku akan menyelesaikan semuanya dengan sesegera mungkin" jawab Dante dengan nada yang ambigu. Lana tentu saja bingung dengan apa yang dikatakan oleh suaminya itu. Ia tahu jika sang suami sedang menyembunyikan sesuatu dari dirinya. Dan yang disembunyikan oleh sang suami ini pasti ada hubungannya dengan dirinya. "Aku masih gak mengerti yang kamu bicarakan ini Dante. Pasti
Keringat bercucuran dari dahi seorang gadis berusia 21 tahun itu ketika ia mendengar jika keadaan sang ibu memburuk. Dari tempatnya bekerja ia berlari secepat tenaga untuk bisa sampai ke rumah sakit. Air mata pun sudah mulai menggenang di pelupuk matanya hingga tanpa terasa air mata itu tumpah. Gadis itu segera mempercepat langkahnya untuk menuju tempat dimana sang ibu berada. Dan tak lama ia sudah sampai di depan kamar perawatan sang ibu dan ketika ia akan masuk ia melihat dokter dan beberapa perawat yang sedang berusaha memberikan pertolongan kepada sang ibu. Melihat bagaimana para dokter dan perawat sedang berusaha untuk menyelamatkan sang ibu air mata tak kuasa ia tahan dan terus mengalir dari matanya. Ia benar-benar tak tega melihat ibunya sedang dibantu dengan berbagai macam alat bantu sedang berusaha untuk di selamatkan oleh dokter yang merawat sang ibu. Beberapa hari terakhir memang keadaan sang ibu sedang sangat buruk. Kondisi jantungnya juga semakin memburuk dan dokter sudah
Di sebuah kamar yang masih tertutup tirai tampak seorang laki-laki yang bertelanjang dada dan hanya memakai celana pendeknya. Ia tampak terlelap tidur karena semalam lagi-lagi ia harus begadang gara-gara banyak pekerjaan yang harus ia kerjakan. Ketika jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi ia masih enggan untuk bangun dari tidurnya. Sampai sebuah ketukan pintu membuat tidurnya terganggu. Berhubung pintunya tak kunjung hingga akhirnya orang yang ada di depan pintu itu masuk tanpa permisi. Dan tampak seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik walaupun usianya sudah menginjak 56 tahun. Wanita itu masuk ke dalam kamar dan melangkahkan kakinya menuju ranjang dimana ada laki-laki yang masih terlelap tidurnya. Sang wanita itu tersenyum melihat bagaimana laki-laki yang ternyata putranya tampak masih terlelap tidur. Ia pun mencoba untuk membangunkan sang putra sulung yang masih enggan untuk bangun dari tidurnya. "Dante wake up," kata Wanda mencoba membangunkan sang putra. "Hhhhmm
Seorang gadis berumur 21 tahun tampak sedang sibuk menyiapkan sarapan pagi untuk dirinya dan juga sang ibu sebelum ia berangkat kerja. Hari ini adalah hari pertamanya bekerja di sebuah perusahaan yang besar. Walaupun ia hanya bekerja di bagian administrasi saja tapi ia sudah sangat senang karena setidaknya ia bisa mendapatkan uang yang lebih banyak lagi. Saat ini ia memang kesehatan sang ibu sedang tidak baik. Sang ibu sering keluar masuk rumah sakit karena sang ibu memiliki penyakit jantung yang akut dan dokter sudah mengatakan untuk segera menjalani operasi. Tapi sampai detik ini ia belum bisa mendapatkan sejumlah uang yang dibutuhkan. Ia harus bekerja lebih keras lagi untuk bisa mengumpulkan biaya operasi sang ibu. "Lana seharusnya kamu tidak usah repot-repot menyiapkan sarapan buat ibu dan kamu. Seharusnya biarkan ibu saja yang menyiapkan sarapan buat kita," kata Linda yang ikut masuk ke dapur. Gadis yang bernama Lana pun hanya tersenyum mendengar apa yang dikatakan oleh sang i
Sejak pembicaraannya dengan Fina tadi tentang menjual keperawanannya untuk biaya operasi sang ibu entah kenapa kata-kata penawaran dari Fina. Apakah dia sanggup mengorbankan harga dirinya dengan sejumlah uang? Selama ini ia tak memiliki apapun untuk di banggakan karena selama ini kehidupannya benar-benar sangat sulit. Lana hanya hidup bersama dengan ibunya saja bahkan setelah sang ayah meninggal sang ibu yang berjuang untuk bisa menghidupi mereka berdua. Walaupun kehidupan mereka tak mewah bahkan bisa dibilang susah tapi Lana tak pernah merasa mengeluh dengan semua itu. Ia masih sangat bersyukur dan bahagia bisa hidup dengan sang ibu hingga detik ini. Walaupun beberapa waktu terakhir kesehatan sang ibu tidak baik-baik saja tapi Lana masih bersyukur bisa melewati waktu bersama dengan sang ibu. Tapi sekarang kesehatan sang ibu semakin terpuruk dan itu benar-benar membuat Lana bingung apakah tawaran yang diberikan oleh Fina harus ia ambil? Dengan uang itu ia bisa membayar biaya operasi s