Home / CEO / Wanita Rahasia Billionaire / BAB 5 - BERTEMU TUNANGAN ZACK

Share

BAB 5 - BERTEMU TUNANGAN ZACK

Author: Blezzia
last update Huling Na-update: 2024-10-29 19:42:56

Betapa mudahnya Rania mengenali sosok yang berada di hadapan. Pada Tubuh jangkung dan tegap yang berdiri di celah antrean itu, hingga kemeja pas badan yang mencetak jelas otot-otot liat di baliknya, serta rambut blonde yang ditata rapi dan juga garis-garis wajah yang maskulin itu. Sungguh, Rania mengenal Zack dengan sangat baik.

Laki-laki yang hanya memakai kemeja hitam tersebut masih berdiri memesan sesuatu, sedangkan wanita yang bersamanya adalah perempuan yang dikabarkan bertunangan dengannya.

Wanita itu sungguh cantik dengan kaki jenjang dan penampilan layaknya seorang putri konglomerat.

Keduanya benar-benar sangat serasi.

Bagaimana mungkin Rania dapat bersaing dengan wanita seperti itu. Dirinya bahkan tidak mungkin bisa memasuki pergaulan elit yang wanita itu miliki.

Rasa rindu teramat sangat pun menyeruak dengan hebatnya. Dia benar-benar merindukan dekapan laki-laki itu. Bibir Rania bergetar menahan diri agar tidak bersuara. Entah bagaimana membendung serbuan emosi yang dengan cepat bergumul di dada.

Keberadaan laki-laki itu sungguh sangat menyiksa.

Tanpa sadar, Rania mengelus perutnya perlahan. “Dia tidak menginginkan kita, Nak,” ucapnya dengan mata pedih berkaca-kaca. “Ibu benar-benar minta maaf. Tidak seharusnya kau ikut merasakan perasaan seperti ini.”

Kepala Rania menunduk perlahan, seolah hendak menyembunyikan diri.

Kedatangan Jennie yang membawakan senampan berisi steak, membuat Rania tersadar. Dia menegakkan kepala kembali dan memberikan senyuman tipis pada sahabatnya. Sengaja menyembunyikan air mata yang sempat mendekati pelupuk.

“Astaga … antreannya benar-benar panjang. Tidak heran orang-orang makan ke tempat ini, ternyata mereka sudah viral di mana-mana,” keluh Jennie sembari menaruh nampannya di atas meja. “Kau pasti sudah lapar. Maaf ya, terlalu lama menunggu. Ini, aku sengaja memilihkan yang terbaik untukmu!” Dia meletakkan salah satu piring ke hadapan Rania. “Makanlah yang banyak. Ibu hamil harus dipenuhi asupan gizinya.”

Mendapati daging di atas piringnya, entah mengapa ada perasaan mual mencium aromanya.

“Mmm … a-aku rasa, aku tidak ingin makan daging,” gumam Rania dengan tangan membekap mulut, Bersiap-siap untuk muntah.

Melihat raut wajah wanita di hadapannya, seketika saja Jennie merasa khawatir. “Oh, astaga …apa kau merasa mual? Ya ampun, apa yang harus kita lakukan.” Jelas sekali ada kepanikan dari nada suara Jennie. Wanita itu seketika berdiri dan siap menyusul Rania ketika wanita itu memberikan isyarat tidak perlu lewat tangannya.

Rania berjalan cepat sembari mencari-cari lokasi toilet di sana. Bahkan, dia tidak lagi peduli apabila Zack melihatnya.

Setelah mengeluarkan isi perutnya pada salah satu bilik, Rania membersihkan bibirnya dari sisa-sisa muntahan ketika dengan tiba-tiba pintu toilet terbuka dan seorang wanita masuk ke dalam. Awalnya Rania tidak memedulikan, dia sibuk membersihkan diri dan menyeka wajahnya yang basah pada salah satu westafel.

Namun, bulu kuduknya berdiri begitu mendengar suara yang memanggil namanya dari belakang.

“Rania Camerry?”

Suara yang lembut dan penuh penekanan itu membuat kepala Rania menoleh dan matanya bertemu pandang dengan wajah yang seringkali ia lihat di layar televisi bersama Zack.

Deg …

Itu adalah wajah dari wanita yang Zack gandeng masuk ke restoran.

Wanita itu berjalan mendekat. Tumit sepatu haknya berbunyi nyaring saat berbenturan dengan lantai, menghasilkan suara yang terdengar menegangkan bagi Rania.

Dengan senyum merekah yang memamerkan bibir penuh bersapukan lipstick merah delima, wanita itu memperkenalkan diri tanpa mengulurkan tangan. “Aku Amanda Harlot. Kau pasti tahu siapa aku, kan?”

Rania memandang bisu pada sosok berparas rupawan yang berdiri di hadapan.

“Kebetulan sekali kita bertemu di sini. Aku sampai berpikir kau sedang membuntuti Zack.” Wanita itu tertawa dengan sorot mata misterius yang membuat Rania ingin menghindar darinya.

Dari mana wanita ini mengenalnya? Mereka bahkan tidak pernah bertemu sebelumnya.

Paras top model kelas dunia itu terangkat angkuh dengan lirikan cukup tajam. “Kau mungkin sudah tahu, aku adalah tunangan Zack dan dia bilang padauk ada wanita gila yang mengaku-ngaku hamil padanya baru-baru ini. Aku hanya tidak mengira, wanita berwajah polos sepertimu mencoba memanipulasi pria seperti dia.” Pandangan Amanda turun pada perut Rania yang terlihat masih rata.

Spontan Rania menutupi perutnya lalu mundur waspada. Dia tidak ingin mengambil resiko dengan kondisinya saat ini.

Seketika saja wanita itu mendengus, “lihatlah dirimu. Kau bahkan tidak pantas bersanding dengan Zack. Apa kau benar-benar seingin itu menjadi istri seorang Zack Lawson? Please, jangan bermimpi kejauhan. Kau bahkan tidak tahu apa yang akan terjadi pada Zack bila bersama dengan wanita seperti dirimu.”

Ucapan wanita di hadapannya sedikit menampar kesadaran Rania. Rasa sakit cukup tajam menghunjam hingga ke ulu hati.

Dia tahu bahwa perkataan wanita itu ada benarnya. Namun, egonya masih terluka akan penolakan Zack akan keberadaan bayi dalam kandungannya.

“Apa kau sudah menggugurkan kandunganmu? Kuharap kau tidak berangan-angan memiliki pria itu dengan cara kotor.” Amanda tertawa kecil, tawa yang sarat penghinaan. “Jangan pernah berpikir untuk mengikat Zack Lawson dengan kehamilanmu. Kau akan sangat rugi bila melakukan itu. Apa perlu aku menjelaskan padamu mengapa wanita sepertimu hanya akan menderita bila mencoba menjebak laki-laki dari kalangan atas dengan menjadi sebuah kehamilan?”

Rania merasa sangat tercekat. Tenggorokannya seakan-akan menelan pasir. Dia tidak mengira Zack akan menceritakan segalanya pada wanita ini.

Setelah berdeham pelan, Rania pun mencoba untuk bersuara.

“Tidak. Aku tidak ingin mendengar apa pun.”

Bibir Rania bergetar, dan sekuat tenaga dia menahan berat tubuhnya dengan menyandar pada westafel yang berada di belakang tubuhnya.

“Lalu, kenapa kau masih mempertahankan kehamilanmu? Masih menunggu keajaiban Zack akan datang padamu kemudian meminta-minta maaf, sembari berlutut dan mengatakan agar kau Kembali ke pelukannya?” Amanda seolah merasa geli saat mendengar ucapannya sendiri, sehingga wanita itu pun tertawa sinis. “Ah, dia mungkin juga akan melamarmu dengan cara yang sangat romantis, Rania Camerry.”

Seolah puas telah menyakiti Rania, Amanda pun berjalan ke westafel yang berada di sebelah Rania. Dia tampak sibuk mencuci tangan, sembari mulutnya tidak berhenti merendahkan.

“Sadarlah, sifat asli laki-laki itu jauh dari Impian banyak wanita. Dia hanya tampak manis di awal, dan begitu merasa bosan, kau akan dicampakkan dengan mudah. Selayaknya barang mainan, wanita tidak begitu berharga di matanya.”

Rania membeku dengan gigi yang bergemelutuk, sehingga dia kehilangan kata-kata untuk membalas.

“Jangan pernah bemimpi untuk bersanding dengannya, karena kau tidak ada bedanya dengan puluhan wanita yang pernah dia tiduri. Kau sama saja dengan wanita-wanita tanpa nama yang sering dia bawa ke rumah.” Pandangan keduanya pun bertemu di cermin, dan Rania dapat melihat sekelebat emosi di balik mata Amanda.

Cukup lama mereka saling pandang, sebelum akhirnya wanita bergaun summer itu melanjutkan.

“Ingatlah, kau hanya wanita murahan yang dia jadikan sebagai pelampiasan nafsu sesaat, hanya penghangat ranjang. Catat itu baik-baik di kepalamu, agar kau sadar begitu tidak berharganya dirimu di mata pria seperti Zack Lawson!”

Serangan telak itu kembali menghancurkan Rania. Kedua kakinya gemetar dan ia hanya mampu berpegangan pada pinggiran wastafel.

“Aku adalah perempuan yang akan dia nikahi dan menjadi pendampingnya. Jadi perempuan miskin dan murahan sepertimu jangan pernah bermimpi terlalu tinggi.” Mata Amanda menyorot tajam pada perut Rania. “Dan segera gugurkan anak itu. Tidak ada gunanya kau mempertahankan sesuatu yang jelas-jelas ditolak keberadaannya.”

Sudah cukup. Rania bisa saja tahan dihina oleh Zack, tapi wanita yang bahkan baru pertama kali dia temui ini sudah melewati batas.

“Tutup mulutmu! Kau tidak berhak menghakimiku seperti ini! Aku juga tidak sudi menikah dengan pria seperti dirinya, jadi berhentilah mengucapkan hal-hal yang tidak berguna.” Sengaja Rania melemparkan tatapan tajam pada wanita di hadapan, mengabaikan segala perih yang mencabik-cabik hatinya.

Amanda menyeringai. “Oh ya? Lalu untuk apa kau mempertahankan kehamilanmu? Zack menunggu kapan kau menggugurkan kandungan itu, dia pasti kesal karena kau masih mempertahankannya.”

“Ini urusanku dengan Zack. Kau tidak perlu ikut campur dengan urusan kami berdua. Tidak peduli, apakah aku menggugurkannya atau membesarkannya, Zack tidak perlu tahu. Dia tidak berhak mengatur keputusanku! Jadi, katakan pada tunanganmu, untuk focus saja pada pernikahan kalian berdua, dan jangan urusi kehidupanku lagi.”

“Wah wah … sombong sekali. Bersikap seolah-olah menjadi perempuan terhormat. Akui saja, kau cuma memanfaatkan kehamilanmu untuk menjebak Zack.”

Rania menggeleng cepat, menolak tuduhan tersebut. “Tidak! Aku tidak pernah menjebaknya.”

“Kalau begitu gugurkan kandungan itu. Lenyapkan bayi itu!”

Amanda mendorong sebelah bahu Rania sampai dia hampir saja terjatuh jika saja Rania tidak berpegangan pada pinggiran wastafel.

“Kalian tidak berhak menyuruhku melenyapkan bayi ini! Dia anakku.”

“Zack tidak menginginkan anak itu!”

“Tapi aku menginginkannya!”

Betapa pun hatinya hancur oleh semua perkataan Amanda, Rania masih mencoba tegar. Tak ia redupkan pandangan matanya kendati air mata itu sudah menggenang di pelupuk mata.

“Kau mau membesarkan anak itu untuk dibawa ke hadapan Zack suatu saat nanti lalu menuntut status dan uang. Apa itu yang kau rencanakan?”

Rania membalas tatapan tajam itu. Rasa lelah seketika menguasai kesadarannya,

“Saat aku sudah menjadi istri seorang Zack Lawson dan bahagia bersama anak-anak kami, aku tidak akan membiarkan dirimu datang bersama anakmu ataupun menghancurkan kehidupanku bersama Zack!”

Satu dorongan yang keras membuat pegangan Rania terlepas dan ia akhirnya terjatuh. Pinggang dan bokongnya menghantam lantai dengan keras. Punggungnya terbentur pada dinding.

Rania meringis. Matanya terpejam merasakan sakit yang menyengat naik ke perut. Sementara Amanda menatapnya dari atas dengan tatapan tidak berdosa.

“Oops … apa kau terluka?” ucap Amanda basa-basi dengan raut teramat datar. “Oh … sepertinya kau membutuhkan ambulans.” Amanda melempar selembar uang seratus dollar ke udara yang perlahan-lahan jatuh di dekat sepatu, tepat di tempat Rania yang terduduk di lantai.

Mata Amanda melirik darah yang perlahan menetes dari paha Rania. Dengan Langkah angkuh, wanita itu berjalan menjauh.

Ketika mata Rania terbuka, dia tak lagi melihat keberadaan Amanda, yang terdengar hanyalah suara tumit sepatunya yang perlahan-lahan menghilang di lorong.

Seketika, rasa sakit yang teramat sangar merambat naik ke seluruh tubuhnya. Rania merintih dan meraih wastafel untuk mencoba bangkit, tapi lagi-lagi tangannya tergelincir dan ia kembali terjatuh.

Darah merembes dari pangkal pahanya. Rasa panas semakin mendera perutnya. Melebihi daripada rasa sakit, Rania amat sangat ketakutan.

Sungguh … dirinya tidak ingin kehilangan anak ini.

Mga Comments (3)
goodnovel comment avatar
Helmy Rafisqy Pambudi
ampun deh ni si Zack lambe lemes ya trnyata...gak laki agak perempuan SM aja
goodnovel comment avatar
Thaty Agatha
ayo author semangt up yuk aku dah lama tunggu cerita2 mu............
goodnovel comment avatar
onm m
lanjut thor karya mu slalu ku tunggu ......
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Wanita Rahasia Billionaire   BAB 6 - PERTEMUAN ZACK DAN WANITA ITU

    “Kenapa kau malah repot-repot mau menyingkirkan berita pertunangan itu?” Amanda duduk menyilangkan kaki pada sofa di ruangan kerja Zack. Sorot matanya diam-diam menggoda Zack yang saat itu tengah sibuk di meja kerja, memandangi kertas berisikan projek baru. Nadanya terdengar datar saat menjawab. “Karena itu berita palsu.”Dahi Amanda mengernyit seketika. Dia menggigit bibir bawahnya tanpa sadar, seolah terusik akan jawaban yang baru saja Zack berikan.“Berita palsu yang memberimu keuntungan,” balas Amanda, diiringi sedikit deheman. “Akui saja. Dengan adanya berita itu, banyak perempuan yang mundur mendekatimu karena merasa takut padaku. Karena, hanya aku yang sepadan denganmu.” Amanda sengaja bersolek habis-habisan demi menemui Zack. Berharap kali ini, pria itu melihatnya dengan cara yang berbeda. Lagipula, lelaki itu sendiri yang mengundangnya untuk bertemu dan membahas masalah ini. Tanpa disuruh pun, Amanda rela datang walau hanya dengan merangkak ke pangkuan pria itu.

  • Wanita Rahasia Billionaire   BAB 7 - MENYERAH

    Dua minggu berlalu sejak Rania keluar dari rumah sakit. Ia hanya berdiam diri di rumah Jennie. Tak pernah punya niat melakukan apa pun. Namun, ada hal yang terus mendesak di hatinya. Dorongan untuk mengabarkan semua ini kepada Zack, mulai dari rasa sakit kejadian waktu lalu, dan keadaan bayi mereka yang sangat lemah. Semuanya. Dia ingin bercerita pada pria yang perlahan membuat rindu akan sosoknya.Rania menggigit bibir, lalu berlari secepat kilat untuk mengambil ponsel di kamar. Dia mencoba untuk menghubungi Zack dan lagi-lagi teleponnya tidak tersambung. Seolah ada tembok penghalang yang tak mampu Rania tembus. Sembari berdiri gelisah, dia pun beralih menelepon Huges. Saat suara dingin Huges menjawab dari seberang, Rania pun berusaha bersikap tenang. “Di mana Zack?” Rania tidak repot-repot berbasa-basi.“Kenapa Anda mencari Mr. Lawson Kembali? Bukankah semua sudah sangat jelas, Nona Camerry”“Saya ingin bertemu Zack.”“Untuk apa?”“Ini maslaah pribadi kami, Mr. Andreas. Per

  • Wanita Rahasia Billionaire   BAB 8 - WAKTU YANG BERLALU

    Tiga tahun kemudian. Blue Island, pulau kecil di pesisir Amerika.Angin membawa wangi khas roti yang manis di sepanjang jalan pada pusat wisata Pantai Blue Island. Di sebuah toko roti dengan bangunan bercat cokelat tua, terlihat pengunjung berdatangan setiap sepuluh menit sekali. Meja-meja minimalis dengan desain yang manis itu pun tampak penuh. Berbagai jenis roti berjejeran di etalase. Di Tengah-tengah keriuhan pengunjung yang memadati toko roti, Jennie masuk sedikit tergesa dengan peluh bercucuran. Kedua tangan wanita itu tampak penuh dengan berbagai buku dalam dekapan. Napasnya berembus lelah ketika dia menyerobot antrean di meja pemesanan, membuat beberapa orang mengernyit dan melirik gusar.“Oh, maaf. Aku bukan pelanggan di sini.” Ia meletakkan buku di atas meja tinggi di samping meja pemesanan. “Jangan khawatir, pesananku sudah selesai sebelum aku tiba.”Dia memberi senyuman lebar pada orang-orang yang mengernyitkan dahi akibat aksi barusan.Perhatian Jennie pun beralih k

  • Wanita Rahasia Billionaire   BAB 9 - AROMA ROTI YANG MENGGODA

    Dua hari yang lalu, Di Manhattan, Moon Light Hotel.“Tidak ada untungnya kau ikut.”Amanda tampak bergerak gelisah mengikuti tiap Langkah Zack yang berpindah dari lemari ke tempat tidur. Pria itu sibuk menyusun kemeja-kemejanya ke dalam sebuah koper hitam besar.Dengan sedikit acuh dan tangan yang penuh, jelas sekali mood Zack tidak dalam keadaan yang baik.Mendengar perkataan Zack yang dingin, tentu saja Amanda sedikit tidak terima. “Memangnya kenapa? Sekarang aku adalah tunanganmu.” Zack mengernyit ketika lagi-lagi Amanda bergelayut di lengannya. Hal yang paling tidak disukai Zack. Terutama pada wanita yang manja dan sedikit memaksa.“Aku tidak ke sana untuk berlibur. Ini soal pekerjaan.” Dengan sedikit mendorong tubuh Amanda untuk memberi jarak, Zack pun menepis wanita yang bergelayut manja di lengannya.Tanpa peduli akan gestur penolakan dari Zack, Amanda terus saja menempelkan diri. “Aku tidak ingin kita berpisah terlalu lama. Akan banyak gossip yang beredar di luar sana

  • Wanita Rahasia Billionaire   BAB 10 - KERIBUTAN DI DEPAN TOKO

    Suara dering ponsel yang berada di atas kasur menarik Zack dari lamunan. Sejak tadi dia tanpa sadar diam mematung di depan cermin. Dasi yang setengah rapi di lehernya menandakan dirinya tengah melamun terlalu lama.Laki-laki itu menarik napas dalam-dalam dengan mata terpejam sesaat.“Well, Damn!” desisnya diikuti geraman pelan. Tangannya menarik dasi yang masih setengah jadi itu, dan dengan perasaan kesal melemparkan benda bermotif garis-garis biru tersebut ke lantai.Setelah menghembuskan napas, Zack berjalan cepat dan mengambil ponselnya dari Kasur.Tanpa melihat siapa yang menghubungi, dia mengangkat panggilan itu begitu saja. “Hallo, Honey. Aku―”Begitu mendengar suara feminim di ujung sambungan, rasa marah yang tadinya reda pun seolah hendak menyeruak kembali.“Aku tidak ada waktu untuk sekedar basa-basi!” Seketika saja Zack memutus sambungan tersebut.Dia tidak peduli dengan pembicaraan selanjutnya. Jemari Zack bergerak cepat mencari nama asistennya yang baru, Cinty

  • Wanita Rahasia Billionaire   BAB 11 - SEPUCUK SURAT

    “Rania,” panggilan lembut itu menyadarkan Rania seketika.Matanya mengedip beberapa kali, hingga akhirnya dia pun bisa menguasai diri dan berpaling ke sumber suara.“Apa kau baik-baik saja?” tanya Jennie yang masuk ke dalam toko dengan terburu-buru.Wanita itu bergegas ke sana setelah mendengar adanya pertengkaran di depan toko.Mendapati wajah pucat pasih Rania dan tangannya yang gemetar, seketika Jennie pun mendekat.“Ed, aku titip toko padamu,” ujar Jennie sembari membawa Rania menjauhi konter.Dia menuntun sahabatnya itu ke lantai dua, dimana Rania selama ini tinggal. Toko berlantai dua itu memiliki fungsi yang berbeda, dimana lantai bawah adalah tempat bisnis sementara lantai dua difungsikan sebagai tempat tinggal Rania.“Apa kau mendengar keributan di luar?” tanya Jennie setelah mereka melewati sebuah ruangan yang dipenuhi oleh sofa. “Sebaiknya kau tetap di sini sampai aku menginvestigasi apa yang sebenarnya terjadi.”Kedua wanita itu saling tatap, dan Jennie mendapati

  • Wanita Rahasia Billionaire   BAB 12 - PENGECUALIAN

    Tangan Jennie gemetar menahan amarah, hingga tanpa sadar surat dalam genggamannya pun berkerut membentuk buntelan bola kertas.“Bajingan! Berani-beraninya dia mengajak Rania ke hotel? Apa dia mengira semua wanita itu murahan?”Tanpa bisa menahan emosi, Jennie berjalan cepat menuruni tangga hingga tiba ke lantai dasar. Namun, melihat pelanggan yang masih memenuhi toko, dia pun merubah wajahnya seketika.“Arrgh … pria itu membuatku sakit kepala,” desisnya sembari mengurut pelipis.Jennie melewati beberapa meja dan tidak lupa dia memasang senyuman ramah saat menyapa pelanggan tetap di sana. Begitu melewati pintu keluar, pandangan mata Jennie langsung menyipit tajam pada bangunan menjulang belasan lantai di seberang.***“Anda tidak perlu terlibat dengan kejadian barusan, Mr. Lawson. Aku bisa mengatasi masalah ini.”Seorang pria pertengahan tiga puluhan mengikuti Zack dengan Langkah terburu-buru. Sejak di depan tadi, dia sengaja mengejar atasannya tersebut sembari meminta maaf berk

  • Wanita Rahasia Billionaire   BAB 13 - Jari Tengah

    Bagi seorang Zack Lawson, Moon Light Hotel adalah segalanya. Laki-laki itu ikut membangun hotel ini dengan susah payah. Dari sebuah hotel kecil di tengah-tengah persaingan Kota Manhattan, menjadi sebuah jaringan hotel raksasa dengan ribuan cabang yang tersebar di penjuru dunia.Dia tidak menampik, berkat koneksi dan kekayaan keluarganyalah Moon Light Hotel bisa sampai sejauh ini. Dan posisinya sebagai CEO Moon Light Hotel diberikan padanya sebagai pemegang jabatan sementara. Keluarganya masih memegang kendali atas hotel ini. Itu sebabnya dia masih tidak bisa berbuat bebas dalam mengelola Moon Light Hotel.“Hhhh … benar-benar hari yang melelahkan,” gumam Zack sembari menyugar rambut.Wajahnya tampak sedikit letih. Dia hendak berdiri dari kursi untuk menyeduh kopi yang baru, saat tiba-tiba pintu ruang kerjanya diketuk pelan.“Ada apa?” ucap Zack dengan nada acuh.Dia hendak menyuruh siapapun yang berada di luar sana untuk meninggalkannya sendiri. Namun, suara feminim Cintya men

Pinakabagong kabanata

  • Wanita Rahasia Billionaire   BAB 20 - Bola

    Hari-hari terasa berlalu sangat lambat di Blue Island, membuat Rania selalu dilanda kecemasan. Pikirannya seakan berkelana kemana-mana. Para pegawai yang bekerja dengannya pun teramat sering mendapati dirinya melamun dengan tatapan kosong menghadap ke pintu atau jalanan. Seolah-olah, wanita itu menunggu antisipasi akan kedatangan seseorang.“Tidak terasa ya perayaan Tora Flora akan segera tiba.”Suara lembut Sofia yang datang dari arah belakang, mengejutkan Rania seketika. Dengan memegangi dada, Rania pun berpaling kea rah bawahannya tersebut.“Aku sampai lupa dengan perayaan itu. Astaga, rasanya kepalaku sangat penuh,” ringis Rania yang kembali berbalik menatap pintu seperti sedia kala.Sofia hanya bisa menggeleng pelan. Dia yakin, kedatangan pria asing beserta keberadaan hotel baru di depan mereka adalah sumber dari berisiknya kepala Rania.“Sayang sekali, Miss Kendrick tidak bisa melihat perayaan Tora Flora tahun ini,” desah Sofia, mencoba membawa topik pembicaraan untuk men

  • Wanita Rahasia Billionaire   BAB 19 - SIAPA YANG MENCIPTAKAN MONSTER

    “Bagaimana?” Tidak sekalipun Zack mengangkat kepalanya dari tumpukan dokumen yang sedang dirinya pelajari. Pertanyaan yang baru saja ia lontarkan pada sekretarisnya itu bahkan terdengar seperti angin lalu.Sementara itu, Cintya yang sejak setengah jam lalu berdiri diam di dekat pintu memberikan jawaban seadanya. Diikuti oleh senyum tipis, wanita itu melirik jam yang melingkar di lengan.“Seperti yang anda katakana, Sir. Nona Camerry menolak keras bingkisan-bingkisan tersebut.”Cukup lama Cintya memandangi jarum jam yang berputar. Sikapnya yang tidak biasa itu mengundang perhatian Zack yang sejak tadi berfokus pada lembaran-lembaran file di meja.Sebelah alis pria itu naik mendekati dahi, dan bibirnya membentuk garis tipis dengan tatapan sedikit penasaran.“Katakan apa yang ada dalam pikiranmu saat ini.”Mendengar perintah tersebut, Cintya mengangkat sedikit kepala dan seketika pandangannya pun bertabrakan dengan manik sebiru Samudra yang kini berfokus hanya padanya. Sangat l

  • Wanita Rahasia Billionaire   BAB 18 - ISI BINGKISAN

    “Rania, apa ini?” Jennie memandang penasaran pada bingkisan dan tas belanja yang tergeletak di atas sofa. “Apa kau baru saja berbelanja?” Dengan penuh rasa ingin tahu, Jennie pun berjalan cepat menuju kumpulan benda-benda yang tergeletak sembarangan tersebut. Melihat segel yang masih terpasang, firasatnya sedikit janggal. Dia merasa familiar dengan lambang di bingkisan yang terbungkus rapi. Mendengar pertanyaan dari sahabatnya, Rania yang baru saja menidurkan Oliver di kamar pun bergegas untuk melihat benda yang Jennie pertanyakan. Begitu tersadar kemana arah pertanyaan tersebut, langkah Rania pun semakin cepat dan secara tiba-tiba dia menarik bingkisan yang hendak Jennie pegang. Hal itu membuat Jennie melemparkan tatapan aneh padanya.Sedikit gugup, Rania pun berusaha mengangkut seluruh pemberian Zack ke dalam kamarnya sendiri.“Ini bukan apa-apa,” jawab Rania, dimana suaranya terdengar bergetar sementara napasnya nyaris tersengal. “Hanya titipan dari Mrs. Mallory.”Kebohongan

  • Wanita Rahasia Billionaire   BAB 17 - OLIVER

    “Mommy!”Begitu mendengar suara manis yang ruang itu memanggilnya, ekspresi Rania yang tadinya gusar berubah menjadi berseri-seri dengan senyuman lebar menghiasi wajah. Dia bahkan lupa akan bingkisan beserta tas belanjaan yang menjadi sumber amarah. “Hai Baby!”Segera Rania angkat tubuh mungil yang berlari-lari kecil ke arah pelukannya itu. Dan seketika suara tawa anak batita itu pun pecah, hingga mengisi ruangan toko yang mulai sepi. “Mom, mom! Mrs. Mallory bilang aku tambah besar! Lihat! Aku sangat tinggi Mommy!” celoteh batita itu dengan bahasa yang berlepotan, namun jernih terdengar di telinga Rania. Melihat tingkah menggemaskan putranya, Rania pun mencium gemas pipi gempal batita itu. Dan lagi-lagi tawanya yang renyah menggema hingga memenuhi langit-langit toko roti. “Benarkah? Mrs. Mallory bilang begitu? Coba ibu periksa,” ucap Rania, berpura-pura membuka baju putranya itu. “Oh Tuhan, kau benar-benar semakin besar!”Pujian yang Rania lontarkan semakin membuat batita i

  • Wanita Rahasia Billionaire   BAB 16 - BINGKISAN

    Wajah Rania begitu pucat saat dia memasuki toko, dan hal ini menarik perhatian Sofia. Namun, pegawai wanitanya itu hanya diam tanpa banyak bertanya. “Miss Kendrick baru saja kembali ke hotel. Dia bilang akan kembali lagi besok.”Rania yang sejak tadi hening hanya menjawab dengan anggukan pelan. Jelas sekali, wanita itu tampak lebih murung dari biasanya. Sofia yang tidak tahu cara menghibur orang lain hanya bisa membiarkan Rania sendirian. “Aku ada di section depan jika kau butuh bantuanku,” ucap Sofia, pamit ke tempatnya semula. Tanpa melihat sekitar, Rania pun bergegas ke balik konter dan melayani para pelanggan dengan memasang senyum palsu. “Selamat siang, selamat datang di Toko Kami,” ujarnya ramah sembari menyodorkan menu pada pelanggan baru. Sebisa mungkin dia melupakan kejadian sebelum ini, dan bersikap seolah-olah semua baik-baik saja. ***Dua jam setelah pertemuan, satu per satu pelanggan pun mulai meninggalkan toko. Jam-jam sibuk di toko itu pun mulai sepi, dan

  • Wanita Rahasia Billionaire   BAB 15 - TUDUHAN MENYAKITKAN

    “Selamat Da … tang,” sambut Rania terbata.Mata Rania membulat seketika, dan pelipisnya basah akan cucuran keringat yang muncul tiba-tiba. Raut wajahnya yang tadi tenang berubah menjadi sedikit gusar.“Kami tidak menerima tamu seperti anda, Tuan. Pergilah ke tempat lain yang menyambutmu dengan ramah,” tutur Rania dengan nada sedikit tajam.Penolakan itu sangat jelas terlihat, terutama ketika matanya menyipit tajam dengan bibir berubah menjadi segaris tipis. Tidak ada keramahan maupun senyuman.Pria yang berdiri di hadapannya hanya memandang datar sembari mengedarkan pandangan ke segala arah. Begitu mata pria itu mendapati Jennie yang berjalan dengan senampan penuh roti menuju ruangan belakang toko, raut datarnya berubah sinis. Kini, mata itu berbalik menghunus ke arah Rania yang berupaya menyembunyikan kegelisahan dari tempatnya berdiri.“Aku tidak datang sebagai pelanggan, tetapi aku datang hanya ingin menyampaikan sesuatu.” Dia sengaja memandang wajah Rania terang-terangan, mem

  • Wanita Rahasia Billionaire   BAB 14 - SESEORANG YANG TIDAK DIINGINKAN

    Pertemuannya dengan Jennie membuat Zack sedikit marah. Dia tidak mengira Rania akan sepengecut itu untuk menyuruh temannya untuk menemui dirinya. Benar kata Huges, Rania adalah wanita oportunis yang suka memanfaatkan orang lain demi kepentingannya. “Dasar wanita licik,” desis Zack yang berjalan cepat menuju ruang kerja.Tidak lagi dia pedulikan orang-orang di sekitar. Pandangannya gelap akan kejadian barusan. Dan rasa kesal bercampur amarah masih menyelimuti.“Sir?” Suara Cintya yang mengejar dengan sepatu heels-nya tidak membuat Zack sadar.Pria itu semakin berjalan cepat, membuat siapapun yang menghalangi jalan pun menyingkir seketika.“Sir!” Panggil Cintya kembali, kali ini dengan nada lebih tinggi dan mendesak, membuat Zack akhirnya mendengar nada panik yang tersembunyi di baliknya.“Ada apa?”Saat Zack berbalik, tubuhnya seketika menjadi kaku. Matanya fokus menatap pada sosok laki-laki yang berjalan di samping Cintya.Seketika Zack melemparkan pandangan masam pada Cintya

  • Wanita Rahasia Billionaire   BAB 13 - Jari Tengah

    Bagi seorang Zack Lawson, Moon Light Hotel adalah segalanya. Laki-laki itu ikut membangun hotel ini dengan susah payah. Dari sebuah hotel kecil di tengah-tengah persaingan Kota Manhattan, menjadi sebuah jaringan hotel raksasa dengan ribuan cabang yang tersebar di penjuru dunia.Dia tidak menampik, berkat koneksi dan kekayaan keluarganyalah Moon Light Hotel bisa sampai sejauh ini. Dan posisinya sebagai CEO Moon Light Hotel diberikan padanya sebagai pemegang jabatan sementara. Keluarganya masih memegang kendali atas hotel ini. Itu sebabnya dia masih tidak bisa berbuat bebas dalam mengelola Moon Light Hotel.“Hhhh … benar-benar hari yang melelahkan,” gumam Zack sembari menyugar rambut.Wajahnya tampak sedikit letih. Dia hendak berdiri dari kursi untuk menyeduh kopi yang baru, saat tiba-tiba pintu ruang kerjanya diketuk pelan.“Ada apa?” ucap Zack dengan nada acuh.Dia hendak menyuruh siapapun yang berada di luar sana untuk meninggalkannya sendiri. Namun, suara feminim Cintya men

  • Wanita Rahasia Billionaire   BAB 12 - PENGECUALIAN

    Tangan Jennie gemetar menahan amarah, hingga tanpa sadar surat dalam genggamannya pun berkerut membentuk buntelan bola kertas.“Bajingan! Berani-beraninya dia mengajak Rania ke hotel? Apa dia mengira semua wanita itu murahan?”Tanpa bisa menahan emosi, Jennie berjalan cepat menuruni tangga hingga tiba ke lantai dasar. Namun, melihat pelanggan yang masih memenuhi toko, dia pun merubah wajahnya seketika.“Arrgh … pria itu membuatku sakit kepala,” desisnya sembari mengurut pelipis.Jennie melewati beberapa meja dan tidak lupa dia memasang senyuman ramah saat menyapa pelanggan tetap di sana. Begitu melewati pintu keluar, pandangan mata Jennie langsung menyipit tajam pada bangunan menjulang belasan lantai di seberang.***“Anda tidak perlu terlibat dengan kejadian barusan, Mr. Lawson. Aku bisa mengatasi masalah ini.”Seorang pria pertengahan tiga puluhan mengikuti Zack dengan Langkah terburu-buru. Sejak di depan tadi, dia sengaja mengejar atasannya tersebut sembari meminta maaf berk

DMCA.com Protection Status