Beberapa jam kemudian kondisi para korban sudah semakin membaik, metode yang di gunakan oleh Vincent terbukti efektif. Vincent dengan sikap sadisnya menghukum para penjahat, sementara Vicky dengan kelembutannya menghibur para korban. Layar besar tak lagi menampilkan gambar, menurut informasi, Vincent sudah dalam perjalanan kembali menuju hotel tempat Vicky berada. Beberapa korban bahkan sudah mulai bercanda dengan Vicky. "Kak Vicky, apakah Kak Vincent sudah memiliki pacar?" Tanya seorang gadis kepadanya. "Sepengetahuanku Vincent belum memiliki wanita yang benar-benar bisa dikatakan sebagai pasangannya," jawab Vicky apa adanya. "Benarkah?” Wanita muda itu terlihat sangat bersemangat ketika mendengar ucapan Vicky. Namun ekspresi wajahnya tiba-tiba berubah, sambil menunduk dia berkata, "Kami hanyalah wanita-wanita bekas pakai, mana mungkin pria tampan seperti Kak Vincent akan melirik kami," ucapnya dengan suara lirih. Para wanita muda yang lainnya yang menjadi korban ikut menunduk
"Sayang, aku pulang," ucap Vicky sambil membuka pintu apartemen milik Vanya."Sayang sini cepat!" balas Vanya yang sedang menonton televisi, matanya terus memandangi layar televisi dengan raut wajah yang sangat terkejut."Ada apa?" Tanya Vicky sambil berjalan menghampiri Vanya."Ini berita tentang Enrik, dia dan anak buahnya di temukan tewas di dalam sebuah pabrik tua di Jakarta." Vanya terus memandangi layar Televisi yang menampilkan berita tentang Enrik dan anak buahnya."Apa penyebabnya?" Vicky kembali bertanya kepada Vanya."Menurut apa yang di sampaikan reporter, Enrik dan anak buahnya terlibat perselisihan, kelompoknya terbagi menjadi dua bagian, dan akhirnya saling bunuh di gudang itu untuk menyelesaikan masalahnya, pihak berwajib juga menemukan dua jenis senjata yang berbeda dalam jumlah yang banyak," jawab Vanya menjelaskan.Vicky menganggukkan kepalanya, dia akhirnya menyadari mengapa Vincent mengeksekusi kelompok Enrik dengan dua jenis senjata yang berbeda, hal itu karena V
"Terima kasih sayang," ucap Vanya sambil mengecup mesra bibir Vicky. Vicky membalas ciuman lembut dari Vanya dan tersenyum, "Iya, yang semangat kerjanya ya Sayang," Kekasihnya itu lalu turun dari mobil menuju ke showroom mobil bekas milik Eddy. Dari dalam mobil, Vicky yang sedang mengantar Vanya bekerja memandangi showroom mobil milik Eddy yang terlihat sangat berbeda. Walaupun Vicky sudah mendengar jika kondisi ekonomi Eddy sedang kurang baik. Dia tidak menyangka jika kondisinya akan separah ini, Eddy benar-benar jatuh dari singgasananya sebagai Raja showroom mobil mewah, hanya untuk melindungi Vanya dan karyawan wanitanya yang lain. "Bersabarlah Eddy...." gumam Vicky dalam hati, dia lalu pergi meninggalkan tempat itu menuju Golden Vlad Hotel untuk bertemu Vincent. Beberapa saat kemudian Vicky telah tiba di Golden Vlad Hotel, para pria bawahan Barry langsung menyambutnya dan mengantar Vicky menuju kamar yang di tempati Vincent. "Hah, sepertinya dia habis minum banyak semalam,"
Tepat setelah Vicky mengatakan itu, Barry terlihat mengangkat tangannya memberikan kode kepada bawahannya, yang rata-rata memiliki jabatan jauh lebih tinggi di keluarga Vladislav dibandingkan 21 pria muda bawahan Vincent.Para bawahan Barry terlihat menghampiri 21 bawahan Vincent sambil mengeluarkan pistol berjenis FN.Vincent terlihat sangat panik menyaksikan pemandangan itu, namun dia tidak berani melarang ataupun mencegah Vicky melakukan aksinya."Semoga semuanya baik-baik saja..!" gumam Vincent dalam hati.Vincent ingin menanyakan maksud Kakaknya bertindak seperti itu, namun dia langsung mengurungkan niatnya saat melihat ekspresi wajah Vicky yang sangat serius."Apa kalian tidak mendengar apa yang baru saja aku katakan, jika kalian tidak serius, sebaiknya kalian mundur!" Teriak Vicky kembali mengulang perkataannya.21 bawahan Vincent tidak bergeming dari tempat mereka, dengan tenang mereka memegang tangan wanita pilihan mereka masing-masing.Hanya para korban dan keluarganya yang
Vicky dan Vincent sedang dalam perjalanan menuju Bandara, Vincent yang sudah menyelesaikan urusannya di Indonesia sudah di minta untuk kembali melanjutkan misi pelatihannya. "Jadi, di negara mana kamu akan melanjutkan misi pelatihanmu?" Tanya Vicky. "Aku belum mendapatkan informasi tentang hal itu, mungkin aku akan kembali ke Rusia terlebih dahulu untuk bertemu Kakek," jawab Vincent yang sedang mengemudikan mobil Vicky. "Jadi langkah apa yang akan kakak ambil selanjutnya? Kak Vicky sudah tahu 'kan jika Aditya yang menjadi dalang semua ini." "Aku akan mengurus Aditya nanti, mungkin setelah ini aku akan menolong Eddy terlebih dahulu," balas Vicky. "Bagaimana menurutmu, apa Eddy sudah pantas menjadi bagian keluarga kita?" Tanya Vicky, ingin mengetahui pendapat sang adik. "Dia sudah melindungi calon istri penerus keluarga Vladislav seorang diri selama 5 tahun, itu sudah membuktikan kelayakannya," jawab Vincent tersenyum lembut. Vicky tersenyum mendengar jawaban Vincent, dia sepakat
“Siapa pria tadi?” Tanya Vicky, dia dan Nina sedang dalam perjalanan menuju showroom mobil bekas milik Eddy tempat Vanya bekerja.“Pria itu bernama Victor, dia pria berkebangsaan Rusia yang memiliki perusahaan di Amerika.”Setelah mengatakan itu, Nina mulai bercerita tentang pengalaman kurang menyenangkan yang harus dia lalui karena kelakuan Victor.Perusahaan yang dimiliki Victor sempat memiliki proyek kerja sama dengan perusahaan tempat Nina bekerja, karena proyek itulah Nina akhirnya bisa mengenal Victor.Namun pada saat Victor mengajaknya makan malam berdua, Nina akhirnya mengetahui jika Victor memiliki niat yang buruk kepadanya.Hal itu terjadi ketika Nina sedang berada di toilet restoran itu, seorang pelayan wanita memberitahu kepadanya jika minuman yang Nina pesan ternyata sudah di campur dengan obat afrodisiak yang memiliki efek meningkatkan gairah atau libido seseorang.Dan orang yang memerintahkan pelayan untuk mencampur minuman Nina dengan obat adalah Victor. Sejak mengetah
“Maaf, kalau boleh tahu Anda siapa?” Tanya Lucy dengan sopan kepada Pria di depannya. Vicky tersenyum lembut, dia berkata, “Aku teman lama Eddy, jadi bisakah aku bertemu dengan Eddy?” Lucy sempat ragu dengan pengakuan pria yang berada di depannya, namun Lucy juga tidak bisa mengabaikan jika pria ini yang telah membantunya mengusir penagih dari Bank Bumi Angkasa. “Aku akan menghubungi suamiku, Anda bisa menunggu suamiku di ruang tamu kami,” ucap Lucy mempersilakan Vicky masuk ke dalam rumahnya. “Terima kasih Kak Lucy, kamu tidak perlu bersikap terlalu formal kepadaku, aku benar-benar merasa risi dengan panggilan ‘Anda’ yang kamu sematkan kepadaku,” ujar Vicky sambil tersenyum kepada Lucy. “Baiklah,” jawab Lucy, mereka berdua lalu menuju ruang tamu kediaman Eddy. Setelah mempersilakan Vicky duduk, Lucy mengambil ponselnya untuk menghubungi Eddy, Tut... “Halo sayang,” sapa Eddy menjawab panggilan Lucy. “Sayang, salah seorang teman lamamu datang ke rumah, dia sedang menunggumu sek
“Halo,” Eddy menjawab panggilan teleponnya.“Selamat pagi Pak Eddy, perkenalkan nama saya Reno, Presiden Direktur dari Bank Bumi Angkasa,” ucap pria itu memperkenalkan dirinya kepada Eddy.Eddy tampak kebingungan, dia tidak mengerti mengapa Presdir dari Bank Bumi Angkasa menghubunginya langsung.“Maaf, ada perlu apa Anda menghubungi saya?” Tanya Eddy berusaha tenang.“Ini tentang masalah utang Pak Eddy di Bank Bumi Angkasa.”“Uhh itu... aku sudah bilang sebelumnya, tolong berikan aku waktu,” keluh Eddy dengan wajah tertunduk lesu.“Ah, sepertinya Pak Eddy salah paham, tujuan aku menghubungi Pak Eddy untuk menginformasikan jika utang Pak Eddy di kantor kami sudah lunas.”“Aku sebagai presdir Bank Bumi Angkasa juga meminta maaf atas perlakuan yang kurang menyenangkan dari penagih kami selama beberapa bulan terakhir ini," terang Reno."Tunggu, Pak Reno tidak sedang bercanda 'kan?" Eddy sangat terkejut mendengar ucapan Reno, dia masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar, se