Share

Pamer Kehamilan

Penulis: Risma Dewi
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-28 14:18:45

Fania akhirnya setuju. Hanan sedikit lega dan membawanya kembali menemui Arumi. Disana Malilah sudah pasti lelah mengurusnya seorang diri sejak tadi. 

"Mas! Malam ini, kita tidur disini, kan?" tanya Fania ketika mereka memasuki ruangan. Malilah yang terkantuk-kantuk mendadak segar. Ia langsung duduk tegak, kemudian menunduk saat melihat Hanan datang bersama Fania yang bergelayut manja disampingnya. 

"Iya! Malilah, kamu istirahat aja, kita gantian menjaga Arumi. Nanti kalau dia mau nyusu, aku panggil,' ucap Hanan sambil melirik Malilah.

Malilah mengangguk tanpa menjawab, kemudian bergeser ke tempat duduk yang lain. Fania mengambil alih tempat duduk Fania di dekat Arumi sambil menarik Hanan untuk berdiri lebih dekat dengannya. 

"Mas! Aku lapar. Mas cari makan, ya? Kasian kan, adiknya Arumi kalau kurang nutrisi?" ucap Fania manja sambil mendongak menatap wajah suaminya

"Ehem. Iya! Lila, kamu mau makan apa?" tanya Hanan sembari menoleh p

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wanita Penjual ASI   Permintaan Mengejutkan Bu Ratih

    Setelah Hanan keluar, Fania langsung mendekati Malilah."Malilah, maaf ya. Aku lagi labil. Soalnya, kan tahu sendiri rasanya hamil muda," ucap Fania sambil mendekat pada Malilah. Malilah hanya tersenyum sambil mengangguk. Ada yang tercubit sedikit di bagian hatinya mendengar ucapan Fania. Tadi ia sempat heran, melihat Hanan kembali bersama Fania dengan wajah yang datar seolah tak pernah terjadi apa-apa. Padahal sebelumnya Hanan terlihat begitu marah."Enggak apa-apa, kok!" jawab Malilah berusaha tersenyum."Tadi Hanan bilang, akan ikut pindah ke rumah. Soalnya dikehamilanku yang kedua aku pengen dekat orang tuaku sendiri," ucap Fania sambil mengangkat bahu.Malilah terdiam sebentar. Membayangkan ucapan Fania. Dahinya berkerut membayangkan Bu Ratih. Tapi, sesaat kemudian wajah Malilah kembali datar."Wajar kok!" sahutnya kemudian singkat.Fania tersenyum. Ia makin semangat memamerkan bayangan-bayangan indah

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-28
  • Wanita Penjual ASI   Ketidakpercayaan Bu Ratih

    "Bagaimana Hanan? Kamu setuju kan?" Bu Ratih mendesak Hanan yang terlalu lamban menanggapi ucapannya."Ma! Itu enggak mungkin!" Hanan menggeleng perlahan."Kenapa enggak mungkin Hanan. Kalau kamu berani ambil tindakan, semua pasti mungkin. Kamu memang masih dibutakan oleh cinta, Hanaaan! Sadar Hanan! Sadar!" Bu Ratih geregetan."Ma ... memang, aku sempat berniat berpisah dengan Fania setelah apa yang dia lakukan pada Mama kemaren. Tapi ....""Tapi apalagi. Langsung!"Bu Ratih memberikan semangat untuk niat Hanan yang memang sangat ditunggunya. Hanan menggeleng."Enggak bisa, Ma. Fania lagi hamil," ucap Hanan akhirnya membuat wajah Bu Ratih yang semula memancarkan keceriaan, sayu kembali."Apa kamu bilang? Hamil? Fania Hamil?"Hanan mengangguk."Jangan cari alasan, Hanan! Konyol!" Bu Ratih menggeleng tak percaya."Serius, Ma!""Paling akal-akalan Fania aja," Bu Ratih bersikukuh.

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-29
  • Wanita Penjual ASI   Perubahan Sikap Mertua

    Bu Ratih melangkah ke kamar mencari ponsel. Tak sabar ia ingin berbicara dan memarahi Hanan.Tuuut! Tuuut! Tuuut!Tak tersambung. Rupanya Hanan sengaja mematikan ponselnya. Bu Ratih bertambah geram dengan ulah Hanan. Ia duduk bersandar di ranjang, berusaha menetralkan emosinya. Malilah masuk setelah Arumi sudah agak tenang."Ibu. Tenang dulu Bu. Jangan marah-marah nanti tekanan ibu naik lagi. Saya ambilin minum dulu, ya?"Malilah meletakkan Arumi kembali ke kasur, lalu ia bergegas mengambil air minum. Bu Ratih yang masih emosi langsung menghabiskan segelas air."Bisa-bisanya Hanan, diperbudak oleh perempuan ular itu? Paling itu akal-akalannya dia aja!" gumam Bu Ratih dengan tatapan kosong.Malilah diam saja. Tak tahu harus menjawab apa."Apa yang terjadi di rumah sakit, Malilah?" tanya Bu Ratih dengan dada naik turun. Malilah jadi tak tega dan takut bicara yang bisa menaikkan emosinya Bu Ratih.&

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-29
  • Wanita Penjual ASI   Bagai Raja yang Tersiksa

    "Mas, kamu kenapa sih, gelisah. Sini coba temani aku," Fania menarik Hanan ke pembaringan.Tok! Tok! Tok!Pintu kamar di ketuk."Masuk aja, Bik!" seru Fania masih dalam posisi berbaring.Seorang Wanita masuk membawa nampan yang penuh berisi makanan. Ia meletakkan makanan di meja dekat tempat tidur. Setelah mengangguk pada mereka Hanan dan Fania, wanita tersebut keluar lagi."Bik Sumi, pembantu baru," ucap Fania menyebutkan nama wanita tadi. Hanan diam saja. Bukan itu yang membuatnya heran."Ayo, makan," ajak Fania langsung menyibak bantal."Kenapa harus di kamar sih? Kenapa enggak di luar aja?" tanya Hanan risih karena bukan kebiasaan di rumah mereka."Aih! Mas ... gak papalah. Apa gunanya pembantu kalau enggak ngantarin makan sampai ke kamar sih! Apalagi, aku lagi hamil muda gini," gerutu Fania."Oh, jadi kamu kalau makan di rumahmu, selalu di antarin ke kamar?" Dahi Hanan b

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-29
  • Wanita Penjual ASI   Rindu Pengasuh

    Hanan mencoba mengulang panggilan, namun tak ada jawaban. Sekali, dua kali, tersambung. Panggilan ketiga direject langsung oleh ibunya. Lama Hanan termenung memikirkan semuanya. Ini kemarahan terbesar kedua setelah dulu ia berhasil meluluhkan hati ibunya untuk menikahi Fania.Untuk kali ini Hanan rasa ibunya tak yakin akan luluh. Malilah? Tiba-tiba Hanan menepuk jidat. Kenapa dia lupa ada Malilah alternatif lainnya. Ia mencoba menelpon Malilah, tapi sama. Tersambung tapi tak diangkat."Mungkin dia sibuk sama Arumi," pikir Hanan sambil mengusap layar ponsel dengan perasaan melow.Ia membuka WA dan mencari kontak Malilah. Dibukanya foto profil Malilah. Hanan menyungging senyum di bibir, melihat Malilah memasang fotonya yang sedang memandang Arumi dengan tatapan mesra dalam pangkuan. Setetes rasa hangat mengalir di lubuk hati Hanan yang sedang dilanda resah dan bimbang. Cukup lama Hanan menatap foto Profil Malilah. Kehangatan di hatinya makin bertambah,

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-30
  • Wanita Penjual ASI   Saat Bu Ratih Bertindak

    Malam hari Hanan gelisah menunggu Fania tidur. Hanan mengambil ponsel dan mengirim pesan pada Malilah.[Jangan tidur dulu, Aku mau video Call. Mau liat Arumi][Iya]Hanan menarik napas resah sambil berbalik memunggungi istrinya. Berpura-pura tidur lebih dulu. Fania tak kunjung tidur. Rasanya sudah cukup lama Hanan meringkuk dalam selimut sambil memejamkan mata, Fania masih saya bermain-main dengan ponselnya sementara televisi tak berhenti menyala. Terakhir Hanan melihat jam di ponselnya tadi kurang lima belas menit jam sepuluh malam.Kurang lebih setengah jam kemudian, tak ada lagi krasak-krusuk di sebelahnya. Hanan membuka mata dan mengangkat kepala pelan. Ia melihat Fania terpejam dengan ponsel terkulai di telapak tangan.Pelan-pelan Hanan meraih ponselnya. Fania tak bergerak. Rupanya ia sudah tertidur lelap. Hanan mencoba mengusap layar ponsel. Terkunci pola. Hanan mencoba berbagai pola, selalu gagal. Akhirnya ia meletakkan kembali ponsel

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-30
  • Wanita Penjual ASI   Tak Mampu Bicara

    Malilah terdiam di tempat tidur setelah menyambut ponsel yang beberapa saat tertahan di tangan Bu Ratih. Ia tak menyangka Bu Ratih mendadak masuk kamar Arumi saat Hanan berbicara memanggil-manggil Arumi. Apesnya lagi Bu Ratih langsung mengacungkan telunjuk melarang ia merubah posisi, kemudian menyilang telunjuk melarang Ia memberitahukan keberadaannya yang ikut mendengar pembicaraan mereka."Untung saja, aku tadi ke dapur untuk mengisi air minum yang habis. Kalau enggak, mungkin seterusnya kalian akan saling berhubungan secara sembunyi-sembunyi di belakangku!" ucap Bu Ratih dengan nada dingin."Ma-af, Bu. Sa-ya ....""Iya! Aku tahu, Hanan yang menyuruhmu diam-diam, kan?" potong Bu Ratih sambil menatap Malilah tajam. Malilah mengangguk sambil menunduk."Tapi enggak seharusnya kamu mengiyakan, Lila! Aku kan sudah bilang, jangan pernah angkat kalau Hanan menelpon. Heh! Masih aja!" ucap Bu Ratih dengan nada geregetan."Ma-af, Bu!" ucap Mali

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-30
  • Wanita Penjual ASI   Percaya Pada Ibu, Malilah!

    "Malilah!" Bu Ratih menyentuh tangan Malilah yang terasa dingin."Berjanjilah demi Arumi!"Malilah melepas genggaman tangan Bu Ratih, dan berpaling menatap Arumi yang entah sejak kapan mulai gelisah di pembaringannya. Anak manis itu sudah berbaring jauh dari bantalnya. Malilah dan Bu Ratih sejak tadi tenggelam dalam pembicaraan mereka.Eaaa ... eeaaaa ....Arumi berguling lagi mendekati posisi semula. Malilah langsung mengangkat tubuh mungilnya kembali ke bantal. Setelah itu ia berbaring miring menghadap Arumi. Tangan kanannya ditekuk, untuk menopang kepala. Tangan kirinya mengelus-elus belakang Arumi yang sedang menyusu. Posisi favoritnya bila memberikan ASI pada Arumi.Malilah melirik pada Bu Ratih yang masih duduk di lantai sampai sesekali mengusap air mata. Kemudian ia menatap Arumi yang begitu menikmati rutinitas rutin mereka."Ah, apa yang ibu lakukan?"Rasa tak tega mulai menyerang satu sisi hati Malilah. Tapi r

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-31

Bab terbaru

  • Wanita Penjual ASI   Tentang Rasa Nyaman (Ending)

    "Kamu belum datang bulan lagi, Mah?" tanya Hanan suatu malam. Malilah mengangguk."Kita cek lagi, ya? Kita ke Dokter lagi?"Malilah menggeleng. Udah beberapa kali dalam setahun terakhir ia kecewa karena sempat telat hampir seminggu, namun saat di cek hasilnya negatif dan menurut dokter hanya pengaruh hormon makanya sering telat. Benar saja, beberapa hari setelah periksa, tamu bulanannya datang kembali."Ya sudah kalau enggak mau. Enggak usah sedih gitu," ucap Hanan menghibur. Malilah masih saja murung."His, kenapa sih? Kok cemberut gitu. Kalo memang waktunya di kasih, ya pasti di kasih," Hanan tak tega melihat Malilah bersedih."Kalo enggak dikasih-kasih gimana, kamu bakal kawin lagi enggak?" tanya Malilah sambil mendongak."Kawin lagi lah, kalau boleh. Awwww" jawab Hanan meringis karena cubitan Malilah sudah melayang di lengannya. Hanan kemudian tertawa melihat Malilah malah menangis."Kamu kok jadi cen

  • Wanita Penjual ASI   Jumpa Mantan Mertua

    Waktu berlalu dengan cepat. Arumi kini berusia kurang sedikit lagi tiga tahun."Amaaa ... tupah!" ucap bocah manis yang sedang meminum susu di dalam gelas."Nah ... nah ... nah .... apa nenek bilang, tumpah lagi kan? Makanya kalau makan atau minum itu sambil duduk. Jangan sambil jalan," sahut Bu Ratih sambil berdiri meraih kain lap dan membersihkan susu Arumi yang tertumpah."Lagi susunya?" tawar Malilah sembari bertanya. Arumi menggeleng."Maaa ... mau dalan-dalan," Arumi mengalungkan tangan di leher Malilah."Mau jalan kemana sihh?" tanya Malilah. Bukannya menjawab, Arumi malah merengek sambil mengeratkan tangan di leher Malilah." Ayo kita bilang dulu sama Papa. Kalau Papa mau, kita berangkat ya," ucap Malilah menggendong Arumi mencari Hanan."Nah, itu Papa ...."Malilah menurunkan Arumi dari gendongan."Kenapaa?" tanya Hanan melihat Arumi menyembunyikan wajah.

  • Wanita Penjual ASI   Pelajaran Berharga

    Hanan kemudian berlari keluar menuju kamar Arumi. Ia mencari baju Fania yang masih baru, dibeli saat tubuhnya agak melar setelah melahirkan Arumi. Ia kembali ke kamar dan menyodorkan baju Fania."Inih, boleh dipake tapi batasnya sampe Arumi tidur aja," goda Hanan lagi.Malilah mendelik mendengar ucapan Hanan, namun akhirnya lega, karena akhirnya bisa keluar dari kamar. Setelah salat magrib, ia langsung menyediakan makan malam untuk keluarga besar mereka.***Jam sembilan malam. Arumi malah asik bermain di lantai. Matanya masih saja segar bugar padahal Hanan sudah gelisah. Malilah pura-pura tak melihat kegelisahan Hanan, asik menemani Arumi main."Tadi Arumi tidurnya lama, ya?" tanya Hanan. Malilah mengangguk."Tadi kamu datang sore, dia baru bangun tidur, tuh," jawab Fania."Pantesan," jawab Hanan dengan raut kecewa. Malilah jadi tak tega melihatnya. Ia langsung naik ke ranjang dan mendekat.

  • Wanita Penjual ASI   Ditangkap

    "Mana buktinya anak saya melakukan kejahatan? Mana?" tanya Pak Irman begitu selesai membaca surat perintah penangkapan, saat Fania dijemput oleh pihak yang berwajib beberapa hari setelah Hanan melaporkannya."Nanti, akan dibuktikan di kantor, Pak. Makanya anak bapak dibawa ke kantor untuk proses selanjutnya," jawab Pak Polisi."Kalau anak saya terbukti tidak bersalah, saya akan tuntut kalian semua!" kecam Pak Irman berang. Bu Heni tak bisa melawan lagi. Ia menangis sejadi-jadinya ketika pihak kepolisian membawa Fania untuk diintrogasi.Memasuki kantor polisi, Hanan yang sejak tadi sudah menunggu langsung berdiri melihat Fania masuk dengan caci maki dan sumpah serapah dari mulutnya. Pak Irman pun menatapnya tak kalah tajam. Mereka tahu Hanan adalah orang yang melapor.Fania menampik semua pertanyaan yang diajukan padanya. Ia bersikeras tidak pernah terlibat dengan kasus kehilangan seseorang apalagi pembunuhan.Namun begitu rekaman

  • Wanita Penjual ASI   Fania POV

    Aku surprise sekali melihat perlakuan Hanan pada Malilah. Kenapa dia bersikap manis pada Malilah sementara padaku dia sering ketus? Aku tidak bisa terima ini. Wanita itu harus disingkirkan bagaimanapun caranya.Malilah yang lugu, mengiraku benar-benar bersikap baik padanya. Demi apa? Aku hanya mencari informasi tentang suamimya. Saat aku tahu, aku mengajak pria bernama Dimas itu bertemu."Apa keperluanmu?" tanya Dimas."Bawa istrimu itu keluar dari rumahku. Kamu tahu? Di sana dia selalu berduaan dengan Hanan! Kadang Hanan pun tidur di ranjangnya!" jawabku memanas-manasi.Kulihat ia terpancing dan mulai geram. Tapi, sesaat kemudian kemarahannya kembali mengendor."Aku enggak berani ketemu mertuamu yang ganas itu," sahut Dimas.Setelah kutanya, ternyata dia pernah bermasalah soal uang. Jumlahnya tidak seberapa sih, bagi aku. Aku bahkan memberinya tiga kali lipat dari jumlah utangnya, dengan syarat dia harus membaw

  • Wanita Penjual ASI   Siapa Dia?

    "Ya ampun Bibik. Ngapain ngomong gitu. Bibik kan kesusahan gara-gara kami juga. Bibik boleh kok, kerja di sini sampaibkapan saja yang bibik mau. Selamanya juga boleh, itung-itung jadi teman berantemnya Mama. Soal perhiasan mah, enggak usah dipikirin. Enggak ada apa-apanya dibanding nyawa Bibik. Iyakan, Ma?" tanya Hanan tersenyum melirik Bu Ratih. Walau sempat mendelik karena ucapan Hanan soal teman berantem, Bu Ratih kemudian tersenyum dan mengangguk. Malilah pun tersenyum senang."Enggak ingat, Mas! Dia pakai masker sama kacamata hitam. Seingatku orangnya tinggi. Terus di tangannya, pas ngambil perhiasan, aku sempat liat ada tato naga gitulah, di sini. Kanan," ucap Bik Timah sambil mengusap punggung tangan kanannya."Tato elang?"Mata Malilah menyipit mendengar ucapan Bik Timah. Ia kemudian menatap Hanan. Keduanya mungkin memiliki kecurigaan pada orang yang sama. Tapi, bagaimana bisa?"Eh, iya Mas! Aduh, pas kejadian itu sengaja saya tinggali

  • Wanita Penjual ASI   Dia Kembali

    "Malilaaah, Arumi ...." ucap Hanan mendekat langsung mengangkat Arumi dan menciumnya. Bu Ratih berinisiatif untuk membawa Arumi keluar, dan membiarkan Hanan berbicara dari hati ke hati menenangkan Malilah."Sini sama Nenek," ucap Bu Ratih kemudian menenangkan Arumi di kamarnya."Malilah, jangan menyalahkan diri sendiri. Mereka enggak akan menganggapmu pelakor," ucap Hanan membawa Malilah berdiri dan bicara di ranjang Arumi."Bohong!" ucap Malilah menepis tangan Hanan."Malilah, jangan begini. Apa yang harus aku lakukan?" tanya Hanan bingung. Malilah menggeleng. Hanan meraih tisu dan mengusap air mata Malilah."Aku minta maaf! Aku minta maaf karena membawamu ke situasi sulit seperti saat ini," Hanan menyandarkan kepala Malilah di dadanya. Malilah masih menangis sesenggukan."Semuanya pasti akan membaik seiring waktu," ucap Hanan meyakinkan. Malilah perlahan mulai tenang."Bagaimana kalau ternyata aku

  • Wanita Penjual ASI   Pelakor Bermartabat

    Hanan mengambil kesempatan tersebut untuk menekan Fania lagi. Bu Heni dan Pak Irman tak bisa berbuat apa-apa untuk melepas Fania dari cengkraman Hanan."Katakan! Apa kepergian Bik Timah ada hubungannya dengan orang yang kamu temui kemaren?" tanya Hanan kasar."Aww, eng-gak. Sakit, Hanan!" sahut Fania meringis."Lalu siapa orang itu? Apa dia selingkuhan yang menghamilimu?" tuding Hanan lebih pedas lagi."Bu-kan, Hanan! Bukan! Aku enggak hamil! Aku enggak hamil! Iya! Aku enggak hamil!" ucap Fania tak tahan lagi dalam tekanan Hanan.Bu Ratih merasa menang karena dugaannya benar langsung menarik bibir, tersenyum mengejek pada Bu Heni dan Pak Irman yang mulai bungkam dan sedikit menunduk. Hanan lega untuh satu hal, tapi masih ada hal lain yang mengganjal."Liat, Heni! Cara apa yang kamu pakai untuk melakor puluhan tahun silam, juga dilakukan oleh anakmu! Bukankah dulu kamu dengan lantang berkata hamil di depan orang

  • Wanita Penjual ASI   Luka Lama

    Dalam sekejap angka di simbol mata sudah tampak di layar ponsel Fania. Ia tersenyum puas. Dari dalam Bu Ratih rupanya lebih dahulu keluar."Mau apa lagi kamu datang-datang ke sini? Bukankah kamu sudah diceraikan Hanan?" sambut Bu Ratih langsung gas."Oooh, iya. Kami cuma mau ketemu sama pelakor yang bikin Hanan ngebet ninggalin anakku. Itu dia!" ucap Bu Heni begitu Malilah keluar bersama Hanan yang sedang menggendong Arumi dari dalam."Hello, Miss Valak! Selamat ya! Kamu berhasil ngerebut suami dan anakku!" ucap Fania sambil mengarahkan kameranya ke wajah Malilah. Hanan menyerahkan Arumi pada ibunya. Di layar ponsel Fania sudah beberapa komentar hujatan yang ditujukan pada Malilah masuk.[Cantikkan juga istri sah][Hempas pelakor, Mbak][Hajar Mbak, aku dukung][Loh, ini kan pengasuh anaknya, bisanya ya?] Komentar dari salah satu orang yang kenal dengan keluarga mereka.[Kalau dilihat muka pelakornya lugu, ternyata ular!]

DMCA.com Protection Status