“Sepertinya waktu kunjunganmu sudah habis, dokumen di sana membutuhkan perhatianku lebih daripada perbincangan ini. Jadi bisa kau tinggalkan aku sendiri dan mengurus urusan bisnis terlebih dahulu?” jawab pria itu.Nah, sudah Raellyn duga dia akan memilih menjadi acuh tak acuh seperti ini terhadapnya. Dia berubah menjadi pria dingin membosankan. Dia bahkan memilih mengusirnya ketimbang menjawab pertanyaan sederhana soal ranjang di kamar pengantin mereka semalam. Raellyn mendapati gelagat tak mengenakan dari pria itu. Nampaknya dia benar-benar ingin Raellyn pergi dari ruang perpustakaan dan meninggalkannya seperti yang dia inginkan.Jika itu yang dia inginkan maka dengan segala hormat Raellyn segera beranjak dari tempat duduknya. Setidaknya pria itu tidak memintanya keluar sambil melemparkan uang. Jika Arnav sampai melakukan itu sudah dipastikan bahwa dia benar-benar dihargai sebagai lacurnya ketimbang istri. Ya, setidaknya Raellyn harus sedikit lebih mensyukuri yang satu itu.“Baiklah
Raellyn tidak menyangka bahwa dia bisa sampai ke rumah pamannya dengan berkendara sendiri seperti ini. Rasanya betul-betul gila dan sedikit menyegarkan kepala. Perjalanan yang dia lakukan sendiri membuatnya merasakan sedikit kebebasan yang tidak dia duga sebelumnya. Namun sebelum itu alasan lain mengapa Raellyn datang ke rumah sang paman adalah karena kedatangan pengacara ke rumahnya, dan Arnav yang menolak memberikan penjelasan apa-apa. Raellyn memang terusik karena itu, jadi daripada diam saja dan menebak-nebak dia memilih untuk memastikan sendiri kondisi keluarganya.Pintu terbuka sebelum Raellyn sempat mengetuknya. “Oho~ Milady,” sebut Lita dengan ekspresi yang sulit di tebak tapi yang pasti Raellyn entah mengapa merasa bahwa sepupunya itu sudah tahu bahwa dia akan datang. Dia tidak terlihat terkejut seperti saat kunjungan pertama.Raellyn hanya mendecak kecil sebelum dia ikut masuk ke dalam rumah. Sejujurnya Raellyn selalu menyukai perasaan yang menerpa dirinya ketika dia menginj
Raellyn kini mengigit bibir sembari menatap kedua mata pamannya. Ketika Lita ikut duduk dan bergabung dalam pembicaraan saat itulah sang paman mulai menjelaskan kronologis secara detail tentang kunjungan si pengacara. Kini Raellyn masih larut dalam pikirannya sendiri, sedikit terkejut setelah pamannya selesai bicara. Dia telah mendapatkan sebuah kesimpulan nyata atas seluruh penjelasan sang paman. Rupanya Raellyn telah berhasil memuaskan suaminya. Setelah itu pembicaraan penting telah usai, dan sang paman kemudian meninggalkannya. Kini tinggal Raellyn dan Lita yang tersisa di ruangan pria itu.“Ada apa Raell? Apa kau sebegitu kecewanya karena Sir Arnav tidak memberitahumu tentang penyelesaian masalah keuangan di keluarga kita?”Raellyn mendongak ketika sekali lagi pamannya bertanya. Menarik dirinya yang hanyut dalam fantasi ke dunia nyata kembali. Dia melirik ke luar jendela, disana ada pemandangan taman yang dahulu kerap menjadi penghiburannya bersama sang bunda. Mengingat kenangan l
Raellyn tiba di kediaman sang suami pada keesokan harinya tepat di jam makan malam. Perjalanan pulang tersebut menghabiskan waktu yang terasa begitu singkat, terlebih karena dia mengendarai mobilnya sendirian dengan isi kepala yang di penuhi oleh berbagai pikiran yang berkecamuk. Jika saja di umpamakan isi kepalanya seperti terdapat gemuruh badai, yang untungnya tidak mengakibatkan sebuah kecelakaan ketika sedang berkendara.Hal pertama yang Raellyn lakukan setibanya di rumah adalah memilih gaun malam terbaik dengan potongan leher yang rendah. Sengaja Raellyn memilihnya untuk dapat memamerkan aset terbaik miliknya di hadapan Arnav. Rona juga menata rambutnya dengan gaya rambut kepangan rumit seperti dewi Yunani yang menurut sang pelayan akan menonjolkan leher Raellyn serta memperlihatkan keanggunan sang nyonya rumah dengan pasti.Rupanya dugaan pelayan pribadinya tidak sepenuhnya salah, sebab begitu dia dan Arnav duduk satu meja Raellyn bisa melihat adanya kilatan dalam mata suaminya.
Raellyn menyesap anggur miliknya, tentu saja dengan kedua mata yang tetap berstagnasi menatap Arnav lekat-lekat. “Tidak, aku belum pernah menikah sebelumnya sedangkan kau sudah. Tapi, aku belajar satu hal tentang sebuah pernikahan dari mendiang orangtuaku, juga dari paman dan bibiku. Jika ingin menjalani sebuah ikatan yang menguntungkan aku lebih memilih hubungan yang berdasarkan ketulusan dan saling menghormati. Karena itu kita harus belajar untuk membicarakan semua hal yang berkaitan dengan pengambilan keputusan. Intinya aku ingin kita terbuka satu sama lain. Sama halnya dengan alasan yang mendasari kepercayaanmu bahwa sebaik-baiknya tidak ada pintu tertutup diantara kamar tidur kita yang semestinya terpisah sejak awal.”Arnav mengulas senyumanya, mencerna apa yang Raellyn katakan dengan sebaik-baiknya. Terus terang itu adalah jenis senyuman yang memiliki makna penuh kekaguman terhadap sang istri, meski begitu Raellyn tidak harus merasa tersipu dengan tatapan pria itu terhadapnya. L
“Maaf tapi aku menolak ide untuk jamuan makan malam bersama keluarga kita di rumah ini.” Suara Arnav yang bernada melarang tersebut membuat Raellyn di buat bicara lebih banyak.Dia berguling ke sisi pria itu di atas ranjang mereka, sekadar mengagumi keindahan menakjubkan yang pria itu miliki atas tubuhnya sendiri. Arnav sendiri tampak tidak begitu peduli meski di tatap dengan cukup intens. Terlebih arah tatapan Raellyn yang jelas memfokuskan pada bagian perutnya.“Apa aku semenggoda itu? haruskah kita lakukan lagi?” ujaran frontal dari Arnav membuat Raellyn terkesiap. Akal serta kewarasannya mulai berkumpul di satu titik. Arnav membuatnya lupa akan segalanya. Namun alih-alih tergoda dengan ujaran pria itu, Raellyn malah lebih berminat untuk memanjangkan konversasi yang sempat terpotong tadi.“Kenapa tidak? justru bukannya bagus untuk kita merayakannya dalam lingkup terkecil dahulu?” tanya Raellyn, kali ini suaranya terdengar lembut. Aneh baginya untuk bersuara demikian terhadap Arnav.
Rupanya pria itu tidak pulang selama dua hari berturut-turut. Suasana di rumah besar ini terasa begitu sepi ketika Arnav menghilang. Meskipun sebetulnya suasana rumah ini memang selalu sepi setiap harinya, tapi tidak se-sepi hari ini. Terlalu damai membuat Raellyn anehnya tidak terlalu nyaman. Perpisahan sementara yang Raellyn duga karena pekerjaan tersebut sialnya membuat Raellyn agak kesepian. Apakah dia sedang mencoba mengatakan bahwa dia merindukan pria itu? Mungkin saja.Namun terlepas dari apa yang dia rasakan, ada hal lucu setelahnya. Arnav mengirim bunga ke kediamannya sendiri selama dua hari berturut-turut seolah bunga itu berguna untuk menggantikan keabsenan dirinya di rumah. Raellyn yang tidak paham bagaimana pola pikir pria itu hanya bisa geleng-geleng kepala. Apa selama ini dia selalu bersikap seperti ini? melebihkan sesuatu hanya karena punya uang berlebih di kantongnya. Membuang benda yang bagi semua orang berharga? Orang kaya selalu punya cara untuk bersenang-senang de
Belum sempat Mrs. Maddy melanjutkan ucapannya pintu ruangan terbuka lebar menampilkan Arnav yang masuk dengan jas yang sudah tergantung di kedua jarinya. Apakah itu sejenis gaya baru untuk mendapatkan perhatian semua orang? Jika iya, maka pria itu berhasil sebab Raellyn sempat terpesona padanya barang beberapa detik.“Jadi pembicaraan apa yang sedang kau bicarakan dengan istriku?” tanyanya begitu dia mendekati Raellyn dan Mrs. Maddy. Entah mengapa dalam situasi tersebut sesaat Raellyn dapat melihat ada kecanggungan yang terasa dalam tingkah laku sang kepala pelayan. Alih-alih menjawab dia langsung menundukan kepala menyambutnya.“Maafkan saya, saya akan keluar dan memberi Anda waktu untuk bicara dengan nyonya.”Raellyn yang tidak paham dengan situasi itu ingin sekali mengejar Mrs. Maddy, tapi tangannya di cegat dengan mudah oleh Arnav. Padahal dia sudah hampir mendapatkan sesuatu yang tampaknya adalah informasi yang berharga soal suaminya. Namun apa di kata, dia tidak bisa melarikan d
Satu pekan kemudian, resepsi pernikahan digelar. Tidak banyak persiapan yang dilakukan, karena Arnav telah menyerahkan seluruh urusan tersebut kepada wedding orgaziner terkemuka dan professional dibidangnya. Sehingga, meskipun serba dadakan tapi hasilnya terkesan seperti sebuah pesta yang telah direncanakan jauh-jauh hari dan ini lebih seperti pertama kalinya Raellyn dinikahi. Belum lagi keramaian ini juga karena ada beberapa wartawan yang meliput acara pesta dan bahkan disiarkan secara langsung. Memang benar pengaruh seorang Arnav bisa mengguncangkan layar kaca dan semua orang. Padahal ini hanyalah acara resepsi tapi makna yang terkandung di dalamnya terasa seperti sebuah pernikahan yang memang selalu Raellyn impikan. Seolah Arnav memang memahami betul dirinya dan Raellyn terkejut karena detail-detailnya sesuai sekali dengan pernikahan impiannya. Padahal obrolan mengenai acara resepsi hanya berlangsung sekali dan itu pun tidak terlalu mendalam karena mereka berdua langsung sibuk deng
“Tolong jangan merusak itikad baikku malam ini. Aku tidak memanggil kalian kemari untuk berdebat dan menuding istriku dengan sesuatu yang tidak masuk akal,” ujar Arnav yang seketika menghentikan perdebatan hanya dalam sekejap mata.Pandangan mata Sylvia berubah, wanita itu langsung menunduk begitu pula dengan adik Arnav yang baru Raellyn ingat bernama Louisa. Keduanya tidak mampu mengatakan sepatah kata pun dan kondisi meja kembali tertib.Raellyn memang sangat menyangkan situasi yang berjalan tidak seharusnya. Sebagai satu keluarga dan di dominasi oleh orang dewasa semestinya mereka memiliki pemikiran yang matang dan bisa menentukan mata yang pantas dan tidak pantas di lakukan. Toh, untuk apa pula berdebat dan mempermasalhkan hal yang tidak benar adanya? Menunjukan siapa yang paling benar dan pantas mendapatkan dukungan dan simpati? Cerita lama.“Nyonya Chyntia alasan aku memanggilmu kemari karena aku ingin minta maaf.”Semua orang di meja langsung menatap Arnav dengan pandangan tida
Seminggu berlalu sejak moment dimana Arnav bilang ingin meminta maaf pada Nyonya Chyntia dan ingin melepaskan beban masa lalu. Raellyn memang senang mendengarnya, tapi ketika hari dimana suaminya mengajaknya untuk melakukan sebuah pertemuan dengan sang ibu mertua saat itu pula pikiran Raellyn malah tidak tenang.Restaurant mewah yang mereka datangi malah membuat Raellyn dejavu. Suasana ini nyaris serupa dengan saat pertama kali dia bertemu dengan sang ibu mertua. Yang berbeda adalah dia tidak begitu mengenal ibu mertuanya saat itu dan punya tujuan untuk ikut campur bak super hero bijaksana. Tapi sekarang Raellyn hanya menjadi seorang pengamat dan dia tidak di perkenankan ikut campur sebelum Arnav menyelesaikan urusannya. Raellyn sekarang memang sudah berubah, dia sudah bisa memahami posisinya dan tidak lagi keras kepala seperti dulu. Maka beginilah yang terjadi dia menanti dengan sabar sebelum keluarga baru suaminya tiba.Kemarin, Arnav kembali menyinggung soal niatannya dan saat itu
Suara pintu dibuka dan sedikit mengejutkan bagi kedua insan di dalam ruangan ketika seorang pria paruh baya masuk kesana.“Paman,” panggil Raellyn begitu menyadari orang yang datang berkunjung adalah sang paman. Dia melirik kearah Arnav yang tersenyum kearahnya. Raellyn benar-benar terharu, dia pikir pria itu tidak akan membagi kabar ini kepada kerabat ataupun keluarga. Raellyn juga tidak memaksanya karena dia tahu pria itu sudah cukup sibuk dan lelah selama seharian kemarin. Makanya ketika dia melihat pamannya datang Raellyn senang bukan main. Keluarganya menjadi yang pertama mengetahui soal kelahiran putranya.“Dimana cucuku, Raellyn? Aku ingin melihatnya,” ujar sang paman dengan penuh pancaran kebahagiaan. Dia benar-benar menampakan sebuah ekspresi tak sabar untuk melihat cucunya. Perasaan bahagia itu tidak bisa dia sembunyikan setelah mendengar bahwa keponakannya baru saja melahirkan. Tentu saja pria itu langsung melesat ke rumah sakit tanpa perlu memikirkan apapun.“Ini cucumu, p
Operasi caesar telah usai dan berjalan dengan sangat lancar. Kini Raellyn dibawa menuju ke ruang pemulihan khusus dan dia berada di bawah pantauan tim dokter dengan sangat teratur. Tentu saja hal ini tidak lepas dari kuasa sang suami yang memberikan seluruh akses istimewa sehingga Raellyn mendapatkan perawatan secara paripurna. Infus masih terpasang di lengan kiri Raellyn selama istrinya itu masih belum bisa makan dan juga minum dengan sempurna.Arnav, dengan seluruh kuasa yang dia miliki juga meminta agar anaknya berada di dalam satu ruangan yang sama dengan Raellyn. Hal itu tidak terlalu banyak menyita waktu karena memang bayinya sehat dan tidak membutuhkan tindakan medis lebih lanjut.“Berapa lama masa penyembuhan istri saya, dok?” tanya Arnav, saat ini dia berada di ruangan sang dokter muda yang menangani persalinan istrinya.“Kurang lebih sekitar empat sampai dengan enam minggu untuk sembuh total dan bisa beraktifitas seperti biasa. Saya sangat menyarankan istri anda jangan sampa
Memasuki jadwal kontrol bulanan, di fase bulan ke sembilan. Raellyn seperti biasa di dampingi oleh Arnav kembali mengunjungi sebuah klinik yang telah di percayai untuk berkonsultasi mengenai kelahiran buah hati mereka pada dokter yang menanganinya. Bahkan Arnav sendiri juga sudah sampai pada titik melakukan reservasi sebuah kamar VVIP di sebuah rumah sakit untuk berjaga-jaga, karena dari yang dia ketahui melalui pengalaman asisten pria-nya terkadang kelahiran dapat terjadi secara tiba-tiba dan melenceng dari hari yang sudah di jadwalkan. Dalam hati terutama untuk Raellyn sendiri, tentu saja dia terkadang kerap kali di hantui oleh rasa cemas dan juga takut yang berlebih selama menantikan hari persalinan.“Arnav, aku tiba-tiba jadi merasa takut.”Arnav sendiri biar pun tampangnya terlihat tenang, tapi jauh di lubuk hati dia juga cemas bukan kepalang. Dia sangat khawatir kepada istri dan juga calon buah hati mereka. “Tenanglah, sayangku. Apapun yang terjadi nanti aku ada disampingmu.”Ra
Sayangnya sejak hari itu Arnav tidak pernah buka suara tentang apa yang terjadi. Arsene juga sudah tidak pernah terlihat lagi batang hidungnya. Raellyn memang penasaran dengan apa yang terjadi, tapi untuk sekarang dia merasa tidak perlu mengulik atau pun mencari tahu. Dia sudah mempercayai Arnav dan tidak lagi meragukan dirinya yang dulu. Kedua pria itu pasti punya alasan, dan Raellyn tidak akan mengusik hal tersebut.Waktu sudah berlalu, menginjak bulan ke sembilan dari kehamilannya. Raellyn makin hari makin di manjakan saja. Sesungguhnya Raellyn hanya bisa berdoa agar dia tidak meleleh setiap paginya karena pria itu selalu saja punya cara untuk memanjakannya dengan penuh cinta. Apalagi saat perutnya dibelai sambil dibisiki kata-kata mesra. Ah… sungguh, apakah Arnav memang seperti ini? rasanya dia benar-benar seperti tokoh pria fiksi idamannya jika begini terus.“Raellyn sayang, bangun.”“Tidak mau.” Raellyn masih merasa sangat berat, semalam mereka bermain cukup lama. Ini karena Arn
Lita dan Raellyn kini asyik berceloteh ria di ruang tamu kediaman sang paman. Sepupunya itu langsung melonjak gembira begitu membuka pintu dan mendapati Raellyn ada disana dengan perut buncitnya. Padahal sedari tadi dia kata Sharon, Lita hanya menatap ponselnya tanpa memiliki niatan beranjak sedikit pun. Raellyn hanya terkikik mendengarkan celotehan adik sepupunya itu sambil sesekali Lita akan angkat bicara untuk menyanggah apa yang adiknya katakan. Reuni kecil setelah sekian lama memang membawa sedikit rasa nostalgia.Kini setelah ditinggal oleh Sharon, kedua wanita itu mulai bercerita banyak hal. Terutama topik mengenai kehamilan Raellyn yang sejak tadi selalu diungkit oleh Lita.“Kau sudah siapkan nama untuk calon anakmu belum?”Raellyn hanya menggeleng. “Aku belum punya nama untuk bayiku, tapi aku rasa Arnav sudah punya beberapa. Dia sangat antusias sejak dokter bilang bahwa calon bayi kami akan lahir sebagai bayi laki-laki.” Raellyn mengujar seraya mengusap perut besarnya dengan
Mendengar suara Mrs. Maddy dari balik pintu Raellyn tersedak saliva-nya sendiri dan terbatuk-batuk. Muka wanita itu langsung merah padam tak tertahankan ketika melihat ke arah pintu kamar yang sudah terbuka dan menampakan si kepala pelayan. Sementara Arnav susah payah untuk menggeram menahan hasratnya yang harus dia tenangkan. Kehadiran Mrs. Maddy benar-benar sangat tidak tepat.“A-ah ya Mrs. Maddy ada apa?” Raellyn menghampiri wanita itu untuk mengurangi kecanggungan meskipun tentu saja kesalah tingkahannya tidak benar-benar bisa dia sembunyikan.“Maaf bila saya mengganggu aktivitas pagi Anda. Tapi ada tamu.”Mati aku! Raellyn sempat merutuk sebelum akhirnya dia terhenti dan menatap Mrs. Maddy dengan tatapan tidak percaya.“Tamu? Pagi-pagi begini?” tanya Raellyn yang sekarang benar-benar murni telah melepaskan seluruh kecanggungannya beberapa saat lalu menjadi sebuah tanda tanya besar di kepala.Mrs. Maddy diam sejenak, wanita itu bergantian memandangi wajah Raellyn yang ada di hadap