Raymond yang malam itu merasa kecewa dan patah hati memilih keluar negeri untuk menenangkan dirinya sembari berpikir apa langkah selanjutnya, tetap mempertahankan wanita yang tidak mencintainya atau melepas wanita itu agar bebas dari belenggunya. Cinta memang virus yang bisa merubah orang termasuk Raymond, cinta yang bersemayam di hatinya benar-benar membuatnya lemah dalam memutuskan. Dia terus memandangi foto gadisnya, rasa rindu mulai menyeruak masuk membuatnya tak tau harus bagaimana hingga suara David asistennya membuyarkan segalanya. "Tuan, anda harus makan dari tadi anda tidak makan sama sekali." Asisten ini sangat khawatir dengan sang Tuan. "Pergilah! aku tidak lapar." Tak ada yang bisa David lakukan selain keluar dari kamar tuannya, apakah memang seperti ini orang yang sedang patah hati? Tak hanya Raymond Rara pun sama, dia terus memandangi foto tuannya berharap sang tuan cepat pulang karena rindu di dirinya meronta memanggil sang Tuan. Keduanya sama-sama disiksa rindu,
Tak ada yang bisa Rara lakukan selain mengikuti kemauan sang Tuan meski dia tidak nyaman dengan kehadiran para pengawal tersebut.Hari-hari Rara jalani dengan pengawalan yang ketat, dia benar-benar stres karena setiap dia berbicara dengan teman lelaki pengawal tersebut segera menegur temannya."Sumpah An, aku tuh benar-benar stres, kamu lihat sendiri kan tadi, padahal aku cuma bertanya mengenai praktek bulan depan, dua pengawal itu udah langsung menegur Rehan." Rara meluapkan semua kekesalannya pada Ana.Tak berselang lama, Raymond menghubungi Rara dia tidak suka jika Rara berbicara dengan lawan jenis.Merasa frustasi Rara pun mengusap rambutnya dengan kasar, Raymond benar-benar posesif dan over protektif padanya.Seminggu kemudian, kampus akan mengadakan acara untuk memperingati hari berdirinya, pak Rektor mengundang Raymond sebagai tamu kehormatan.Raymond yang selalu sibuk dengan pekerjaannya tidak pernah hadir ketika diundang namun kali ini dia mau menghadiri acara tersebut karena
Merasa lelah Rara masuk terlebih dahulu, meninggalkan sang Tuan dengan para pengawalnya. Di acara tadi Rara berharap Raymond mengejarnya untuk meminta maaf namun ternyata harapannya pupus karena tuannya tidak peka sehingga membiarkannya dirantai rasa cemburu. "Pulang dari kampus kemana?" Ternyata Raymond masih penasaran. "Rumah Ana," jawab Rara singkat. Untuk menghindari percakapan dengan kekasihnya, gadis itu mengeluarkan buka dan mengerjakan tugas yang belum dia kerjakan. "Baru pulang langsung mengerjakan tugas, apa tidak rindu dengan aku." sindirnya. "Tidak sama sekali." Pandangan Rara tidak berubah. "Kamu masih cemburu?" Ucapan tuannya kali ini membuat Rara kesal, api cemburu yang belum padam kini seakan berkobar. "Untuk apa cemburu, sadar diri saja." Rara terus sewot sehingga membuat prianya merasa gemas. Tanpa aba-aba Raymond menarik tubuh Rara lalu memeluknya, "Maaf jika kamu cemburu," bisiknya. Api yang berkobar padam seketika, hanya kata maaf dari sang Tuan mampu me
Benar saja setelah tiba di kampus tidak ada lagi pengawal yang terus mengikutinya, hidupnya benar-benar bebas lepas tanpa pengawalan. Senyum bahagia terukir manis di bibirnya, tulisan terima kasih dia kirim untuk kekasihnya tak lupa emot cinta dibelakangnya. Semenjak diberhentikannya dua pengawal yang terus mengawasi Rara membuat Amanda berani mendekati adik sepupunya bahkan dia meminta uang. "Uang darimana sih Kak, ini aja aku tidak bawa uang sama sekali." Seolah tak percaya, dia mengambil tas Rara dan menggeledah isinya, benar saja dia tidak menemukan apa-apa selain buku. "Percuma punya sugar daddy kalo nggak punya duit," ejeknya. Ejekkan Amanda tidak membuatnya kesal, tapi dis sedikit shock dengan sikap kakaknya yang berubah kembali. "Ternyata penyesalan waktu itu palsu." "Memang." Dengan tertawa keras Amanda mendorong tubuh Rara sehingga sang adik terjatuh ke lantai. Di sisi lain Raymond yang mendapatkan laporan dari pengawal Rara nampak marah, sebenarnya Raymond tidak b
Lelah memikirkan hadiah untuk sang kekasih gadis itu malah tertidur di sofa.“An, Tuan Raymond akan ulang tahun menurutmu apa yang pantas aku beri?”Tak mendapatkan ide hadiah untuk kekasihnya Rara bertanya pada sahabatnya siapa tahu sahabatnya memiliki ide.“Nggak usah dikado, Tuan kamu uangnya banyak aku yakin dia juga tidak mengharapkan kado darimu.” Meskipun benar tapi Rara tetap tidak setuju, hari ulang tahun adalah hari yang spesial bagi seseorang jadi dia wajib memberikan kado meski yang sedang ulang tahun tidak mengharap hadiah darinya.“Mana boleh seperti An,” protes Rara.Di saat bingung tiba-tiba Rara mendapatkan ide, dia ingin membuat kue spesial untuk sang Tuan kekasih. “Bagus Ra, ide kali ini cemerlang sekali,” gumamnya.Sepulang dari kampus, Rara pergi ke ruang istirahat koki dan juga pelayan, dia meminta koki untuk mengajarinya membuat kue.“Nona untuk ulang tahun Tuan, kami sudah membuat kue jadi anda tidak perlu repot-repot membuatnya lagi.”Melihat para koki dan pel
"Tuan orang tua Anda datang untuk merayakan hari ulang tahun anda." Laporan David membuat Raymond cukup senang.Sekian Lama tidak berjumpa akhirnya kini dia dapat melihat wajah kedua orang tuanya kembali."Ayo pulang." Tak sabar bertemu kedua orang tuanya Raymond segera mengajak David untuk pulang.Sesampainya di rumah pria itu mendapatkan kejutan yang bertubi-tubi, pertama kejutan dari para pelayan ya mungkin selalu dia dapat setiap tahunnya, yang kedua kedatangan kedua orang tuanya dan yang ketiga adalah wanita yang dibawa orang tuanya."Selamat ulang tahun Putraku semoga bertambahnya usiamu kamu akan memikirkan untuk berumah tangga."Ucapan sang Papa membuat Raymond tersenyum kecut, memang sudah ada keinginan untuk menikah namun waktu tidak dalam waktu dekat ini."Nanti aku pikirkan lagi Dad," sahutnya.Segera Mama Raymond mendekati anaknya, "Jessica wanita yang baik, Mommy Rasa cocok untuk kamu." Sontak Raymond menggeleng, dia sudah memiliki wanita yang tengah mengobrak abrik hat
"Berhenti!" Teriakannya tak membuat gadis itu berhenti. Karena tak digubris Raymond akhirnya mempercepat langkah kakinya. "Aku memintamu untuk berhenti tapi kenapa kamu terus berlari!" Tangannya berhasil menggapai tangan Rara. Tak tahu harus menjawab apa Rara hanya diam dengan menatap sang Tuan dengan tatapan yang sulit diartikan. "Aku bertanya!" Lagi-lagi wanita itu hanya diam yang kemudian terlihat menggelengkan kepala. Merasa putus asa Raymond pun menggandeng Rara masuk ke dalam kamar, dan sekali lagi dia bertanya. "Jawabannya karena saya kesal!" Suaranya meninggi. "Wanita mana yang bisa melihat wanita lain bermanja-manja pada kekasihnya." Ternyata masalah kali ini adalah cemburu. Raymond terlihat tersenyum. "Aku tidak menginginkannya karena yang aku inginkan hanya dirimu," bujuknya. Rara hanya bisa mengangguk meski hatinya kini tak karu-karuan, bagaimanapun juga Jessica adalah wanita pilihan kedua orang tua Raymond. "Takut akan Kehilangan dan sebuah perpisahan membuat
Jessica menganggap Rara sebagai pengganggu yang harus segera diusir padahal di sini yang sebenarnya pengganggu adalah Jessica.Tak ingin harga dirinya terus diinjak-injak oleh Jessica maupun orang tua Raymond, Rara memutuskan pergi dari rumah sang Sang Tuan."An boleh kan aku nginep di rumah kamu." Tak tahu harus ke mana akhirnya Rara pergi ke rumah Ana sahabatnya.Baik Ana maupun kedua orang tuanya menyambut Rara dengan baik, bahkan mereka mengizinkan Rara untuk tinggal di rumah mereka.Baru saja mereka selesai bercerita dan bercanda tiba-tiba seorang yang berpakaian hitam-hitam mendatangi rumah Ana, ya mereka adalah para anak buah Raymond yang datang untuk menjemput."Aku tidak ingin ikut kalian." Tolak Rara dengan tegas."Sayangnya Tuan Raymond tidak memberikan opsi itu pada anda Nona, tolong ikut kami atau kami akan membawa anda secara paksa." Lagi-lagi ancaman mereka membuat Rara menyerah."Baiklah." Ana dan kedua orang tuanya nampak khawatir namun segera Rara meyakinkan mereka