"Tenanglah tak ada yang serius dengan Lety. Ayo masuklah nanti Aku jelaskan padamu di dalam."dengan tenang Dna menjawabnya."Benarkah? Lalu apa penyebab sakitnya putriku?"Dewa duduk di dekat putrinya yang sedang terbaring. Sedangkan Dina duduk di kursi dekat ranjang Lety."Secara fisik, Lety mungkin nampak sehat. Tapi di dalam jiwanya, sebenarnya Dia lemah dan tak memiliki semangat. Pikirannya stress karena Kau terlalu mengekangnya atau bahkan sering melihatmu marah - marah tak jelas.""Maksudmu?""Dia cuma butuh teman, cobalah untuk tidak terlalu membatasi geraknya. Biarkan Dia bermain apa yang Dia suka di rumah ini, yang penting diawasi. Jangan dikurung di dalam kamar terus - terusan. Kalo bisa, daftarkan Dia ke Taman kanak -kanak biar dapat teman banyak." Dina menciba memberi pengertian pada Dewa.Ia sudah sangat hafal dengan perangai pria itu, karena Mereka berteman sudah sangat lama."Membiarkannya rerlalu bebas seperti itu apa justru tidak membahayakan dirinya ya Din. Aku takut
"Benarkah? Kau serius Honey?""Tentu saja Sayang Aku serius. Yang penting Kamu jangan ngambek lagi ya.""Okey Sayang, eemmuuaacchh." Saking girangnya Lucy langsung menciumi Dewa berkali - kali. Dewa pun membalasnya dengan pagutan di bibir sexy Sang Sekretatis. Pagi yang dingin dan ruangan ber AC seketika menjadi panas karena aktivitas pagi mereka yang cukup hot. Dewa yang sudah mulai terbakar gairah, kini tangannya telah bergerak melakukan remasan pada dada montok Sekretarisnya."Aahhh Honey, ingat Kita sedang di kantor Sayang.""Tenang Sayang, pintunya sudah Aku kunci. Jadi aman. Ayolah Sayang, sebentar saja puaskan dahagaku ya.""Kau ini nakal sekali Honey," Dua insan yang sudah dibutakan oleh gairah terlarang itupun menuntaskan segala hasratnya. Bahkan tak peduli kalo Mereka sedang berada di mana, yang penting bisa memuaskan birahinya masing-masing."Aaacccchhhh," Keduanya melenguh panjang, merasakan sensasi kenikmatan dunia yang paling indah. Mereka nampak terkulai sehabis pelep
Sementara itu, Erfan sangat sedih menerima berita bahwa Anika ternyata telah di bawa ke Kota untuk dijadikan sebagai jaminan Hutang paman dan Bibinya kepada seorang Tuan besar di Kota. Pupus sudah harapannya untuk bertemu dengan Adik satu - satunya.Orang suruhannya yang telah kembali dan mengabarkan bahwa Anika sudah tidak bersama dengan Paman dan Bibinya. Maka, Erfan memutuskan bahwa Dia sendirilah yang akan datang ke Indonesia dan mencari Sang Adik yang telah dibawa ke jakarta."Coba ceritakan padaku bagaimana bisa Adikku tidak ada di sana?"Mata Erfan berkaca - kaca mengingat akan nasib Adiknya itu. Dari kecil mereka sudah menderita karena sering mendapat perlakuan yang tidak pantas."Kami terlambat Bos. Saat Bos mengutus kami ke sana, ternyata Adik Bos sudah di bawa ke Jakarta." ucap kedua anak buahnya itu. Erfan terdiam, dan menahan segala sesak didadanya."Untuk apa mereka membawa Adikku ke Jakarta? Ya Tuhan, semoga saja engkau selalu melindungi Adikku di manapun Dia berada."gu
Kalian benar - benar jahat. Manusia tak punya hati. Tega sekali kalian menjerumuskan Anika kepada Juragan Jarwo Si Tua bangka itu." Erfan menahan geram, giginya nampak gemeretuk."Kami sudah mengatakan yang sebenarnya, sekarang berikan uang itu pada kami. Kalo kau ingin menemuinya, datang saja ke sana.!""Dengar Bi, Aku masih menghormati kalian karrna bagaimanapun juga masih kerabatku. Tapi ingat Bi, jika ada sesuatu yang terjadi dengan Adikku di sana, maka Aku akan kembali ke sini dan membuat perhitungan dengan Kalian berdua!"Mendengar ancaman Erfan yang bernada ancaman keras itu, nyali Paman dan Bibinya jadi ciut juga."Maafkan Kami Fan, Kami tidak ada jalan lain waktu itu. Karena tidak bisa melunasi hutang Kami pada Juragan Jarwo, jadi terpaksa Anika dijadikan sebagai jaminannya."Dengan suara bergetar, Pamannya berusahab menjelaskan ada Erfan."Sudah Bos, Ayo pergi saja dari sini. Atau sebelum pergi, Kita hajar dulu mereka, bagaimana ha ha ha." Anak buah Erfan jadi tambah tidak s
Lety segera masuk mobil, dan duduk di samping Papanya. Sedangkan Anika duduk di kursi belakang. Dari atas spion yang ada diatas kepalanya itu, Dewa melirik penampilan Anika yang tak memakai baju pelayan. Dalam hati Ia mengagumi tentang perubahan diri Anika bahkan sempat berbisik dalam hatinya kalo Anika kini terlihat sangat manis.Sepanjang perjalanan menuju ke pantai, Lety dan Papanya selalu tersenyum."Kau senang Sayang?" tanya Dewa pada putri semata wayangnya itu. Dan Lety pun mengangguk."Sebentar lagi Kit sampai di pantai, mudah- mudahan gak kena macet dech." Dwwa berkata lagi sambil mengelus kepala Lety. Anika hanya diam saja, cukup mendengarkan Dewa dan putri kecilnya. Tentu saja Ia tak berani berkomentar apapun, nanti dikiranya sok tahu dan sok akrab. Bisa diomelin sama Tuannya itu."Hey, Kau kenapa sejak tadi cuma diam?""Maaf Tuan Saya tak berani menyela Kalian. Lebih baik Saya diam kalo tidak ditanya." jawab Anika dengan menundukkan mukanya.Dari spion Dewa bisa melihat sem
Dalam perjalanan pulang, Dewa hanya diam seribu bahasa. Wajahnya masih nampak menunjukkan emosinya. Lety mengerti jika Papanya seperti itu, pasti telah terjadi sesuatu yang membuat sikapnya langsung berubah.Sampai di rumah pun, Dewa langsung masuk ke kamarnya. Ia langsung meninggalkan Lety dan Anika di mobil."Ada apa dengan Papamu Lery?""Mungkin terjadi sesuatu sama Papa Kak. Aku juga tidak tahu.""Ya sudah, sana Kamu masuk dulu. Biar Kakak yang membawakan tasnya ya.""Baik Kak. Aku masuk dulu ke kamar."Bi Ijah pun menyambut ke depan dan bermaksud akan membantu Anika."Lho kok sudah pulang. Katanya mau jalan - jalan ke Mall juga.""Entahlah Bi. Tadi cuma main di pantai aja, dari sana langsung pulang. Gak kemana- mana lagi.""Memangnya Nona kecil yang minta pulang ya?""Bukan Bi. Tapi Tuan.Semenjak perjalanan pulang, Tuan tak berbicara sedikitpun. Raut mukanya berubah, kaya orang lagi sedih atau tertekan gitu lah.""Memangnya apa yang sudah terjadi di sana?""Ih Si Bibi, nanya - n
Kemudian Dewa berbalik menuju ke ranjang tempat Anika masih terbaring.Ia duduk di samping tubuh polos wanita pelayan itu, dan tersenyum menyeringai. Ia menundukkan kepalanya, dan mendekatkan bibirnya pada Anika. Dengan liar, Ia kembali memagut bibir mungil pelayannya itu, dan mulai menindih tubuh yang tak berdaya itu. Sambil memeluk Anika, bibir Dewa turun ke dada dan mulai menjilati puting yang kemerahan. Seperti bayi yang sedang menyusu pada Ibunya, Dewa menyedot dan mengemut puting susu Anika. Kembali Anika melenguh dan meringis mendapat serangan dari Dewa. Di bawah alam sadarnya karena pengaruh alkohol yang sangat kuat, Ia hanya bisa pasrah saat majikannya itu berkali - kali mengungkung tubuhnya dan melepaskan hasrat birahinya. Dewa pun yang sedang mabuk, seakan terlena dengan permainannya sendiri. Ia begitu menikmati tubuh Anika yang masih perawan dan tak pernah terjamah oleh siapapun. Berkali - kali pula Ia menghujamkan batang keperkasaannya ke dalam liang kenikmatan gadis po
Tuan, Saya ingin ke kamar Saya. Kalo di sini terus, pasti Bi ijah nyariin Saya Tuan.""Apa Kau kuat jalan sampai kamarmu?""Saya akan mencobanya Tuan. Meskipun sangat sakit kalo dipakai berjalan.""Bagaimana kalo Aku mengantarmu saja?""Jangan Tuan, nanti kalo ada yang lihat bagaimana?"Dewa menatap jam yang ada di dinding. Baru jam 06.00. Tapi pasti sudah bangun semua pelayan yang ada di rumahnya itu."Tunggu sebentar, Aku akan chek keadaan di bawah dulu ya. Jangan sampai mereka tahu dan melihatmu keluar dari kamar ini."Sambil keluar dari kamar itu, Dewa berpikir bagaimana caranya agar pelayan yang lain tak ada yang tahu tentang tragedi semalam.Kamar Lety putri kecilnya masih tertutup. Aha, Dewa tiba - tiba dapat ide, saat melihat peralatan pel yang ada di sudut. Ia segera mengambilnya sambil celingak celinguk takut kalo ada orang yang melihatnya. Sampai di kamar atas dengan nafas ngos - ngosan. Kaya maling yang takut ketahuan kan? he he heAnika cuma memandang Tuannya dengan heran
Erfan baru terjaga dari tidurnya. Mimpi buruk yang baru saja dialaminya membuatnya berpikir dan merasa sangat kuatir karena takut mimpi itu akan jadi kenyataan. Saat menatap jam di dinding, ternyata sudah sangat siang. Ia bergegas menuju ke kamar mandi untuk membasuh seluruh tubuhnya.Namun, mimpi yang tdi sempat hinggap kini terbayang lagi di benaknya. Bahkan Ia merasakan sesuatu yang aneh dalam debaran hatinya. Ia merasakan sedikit sesak dan agak nyeri pada dadanya.Sudah hampir sebulan Ia berada di Kota ini untuk mencari info tentang keberadaan Sang Adik yang telah dijadikan sebagai jaminan pelunas hutang oleh paman dan Bibinya. Yang Katanya sudah di bawa ke kota oleh orang lain.Namun semalam, tiba-tiba Ia bermimpi aneh tentang adiknya itu. Dalam mimpinya itu, Ia melihat Adiknya sedang diseret dan dipukuli oleh orang-orang yang tak dikenal, kemudian tubuhnya dibuang ke sebuah jurang yang sangat dalam. Dan kini, Ia merasa kepikiran terus dengan mimpi itu. Tapi Ia juga bingung haru
Sejak pagi, di rumah Dewa sudah terlihat sangat sibuk. Acara resepsi di gedung yang akan di mulai pukul sembilan harus sesuai dengan keinginan Mereka. Sebenarnya Anika tidak menginginkan acara yang meriah seperti itu. Namun Dewa ingin memberikan yang terbaik untuk Istrinya itu. Apa lagi jika mengingat Anika adalah anak yatim piatu yang dari kecil tak pernah merasakan kebahagiaan.Jam tujuh pagi, Anika sudah bersiap untuk berangkat dengan menggunakan mobil yang disopiri oleh Mang Udin dan juga Bi Ijah sebagai pendamping Anika."Mang, ingat ya jangan ngebut. Dan jagain Anika dengan baik-baik." Pesan Dewa sebelum Mereka berangkat."Baik Tuan. Akan Saya jaga dengan sebaik-baiknya." jawab Mang Udin yang telah bersiap di belakang kemudi.Dan Anika pun melambaikan tangan pada Dewa dan Lety yang juga akan segera menyusul ke sana, tapi menggunakan mobil yang berbeda."Mang Marno, tolong Kau atur tentang penjagaan di rumah ini Jangan sampai kosong selama Kita tinggalkan ke gedung.""Siap Tuan.
Mang Marno menyuruh Mereka untuk menunggu di ruang tamu yang terletak di samping rumah. Kemudian Ia memanggil Bi Ijah untuk menyampaikan pada Tuan dan Nyonya Mereka, bahwa Asisten yang baru telah tiba.Tak lama kemudian, Bi Ijah phn dstang menyambut Mereka."Rupanya kalian sudah datang ya."Sambut Bi Ijah menyalami Mereka."Tunggu sebentar, Tuan dan Nyonya sedang kemari. Nanti kalian perkenalkan diri sama Majikan Kita ya."Keduanya pun mengangguk dan duduk dengan tenang. Anika dan Dewa pun telah datang dan duduk dihadapan Mereka."Nyonya, Tuan. Mereka adalah orang yang Saya maksud kemarin. Ayo perkenalkan nama Kalian masing-masing." kata Bi Ijah pada kedua orng itu."Perkenalkan, nama Saya Tuti Tuan, Nyonya dan ini adalah keponakan Saya."Kata wanita yang lebih tua, kemudian nenyenggol lengan keponakannya untuk gantian menyebutkan namamya."Benar Tuan, Nyonya Saya adalah keponakannya Bi Tuti. Nama Saya Juwi.""Tuti dan Juwi. Apakah kalian ini masih tetangganya Bi Ijah?" tanya Anika sa
"Sayang, baju pengantinmu untuk acara Kita nanti, apa sudah jadi?""Sudah, kata asisten Lidya akan dikirim besok Sayang.""Baguslah. Dan besok kata Bi Ijah juga asisten yng baru akan datang ke rumah Kita.""Oh iya, apa Kau tadi sudah menanyakannya sama Bi Ijah?""Iya Sayang sudah. Nanti kalo Mereka sudah datang, Kau yang harus mengatur tugas Mereka. Biar bisa bantu-bantu Bi Ijah." Anika mengangguk setuju mendengar perkataan Dewa."Kita makan di restoran itu saja Sayang."Dewa membelokkan mobilnya memasuki pelataran sebuah restoran. Turun dari mobil, Mereka segera masuk dan memesan makanan."Restoran ini bagus ya. Pasti harga makanannya sangat mahal." Anika memperhatikan sekeliling restoran itu, yang sangat bagus dan ditata dengan sangat estetis."Kenapa berpikir masalah harga Sayang? Kan ada Suamimu ini." ucap Dewa dengan bangganya."Aku tahu, Kau ini bisa membayar semua makanan mahal, bahkan mungkin Kau pun bisa membeli restoran ini dengan mudah."Sedang asyik Mereka berbincang, seor
Pagi yang cerah, seluruh kekuarga Dewa bangun dengan senyum penuh kebahagiaan. Hari ini semua orang hanya berdiam diri di rumah, karena hari minggu. Dan satu minggu ke depan, resepsi pernikahan Anika dan Dewa akan segera dilaksanakan."Bi, kumpulkan semua orang di sini. Aku ingin mengecek semua persiapan minggu depan." Dewa memerintahkan pada Bi Ijah untuk mengumpulkan pelayan yang lain."Baik Tuan."Setelah menjawab Dewa, Bi Ijah pun segera keluar untuk memanggil Mang udin, Mang Oji dan Mang Marno. Mendapat perintah dari Tuannya, Mereka pun segera berkumpul."Tuan, Kami semua sudah ada di sini."Dewa yang sedang membaca koran, menurunkan kertas yang penuh dengan tulisan dan berita itu."Baiklah, Kalian semua sudah berkumpul di sini. Ada beberapa hal yang ingin Aku tanyakan sama Kalian.Minggu depan adakah acara resepsiku dengan Anika. Bagaimana dengan semua tugas kalian?""Saya dulu yang akan melaporkannya Tuan." Bi Ijah maju lebih dulu untuk memberikan laporannya."Untuk katering ya
Malam yang semakin sepi merayap, namun belum bisa melenakan dua pasangan yang sedang jatuh cinta. Apa lagi masih pengantin baru. Setiap malam ingin selalu berpelukan dan memadu asmara, menikmati surga dunia. Anika dan Dewa pun sedang mengalami hal seperti itu.Hujan yang turun membasahi bumi sejak sore tadi, menambah kian romantis untuk mereka berdua. Dengan bersandar pada dada bidang Dewa, Anika sedang memperhatikan Dewa yang dengan telaten mengajarinya bagaimana menggunakan Smartphine dan istilah-istilah yang biasa digunakan dalam HP Android."Bagaimana, mudah kan. Sekarang ayo di coba." Dewa memberikan Smartphone itu pada Istrinya. Anika mencoba beberapa kali mengusap layarnya, dan mencoba mengetik beberapa pesan yang kemudian dikirimkan pada HP Suaminya."Wah, ternyata mudah ya. Horeee, Aku sudh bisa memakainya. Makasih Sayang." Anika bersorak kegirangan layaknya anak kecil yang baru dibelikan mainan. Dewa tertawa melihat kelakuan Istri mungilnya itu yang baginya nampak sangat luc
Tiba di rumah, Mang Oji menyambut kepulangan Anika dan Lety dengan langkah yang tergesa."Nyonya kenapa baru pulang? Mampir dulu kah ke tempat lain?" tanya Mang Oji setelah membukakan pintu untuk Lety dan Anika."Maaf Mang, tadi ada sedikit masalah di jalan saat Kami pulang. Jadi telat sampai rumah." jawab Anika setelah kuar dari mobilnya."Dari tadi sudah ada tamu yang menunggu Nyonya di dalam."Anika berhenti sejenak, dan menatap ada Mang Oji."Tamu? Siapa Mang?"Anika bertatapan dengan Bi Ijah. Mungkin Bj Ijah tahu Siapa yang di maksud oleh Mang Oji."Memangnya Siapa tamunya Mang?" tanya Bi Ijah, karena Dia juga belum melihat orangnya."Dia itu seorang wanita. Katanya sih yang kemarin dari Butik,...Butik apa itu ya, aduh Saya lupa namanya Bi.""Kamu itu memang kebiasaan, pelupa orangnya. Apa Dia itu temannya Mbak Lidya ya Nya. Kan kemarin sudah janji kalo hari ini akan datang.""Oh iya Bi, mungkin Kau benar. Aduh, kenapa Saya bisa lupa ya.""Memangnya Dia Siapa Ma?" Lety ikut - ikut
"Kita akan kemana lagi Bos? Sudah hampir dua minggu Kita mencari informasi tentang Adik Bos, tapi sampai saat ini Kita belum menemukan titik terang.Pria yang duduk dibelakang stir mencoba bertanya arah dan tujuan selanjutnya Mereka akan mencari Adik dari majikannya itu. Erfan terdiam, mencoba berpikir dengan cara apa lagi Dia akan mencari Adiknya."Kalo misalnya Kita mengeksposnya di Media bagaimana Bos?" kata Pria yang duduk di sebelah Erfan."Aku juga sudah berfikir ke arah situ, tapi kalo Kita membuat berita di Media Aku takut akan ada orang jahat yang dapat memanfaatkan informasi itu.""Maksudnya Bos, maaf saya tidak tahu.""Coba fikir, kalo Aku memuat berita bajwa Aku sedang mencari Adikku, Aku yakin pasti nanti akan ada banyak orang yang mengaku sebagai Dia. Belum lagi kalo ada musuh-musuhku yang tahu Aku masih punya Adik, Mereka pasti juga akan mengincarnya.""Waduh, iya juga ya Bos. Kenapa tadi Saya tak berpikir ke arah situ ya. Maaf Bos, Saya memang bodoh." sahut Pria itu me
Sesuai dengan rencana, maka esok harinya Lety dengan diantar oleh Anika dan Bi Ijah mendaftar ke sekolah Taman kanak-kanak yang masih berada dalam lingkungan perumahan Dewa."Bagaimana,apa Kau senang Sayang?""Tentu saja Ma, Aku senang karena mulai sekarang Aku akan belajar di Sekolah bersama banyak teman. Selama ini Aku kan selalu di kurung di dalam rumah, sangat membosankan."Lety rupanya sangat senang dengan keputusan Papanya yang sudah mengijinkannya untuk mengenal dunia luar dengan bersekolah."Bi, apa sudah siap untuk berangkat"Tanya Anika pada Bi Ijah."Tenang saja, semuanya sudsah Bibi siapkan kok.Sekarang Kita tinggal berangkat saja, yuk.""Oke Bi, twrima kasih ya sudah membantuku menyiapkan semuanya."Sahut Anika pada perempuan setengah baya itu.. Merekapun segera melangkah menuju ke halaman depan. Sampai di sana, Mnag Udin sudah bersiap di belakang kemudi mobil."Silahkan naik Nona kecil, waahh hari ini kelihatan sangat cantik ya." sapa Mang Udin pada majikan kecilnya itu.