Waktu semakin bergulir, rasanya sangat cepat dan tak menyangka, kalo ternyata hari sudah menjelang pagi."Tuan, sudah hampir jam lima, bagaimana ini?" Anika mulai terlihat panik tapi Dewa malah kelihatan santai saja menanggapinya."Kenapa panik seperti itu, memangnya kenapa kalo sudah pagi. Sudahlah Kalo Kau lelah, tidur saja. Aku tak kan mengganggu istirahatmu.""Ish Tuan, kalo Saya tidur dan bangun kesiangan, nanti Bi Ijah malah curiga. Apa lagi kalo melihat Saya dari Kamar ini. Pasti mereka akan berpikiran macam - macam.""Ku rasa, mungkin sudah saatnya Kita memberi tahu semua orang di rumah ini Anika. Dan Kau, jangan memanggilku Tuan lagi. Kau ini kan calon Istriku, masa memanggilku Tuan sih?""Hah, calon Istri? Apa Tuan bilang tadi, Saya tidak paham dengan apa yang Tuan katakan.""Kau ini ya. Dengar baik - baik, Kau ini calon Istriku Anika. Jadilah Ibu sambung untuk Lety. Apa Kau mau Sayang?" Anika cuma terdiam, tak percaya rasanya mendengar kata - kata Dewa barusan."Malah diam,
Dengan senyum ceria, Lety keluar dari kamarnya dengan digandeng Anika.Mereka menuju ke meja makan untuk sarapan, karena Dewa telah menunggunya."Sayang, anak Papa Kau sudah selesai..Waahh cantik sekali anak Papa ini." Dewa merengkuh putrinya dan menciumnya dengan penuh kasih sayang."Bi Ijah, tolong panggil semua pelayan yang ada di rumah ini. Ada hal penting yang akan Aku sampaikan sama Kalian semua." perintah Dewa pada Bi Ijah, maka wanita yang telah menjadi oelayan setianya itu pun segera beranjak untuk mengumpulkan semua pelayan yang ada di sana.Mang Oji, Marno, Mang Udin pun dengan patuh langsung berkumpul sesuai dengan perintah Dewa."Tuan, semua sudah berkumpul di sini sesuai dengan perintah Tuan.""Iya Bi, terima kasih Karena Kau sudah Menjalankan perintahku dengan baik.""Maaf Tuan, memangnya ada apa Kami semua dikumpulkan di sini?" Mang Udin bertanya dengan heran. Karena tak biasanya Tuannya mengumpulkan mereka, apa lagi masih pagi begini."Ada hal yang ingin Aku sampaika
Dengan langkah ringan, Dewa memasuki Kantornya. Semua karyawan yang sudah datang pun tersenyum dengan hormat saat berpapasan dengannya. Tapi senyum yang tersungging di bibirnya itu perlahan - lahan pudar karena ternyata di dalam ruang kerjanya, Lucy telah duduk di sana dan sepertinya memang sengaja menunggu kedatangannya."Tumben, datangnya siang sekali. Sudah jam berapa sekarang dan Kau baru datang." tanpa basa basi sedikktpun, Lucy langsung melontarkan kalimat pedas itu. Dewa yang mendengarkan hanya tersenyum getir."Suka - suka Aku donk, kan Aku pimpinan di sini. Mau datang siang sekalipun itu terserah Gue donk. Kamu gak usah sewot gitu.""Ya memang terserah Kamu, hanya saja ada beberapa dokumen yang perlu Kamu tanda tangani segera. Nih, lihat semuanya harus selesai hari ini juga."Lucy menunjuk ke atas meja Dewa yang nampak sudah ada beberapa Map yang tertata rapi di sana."Jangan kuatir, akan segera ku tanda tangani. Kalo begitu, silahkan saja Kau keluar dulu. Nanti kalo sudah se
Sepanjang perjalanan pulang, Dewa terus berpikir. Sebenarnya Dia juga ragu dengan pikirannya sendiri. Apa benar itu anak Bram? Atau mungkin itu anaknya? Kalo ternyata anak itu adalah anaknya, Dia harus bersiap - siap menerima semua konsekuensinya. Paling tidak Dia harus bertanggungjawab pada darah dagingnya itu kan? Tapi untuk menikahi wanita seperti Lucy, rasanya itu sangat tidak mungkin. Karena sekarang Dia sudah tahu siapa Lucy sebenarnya.Sedsngkan pernikahannya dengan Anika tinggal menghitung hari. Dan Dewa juga tidak mau membuat kecewa hati gadis manis itu. Mungkin Dia harus jujur tentang masalah ini sama Anika, agar di kemudian hari tak ada salah paham antara mereka.Mengingat apa yang telah terjadi diantara Dia dan Anika, hati Dewa agak merasa adem. Gadis polos yang menjadi pelayan di rumahnya itu, mampu membuatnya tertarik dan merasa nyaman. Apa lagi Lety ,putrinya kelihatan sangat senang saat mendengar keputusannya akan menikah dengan Anika. Semoga pilihannya kali ini tak a
"Kalo Kau melakukannya setiap hari seperti ini pasti Aku akan sangat senang Sayang."Tersadar dengan apa yang dilakukannya dengan spontan itu, Anika melepaskan pelukannya dengan tersenyum malu dan menundukkan wajahnya."Maaf, karena saking bahagianya Aku jadi spontan seperti itu.""Duh, kenapa harus minta maaf sih. Sebentar lagi kan Kita menikah, sudah sepantasnya Kau memperlakukan Aku dengan mesra." kata Dewa sambil mengelus tangan Anika."Terima kasih ya, atas semua yang telah Kau lakukan padaku saat ini."Akhirnya Anika berani juga mengucapkan kata - kata itu sambil menatap pada pria yang ada di depannya."Terima kasih untuk apa? Aku kan belum melakukan apapun untukmu.""Karena Kau sudah mau menikahiku, tanpa memandang statusku yang bodoh dan hina ini. Dan Kau sudah menyanggupi untuk mencoba mencari3 Kakakku yang sudah lama tak kembali. Bagiku, itu merupakan suatu anugrah yang sangat besar.""Sudahlah jangan dipikirkan, sekarang ayo Kita keluar. Mungkin Lety sudah menunggu Kita di
"Ha ha ha ha, Aku yakin Kau pasti gagal kan?" kata Pria itu yang menertawakan tingkah Lucy."Iya, Aku memang gagal. Ku kira Dia itu Pria yang bodoh dan mudah untuk di rayu dengan kehamilan ini. Tapi nyatanya tak semudah itu untuk menghancurkannya. Dasar Dewa brengsek. Aku jadi makin benci sama Dia."Gigi Lucy gemeretuk menahan emosinya. Tangannya terkepal sampai rok yang dipakainya jadi kusut karena remasannya yang kuat."Kita jalan dulu Sayang, sambil Kita pikirkan langkah yang selanjutnya.""Oke Sayang, Kita pulang ke Apartemen dulu." Pria yang duduk dibelakang setir itu pun menyalakan mobilnya dan bergerak meninghalkan komplek perumahan Dewa.Bram yang tak lain adalah pacar gelap Lucyana, yang juga merupakan adik tiri dari Dewa dengan cara apapun tetap berusaha untuk menghancurkan Dewa. Dengan mengumpankan kekasihnya sendiri untuk menarik Dewa agar jatuh ke pelukan wanita itu. Namun ternyata gagal di tengah jalan. Padahal momen kehamilan Lucy adalah yang dianggap tepat oleh mereka
Hari H pernikahan Dewa dan Anika akan berlangsung beberapa jam lagi. Sesuai dengan permintaan Dewa bahwa hanya ada acara sederhana saja untuk Ijab Qobul. Sedangkan untuk resepsinya akan dilaksanakan setelah kurang lebih satu bulan setelah acara ini. Yang menjadi Saksi pun hanya orang yang ada di rumah itu saja dan pengurus Rt Rw setempat. Anika sudah bersiap dari pagi dengan dandanan pengantin yang memakai sanggul melati dan kebaya putih yang dibelinya dari Butik Lidya. Bahkan periasnya pun adalah orang yang sama, yaitu asisten Lidya yang sudah pernah merias Anika dulu. Dewa pun sudah rapi mengenakan setelan jas berwarna krem dan Lety sedang duduk di sampingnya dengan penuh Senyum."Papa kelihatan ganteng sekali." kata Lety sambil menggoda Papanya."Memangnya dari kemarin Papa tidak ganteng ya Sayang.""Ganteng kok Pah, tapi sekarang lebih dari seratus persen donk.""Ich, Kamu itu bisa saja Sayang.""Oia Pah, nanti Mama Anika juga pasti sangat cantik pakai baju pengantin. Aku tak sab
Para Tamu yang tak diundang sudah pergi semuanya. Dewa dengan dibantu oleh para pelayan yang lain yang membubarkannya. Dewa mengatakan pada Mereka, bahwa untuk resepsi akan diadakan satu bulan lagi dan Dia akan mengundang Mereka semua nanti dalam sebuah pesta besar.Setelah rumah itu kembali sepi, Dewa memasuki kamarnya mencari Sang Istri. Di tengah ruang keluarga Ia bertemu dengan Bi Ijah."Bi, apakah Anika masih di kamar?""Iya Tuan, Dia ada di kamarnya. Kelihatannya masih bingung dan sedih dengan kejadian ini Tuan.""Iya Bi, Aku tahu. Kasihan Dia. Oia, lalu Lety?""Nona kecil sedang di Taman belakang di temani Mang Oji. Dia juga kelihatan sedih melihat kejadian tadi Tuan.""Aku juga tidak menyangka akan seperti ini kejadiannya. Pasti Bram lah yang dengan diam - diam sengaja menghasut mereka untuk datang ke sini dan membuatku malu di hadapan Mereka semua.""Tidak hanya Tuan Bram, tadi sewaktu Saya mengantar Nyonya ke kamar Kami di hadang oleh Nona Lucy Tuan.""Hah,Lucy? Lalu apa yan
Erfan baru terjaga dari tidurnya. Mimpi buruk yang baru saja dialaminya membuatnya berpikir dan merasa sangat kuatir karena takut mimpi itu akan jadi kenyataan. Saat menatap jam di dinding, ternyata sudah sangat siang. Ia bergegas menuju ke kamar mandi untuk membasuh seluruh tubuhnya.Namun, mimpi yang tdi sempat hinggap kini terbayang lagi di benaknya. Bahkan Ia merasakan sesuatu yang aneh dalam debaran hatinya. Ia merasakan sedikit sesak dan agak nyeri pada dadanya.Sudah hampir sebulan Ia berada di Kota ini untuk mencari info tentang keberadaan Sang Adik yang telah dijadikan sebagai jaminan pelunas hutang oleh paman dan Bibinya. Yang Katanya sudah di bawa ke kota oleh orang lain.Namun semalam, tiba-tiba Ia bermimpi aneh tentang adiknya itu. Dalam mimpinya itu, Ia melihat Adiknya sedang diseret dan dipukuli oleh orang-orang yang tak dikenal, kemudian tubuhnya dibuang ke sebuah jurang yang sangat dalam. Dan kini, Ia merasa kepikiran terus dengan mimpi itu. Tapi Ia juga bingung haru
Sejak pagi, di rumah Dewa sudah terlihat sangat sibuk. Acara resepsi di gedung yang akan di mulai pukul sembilan harus sesuai dengan keinginan Mereka. Sebenarnya Anika tidak menginginkan acara yang meriah seperti itu. Namun Dewa ingin memberikan yang terbaik untuk Istrinya itu. Apa lagi jika mengingat Anika adalah anak yatim piatu yang dari kecil tak pernah merasakan kebahagiaan.Jam tujuh pagi, Anika sudah bersiap untuk berangkat dengan menggunakan mobil yang disopiri oleh Mang Udin dan juga Bi Ijah sebagai pendamping Anika."Mang, ingat ya jangan ngebut. Dan jagain Anika dengan baik-baik." Pesan Dewa sebelum Mereka berangkat."Baik Tuan. Akan Saya jaga dengan sebaik-baiknya." jawab Mang Udin yang telah bersiap di belakang kemudi.Dan Anika pun melambaikan tangan pada Dewa dan Lety yang juga akan segera menyusul ke sana, tapi menggunakan mobil yang berbeda."Mang Marno, tolong Kau atur tentang penjagaan di rumah ini Jangan sampai kosong selama Kita tinggalkan ke gedung.""Siap Tuan.
Mang Marno menyuruh Mereka untuk menunggu di ruang tamu yang terletak di samping rumah. Kemudian Ia memanggil Bi Ijah untuk menyampaikan pada Tuan dan Nyonya Mereka, bahwa Asisten yang baru telah tiba.Tak lama kemudian, Bi Ijah phn dstang menyambut Mereka."Rupanya kalian sudah datang ya."Sambut Bi Ijah menyalami Mereka."Tunggu sebentar, Tuan dan Nyonya sedang kemari. Nanti kalian perkenalkan diri sama Majikan Kita ya."Keduanya pun mengangguk dan duduk dengan tenang. Anika dan Dewa pun telah datang dan duduk dihadapan Mereka."Nyonya, Tuan. Mereka adalah orang yang Saya maksud kemarin. Ayo perkenalkan nama Kalian masing-masing." kata Bi Ijah pada kedua orng itu."Perkenalkan, nama Saya Tuti Tuan, Nyonya dan ini adalah keponakan Saya."Kata wanita yang lebih tua, kemudian nenyenggol lengan keponakannya untuk gantian menyebutkan namamya."Benar Tuan, Nyonya Saya adalah keponakannya Bi Tuti. Nama Saya Juwi.""Tuti dan Juwi. Apakah kalian ini masih tetangganya Bi Ijah?" tanya Anika sa
"Sayang, baju pengantinmu untuk acara Kita nanti, apa sudah jadi?""Sudah, kata asisten Lidya akan dikirim besok Sayang.""Baguslah. Dan besok kata Bi Ijah juga asisten yng baru akan datang ke rumah Kita.""Oh iya, apa Kau tadi sudah menanyakannya sama Bi Ijah?""Iya Sayang sudah. Nanti kalo Mereka sudah datang, Kau yang harus mengatur tugas Mereka. Biar bisa bantu-bantu Bi Ijah." Anika mengangguk setuju mendengar perkataan Dewa."Kita makan di restoran itu saja Sayang."Dewa membelokkan mobilnya memasuki pelataran sebuah restoran. Turun dari mobil, Mereka segera masuk dan memesan makanan."Restoran ini bagus ya. Pasti harga makanannya sangat mahal." Anika memperhatikan sekeliling restoran itu, yang sangat bagus dan ditata dengan sangat estetis."Kenapa berpikir masalah harga Sayang? Kan ada Suamimu ini." ucap Dewa dengan bangganya."Aku tahu, Kau ini bisa membayar semua makanan mahal, bahkan mungkin Kau pun bisa membeli restoran ini dengan mudah."Sedang asyik Mereka berbincang, seor
Pagi yang cerah, seluruh kekuarga Dewa bangun dengan senyum penuh kebahagiaan. Hari ini semua orang hanya berdiam diri di rumah, karena hari minggu. Dan satu minggu ke depan, resepsi pernikahan Anika dan Dewa akan segera dilaksanakan."Bi, kumpulkan semua orang di sini. Aku ingin mengecek semua persiapan minggu depan." Dewa memerintahkan pada Bi Ijah untuk mengumpulkan pelayan yang lain."Baik Tuan."Setelah menjawab Dewa, Bi Ijah pun segera keluar untuk memanggil Mang udin, Mang Oji dan Mang Marno. Mendapat perintah dari Tuannya, Mereka pun segera berkumpul."Tuan, Kami semua sudah ada di sini."Dewa yang sedang membaca koran, menurunkan kertas yang penuh dengan tulisan dan berita itu."Baiklah, Kalian semua sudah berkumpul di sini. Ada beberapa hal yang ingin Aku tanyakan sama Kalian.Minggu depan adakah acara resepsiku dengan Anika. Bagaimana dengan semua tugas kalian?""Saya dulu yang akan melaporkannya Tuan." Bi Ijah maju lebih dulu untuk memberikan laporannya."Untuk katering ya
Malam yang semakin sepi merayap, namun belum bisa melenakan dua pasangan yang sedang jatuh cinta. Apa lagi masih pengantin baru. Setiap malam ingin selalu berpelukan dan memadu asmara, menikmati surga dunia. Anika dan Dewa pun sedang mengalami hal seperti itu.Hujan yang turun membasahi bumi sejak sore tadi, menambah kian romantis untuk mereka berdua. Dengan bersandar pada dada bidang Dewa, Anika sedang memperhatikan Dewa yang dengan telaten mengajarinya bagaimana menggunakan Smartphine dan istilah-istilah yang biasa digunakan dalam HP Android."Bagaimana, mudah kan. Sekarang ayo di coba." Dewa memberikan Smartphone itu pada Istrinya. Anika mencoba beberapa kali mengusap layarnya, dan mencoba mengetik beberapa pesan yang kemudian dikirimkan pada HP Suaminya."Wah, ternyata mudah ya. Horeee, Aku sudh bisa memakainya. Makasih Sayang." Anika bersorak kegirangan layaknya anak kecil yang baru dibelikan mainan. Dewa tertawa melihat kelakuan Istri mungilnya itu yang baginya nampak sangat luc
Tiba di rumah, Mang Oji menyambut kepulangan Anika dan Lety dengan langkah yang tergesa."Nyonya kenapa baru pulang? Mampir dulu kah ke tempat lain?" tanya Mang Oji setelah membukakan pintu untuk Lety dan Anika."Maaf Mang, tadi ada sedikit masalah di jalan saat Kami pulang. Jadi telat sampai rumah." jawab Anika setelah kuar dari mobilnya."Dari tadi sudah ada tamu yang menunggu Nyonya di dalam."Anika berhenti sejenak, dan menatap ada Mang Oji."Tamu? Siapa Mang?"Anika bertatapan dengan Bi Ijah. Mungkin Bj Ijah tahu Siapa yang di maksud oleh Mang Oji."Memangnya Siapa tamunya Mang?" tanya Bi Ijah, karena Dia juga belum melihat orangnya."Dia itu seorang wanita. Katanya sih yang kemarin dari Butik,...Butik apa itu ya, aduh Saya lupa namanya Bi.""Kamu itu memang kebiasaan, pelupa orangnya. Apa Dia itu temannya Mbak Lidya ya Nya. Kan kemarin sudah janji kalo hari ini akan datang.""Oh iya Bi, mungkin Kau benar. Aduh, kenapa Saya bisa lupa ya.""Memangnya Dia Siapa Ma?" Lety ikut - ikut
"Kita akan kemana lagi Bos? Sudah hampir dua minggu Kita mencari informasi tentang Adik Bos, tapi sampai saat ini Kita belum menemukan titik terang.Pria yang duduk dibelakang stir mencoba bertanya arah dan tujuan selanjutnya Mereka akan mencari Adik dari majikannya itu. Erfan terdiam, mencoba berpikir dengan cara apa lagi Dia akan mencari Adiknya."Kalo misalnya Kita mengeksposnya di Media bagaimana Bos?" kata Pria yang duduk di sebelah Erfan."Aku juga sudah berfikir ke arah situ, tapi kalo Kita membuat berita di Media Aku takut akan ada orang jahat yang dapat memanfaatkan informasi itu.""Maksudnya Bos, maaf saya tidak tahu.""Coba fikir, kalo Aku memuat berita bajwa Aku sedang mencari Adikku, Aku yakin pasti nanti akan ada banyak orang yang mengaku sebagai Dia. Belum lagi kalo ada musuh-musuhku yang tahu Aku masih punya Adik, Mereka pasti juga akan mengincarnya.""Waduh, iya juga ya Bos. Kenapa tadi Saya tak berpikir ke arah situ ya. Maaf Bos, Saya memang bodoh." sahut Pria itu me
Sesuai dengan rencana, maka esok harinya Lety dengan diantar oleh Anika dan Bi Ijah mendaftar ke sekolah Taman kanak-kanak yang masih berada dalam lingkungan perumahan Dewa."Bagaimana,apa Kau senang Sayang?""Tentu saja Ma, Aku senang karena mulai sekarang Aku akan belajar di Sekolah bersama banyak teman. Selama ini Aku kan selalu di kurung di dalam rumah, sangat membosankan."Lety rupanya sangat senang dengan keputusan Papanya yang sudah mengijinkannya untuk mengenal dunia luar dengan bersekolah."Bi, apa sudah siap untuk berangkat"Tanya Anika pada Bi Ijah."Tenang saja, semuanya sudsah Bibi siapkan kok.Sekarang Kita tinggal berangkat saja, yuk.""Oke Bi, twrima kasih ya sudah membantuku menyiapkan semuanya."Sahut Anika pada perempuan setengah baya itu.. Merekapun segera melangkah menuju ke halaman depan. Sampai di sana, Mnag Udin sudah bersiap di belakang kemudi mobil."Silahkan naik Nona kecil, waahh hari ini kelihatan sangat cantik ya." sapa Mang Udin pada majikan kecilnya itu.