Para Tamu yang tak diundang sudah pergi semuanya. Dewa dengan dibantu oleh para pelayan yang lain yang membubarkannya. Dewa mengatakan pada Mereka, bahwa untuk resepsi akan diadakan satu bulan lagi dan Dia akan mengundang Mereka semua nanti dalam sebuah pesta besar.Setelah rumah itu kembali sepi, Dewa memasuki kamarnya mencari Sang Istri. Di tengah ruang keluarga Ia bertemu dengan Bi Ijah."Bi, apakah Anika masih di kamar?""Iya Tuan, Dia ada di kamarnya. Kelihatannya masih bingung dan sedih dengan kejadian ini Tuan.""Iya Bi, Aku tahu. Kasihan Dia. Oia, lalu Lety?""Nona kecil sedang di Taman belakang di temani Mang Oji. Dia juga kelihatan sedih melihat kejadian tadi Tuan.""Aku juga tidak menyangka akan seperti ini kejadiannya. Pasti Bram lah yang dengan diam - diam sengaja menghasut mereka untuk datang ke sini dan membuatku malu di hadapan Mereka semua.""Tidak hanya Tuan Bram, tadi sewaktu Saya mengantar Nyonya ke kamar Kami di hadang oleh Nona Lucy Tuan.""Hah,Lucy? Lalu apa yan
Anika dan Dewa keluar dari Kamar, dan melihat Lety sedang duduk menonton Tivi di temani sama Bi Ijah. Begitu melihat Papa dan Mamanya keluar dari kamar dan menghampirinya, Lety langsung menghambur memeluk Papa dan Mamanya."Kenapa lama sekali keluarnya? Aku jadi sendirian di sini cuma di temani sama Bi Ijah Pah." ucap Lety dengan polosnya."Mama sama Papa lagi Istirahat Sayang. Dan lagi ngobrol hal yang penting tentang Kamu Sayang." Dewa menggendong putri kecilnya yang telah berusia lima tahun lebih itu."Memangnya kenapa dengan Aku pah?""Emmmtt, begini Sayang. Saat ini usia Kamu kan sudah hampir enam tahun ya. Besok sama Mama dan Bi Ijah Kamu daftar ke sekolah kanak-kanak ya, biar Kamu punya banyak Teman untuk bermain. Bagaimana Sayang, apa Kau mau?""Benarkah, Aku boleh bersekolah Pah. Horeeee, Aku mau sekolah. Aku mau Pah," sahut Lety dengan penuh semangat."Bi, besok antar Anika dan Lety untuk mendafar ke Taman Kanak - kanak ya.""Baik Tuan, Saya siap mengantarkan Nona dan Nyonya
"Kita akan kemana lagi Bos? Sudah hampir dua minggu Kita mencari informasi tentang Adik Bos, tapi sampai saat ini Kita belum menemukan titik terang.Pria yang duduk dibelakang stir mencoba bertanya arah dan tujuan selanjutnya Mereka akan mencari Adik dari majikannya itu. Erfan terdiam, mencoba berpikir dengan cara apa lagi Dia akan mencari Adiknya."Kalo misalnya Kita mengeksposnya di Media bagaimana Bos?" kata Pria yang duduk di sebelah Erfan."Aku juga sudah berfikir ke arah situ, tapi kalo Kita membuat berita di Media Aku takut akan ada orang jahat yang dapat memanfaatkan informasi itu.""Maksudnya Bos, maaf saya tidak tahu.""Coba fikir, kalo Aku memuat berita bajwa Aku sedang mencari Adikku, Aku yakin pasti nanti akan ada banyak orang yang mengaku sebagai Dia. Belum lagi kalo ada musuh-musuhku yang tahu Aku masih punya Adik, Mereka pasti juga akan mengincarnya.""Waduh, iya juga ya Bos. Kenapa tadi Saya tak berpikir ke arah situ ya. Maaf Bos, Saya memang bodoh." sahut Pria itu me
Sesuai dengan rencana, maka esok harinya Lety dengan diantar oleh Anika dan Bi Ijah mendaftar ke sekolah Taman kanak-kanak yang masih berada dalam lingkungan perumahan Dewa."Bagaimana,apa Kau senang Sayang?""Tentu saja Ma, Aku senang karena mulai sekarang Aku akan belajar di Sekolah bersama banyak teman. Selama ini Aku kan selalu di kurung di dalam rumah, sangat membosankan."Lety rupanya sangat senang dengan keputusan Papanya yang sudah mengijinkannya untuk mengenal dunia luar dengan bersekolah."Bi, apa sudah siap untuk berangkat"Tanya Anika pada Bi Ijah."Tenang saja, semuanya sudsah Bibi siapkan kok.Sekarang Kita tinggal berangkat saja, yuk.""Oke Bi, twrima kasih ya sudah membantuku menyiapkan semuanya."Sahut Anika pada perempuan setengah baya itu.. Merekapun segera melangkah menuju ke halaman depan. Sampai di sana, Mnag Udin sudah bersiap di belakang kemudi mobil."Silahkan naik Nona kecil, waahh hari ini kelihatan sangat cantik ya." sapa Mang Udin pada majikan kecilnya itu.
"Kita akan kemana lagi Bos? Sudah hampir dua minggu Kita mencari informasi tentang Adik Bos, tapi sampai saat ini Kita belum menemukan titik terang.Pria yang duduk dibelakang stir mencoba bertanya arah dan tujuan selanjutnya Mereka akan mencari Adik dari majikannya itu. Erfan terdiam, mencoba berpikir dengan cara apa lagi Dia akan mencari Adiknya."Kalo misalnya Kita mengeksposnya di Media bagaimana Bos?" kata Pria yang duduk di sebelah Erfan."Aku juga sudah berfikir ke arah situ, tapi kalo Kita membuat berita di Media Aku takut akan ada orang jahat yang dapat memanfaatkan informasi itu.""Maksudnya Bos, maaf saya tidak tahu.""Coba fikir, kalo Aku memuat berita bajwa Aku sedang mencari Adikku, Aku yakin pasti nanti akan ada banyak orang yang mengaku sebagai Dia. Belum lagi kalo ada musuh-musuhku yang tahu Aku masih punya Adik, Mereka pasti juga akan mengincarnya.""Waduh, iya juga ya Bos. Kenapa tadi Saya tak berpikir ke arah situ ya. Maaf Bos, Saya memang bodoh." sahut Pria itu me
Tiba di rumah, Mang Oji menyambut kepulangan Anika dan Lety dengan langkah yang tergesa."Nyonya kenapa baru pulang? Mampir dulu kah ke tempat lain?" tanya Mang Oji setelah membukakan pintu untuk Lety dan Anika."Maaf Mang, tadi ada sedikit masalah di jalan saat Kami pulang. Jadi telat sampai rumah." jawab Anika setelah kuar dari mobilnya."Dari tadi sudah ada tamu yang menunggu Nyonya di dalam."Anika berhenti sejenak, dan menatap ada Mang Oji."Tamu? Siapa Mang?"Anika bertatapan dengan Bi Ijah. Mungkin Bj Ijah tahu Siapa yang di maksud oleh Mang Oji."Memangnya Siapa tamunya Mang?" tanya Bi Ijah, karena Dia juga belum melihat orangnya."Dia itu seorang wanita. Katanya sih yang kemarin dari Butik,...Butik apa itu ya, aduh Saya lupa namanya Bi.""Kamu itu memang kebiasaan, pelupa orangnya. Apa Dia itu temannya Mbak Lidya ya Nya. Kan kemarin sudah janji kalo hari ini akan datang.""Oh iya Bi, mungkin Kau benar. Aduh, kenapa Saya bisa lupa ya.""Memangnya Dia Siapa Ma?" Lety ikut - ikut
Malam yang semakin sepi merayap, namun belum bisa melenakan dua pasangan yang sedang jatuh cinta. Apa lagi masih pengantin baru. Setiap malam ingin selalu berpelukan dan memadu asmara, menikmati surga dunia. Anika dan Dewa pun sedang mengalami hal seperti itu.Hujan yang turun membasahi bumi sejak sore tadi, menambah kian romantis untuk mereka berdua. Dengan bersandar pada dada bidang Dewa, Anika sedang memperhatikan Dewa yang dengan telaten mengajarinya bagaimana menggunakan Smartphine dan istilah-istilah yang biasa digunakan dalam HP Android."Bagaimana, mudah kan. Sekarang ayo di coba." Dewa memberikan Smartphone itu pada Istrinya. Anika mencoba beberapa kali mengusap layarnya, dan mencoba mengetik beberapa pesan yang kemudian dikirimkan pada HP Suaminya."Wah, ternyata mudah ya. Horeee, Aku sudh bisa memakainya. Makasih Sayang." Anika bersorak kegirangan layaknya anak kecil yang baru dibelikan mainan. Dewa tertawa melihat kelakuan Istri mungilnya itu yang baginya nampak sangat luc
Pagi yang cerah, seluruh kekuarga Dewa bangun dengan senyum penuh kebahagiaan. Hari ini semua orang hanya berdiam diri di rumah, karena hari minggu. Dan satu minggu ke depan, resepsi pernikahan Anika dan Dewa akan segera dilaksanakan."Bi, kumpulkan semua orang di sini. Aku ingin mengecek semua persiapan minggu depan." Dewa memerintahkan pada Bi Ijah untuk mengumpulkan pelayan yang lain."Baik Tuan."Setelah menjawab Dewa, Bi Ijah pun segera keluar untuk memanggil Mang udin, Mang Oji dan Mang Marno. Mendapat perintah dari Tuannya, Mereka pun segera berkumpul."Tuan, Kami semua sudah ada di sini."Dewa yang sedang membaca koran, menurunkan kertas yang penuh dengan tulisan dan berita itu."Baiklah, Kalian semua sudah berkumpul di sini. Ada beberapa hal yang ingin Aku tanyakan sama Kalian.Minggu depan adakah acara resepsiku dengan Anika. Bagaimana dengan semua tugas kalian?""Saya dulu yang akan melaporkannya Tuan." Bi Ijah maju lebih dulu untuk memberikan laporannya."Untuk katering ya