Menurut kalian, apa kalian setuju dengan pilihan yang diambil oleh Daisy? Mulai Bab selanjutnya kembali POV James ya.. Jangan bosan membacanya
Sudah sebulan sejak kepergian Daisy setelah pertunangan kami. Orang yang aku minta untuk mencari jejaknya, sampai sekarang masih belum mendapatkan hasil apa-apa. Aku merasakan kesepian yang mendalam, yang membuatku hanya bisa tidur setelah aku menenggak minuman.Orang tuaku semakin sering mengunjungiku untuk membawakan makanan, namun makanan itu tidak pernah aku jamah sedikitpun. Sebenarnya aku tahu perbuatanku saat ini akan menyakiti orang-orang disekitarku, tapi nyatanya pikiran dan hatiku yang sebelum ini terbiasa terisi penuh dengannya, sampai saat ini masih kosong dan tidak bisa melupakannya. Membuatku semakin rapuh dan terpuruk setiap harinya.Mungkin orang-orang akan mengataiku bodoh, karena aku menyia-nyiakan hidupku hanya karena seorang perempuan. Aku sangat tidak peduli dengan pemikiran orang lain, aku hanya merasa tidak pantas hidup seperti biasa, ketika aku tidak tahu bagaimana kondisi orang yang aku cintai saat ini.Aku hanya ingin mendapat kabar dariny
"Baiklah, apa syaratmu?" Kucoba meladeni permintaan Lina, akan aku lakukan apa saja asal aku bisa mengetahui apa alasan Daisy sampai pergi meninggalkanku. "Aku hanya minta satu hal, tolong balaskan dendam Daisy kepada orang-orang yang telah menhancurkan hidupnya. Terutama orang tuanya, aku sudah tidak tahan lagi dengan kesengsaraan yang Daisy alami karena mereka." Terlihat tatapan mata Lina yang penuh dengan dendam, bahkan orang lain yang tidak merasakan langsung bisa sebegitu dendamnya. Aku semakin penasaran dan sedikit resah mengetahui seluruh kehidupan Daisy. Orang kepercayaanku hanya bisa mengorek kehidupan dan masa lalu orang tuanya, tanpa tahu kehidupan Daisy sebelum bertemu denganku. "Baiklah, aku akan menepati janjiku. Aku pun tidak akan tinggal diam, jika mengetahui orang-orang yang telah menyakiti orang yang aku cintai." Aku sangat bersemangat ketika menjawabnya. "Oh iya, jangan menyelaku saat aku bercerita. Dengarkan saja sampai ceritaku selesa
Kami tenggelam dalam pikiran sendiri-sendiri, setelah Lina menghentikan ceritanya karena tidak dapat menahan air matanya. Aku menggunya hingga tenang, sambil membayangkan kehidupan Daisy sebelum ini sesuai apa yang diceritakannya tadi. Aku benar-benar tidak menyangkanya, bagaimana orang tua bisa berperilaku begitu kejam terhadap anaknya? Bahkan hewan pun memiliki naluri untuk melindungi anak mereka, sedangkan mereka berperilaku lebih buruk dibandingkan seekor hewan.Setelah hampir setengah jam tidak ada dari kami yang membuka suara, aku pun bersiap untuk berpamitan. Aku berpikir mungkin Lina butuh ketenangan setelah menceritakan itu semua. Namun ketika aku berdiri tanganku ditahan oleh Lina, tangisannya yang kini sudah berhenti, membuat dia kembali menunjukkan tatapan tajamnya. Matanya terlihat masih tersimpan kemarahan yang amat sangat besar, lebih dari ketika dia mencerikan orangtua Daisy tadi. Aku pun langsung paham, dia masih belum selesai bercerita.Aku kembal
"Aku sangat benci diriku sendiri waktu itu, karena tidak bisa melakukan apapun untuknya. Aku hanya mencoba menghiburnya hingga kini, tanpa berani bertanya tentang apa yang sebenarnya terjadi waktu itu.Jangan bilang kepada Daisy, kalau aku menceritakan semua ini padamu. Aku hanya ingin melihatnya bahagia, dan itu mungkin bisa terjadi melihat keteguhanmu selama sebulan ini James.Semoga aku tidak salah ambil keputusan dengan menceritakan semua yang aku ketahui."Prang....Suara kaca pecah terdengar nyaring menyelimuti ruang tamu itu, darah mulai menetes di buku jariku. Ya, aku meluapkan emosiku kepada kaca yang tidak bersalah, satu-satunya barang yang masih utuh di ruangan itu akhirnya hancur juga. Emosiku benar-benar diuji untuk mendengarkan cerita Lina, ingin sekali aku menghajar laki-laki itu saat ini juga. "Kamu tidak akan menyesal sudah cerita kepadaku, aku akan berusaha semampuku untuk membahagiakannya Lin. Apakah pria itu bernama Rendy?" Tebak
Baru saja mobilku melaju, terdengar suara deringan dari ponselku. Kulihat layar memunculkan nama Mama, namun deringan itu segera mati karena terlalu lama menungguku mengangkatnya. Kucoba cek riwayat telepon, ternyata sudah lebih dari dua puluh panggilan tak terjawab dari semua nomer keluargaku. Karena panik aku menepikan mobilku, aku menghubungi nomer Mama dan langsung diangkat di deringan pertama."Halo, Ma. Ada apa?"Aku langsung bertanya tanpa basa basi."Jesen sakit James, sekarang Mama sedang di rumah sakit. Dia sekarang sedang di periksa di dalam oleh dokter."Mama menjelaskan dengan suara yang terbata-bata karena khawatir."Di rumah sakit mana, Ma? James akan kesana sekarang.""Rumah sakit Pelita. Semua keluarga menunggumu disini."Aku pun memutar arah setir mobil, dan melajukannya ke rumah sakit yang disebutkan oleh mama tadi.Sesampainya aku di rumah sakit, aku langsung menuju ruang IGD. Kulihat semua keluarga sedang berkumpul disana, pe
"Papa, hari ini benar kita akan bertemu Mama kan?" Jesen langsung bertanya ketika baru bangun tidur. Pagi ini Jesen sudah pulih kesehatannya, mungkin efek janji yang katakan kemarin. Dia sangat bersemangat sekarang, bahkan dia sudah bisa kembali tertawa bersama keluarga. Aku sendiri pun kini sudah mempersiapkan diri dengan baik, karena setelah ini rencananya kami berdua akan langsung menuju tempat Daisy. Jesen sudah sangat menantikannya, dia menceritakan janjiku ke semuanya. "James, kamu yakin Daisy benar ada disana? Mama takut kalian akan kecewa nantinya." Seperti firasat seorang Mama yang mengerti perasaan anaknya, aku sendiri pun masih belum terlalu yakin. Tapi aku mencoba percaya kepada Lina, jika dia sampai berbohong aku tidak akan tinggal diam. Semalam aku sudah memastikan kepadanya, dan dia menjawab dengan penuh keyakinan dan memperlihatkan semua isi pesan percakapan mereka. "Aku yakin Ma, doakan kami agar bisa segera bertemu Daisy dan membawanya kemb
Sudah sebulan lebih aku tinggal di rumah almarhumah nenek yang sudah lama terbengkalai, orangtuaku tidak bisa menjualnya karena akta tanah dan rumah ini atas namaku. Nenek meninggal saat aku sudah berada di rumah bordil, itu yang membuatku sangat menyesal karena di akhir masa hidupnya, aku tidak bisa berada disisinya.Aku merasa sangat nyaman berada di rumah ini, semua aku tata dengan rapi, sehingga terlihat lebih layak untuk ditinggali. Aku mulai menggunakan tabunganku untuk membeli sebuah kios di daerah itu. Aku mencoba membuka sebuah salon kecantikan, menyalurkan keahlianku yang selama ini diakui oleh teman-temanku dirumah bordil.Aku melihat peluang disana, karena belum ada satupun salon yang terlihat di daerah itu. Selama seminggu aku menawarkan dari rumah ke rumah, hingga sekarang setiap harinya aku tidak pernah sepi pelanggan.Karena kios yang aku beli lumayan besar, aku berencana mengembangkan usahaku untuk membuka warung makan sederhana. Karena di daerah de
Aku sedikit mulai terbiasa dengan kehidupanku saat ini, walaupun setiap malam aku masih sering menangis jika teringat James dan Jesen yang aku tinggalkan. Terakhir kali aku mendapat kabar dari Lina kalau James sangat terpuruk, dia sering mabuk-mabukan dan tidak mengurus hidupnya. Aku hampir goyah untuk kembali kepadanya, namun aku masih tidak tahu bagaimana harus menghadapi penilaian orang-orang terhadapku. Mungkin keluarganya menganggapku egois, tapi aku sudah cukup mejalani kehidupanku dengan pandangan buruk orang-orang. Walaupun dari hati kecilku yang terdalam, aku sangat menantikan saat-saat berkumpul lagi dengan mereka. Aku sangat merindukan mereka semua, yang membuatku hancur setiap malamnya. Dan siang ini aku kembali dikagetkan oleh kabar dari Lina, bahwa Jesen kini sedang berada di rumah sakit. Seketika aku merasa tubuhku lemas, rasa penyesalan kembali menghampiriku. Tanpa berpikir panjang, aku langsung menutup salonku untuk kembali kerumah. Aku tidak peduli d
Mobil yang kami tumpangi berhenti di sebuah parkiran, aku tidak tahu jelas tempat apa ini karena di luar cukup gelap. Aku melepas seatbelt dan akan membuka pintu mobil, namun lenganku buru-buru dihadang oleh James."Tunggu dulu, Sayang!""Kenapa? Bukankah kita sudah sampai?""Aku ingin memberikan kejutan untukmu, jadi sebelum keluar kamu tutup mata terlebih dahulu.""Kejutan? Bukankah tempat ini gelap, kejutan apa yang kamu maksud, Sayang?"Aku bingung dengan apa yang direncanakan oleh James, karena tempat ini terlalu sepi dan gelap. Bahkan dari kaca mobil, aku tidak bisa melihat pemandangan di luar selain lampu tempat parkir."Namanya bukan kejutan kalau aku beri tahu, kamu percaya saja sama aku."Akupun mengikuti semua arahan James, dia melilitkan sebuah kain untuk menutupi mataku. Setelahnya terdengar suara James membuka dan menutup pintu mobil di sebelahnya, dan tidak lama kemudian pintu di sebelahku terbuka. James meraih tanganku dengan lembut,sambil memegang bagian atas kepalaku
Ternyata James menahan diri dengan sangat baik. Aku kira kami akan menjalani malam panas di ranjang, tapi nyatanya kami hanya tiduran dengan posisi James yang memelukku dari belakang. Walaupun dia sempat membisikkan tepat di telingaku dengan suara rendah, bahwa dia sedang sangat menahannya. Aku hanya terkekeh mendengar bisikan darinya, dan hanya menikmati tubuh hangat James yang menyentuh punggungku. Aku sangat menyukai posisi ini, perasaan nyaman yang tidak bisa aku ungkapkan dengan kata-kata.Aku masih tidak menyangka, kalau saat ini aku sudah menjadi istri seseorang. Dulu untukku membayangkannya saja sangat sulit, dan aku kira aku akan tetap berada di kubangan lumpur itu hingga aku sudah tidak terpakai lagi. Tapi seperti pangeran berkuda putih, James mengangkat ku dari kubangan itu dan bahkan kini menjunjungku hingga ke atas langit.Semoga saja tidak ada hal lain yang menjatuhkan ku dari ketinggian ini, karena itu pasti akan semakin membuatku terpuruk dari sebelumnya. Aku masih mera
Setelah selesai acara inti, James tidak memperbolehkanku berdiri lagi begitu lama. James langsung mengantarkanku masuk ke dalam ruang rias tadi, dan ditemani oleh Lina. Benar kata Alice waktu itu, bahwa James akan membawaku kabur dari acara setelahnya. Aku tidak menyangka kalau James akan segentle itu, untuk menghadapi pertanyaan-pertanyaan para tamu seorang diri.Setelah itu aku menghabiskan waktu hanya untuk mengobrol dengan Lina, hingga aku ketiduran. Entah berapa lama, dan setelah aku bangun aku berada di kasur dan sudah berganti pakaian. Aku sangat asing dengan ruangan ini, bahkan James pun tidak terlihat disana. Ini bukan kamarku atau kamar James, ini juga bukan kamar di rumah utama.Aku mencoba turun dari kasur, dan berjalan keluar mencari siapapun orang yang aku kenal. Aku hanya takut diculik oleh seseorang, mungkin memang kedengarannya lucu, tapi mungkin saja ada seseorang yang tidak menyukaiku karena menikah dengan James. Tapi kalau aku diculik, mana mungkin aku dibiarkan be
Isi suratnya tidak terlalu panjang, tapi aku sangat merasakan ketulusan Jesen dalam setiap tulisannya yang masih belum rapi.'Untuk Mama DaisyTerimakasih sudah mau jadi Mama Jesen. Jesen sayang sekali sama Mama. Jesen janji akan jadi anak baik buat Mama dan Papa. Jesen juga akan jadi kakak yang baik buat Baby DE.I Love You Mama'Aku sama sekali tidak habis pikir dengan surat yang di tulisnya ini. Bagaimana anak ini begitu polos, dan menyayangiku sedalam ini. Bahkan aku tidak melakukan apapun untuknya, tapi dia menganggap semua yang kulakukan begitu istimewa.Aku kembali memeluknya dengan erat, sedangkan yang kupeluk malah seperti orang dewasa yang menepuk-nepuk punggungku secara perlahan.Bagaimana bisa ibu kandungnya meninggalkan anak yang hatinya setulus ini. Bahkan dia rela membenci keluarga yang menjelek-jelekkan ibunya itu, walaupun dia tidak ingat wajahnya.Aku berjanji untuk menjaganya dengan sepenuh hati, dan akan berusaha untuk selalu membahagiakannya.Dari arah panggung te
Hari yang sudah dinanti-nanti kini sudah ada di depan mata, perasaanku sudah campur aduk karena gugup. Aku sudah berada di kamar rias dengan memakai gaun pernikahan, make up pada wajah dan rambut yang tertata dengan cantik, membuatku terlihat sangat berdeda dari biasanya.Terlihat dari pantulan cermin senyumku yang mengembang begitu lebar, aku hanya berharap acara hari ini akan berjalan dengan lancar. Semoga kejadian sebelumnya tidak terulang kembali dan tidak akan mempengaruhi pernikahanku ini.Mama dan Alice masuk kedalam kamar, untuk mengiringku menuju mobil yang akan mengantar kami menuju gereja. Karena acara akan segera dimulai dan James sudah menungguku disana, kami pun segera bergegas untuk berangkat.Sesampainya di depan pintu gereja, Mama dan Alice membantuku untuk merapikan gaun. Kulihat gereja yang akan menjadi tempat bagi kami untuk mengucap janji, ini gereja yang sama tempat Kak Jeremy dan Kak Emely menikah dulu. "Mama selalu mendo'akan yang terbaik untuk kalian, kamu ja
Tidak terasa lusa sudah hari pernikahanku dan James, semua dibuat sibuk oleh semua persiapan acara. Walaupun sudah ada WO yang menanganinya, semua keluarga tetap ikut memberi saran dan membantu. Alice malam ini menginap disini, dan tidur denganku. Katanya kita akan pesta piyama, sebelum melepas masa lajangku. Sebenarnya Kak Emely sangat ingin ikut dengan kami, tapi perutnya yang sudah mulai membuncit membuat kami takut jika harus tidur bertiga di ranjangku.Sebenarnya Alice yang paling takut, karena katanya kebiasaannya tidur lumayan parah. Aku sendiri sedikit melotot ke Alice, saat dia mengatakannya, tapi dia hanya memperlihatkan cengiran tanpa dosa.Aku pun pasrah dengan kondisiku nanti saat kami tidur, tapi aku tetap senang karena Lina mau menggantikan Kak Emely untuk menginap juga.Alice sangat mudah bergaul, jadi tidak ada rasa canggung diantara kami bertiga, bahkan aku sempat merasa seperti obat nyamuk, karena mereka bercerita tentang banyak hal yang aku
Pernikahanku tinggal seminggu lagi, semua persiapan pernikahan sudah hampir selesai. Aku tinggal fitting baju pernikahan terakhir, agar gaunnya nanti sesuai dan tidak perlu dirubah lagi.Dan hari ini aku juga sudah janjian dengan WO yang mengurus pernikahanku, untuk persiapan terakhir acara yang masih belum selesai dipilih. Rencananya aku akan janjian di rumah, setelah dari rumah sakit untuk periksa kandunganku.James juga jadi calon suami siaga saat ini, karena mulai hari ini dia sudah tidak masuk bekerja. Semua pekerjaan sudah dia serahkan kepada Alex dan Andre, katanya agar Alex segera bisa membantu nanti, jadi semua tanggung jawab diserahkan kepadanya untuk sementara.Tapi James masih memantau pekerjaan Alex dari rumah, jadi sekarang semua waktu James sepenuhnya untukku dan Jesen.Setelah aku kembali, aku tidak diperbolehkan oleh James untuk mengantar Jesen ke sekolah. Entah karena apa, tapi aku mengikuti saja apa keinginan James.Aku tahu James Berusaha meli
Warning 18+"Ini kebab pesanan kamu."James meletakkan bungkusan kebab di atas meja yang ada di hadapanku. Dia pun melepas jaketnya dan ikut duduk disampingku sambil menghela napasnya."Terimakasih sayang, maaf ya udah ngerepotin kamu. Aku juga gak tahu, kenapa tiba-tiba pengen banget makan itu.""Tidak apa-apa sayang, mungkin itu mau anak kita yang ada di dalam sini."James menenangkanku, sambil mengelus perutku yang masih rata. Entah kenapa aku sangat menyukainya, dan membuatku sudah tidak mual lagi berdekatan dengan James.Aku pun langsung mendekat, dan memeluk James dengan erat. Sebenarnya aku sangat merindukannya, dan ingin memeluknya seperti ini sejak pertemuan kami kembali waktu itu."Sayang, kamu sudah tidak mual lagi berdekatan denganku?"Tubuh James sedikit menegang saat pertama kupeluk tadi, mungkin dia kaget karena aku memeluknya secara tiba-tiba."Aku suka waktu kamu mengelus perutku tadi sayang, entah kenapa aku sudah tidak
"Sayang!"Aku memanggil James sambil mengetuk pintu kamarnya."Sayang, bangun dong!" teriakku lagi karena tidak mendapatkan jawaban dari dalam.Aku akhirnya membuka pintu kamar yang tidak terkunci dan masuk ke dalam. James ternyata masih tertidur pulas, namun aku tidak segan untuk membangunkannya,"James sayang, ayo bangun!"Aku menggoncang-goncangkan badannya agar dia segera bangun. Beberapa detik kemudian dia bangun sambil mengucek matanya, dan melihatku yang sedang ada dihadapannya."Ada apa sayang? Ini masih tengah malam, apa kamu mau tidur denganku? Sini langsung masuk aja!"James malah kegirangan mengira aku sudah tidak mual lagi berdekatan dengannya, tapi melihat matanya sudah terbuka dengan lebar, membuatku senyumanku merekah."Sayang aku mau itu!"Kataku mencoba merayunya, entah kenapa aku sangat menginginkanya. Walaupun ini masih tengah malam, tapi aku tidak bisa tidur kalau belum merasakannya."Benarkah