Share

Wanita Masalalu Suamiku
Wanita Masalalu Suamiku
Penulis: Syiffa Natasya

1. Curiga

Penulis: Syiffa Natasya
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-08 17:25:32

“Wulan, kangen kamu.” aku membeku kala mendengar suara dari dalam kamar mandi. Apakah Mas Aldi tengah menelpon seseorang? Ku dekatkan telinga di pintu berwarna putih itu, untuk memperjelas pendengaranku.

“Buka dong,” deg! Sedang apa mereka? Apa mereka tengah video call dan memperlihatkan sesuatu yang tidak seharusnya? Ya Tuhan!

Langkahku lemas, apakah perubahan mas Aldi enam bulanan ini ada sangkut pautnya dengan wanita bernama, Wulan?

Aku melangkah kembali ke meja makan, menunggu suamiku selesai dari aktifitasnya. Hatiku bergemuruh, mataku sudah memanas sedari tadi, tapi aku tidak boleh menumpahkan semua bulir embun yang mendesak keluar.

Tak berapa lama, Mas Aldi telah siap memakai jaz hitam dengan kemeja putih di dalamnya. Lalu duduk, menikmati sarapan yang enak untuknya dan terasa hambar di lidahku.

Ku pandang wajahnya, tidak ada raut bersalah sama sekali. Dia justru terlihat sangat bahagia pagi ini.

“Mas berangkat sekarang aja,” ucap Mas Aldi seraya berdiri.

“Ya, Mas.” aku menunduk, tak kuat menatapnya. Aku takut, jika aku menatapnya pertahanan airmataku akan tumpah.

Kakinya yang panjang, melangkah lebar menuju pintu berwarna putih lalu membukanya. Meninggalkan aku yang kini terduduk di lantai dingin. Kedua tangan kutangkupkan menutup wajah. Aku terisak, dengan dada yang sangat sesak. Mau jadi apa rumah tanggaku?

Setelah beberapa menit menumpahkan segala rasa sakit di hati, aku berdiri lalu membereskan piring kotor yang ada di meja makan. Aku bertekad kepada diriku sendiri, aku akan menjadi wanita yang kuat, hingga masanya nanti aku berpisah dengan mas Aldi.

Ya. Aku memang ingin berpisah. Aku merasa beruntung belum diberi seorang anak, jadi aku hanya memikirkan perasaanku saja untuk saat ini. Lagi pula, kalau aku sudah beranak 'pun, aku tetap tidak mau bertahan dengan lelaki tukang selingkuh.

Selingkuh itu penyakit, tidak ada obat yang benar-benar ampuh untuk itu.

Setelah semuanya beres, aku langsung mandi. Memilih baju, lalu duduk menghadap meja rias. Kupoleskan sedikit make up tipis, lalu melangkah menuju supermarket, milikku.

Ku kunci pintu rumah, gegas membuka mobil dan melajukannya. Baru saja setengah perjalanan, gawaiku berdering dengan gambar telpon yang meminta di angkat. Kupasang earphone lalu menggeser gambar berwarna hijau itu.

‘Ren, lu di mana?’ ucap Mita, sahabatku.

“Gue di jalan, nih. Kenapa, Mit,”

‘Jangan, lu kesini aja. Gue tunggu di Mall Laksana!’

Dih. Kenapa itu bocah? Tapi tak urung juga mobil kuputar balik menuju tempat yang disebut, Mita. Tak berapa lama, akhirnya aku sampai.

“Di mana lu, Mit?” ucapku saat telfon terhubung.

‘Masuk ke restoran kesukaan lu!’ aku mendengkus kala sambungan telfon kembali terputus sepihak.

Aku menghela nafas, nasib punya sahabat agak gesrek memang seperti itu. Kuayun langkah demi langkah, mencari tempat yang dimaksud sahabatku. Tapi saat aku menemukannya, aku tertegun.

Dibalik kaca bening yang di dalamnya penuh berbagai peralatan olahraga, aku dapat melihat Mas Aldi tengah memakaikan sepatu sneakers kepada wanita yang kini tengah duduk di hadapan suamiku itu dengan senyum yang terus mengembang di bibirnya.

Deg! Aku tahu wanita itu. Dia adalah teman lama suamiku. Teman yang selama tujuh tahun lalu selalu mengungkit kenangan mereka. Kenangan yang tidak seperti teman pada umumnya.

Dia sudah beranak dan suami, Mas. Apa tidak bisa melepaskannya dan kembali padaku merajut cinta yang murni, Mas? Aku berbalik, mataku memanas.

“Jangan nangis di sini,” ujar perempuan berrambut ikal.

“Mita!” pekikku, lalu memeluknya. Dia menuntunku menuju tempat karaoke yang ada di Mall itu.

Saat kami sudah masuk, sahabatku langsung mengambil remot besar yang berada di meja. Lalu mengetikkan lagu, Armada--Asal kau bahagia.

Kutumpahkan tangis hingga bahuku bergetar. Sakit, sakit sekali!

“Kenapa harus wanita itu, Aldiiii! Kenapa!” aku berteriak disela musik yang terus mengalun.

“Kurang apa aku, hah.” lalu kembali menangis dipelukan sahabatku. Aku merasa payah, bahkan sudah sering aku disakiti olehnya dan bertahan, kukira dia akan melihatku.

Aku kira, saat ijab qabul berlangsung, dia menepati janjinya untuk tidak kembali merajut kenangan mereka. Ternyata itu hanya kebohongan belaka, kebohongan tanpa ujungnya!

Ini salahku, kenapa aku tetap bertahan. Padahal aku sudah tahu, hatinya memang bukan untukku.

“Yang sabar, Ren. Gue dari dulu udah pernah bilang ke lu, jangan nikah sama dia. Laki-laki macem dia nggak akan berubah secepat itu.” ucap Mita menasehati, aku hanya mengangguk.

Beberapa menit aku mengasihani diri, aku memperbaiki dudukku, menghela nafas dan membuangnya. Pikiranku berseliweran dengan kata-kata indahnya saat dulu aku menemukan akun baru dengan nama belakang suamiku.

Kami bertengkar hebat, bahkan tanganku saja sampai memberi pelajaran di pipinya yang bersih. Saat itu, saat enam bulan sebelum pernikahan.

“Kalau emang kamu lebih milih dia, silahkan aja, Mas!” ucapku lantang saat berada di Taman Suropati, yang membuat pasang mata beberapa orang melihat kami.

“Aku janji, nggak bakal ngulangin semua itu. Lagi pula kami cuma teman, Ren,” jawab Mas Aldi dengan pandangan memelas.

“Apa aku kurang cukup, Mas?”

“Ren, sudah--”

“APA AKU KURANG CUKUP, MAS?!!” pekikku, yang sukses membuat beberapa orang berbisik-bisik.

‘lakinya yang kegatelan, cewek secakep itu disia-siain.’

‘Cewek secakep itu masih nggak bersyukur!’

Sedetik kemudian, lelaki itu berlutut di hadapan orang-orang yang tengah menggunjingnya. Diraihnya tanganku, menatap netraku dalam dengan pandangan bersalah. Aku mulai hanyut, dan perlahan iba kepadanya.

“Rena Theressia! Aku bersumpah, aku nggak akan nyakitin hati kamu lagi atau bermain perempuan dibelakangmu,”

Aku tetap menatapnya, mencari kebohongan di matanya. Tapi aku benci, aku melihat kesungguhan dikedua bola matanya.

“Will you marry me?” aku tersentak mendengar kata-katanya. Kata-kata yang aku nantikan selama tujuh tahun berpacaran dengannya. Kembali kutatap manik hitam itu, dan lagi-lagi yang kulihat adalah kesungguhan.

Aku tarik tanganku, lalu melangkah dari taman. Menghampiri mobil dan melajukannya, meninggalkan mas Aldi dengan motor sportnya.

Aku tak menyangka, tiga hari setelah aku memberi jawaban dan mengiyakan ajakannya. Beberapa bulan kemudian kami menikah. Sosial mediaku dibanjiri doa-doa seperti halnya pasangan baru menikah dari kerabat dan teman.

Tapi saat aku menscroll kebawah untuk melihat status lainnya, Wulan tengah mengupload foto dirinya memegang boneka panda dengan caption yang cukup membuat dadaku bergemuruh.

‘kehilangan sahabat yang mementingkan sebuah perasaan, biarkan saja. Dia hanya akan menjadi milikmu, tapi tidak menjadi temanmu.’ tulisnya, dengan beberapa emot tertawa berjejer.

Aku tidak membalasnya, karena pikirku. Selama mas Aldi sudah mengabaikannya, tidak perlu lagi aku khawatir.

“Ren,” aku tersentak dari lamunan indahku. Lalu menatap linglung Mita yang ada di sampingku.

“Lo jelek, mascara lo luntur. Ntar kalo ketemu lampir itu, lo malah jadi bahan tertawaan lagi. Gih, lo make up ulang.” titahnya.

“Eh, lo bilang apa tadi? Lampir?” tanyaku dengan dahi berkerut.

“Iya, si Wulan! Lampir dia tuh. Liat aja rambutnya, merah menyala!” ucapnya menggebu-gebu, aku hanya tertawa.

Kuhapus make upku, lalu memperbaikinya. Sekilas aku melirik jam di tangan, ternyata sudah dua jam aku di sini. Setelah make upku rapi, kami berdua pergi dari tempat karaoke setelah tadi selesai membayar tagihan.

Kami melangkah menuju restoran favoritku. Sebelum masuk, mataku kesana kemari, siapa tahu melihat mas Aldi dengan gundiknya.

Syukurlah tidak ada, aku ingin makan dengan tenang tanpa bayang-bayang mereka untuk saat ini.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
udah tau pembohong masih aja dijadikan suami.
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
udah kmu lepas itu Aldi dr pada setiap hr hati mu d sakutin terus .dn laki2 klo udah berhianat susah hilang nya dn pembohong apa lagi itu cinta masa lalu nya ...
goodnovel comment avatar
Trinovi Hikmah
.................................
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Wanita Masalalu Suamiku   2. Bertengkar

    Aku merebahkan tubuhku di kasur yang dilapisi sprei berwarna putih polos. Pandanganku kosong mengarah ke langit-langit rumah, sedangkan pikiranku tengah melanglang buana pada kejadian hari ini. Orang yang pernah menghilangkan kepercayaanku, dan sudah kuberi setengah hati lagi, malah kembali menghianati aku.Bukan tidak pernah aku menegur wanita itu, selama berpacaran tujuh tahun dengan mas Aldi. Sudah berkali-kali aku menegur mereka.“Kamu 'kan perempuan, tolonglah hargai saya sebagai pasangan, mas Aldi.” kataku tegas disambungan telfon yang terhubung.Wanita itu tertawa, “kamu nggak punya sahabat, ya? Pantes aja cemburu!” katanya, lalu mendengkus.“Jangan terlalu cemburulah, kami dekat sebelum Aldi mengenalmu.” imbuhnya, lalu memutus sambungan telfon sepihak.Yang membuatku tercengang adalah nama anak wanita itu, ‘Kresnaldi Pramudia Wardana' nama yang sama dengan nama suamiku-

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-09
  • Wanita Masalalu Suamiku   3. Suami Wulan

    Keesokan harinya, aku berniat menginjakkan kakiku di restoran milikku. Aku hanya ingin menggertak pelakor itu, coba sejauh mana dia bermain-main.Selama ini suamiku memang tidak tahu tentang bisnis restoran ini. Dia hanya tahu aku mempunyai supermarket saja. Buat apa aku memberi tahunya? Restoran ini aku percayakan kepada kakak ku. Dulu, saat aku mengutarakan niat ingin membina bahtera dengan mas Aldi, semua keluargaku menolak mentah-mentah.Kini aku percaya, ridho orang tua adalah ridho Allah. Mungkin jalan rumah tanggaku yang curam ini, salah satu jawaban agar aku tidak lagi bersama dengan lelaki itu.Mita sudah antusias saat menginjak restoran ini, dia terus saja berceloteh dengan semangatnya karena akan berbicara banyak saat di hadapan suami Wulan.Saat pramusaji menghampiriku, aku membisikannya agar memanggil orang yang kumaksud. Tak berapa lama, orang memakai kemeja hitam dengan celana senada tengah tersenyum hormat menatap k

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-09
  • Wanita Masalalu Suamiku   4. Bertemu Wulan

    “Syukurlah kamu udah sadar!” suara Mas Aldi? Aku mencoba membuka mata yang terasa berat, kepalaku pusing sekali. Aku berusaha menepis tangannya yang membantuku duduk. Kuraba bajuku, kini sudah diganti dengan baju hangat.Mataku menatap tajam dirinya, rasanya aku tidak ingin dia sentuh lagi setelah apa yang terjadi.“Kenapa? Aku masih sah, Suamimu.” katanya lembut dengan mata menyipit.“Kamu memang masih Suamiku,” sahutku lalu mendecih, “Suami diatas kertas!” ucapku dingin.Aku menyibak selimut tebal milikku untuk menutupi tubuh hingga ujung rambut. Aku malas berdebat dengannya. Percuma saja, bukan? Dia tetap merasa benar dengan apa yang telah dilakukannya, dan menurutnya sikapku yang seperti ini bukanlah seharusnya.Lelaki itu mengguncang tubuhku agar menoleh padanya. Dengan kesal kusibak kembali selimut agar terbuka kemudian duduk menghadapn

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-10
  • Wanita Masalalu Suamiku   5. Cafe Morino

    “Kamu tentu tau 'kan? Kakak bisa saja mendepak suamimu dari kantornya.” ucapan Kak Adi di angguki oleh sahabatku--Mita.“Kamu sudah disakiti seperti ini dan masih berharap hubungan kalian membaik?” imbuhnya dengan mata menyipit.Buliran bening kembali membasahi pipiku, tapi cepat kuhapus dengan tangan kananku.“Jangan nangis, Rena. Kakak nggak bisa liat kamu begini.” kemudian lelaki itu berdiri masuk ke ruangannya. Sedangkan aku dan Mita lebih memilih pergi menuju parkiran.“Jangan mau disakitin terus, Ren. Kakak lu aja nggak rela, gue juga sama. Ngga suka liat lu begini.” terangnya, lalu masuk ke mobil dan melajukannya.Ini sangat berat. 🌺🌺🌺🌺🌺Aku melajukan kendaraanku dengan kecepatan sedang. Aku malas sekali pulang dan harus melihat penghianat itu di rumah. Satu-satunya tempat untuk menen

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-10
  • Wanita Masalalu Suamiku   6. Pertemuan

    Fais menarik lengan istrinya dengan kasar menuju pintu keluar, menerobos paksa kerumunan orang yang penasaran terhadap kami. Lelaki itu tidak mengindahkan jeritan istrinya yang meminta dilepaskan. Aku tentu khawatir kalau Fais benar-benar menalak wanita itu, pasti dia malah sangat senang menerimanya dan lebih leluasa mendekati suamiku. Aku ingin mencoba menyelamatkan rumah tanggaku, setelah nanti apa yang ada di pikiranku terjawab salah, aku ingin memperbaiki seperti semula. Aku melirik Mita yang kini sedang menerima telfon seraya menjauh dariku. Sedangkan Mas Aldi terus menatap pintu Cafe yang sudah kembali tertutup. Ah, mungkin dia tengah merasa bersalah pada sahabatnya. “Ren, gue pulang ya' nyokap gue baru aja balik.” ujar Mita pamit, dan aku mengangguk. Aku memilih kembali duduk, tak menghiraukan Mas Aldi yang terus berdiri menatap kaca

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-12
  • Wanita Masalalu Suamiku   7. Bohong

    “Sayang, berkas aku ketingga--” Semua orang memandang lelaki yang kini berdiri memegangi handle pintu. Tatapannya menatap ke arah Wulan dan Fais bergantian. Sedetik kemudian, raut wajah yang tadi bingung berubah seperti biasa lagi. “Ternyata ada tamu,” ucapnya, lalu masuk mencari berkas yang dicari. “Mas,” cegahku saat Mas Aldi sampai di pintu. Lelaki itu menoleh menghentikan tangannya memutar kenop. “Katanya ada yang mau kamu omongin. Nih, ada Pak Fais.” “Ta-tapi...” ucap Mas Aldi gugup. Aku jadi meragukan dirinya, padahal baru semalam dia berjanji padaku. Ku perhatikan dirinya yang perlahan duduk di sampingku. Tatapan Wulan terus mengarah ke Mas Aldi, hingga suaminya menyenggol lengan wanita itu, lalu menunduk. “Teruskan, Pak Fais, tentang pembicaraan kita. S

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-13
  • Wanita Masalalu Suamiku   8. Pov Wulan

    Kali ini hujan turun lagi, aku duduk memandangi hujan yang terbawa angin dengan sesekali cipratannya mengenai kaca. Sweater merah muda membalut tubuhku, aku menikmati hujan di balik jendela kaca dengan secangkir teh manis panas.Kugosok hidungku yang terasa gatal, kemudian mengusap kedua tanganku agar lebih hangat, aku menangkupkan kedua tanganku di pipi dengan mata terus memandang hujan.“Lan,”Aku menoleh, ternyata Bapak. Mungkin dia baru saja pulang dari ladang, karena bajunya yang basah, pasti dia baru saja pulang kehujanan.“Kenapa, Pak? Mandi dulu aja, Pak.” sahutku, lalu melangkah ke dapur hendak membuatkan lelaki tua itu teh panas tawar, karena Bapak tidak suka manis.Dari tirai dapur, aku dapat melihat Bapak menuruti ucapanku melangkah menuju kamar mandi. Aku baru saja ingat, ada pisang tanduk di lemari makanan.‘mending pisangnya ku goreng saja.” aku bergumam.&

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-13
  • Wanita Masalalu Suamiku   9. Putus

    Aldi terus menghiburku, bahkan dirinya selalu menemuiku setelah pulang kerja. Memastikan perutku sudah terisi, dan tentunya aku suka dengan perhatiannya.Kini, kami sedang menikmati mie ayam langganan kami. Makanan favorit kami. Sambil menunggu pesanan kami datang, aku mencoba membuka efbe di ponsel mungilku.“Loh, Di! Kok, akun aku kamu blokir 'sih?” gerutuku.“Cewekku nggak suka sama komentar kamu, Lan. Dia marah-marah semalem,” ucapnya sembari menyeruput kopinya.“Cemburuan amat, sih! Harusnya kalo dia mau jadi pacar kamu, ya harus mau terima aku!” sahutku jengkel. “coba, gimana sih pacarmu?”Aldi mengeluarkan ponsel yang cukup bermerk, mengetikkan beberapa huruf di kolom pencarian lalu mengkliknya saat yang dicari ketemu.Aku menatap foto wanita yang mungkin usianya masih belasan. Ku tebak, dia pasti masih SMA! Cih

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-14

Bab terbaru

  • Wanita Masalalu Suamiku   91. Putusan Sidang

    Semalaman Rena tidak tidur, bahkan ia hanya duduk sambil menyender di pojok ranjangnya. Sementara, Katya berada dengan ibu kandung Rena karena memang sedari pemakaman kemarin, Rena hanya mengurung diri di kamar. Matanya memerah dan menimbulkan tanda hitam di bawahnya. Air matanya sudah kering, ia sudah tidak menangisi suaminya, akan tetapi ia masih belum bisa untuk mengikhlaskannya. Ikhlas? Satu kata dengan sejuta kesulitan.”Aku mau berlama-lama di sini sama Risjad, Kak.” Suara Rena serak, saat Adisana menyuruhnya pulang karena terlalu lama di pemakaman tadi siang.”Apa ada yang bisa kulakukan buat kamu, Yang, biar kamu tetep hidup?” racau Rena.Adisana mengusap wajahnya mendengar suara parau adiknya semakin membuatnya pilu. ”Dek, doakan Haris agar tenang di sana.”Rena mengerling tajam ke arah Adisana, ia tidak suka mendengar ucapan Adisana. ”Tenang? Aku yakin dia belum tenang kalau aku belum bertemu dengan pembunuhnya. Lagipula, apa motif Clara? Kenapa sasarannya ke aku dan Risjad

  • Wanita Masalalu Suamiku   90. Harus Baik-baik Saja

    Rena segera berlari ke ruangan dokter Regant untuk memberitahukan suaminya menggerakkan tangan ke atas dan ke samping. Bahkan matanya berkedip seperti orang yang berusaha bangun dari tidur. Suara gumaman pun terdengar kembali.”Dok, suami saya! Suami saya menggerakkan tangannya, dia juga berkedip!” Rena terlalu antusias hingga tak memperdulikan jika dokter Regant tengah melakukan pertemuan dengan tamunya. Senyumnya memudar saat menyadari jika Rena tidak sopan, ia menunduk dan kembali membuka pintu.”Mari, Bu Rena, akan saya lihat keadaan Pak Haris,” katanya. Rena mengangguk canggung. ”Maaf, Dok.””Nggak pa-pa, ini ibu saya.”Mereka berdua jalan saling beriringan menuju ruang ICU. Dokter Regant juga meminta 2 susternya untuk ikut. Sesampainya di dalam, mata Rena membesar, tubuhnya mematung karena suaminya membuka mata. Tanpa dipinta, air mata bening mengalir di pipi Rena, ia begitu terharu.Dokter Regant memeriksa kondisi Haris dan tersenyum cerah ke arah Rena. ”Alhamdulillah, Bu, ko

  • Wanita Masalalu Suamiku   89. Perubahan

    ”Maafin mbak, Shil. Mbak terlalu mengandalkan kamu dan Wulan, sedang mbak di rumah ongkang-ongkang kaki tanpa mikirin kalian berdua banting tulang buatku dan ibu. Karena aku yang nggak mau terbebani hutang yang ditinggalkan almarhum bapak, kamu dan Wulan jadi korban,” racau Fitria sambil memandangi peti mati di hadapannya.Sudah berapa bulir air mata yang keluar, Fitria tidak tahu, yang jelas kini ia tengah merunduk sambil memegangi kayu peti itu dengan bahu terguncang. Kehilangan 2 adiknya dalam waktu berdekatan sangat menyiksanya. Meski ia hidup, agaknya Fitria akan merasa bersalah sepanjang hidupnya.Kemeja hitam yang dipakainya sudah basah untuk mengelap air mata. Semalam ia menelfon Fais untuk memberitahukan kematian Shilla, Fitria meminta tolong untuk membantu pemakaman adiknya. Bahkan Fais sudah pulang lebih dulu karena sebelumnya mengadakan pengajian untuk Wulan.Pikirannya menerawang pada saat ia kembali dari kantor polisi dan mendengar cerita dari Rose, jika adiknya mengalam

  • Wanita Masalalu Suamiku   88. Tertangkap

    POV AuthorDi Jakarta tengah gaduh, lebih tepatnya di kediaman Rose karena polisi yang sudah hampir 2 minggu mencari biang keladi dari semua rentetan kejadian akhirnya mengirimi surat agar Aldi ke kantor polisi karena tersangka sudah ditangkap meski yang satunya lagi masih dalam status buron.Keadaan Shilla seperti mayat hidup sekarang, bahkan hidupnya bergantung pada alat-alat yang menopang hidupnya. Fitria benar-benar terpukul saat 2 hari sebelum Haris mengalami kecelakaan, infus milik adiknya justru terisi cairan yang diduga racun. Tubuh Shilla langsung mengejang, bahkan dari mulutnya mengeluarkan busa hingga urat-urat di sekitar lehernya membiru.Mendengar pelakunya sudah ditangkap meski belum semua membuat Fitria mengepalkan tangannya. Ia bahkan berjanji pada adiknya akan menampar pelaku itu hingga membuat kelima jarinya membekas. Fitria mendekati Rose dan Aldi, menatap mereka dengan tatapan datar namun hatinya bergemuruh.”Ajak aku ke sana, Di. Aku mohon,” pintanya.Aldi menoleh

  • Wanita Masalalu Suamiku   87. Penuh Tangis

    PoV RenaIni adalah kedua kalinya aku berada di rumah sakit. Satu kali saat melahirkan Katya, dan ini yang kedua kalinya karena mengalami kecelakaan. Aku sangat menyesal karena menyusul suamiku kemari dan menjadi penyebab dirinya seperti ini. Rasa rindu yang kukira akan menyelamatkanku dari rasa haus kasih sayang Risjad, kini justru menjadi boomerang untukku. Kini melihatnya hanya diam tanpa ada kosa kata pun yang keluar dari mulutnya membuatku semakin lemah. Hatiku sudah ditawan olehnya. Dia sudah mendapatkan seluruh hatiku yang sebelumnya sudah hampir mati rasa akibat dihianati oleh Aldi.Dia yang membuatku merasakan kembali bagaimana indahnya dicintai sebaik ini. Bahkan dia juga yang membuatku merasa menjadi wanita yang sangat diinginkan. Kuusap keningnya yang bersih tanpa cela, kucium kening itu lama. Seolah berada dalam sebuah film, aku berharap ini adalah mimpi.”Sus, nggak pa-pa tinggalin saya di sini.”Aku ingin berdua saja dengan suamiku, memeluknya meski selang infusku meng

  • Wanita Masalalu Suamiku   86. Fakta Memilukan

    ”Halo, Di?”Adisana memang hendak menelfon Aldi untuk mengabarkan kondisi Katya. Meski adiknya berkata agar tidak perlu menghubungi Aldi karena pasti sibuk mengelola cafe barunya. (”Ya, Kak?”)Adisana menghirup napas dalam-dalam. ”Katya kecelakaan, dan sekarang ada di Surabaya. Lo nggak perlu dateng, karena pasti lo banyak pekerjaan. Gue cuma mau ngabarin aja, Di.”(”Di rumah sakit mana, Kak? Besok gue ke sana.”)Adisana yang tak ada pilihan lain pun mengatakan di mana rumah sakit Katya dirawat. Ia pun menceritakan bagaimana Katya sampai seperti sekarang.Di seberang, Aldi langsung terduduk lemas karena mendengar musibah yang menimpa mantan istri beserta anaknya.(”Sekarang kabar Haris gimana?”)Adisana menggeleng meski lawannya tak melihat. ”Dokter bilang, cuma mukjizat yang bisa sembuhin dia. Gue nggak bilang ke Rena, gue nggak mau adek gue stress. Dia lagi hamil.”Mendengar fakta itu, Aldi hanya diam dengan pikiran tak menentu.(”Pasti Rena sedih banget pas tau ini, Kak. Semoga Al

  • Wanita Masalalu Suamiku   85. Kondisi Risjad

    Bianglala yang dinaiki Rena berada di posisi tertinggi, dengan pengait yang hampir putus. Bahkan kurungan bianglala tak jauh darinya sudah jatuh hingga pengunjung pasar malam semakin histeris. Haris memeluk Katya dan istrinya yang panik, ditambah suara dalam telfon yang seakan menertawakan kepanikan mereka.”Ris ....” Rena benar-benar tak tahu untuk berbuat apa, sedangkan petugas yang menjalankan bianglala berusaha memperbaiki mesinnya. Perlahan tapi pasti, Rena merasa ia akan menjadi yang selanjutnya yang akan jatuh.Haris berusaha membuka pintu bianglala yang ia naiki, tapi nihil karena dalam keadaan panik membuat semuanya terlihat sulit. Rena, Katya dan Lira berpelukan bersama ...Hingga,Kreek!”Aaaaakkkk! Risjad!”Selama hidup, Rena merasa ini adalah bagian yang paling menyakitkan di hidupnya. Ia merasa dipermainkan oleh takdir. Kebahagiaan yang baru saja ia reguk seakan kembali direnggut.Pengunjung pasar malam dapat melihat bagaimana kurungan yang terdapat keluarga kecil Rena

  • Wanita Masalalu Suamiku   84. Naik Bianglala

    Sudah seminggu ini Rena tidak ke mana-mana, bahkan untuk ke supermarket atau ke restoran. Rena merasa tidak memiliki semangat seperti biasa untuk mengganggu Rose, bahkan sekedar menanyakan kabar Shilla saja dia tidak menanyakannya. Bahkan saat Mita datang ke rumah dan mengajaknya hang out, Rena menolak ajakan Mita. Hidupnya terasa tidak bergairah setelah suaminya akan pergi 2 hari lagi ke Amerika. Bukan ia tidak ingin suaminya semakin sukses mendapat proyek besar, hanya saja ada perasaan lain yang ia pun tidak tahu.Ketika perasaan aneh itu muncul, Rena hanya akan menangis sambil menelfon suaminya dan merengek agar membatalkan kepergiannya ke Amerika. Bahkan meski Haris kehilangan proyek besar itu, Rena tidak perduli dibanding berjauhan selama itu.”Kamu tau kan aku nggak bisa LDR. Pikiran aku gampang banget parno. Kamu pulang aja, Ris ...,” rengeknya. ”Nggak bisa, Sayang. Gini deh, kamu kasih kepercayaan buat aku, dan bisa aku pastiin kalo nggak ada bule yang nempel nantinya di hat

  • Wanita Masalalu Suamiku   83. Mood Swing

    ”Clara dorong aku, Mbak. Dia juga ke sini kemarin siang saat Lira lagi di kantin. Dia ancam aku, dan nggak bolehin aku buat ngomong ini ke siapa pun. Clara ... Clara ....”Shilla terisak, tangannya menyentuh perut. Shilla benar-benar merasa kesakitan di sekitar perutnya saat terisak. Braak!Semua orang sontak melihat ke arah pintu. Mata Shilla, Rose dan Rena terbuka lebar. Sedangkan Fitria dan Lira tidak tahu siapa gadis yang tengah melangkah mendekati Shilla sambil membawa buah-buahan yang tersusun rapi.”Oh, lo udah cerita, Shil? Baguslah, jadi gue pun tau ternyata orang yang gue kira sahabat pun cepuin gue.” Clara memandang Rose.Fitria bagai baru tersadar jika gadis di hadapannya ini adalah gadis yang baru saja mereka bicarakan. Fitria berdiri sambil melangkah mendekati Clara, tak segan-segan ia bahkan mendaratkan cap lima jari di pipi mulus Clara.”Ja-lang! Harusnya lo yang gue gampar! Keluarga lo busuk semua!” maki Clara. Tangannya mendorong Fitria, namun Fitria kembali berdiri

DMCA.com Protection Status