***
Arthur duduk di ruangannya yang elegan, mata yang biasanya penuh semangat kini memancarkan ketidakpastian. Rapat pagi tadi telah berakhir, namun suasana hatinya tetap terbungkus dalam misteri. Ia memandang keluar jendela kaca besar, membiarkan cahaya matahari menyinari ruangannya, tetapi hatinya tertutup dalam kegelapan.
Setelah rapat, Arthur mencoba mengingat kembali momen-momen pagi tadi. Kasih, dengan senyum lembutnya, menyiapkan pasta kesukaannya. Tetapi ada sesuatu yang tak biasa, ada raut wajah yang gelisah pada Kasih, dan Arthur merasa ada sesuatu yang terpendam di balik matanya yang coba ditutupi dengan senyum.
Dalam hati, Arthur mulai bertanya-tanya. Apakah Kasih telah mengingat sesuatu? Apakah kenangan tentang mereka yang terkubur dalam ingatan wanita itu, mulai bangkit lagi? Apalagi tadi Kasih membuat pasta yang memang menjadi faviorit-nya. Arthur tidak tahu apa yang terjadi, namun ia merasa ada kekosongan yang tiba-tiba muncul, sesuatu yang tidak
***Suasana di ruang pertemuan PT. Bintang Utama Group begitu hangat dan penuh semangat. Setelah presentasi luar biasa dari Kasih sebagai perwakilan Divisi Pemasaran, tepuk tangan dan sorakan dari staf menyambutnya ketika Kasih kembali ke ruang rapat. Semua orang tampak bersemangat dan penuh kekaguman."Bu Kasih, itu tadi luar biasa! Anda benar-benar tampil sempurna sebagai perwakilan dari kita semua," puji Rani, salah satu staf dari departemen penjualan."Betul, Bu Kasih! Tadi saya merasa bangga sekali bekerja di perusahaan ini," kata Johan, staf dari departemen keuangan, sambil tersenyum antusias.Sementara itu, Tomy, direktur pemasaran perusahaan, juga tak bisa menyembunyikan kebanggaannya. "Kasih, kamu luar biasa! Ayahmu pasti akan merasa bangga melihat prestasi anaknya seperti ini."Kasih tersenyum dan mengucapkan terima kasih pada semua staf yang memberikan pujian. Hatinya berbunga-bunga melihat reaksi positif dari timnya. Namun, kejutan belum berakhir."Kasih, ada yang ingin b
***Villa yang sebelumnya gelap, seketika menyambut kedatangan Kasih dengan suasana yang penuh misteri. Ia menatap dengan kening berkerut ketika pintu villa terbuka dan lampu-lampu yang tersembunyi di dalamnya tidak menyala. Ia meraba-raba di dalam tasnya mencari kunci, dan saat pintu terbuka, ia merasa sedikit waspada.Namun, suasana yang ia temui jauh dari apa yang ia duga. Saat langkahnya masuk ke dalam villa, matanya terbelalak ketika sinar proyektor menyala, menghiasi seluruh ruangan dengan cahaya lembut dan memancarkan siluet-siluet romantis. Kasih membulatkan matanya, mencoba mencerna apa yang terjadi."Hmmm, apa ini?" gumam Kasih pelan, matanya berusaha memahami keindahan romantis yang menari-nari di dinding villa. Sesuatu yang sama sekali tak ia duga.Tiba-tiba, arah pandangnya tertuju pada sosok Arthur yang muncul dari balik pintu ruang tamu. Arthur membawa buket besar bunga gardenia, bunga favorit Kasih. Wanita itu terdiam, terpana oleh keindah
***Matahari pagi bersinar cerah di langit biru, menerangi villa yang menjadi saksi dari kisah cinta yang begitu rumit antara Kasih dan Arthur. Di sebuah teras yang menghadap ke kebun bunga yang indah, Kasih dan Arthur duduk bersama, mencoba mengungkapkan perasaan mereka yang terpendam.“Setelah aku sadar dari koma, semua ingatanku kembali, termasuk tentangmu, Arthur.” Ucap Kasih sambil menatap pria itu.Arthur mengernyitkan dahi, “Mengapa kamu tidak langsung memberitahukannya padaku?”“Aku... aku hanya ragu, belum yakin apakah semuanya nyata. Dan... “, wanita itu menghela nafas, “aku takut bahwa mungkin itu hanyalah ilusi dalam mimpiku.”Arthur terdiam sejenak, mencerna kata-kata Kasih. Tatapannya tetap serius, mencoba memahami perasaan yang tengah dirasakan Kasih.“Mengapa kamu ragu, Kasih? Kenapa tak memberi tahu aku sejak awal?” Arthur bertanya dengan lembut.Kasih langsung memandang ke bawah. “Aku takut. Takut bahwa mungkin ini hanya mimpi yang terlalu indah untuk menjadi kenya
***Senja perlahan menyelinap di halaman villa, melukis langit dengan warna-warna hangat yang memukau. Kasih duduk di kursi taman, menatap horison yang dipenuhi warna jingga dan merah keemasan. Udara sejuk dan harum bunga-bunga di sekitar villa menyegarkan pikirannya. Namun, di dalam hatinya, terdapat dualitas emosi yang tak terhindarkan.Malam sebelumnya, suasana panas dan mendebarkan bersama Arthur telah meninggalkan kesan mendalam dalam ingatannya. Kasih bahagia, namun di balik kebahagiaan itu, ada ketakutan yang menghantuinya. Takut kalau kebahagiaan ini hanya sesaat, takut kalau semua ini hanya ilusi yang akan hilang begitu saja.Saat ia terduduk dalam kerinduannya yang melihat senja, langkah lembut Arthur terdengar mendekat. Pria itu duduk di sebelah Kasih dengan tatapan penuh pengertian. "Apa yang sedang kamu pikirkan, Kasih?" tanyanya dengan lembut.Kasih memandang mata Arthur, dan dalam tatapannya terlihat kegelisahan. "Aku bahagia, Arthur. Malam tadi indah, tapi aku juga tak
***Langit sore melingkupi kawasan perkantoran PT. Bintang Utama Group. Di ruang kerjanya, Vita duduk di hadapan Widodo, wajahnya penuh dengan kegelisahan dan niat buruk. Widodo, yang mengetahui adanya rencana gelap di benak Vita, tetap tenang, menunggu pembicaraan dimulai."Pak Widodo, saya butuh bantuan anda. Kita harus menyingkirkan Kasih dari perusahaan ini. Dia tidak pantas menduduki jabatan direktur pemasaran." Vita memulai pembicaraannya.Widodo langsung menatap tajam, " Bu Vita, saya tidak bisa ikut campur dalam urusan ini. Kasih dipilih oleh dewan direksi karena kemampuannya. Anda harus menerima kenyataan itu.""Tentu saja dia bisa dipilih! Pasti ada orang yang melindunginya. Dia hanya anak kemarin sore yang kebetulan mempunyai saham mayoritas di perusahaan. Pak Widodo tahu ini lebih dalam dari sekadar kemampuan. Tolong, Pak Widodo, saya membutuhkan bantuan anda," ucap Vita masih dengan marah."Bu Vita, saya tidak akan terlibat dalam hal ini. Lebih baik jangan melibatkan diri
*** Restoran mewah itu dipenuhi dengan cahaya lembut dan aroma hidangan lezat. Sean duduk di meja yang telah dipesan oleh perusahaan untuk makan malam bersama Kasih. Tatapannya yang intens dan penuh kagum tidak pernah lepas dari wajah Kasih yang cantik. Setiap kata yang keluar dari mulut Kasih, Sean teliti dan simak, seolah-olah dunia di sekitarnya hanya terisi oleh suara dan pesona Kasih. Tomy, yang mengetahui gelagat Sean, tersenyum puas. Ia tahu persis bahwa Sean pasti menyukai Kasih, dan rasa senang memenuhi hatinya. Ia merasa Sean adalah pria mapan dan baik yang kelak akan membahagiakan putri dari mendiang sahabatnya. Tanpa memberikan kesempatan untuk terlalu lama terbenam dalam ketidakpastian, Tomy memutuskan untuk pamit lebih awal. Tomy langsung berdiri, "Maafkan Om, Kasih. Anak Om mengirim pesan dan meminta Om pulang lebih cepat karena cucu Om mau kakeknya segera pulang. Kasih, bisakah kamu menemani Pak Sean makan malam sampai selesai?" Kasih langsung memandang Tomy dengan
***Kasih memandang jam di pergelangan tangannya, mengetahui bahwa waktunya sudah terbatas. Setelah menerima telepon dari Arthur dan pria itu mematikannya secara sepihak tanpa menunggu jawabannya, ia merasa kepalanya agak berat karena ia harus mencapai villa dalam waktu satu jam atau nanti bisa menghadapi kemarahan dan kecemburuan Arthur yang tak terduga. Dengan napas yang berat, Kasih mengelus dadanya, mencoba menenangkan diri sebelum menghadapi pria yang penuh cemburu.“Dasar anak kecil,” gumam Kasih pelan. “Dia kenapa seperti anak kecil ketika cemburu. Tapi aku juga yang terlalu keras kepala untuk menyerah. Arthur selalu menyeramkan jika sedang cemburu.”Dengan hati-hati, Kasih berjalan masuk dari luar restoran dan kembali menemui Sean. Saat tadi Arthur menghubunginya, Kasih memang meminta izin pada Sean untuk menerima panggilan masuk di luar karena ia tidak ingin Sean curiga. Setiap langkahnya terasa berat, bagaikan beban yang tidak bisa dipikulnya sendiri. Sean melihat ke arahny
***Ruangan itu terasa hening, hanya dipecah oleh suara gemuruh petir yang sesekali bergemuruh di langit. Alice duduk di tengah kamar, rambutnya yang tak terurus dan mata yang sembab menandakan bahwa air mata telah membasahi pipinya. Surat dari pengadilan agama yang tergeletak di depannya membuat hatinya semakin hancur."Hiks... tidak mungkin... hiks..." Alice meracau dengan suara sesenggukan, mencoba menelan pil pahit yang baru saja diberikan oleh kehidupannya. "Bryan... mengapa... hiks... kenapa dia melakukan ini padaku? Kamu bahkan tak mau menemuiku dan juga datang ke rumah sakit, aku ini istrimu, kenapa bisa kamu mau menceraikanku seperti ini?"Vita, masuk ke dalam kamar dengan pandangan khawatir. "Alice, apa yang terjadi?"Alice menangis tanpa bisa menjawab. Dia hanya menunjukkan surat talak yang memperjelas bahwa Bryan mengajukan cerai. Vita terkejut dan segera berusaha menenangkan putrinya."Alice, kau harus berbicara dengan Bryan. Bicarakan semua ini. Mungkin ini hanya kesalah
***Di dalam kegelapan parkiran yang sepi, Alice menyusup dengan diam, menunggu dengan penuh kebencian. Pisau yang tersembunyi di balik jaketnya menjadi senjata gelap yang siap ia gunakan. Alice membayar mahal seseorang untuk memantau aktifitas Kasih dan saat ini adalah waktu yang tepat untuk menyingkirkan Kasih."Kasih, kau takkan selamat kali ini. Mari kita hancur bersama!" gumam Alice penuh dengan kebencian.Dalam kegelapan, detik demi detik berlalu, dan akhirnya, sosok yang ditunggu-tunggu muncul: Kasih.Kasih keluar dari pintu dan langkahnya terhenti mendadak ketika ia melihat Alice, sosok yang penuh dendam berdiri di hadapannya."Alice? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Kasih dengan nada yang terkejut.Alice tak menggubris pertanyaan Kasih. Dengan langkah mantap, ia mendekati Kasih sambil mengacungkan pisau."Kasih, kau akan mati!" teriak Alice dengan api amarah yang menyala di dadanya.Kasih membeku di tempatnya, matanya memperhatikan setiap gerakan Alice dengan ketakutan ya
*** Bintang Utama Group… Suasana di perusahaan menjadi kacau balau saat wartawan mendatangi gedung itu dengan kamera dan pena mereka yang siap mencari berita baru. Semua karyawan memang terkejut, namun mereka tahu siapa orang yang dituju oleh para wartawan itu. Berita tentang hubungan Kasih dan Arthur memang masih menjadi hot topic dan dibicarakan dimana-mana. Sedangkan, Kasih, ia tidak menyangka kalau para wartawan datang ke perusahaannya dalam jumlah yang luar biasa, ia terkejut dan panik, segera menghubungi Arthur dalam keadaan khawatir yang jelas terdengar dalam suaranya. Kasih memegang ponselnya dengan gemetar, menunggu sambungan sampai terhubung. Ia ingin Arthur bertanggung jawab atas apa yang telah pria itu lakukan. “Sayang, ada apa? Sepagi ini kamu sudah menghubungiku, kamu merindukanku?” tanya Arthur. Kasih menghela napas pendek karena ucapan Arthur malah membuatnya tambah sakit kepala. "Arthur, kamu harus cepat datang dan meredakan segala situasi di perusahaan! Ada ba
***Di tengah sorotan media yang menggema, sebuah berita mengejutkan mencuat ke permukaan, memicu kehebohan di seluruh negeri. Pembatalan pernikahan antara Arthur Romeo dan Rose Marry menjadi buah bibir di kalangan masyarakat, menimbulkan beragam spekulasi dan tanya jawab.Suasana di salah satu kantor media cetak pun tak kalah heboh.“Apakah kalian mendengar berita terbaru tentang Arthur dan Rose? Siapa yang bisa membayangkan, setelah lima tahun, pernikahan mereka hanyalah pura-pura belaka!” tanya wartawan 1 dengan nada terkejut.“Tapi kenapa mereka bersikap seperti itu? Dan mengapa Arthur setuju dengan pernikahan palsu itu? Bukankah itu bukan sikap dari pria gentle sepertinya?” wartawan 2 bertanya balik dengan penasaran.Di ruang redaksi media massa, para jurnalis sibuk menulis laporan dan artikel, mencoba mengurai teka-teki di balik drama rumah tangga yang terungkap.“Kabarnya, Arthur tidak pernah menyentuh Rose selama lima tahun pernikahan mereka. Apakah ini karena sikap matre Rose
***Dalam apartemennya yang mewah, Rose duduk di sofa dengan wajah yang penuh kemarahan. Di tangannya, ia memegang ponselnya, sementara layar terang memantulkan kilatan kekesalannya.Rose membaca semua itu dengan suara gemetar, “Tidak mungkin! Semua kontrak dibatalkan? Filmku... iklanku... semuanya! Semuanya hancur dalam sekejap? Semuanya tak bersisa? Tidak ada yang bisa kupertahankan satu pun?”Dia memukulkan ponselnya ke sofa dengan geram, merasa seakan dunianya runtuh dalam sekejap. Pekerjaannya sebagai selebritis papan atas, yang dibangunnya dengan susah payah selama bertahun-tahun, hancur dalam sekejap. Ia bahkan sudah merelakan tubuhnya untuk dinikmati dengan pria-pria itu, tapi kenapa bisa semuanya hancur dan sia-sia?Rose langsung berteriak frustrasi, “Kenapa ini terjadi padaku? Ini semua salah Kasih! Dia ingin menghancurkanku! Kedatangannya membuat mimpiku hancur! Dia yang telah merebut Arthur dan juga mencuri tempatku. Wanita jalang itu harus hancur! Dia tidak boleh menang
***Arthur duduk di ruang kerjanya, pandangannya terfokus pada layar monitor yang menampilkan berbagai laporan keamanan. Willy, asistennya, berdiri di sampingnya, siap menerima instruksi. Ia juga selalu menunggu laporan tentang keberadaan Alice yang saat ini belum diketahui keberadaannya.“Willy, aku ingin kamu memperketat keamanan di sekitar Kasih. Keberadaan Alice masih belum diketahui, dan aku tidak ingin ada risiko baginya. Alice sangat berbahaya, apalagi saat ini dia sudah hancur dan tak mempunyai apa-apa lagi,” ucap Arthur.Willy mengangguk tegas, mencatat setiap kata yang keluar dari mulut Arthur.“Baik, Tuan. Saya akan segera menyiapkan tim keamanan tambahan untuk mengawasi Nona Kasih, Tuan. Kami akan memastikan dia selalu dalam perlindungan yang maksimal. Saya pasti tidak akan membiarkan Nona Kasih dalam bahaya.”Arthur menarik napas dalam-dalam, ekspresinya gelisah. Hatinya dipenuhi dengan kekhawatiran akan keselamatan Kasih. Ia tahu saat ini banyak ancaman baginya, apalagi
*** Pagi itu, suasana di ruang makan villa mereka terasa damai. Cahaya matahari yang lembut menyinari meja makan, menciptakan suasana yang tenang dan menyenangkan. Kasih duduk di seberang Arthur, tetapi ada ketegangan yang terasa di udara. Dia menatap pria yang dicintainya itu dengan cemas, menunggu momen yang tepat untuk mengungkapkan keinginannya. "Arthur," panggilnya perlahan, menahan ketegangan di dalam dadanya. Arthur menatapnya dengan penuh perhatian. "Ada apa, Sayang?" Kasih menarik nafas dalam-dalam sebelum akhirnya mengucapkan kata-kata yang telah ia persiapkan dengan cermat. "Aku ingin meminta izin padamu untuk pergi ke Singapura Minggu depan. Adikku, Zayn, ulang tahun kemarin dan aku merasa bersalah kemarin tidak mengucapkannya, dan aku sudah berjanji untuk menjenguknya." Arthur mengangkat alisnya, sedikit terkejut dengan permintaan Kasih. "Jika aku menolaknya, apakah kamu akan tetap pergi ke Singapura?” Kasih merasa kecewa. Dia ingin sekali bertemu dengan adiknya, t
*** Arthur duduk di ruangannya dengan ekspresi puas yang sulit disembunyikan. Berita tentang skandal panas antara Rose dan Sanders telah menyebar dengan cepat di dunia hiburan, memenuhi semua media massa dan menjadi topik utama pembicaraan di seluruh negeri. Baginya, ini adalah pembalasan yang pantas bagi apa yang telah dilakukan Rose, terutama setelah dia mengetahui bahwa foto-foto Sean dan Kasih yang dikirimkan padanya adalah ulah anak buah Bang Bew yang disuruh oleh Rose. Kejahatan itu telah menyebabkan dia hampir melukai Kasih secara tidak sengaja. Kebencian dan rasa amarahnya semakin memuncak dan ia ingin sekali menghancurkan hidup Rose tanpa ampun."Demi Tuhan, Willy," Arthur berkata pada asistennya dengan nada penuh kepuasan, "sebarkan semua video dan foto tak bermoral itu secara luas. Biarkan semua orang tahu siapa sebenarnya Rose Marry dan Sanders Ivan."Willy menatap bosnya dengan ekspresi yang sedikit khawatir. "Apakah ini tindakan yang tepat,
***Kasih memasuki kantor dengan langkah yang ragu, wajahnya terlihat penuh penyesalan dan ketidakpastian. Dia segera disambut oleh ekspresi lega dari rekan-rekan kerjanya yang telah khawatir karena absennya beberapa hari terakhir."Dapatkah kita membantumu dengan sesuatu, Bu Kasih?" tanya salah satu rekan kerjanya dengan ekspresi perhatian.Kasih tersenyum lembut, merasa bersyukur atas perhatian mereka. "Maafkan saya karena tidak memberikan kabar, semuanya. Beberapa hari terakhir ini saya sedang sakit dan ponselnya mati dan saya hanya istirahat saja," jelasnya dengan suara yang lembut.Rekan-rekan kerjanya segera memberikan senyuman pengertian. Mereka senang melihat Kasih kembali dengan selamat dan sehat.Namun, Tomy menarik Kasih ke ruangannya untuk berbicara secara pribadi. Kasih bisa merasakan atmosfer tegang di udara saat mereka duduk berdua di depan meja Tomy."Tadi pagi, kami menerima kabar bahwa Vita telah masuk penjara. Dan dengan posisi direktur utama kosong, semua dewan di
*** Arthur duduk di ruang tamu villa, wajahnya tegang dan pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan yang mengganggu. Angelia, dokter keluarganya sekaligus sahabat baiknya, adalah satu-satunya orang yang bisa dia percayai saat ini."Apakah kamu tahu bahwa Sean jatuh cinta pada Kasih?" tanya Arthur, matanya mencari kepastian di wajah Angelia.Angelia mengangguk perlahan. "Ya, aku tahu. Aunty Wilhelmina menceritakan semuanya kepadaku saat kami bertemu dan juga pada saat itu aku juga terkejut jika Aunty Wilhemina mengatakan kalau ia pun sangat menyukai Kasih dan mendukung Sean untuk mengejar Kasih."Arthur merasa dadanya terasa sesak saat mendengar konfirmasi itu. Rasanya seperti sebuah pukulan ke jantungnya. "Apa yang harus aku lakukan, Angelia? Aku merasa ketakutan saat Sean jatuh cinta dengan wanita yang sama, aku takut jika kelak Kasih pun jatuh cinta padanya," ucapnya dengan suara yang penuh kebingungan.Angelia menatap Arthur dengan tatapan yang penuh pengertian, Arthur yang selalu kua