***Ruang rapat di Evencio Industrie yang tadinya penuh dengan suasananya yang serius kini mulai mereda setelah rapat selesai. Semua anggota rapat bubar, meninggalkan ruangan tersebut satu per satu. Arthur, yang duduk di ujung meja, memperhatikan semua orang pergi. Hati dan pikirannya terasa berat, meskipun tidak ada yang bisa dilihatnya secara fisik.Namun, tiba-tiba saja, rasa gelisah merayap di dalam dadanya. Sesuatu yang tidak biasa terjadi, dan wajah Kasih muncul di benaknya dengan tegas. Arthur mengepalkan tangannya, mencoba mengendalikan perasaan yang tiba-tiba menghantuinya.Secepat kilat, Arthur berdiri dari kursinya dan menuju ruangannya. Dia tahu ada sesuatu yang salah, meskipun tidak tahu pasti apa. Begitu masuk ke dalam ruangannya, dia merasa kepanikan yang tak terkendali. Dengan langkah cepat, Arthur meneguk segelas air di atas mejanya, berharap bisa meredakan rasa gelisahnya.Namun, air yang dia pegang tiba-tiba terlepas dari tangannya dan
***Ruang perawatan di rumah sakit itu hening, hanya terdengar mesin-mesin medis berdetak seiring napas pasien. Arthur duduk di sisi ranjang tempat Kasih terbaring, wajahnya yang biasanya dingin dan terkendali kini mencerminkan ketidakberdayaan dan kegelisahan. Ia menatap wajah wanita yang terbaring lemah di depannya. Mata Kasih tertutup rapat, tak memberi tanda-tanda kehidupan. Ruangan itu dipenuhi oleh deru mesin-mesin medis yang terus memantau keadaan Kasih."Kau tahu, Kasih," bisik Arthur dengan suara yang lembut, "Aku membenci melihatmu seperti ini. Lebih baik kau marahiku, menangis karena aku, daripada kau harus berbaring di sini, tak berdaya."Ia menatap wajah Kasih dengan penuh penyesalan. Kemarahannya tak lagi terarah pada siapapun kecuali pada dirinya sendiri. Mengingat kejadian tragis itu, Arthur merasa bersalah dan berharap bisa mengubah segalanya."Saat pertama kali kita bertemu, kau terlihat begitu menggemaskan," lanjut Arthur, suaranya dipenuhi nostalgia. "Kau selalu be
***Ruang intensif yang sebelumnya sepi kini menjadi tempat keajaiban yang tak terduga. Arthur duduk di sisi ranjang, menatap wajah Kasih yang masih terlelap dalam tidurnya yang panjang. Mesin-mesin medis berdetak dengan ritme yang membosankan, menciptakan suasana hening di ruangan itu.Tiba-tiba, Arthur merasa sesuatu yang aneh. Tangan Kasih bergerak perlahan, dan matanya mulai meneteskan air mata. Arthur tak percaya pada apa yang ia lihat, ia langsung memanggil nama Kasih dengan penuh kekhawatiran."Kasih...?" gumam Arthur, takut kehilangan moment ajaib ini.“Kasih, bangun. Ini aku,” tambah Arthur dengan penuh harap.Kasih terus bergerak, dan ketika matanya terbuka perlahan, sebuah senyuman muncul di wajah Arthur. Dia memanggil dokter dengan cepat, memberi tahu bahwa Kasih telah bangun dari koma."Bagaimana perasaanmu?" tanya Arthur, mencoba menahan rasa haru dan senangnya.Kasih hanya memandang Arthur dengan tatapan yang penuh makna. Mulutnya terbuka, dan suaranya terdengar lirih,
***Suasana di ruangan itu berubah menjadi hening ketika Angelia memberikan informasi yang sulit untuk diterima. Kasih duduk di tempat tidurnya dengan mata yang berkaca-kaca, mencoba mencerna kata-kata dokter."Kasih, sayangnya, kami tidak bisa menyelamatkan kandunganmu. Benturan di kepala dan pendarahan yang hebat membuatnya tidak mungkin untuk terus bertahan," ungkap Angelia dengan suara lembut.Kasih merasa dunianya runtuh. Air matanya jatuh dengan deras, dan ia mencubit bibirnya untuk menahan rasa sakit di hatinya. Sesekali, tangannya menyentuh perutnya yang kini terasa hampa."Semua akan baik-baik saja, Kasih. Kehilangan bukanlah segalanya, dan yang terpenting, kamu selamat dari tabrakan yang mengerikan itu," tambah Angelia, mencoba memberikan penghiburan.Kasih mengangguk, tetapi raut wajahnya masih menyiratkan kekecewaan dan kehampaan. Ia merasa bersalah karena tidak bisa melindungi anak dalam kandungannya."Tidak semua orang diberika
***Kasih merasa bosan karena masih berada di rumah sakit. Dan ia merasa ada yang hampa karena sudah dua hari ini, Arthur tak datang dan bicara dengannya.“Apa dia sedang sibuk? Apa aku perlu chat dia untuk menanyakan kabarnya?’ tanya Kasih pada dirinya sendiri, lalu tak lama, ia menggelengkan kepalanya, ia tidak mau mengganggu pria itu karena tahu siapa dia, Arthur adalah pria yang mempunyai waktu yang sangat berharga di dunia bisnis, terlebih lagi Arthur sudah mempunyai seorang istri, pasti Arthur saat ini sedang bersama istrinya.Kasih hanya tersenyum hampa dan saat ini suasana di kamar rumah sakit Kasih terasa asing. Ada seorang wanita yang baru menemaninya, wanita yang ditugaskan untuk menemaninya dan Kasih merasa agak kurang nyaman. Sejak kecelakaan itu, Pink, wanita yang selalu menemaninya, tiba-tiba hilang dan juga ia tak pernah melihat Pink, ia pikir Pink mungkin sedang sakit, tapi bagaimana bisa lebih dari seminggu?.Kasih mencoba te
***Dua hari terasa seperti sebuah masa yang berkepanjangan bagi Kasih di dalam villa yang sunyi. Arthur tak kunjung muncul atau memberikan kabar. Kesepian mulai merasuki hatinya, membuatnya merenung pada kenangan masa lalu dan sekaligus terjebak dalam pertanyaan tentang hubungannya dengan Arthur.Di tengah keheningan villa, Kasih membaca dengan tekun semua laporan perusahaan yang diberikan oleh Tomy. Meskipun tidak begitu mengerti dunia bisnis, Kasih berusaha keras untuk memahami setiap detailnya. Sebuah komitmen batin muncul dari dalam dirinya, dia ingin memberikan kontribusi positif untuk perusahaan ini, bukan hanya sebagai putri dari founder perusahaan, tetapi juga sebagai individu yang ingin memiliki andil dalam kesuksesan PT. Bintang Utama Group.Setelah berjam-jam merangkai angka-angka dan mencari solusi untuk berbagai masalah yang dihadapi perusahaan, Kasih mulai merasa jenuh. Pikirannya meloncat-loncat dari satu hal ke yang lain. Tiba-tiba, dia teringat tentang desain cincin
***Seminggu telah berlalu, Kasih sudah merasa kondisi tubuhnya membaik dan hari ini, ia memutuskan untuk datang ke klinik pribadi milik Angelia, ia juga sudah merasa bosan hanya berada di villa, ia membutuhkan udara segar agar bisa sedikit bernapas.Sebuah klinik pribadi yang tersembunyi di sudut kota menjadi saksi atas pertemuan antara Kasih dan dokter kandungan, Angelia. Suara gemuruh kendaraan dan deru kota tak mampu menghapus ketenangan yang menyelimuti tempat itu.Kasih memasuki ruangan dokter dengan langkah yang ringan, mencoba menyembunyikan kekhawatirannya di balik senyuman tipisnya. Angelia, yang sudah menunggu, menyambutnya dengan hangat."Selamat pagi, Kasih. Bagaimana keadaanmu?" tanya Angelia sambil menunjukkan senyuman lembutnya.Kasih mengangguk, "Selamat pagi, Dokter Angelia. Aku ingin memeriksa kondisiku karena merasa tubuhku sudah membaik dan juga aku ingin mendiskusikan rencana program kehamilan lagi."Angelia mengajak Ka
***Arthur masih berada di Tokyo, saat ini ia berada di salah satu penthouse pribadinya yang megah dan terasa hening, hanya terdengar suara rapat-rapat kertas laporan bisnis yang tersebar di meja kerjanya. Arthur, yang tengah fokus pada pekerjaannya, tiba-tiba dikejutkan oleh kehadiran Willy, yang langsung datang tanpa ia pinta. Arthur sudah menduga pasti a;pa yang akan Willy sampaikan sangat penting.“Tuan Arthur, saya perlu memberitahu Anda tentang sesuatu yang mungkin akan mengguncangkan Anda. Dan juga ini adalah masalah yang sudah Tuan minta saya untuk mencarinya sampai tuntas," ucap Willy. "Apa yang terjadi, Willy?" tanya Arthur dengan nada yang serius.Willy memberikan sejumlah berkas dan foto kepada Arthur, yang langsung menatapnya dengan ekspresi kaget dan marah."Ini adalah laporan tentang kecelakaan sepuluh tahun yang lalu, yang melibatkan Nona Kasih dan mendiang ibunya, Verlita,” kata Willy menjelaskan."Apa yang kamu temukan?" tanya Arthur dengan tatapan tajam."Saya mene
***Di dalam kegelapan parkiran yang sepi, Alice menyusup dengan diam, menunggu dengan penuh kebencian. Pisau yang tersembunyi di balik jaketnya menjadi senjata gelap yang siap ia gunakan. Alice membayar mahal seseorang untuk memantau aktifitas Kasih dan saat ini adalah waktu yang tepat untuk menyingkirkan Kasih."Kasih, kau takkan selamat kali ini. Mari kita hancur bersama!" gumam Alice penuh dengan kebencian.Dalam kegelapan, detik demi detik berlalu, dan akhirnya, sosok yang ditunggu-tunggu muncul: Kasih.Kasih keluar dari pintu dan langkahnya terhenti mendadak ketika ia melihat Alice, sosok yang penuh dendam berdiri di hadapannya."Alice? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Kasih dengan nada yang terkejut.Alice tak menggubris pertanyaan Kasih. Dengan langkah mantap, ia mendekati Kasih sambil mengacungkan pisau."Kasih, kau akan mati!" teriak Alice dengan api amarah yang menyala di dadanya.Kasih membeku di tempatnya, matanya memperhatikan setiap gerakan Alice dengan ketakutan ya
*** Bintang Utama Group… Suasana di perusahaan menjadi kacau balau saat wartawan mendatangi gedung itu dengan kamera dan pena mereka yang siap mencari berita baru. Semua karyawan memang terkejut, namun mereka tahu siapa orang yang dituju oleh para wartawan itu. Berita tentang hubungan Kasih dan Arthur memang masih menjadi hot topic dan dibicarakan dimana-mana. Sedangkan, Kasih, ia tidak menyangka kalau para wartawan datang ke perusahaannya dalam jumlah yang luar biasa, ia terkejut dan panik, segera menghubungi Arthur dalam keadaan khawatir yang jelas terdengar dalam suaranya. Kasih memegang ponselnya dengan gemetar, menunggu sambungan sampai terhubung. Ia ingin Arthur bertanggung jawab atas apa yang telah pria itu lakukan. “Sayang, ada apa? Sepagi ini kamu sudah menghubungiku, kamu merindukanku?” tanya Arthur. Kasih menghela napas pendek karena ucapan Arthur malah membuatnya tambah sakit kepala. "Arthur, kamu harus cepat datang dan meredakan segala situasi di perusahaan! Ada ba
***Di tengah sorotan media yang menggema, sebuah berita mengejutkan mencuat ke permukaan, memicu kehebohan di seluruh negeri. Pembatalan pernikahan antara Arthur Romeo dan Rose Marry menjadi buah bibir di kalangan masyarakat, menimbulkan beragam spekulasi dan tanya jawab.Suasana di salah satu kantor media cetak pun tak kalah heboh.“Apakah kalian mendengar berita terbaru tentang Arthur dan Rose? Siapa yang bisa membayangkan, setelah lima tahun, pernikahan mereka hanyalah pura-pura belaka!” tanya wartawan 1 dengan nada terkejut.“Tapi kenapa mereka bersikap seperti itu? Dan mengapa Arthur setuju dengan pernikahan palsu itu? Bukankah itu bukan sikap dari pria gentle sepertinya?” wartawan 2 bertanya balik dengan penasaran.Di ruang redaksi media massa, para jurnalis sibuk menulis laporan dan artikel, mencoba mengurai teka-teki di balik drama rumah tangga yang terungkap.“Kabarnya, Arthur tidak pernah menyentuh Rose selama lima tahun pernikahan mereka. Apakah ini karena sikap matre Rose
***Dalam apartemennya yang mewah, Rose duduk di sofa dengan wajah yang penuh kemarahan. Di tangannya, ia memegang ponselnya, sementara layar terang memantulkan kilatan kekesalannya.Rose membaca semua itu dengan suara gemetar, “Tidak mungkin! Semua kontrak dibatalkan? Filmku... iklanku... semuanya! Semuanya hancur dalam sekejap? Semuanya tak bersisa? Tidak ada yang bisa kupertahankan satu pun?”Dia memukulkan ponselnya ke sofa dengan geram, merasa seakan dunianya runtuh dalam sekejap. Pekerjaannya sebagai selebritis papan atas, yang dibangunnya dengan susah payah selama bertahun-tahun, hancur dalam sekejap. Ia bahkan sudah merelakan tubuhnya untuk dinikmati dengan pria-pria itu, tapi kenapa bisa semuanya hancur dan sia-sia?Rose langsung berteriak frustrasi, “Kenapa ini terjadi padaku? Ini semua salah Kasih! Dia ingin menghancurkanku! Kedatangannya membuat mimpiku hancur! Dia yang telah merebut Arthur dan juga mencuri tempatku. Wanita jalang itu harus hancur! Dia tidak boleh menang
***Arthur duduk di ruang kerjanya, pandangannya terfokus pada layar monitor yang menampilkan berbagai laporan keamanan. Willy, asistennya, berdiri di sampingnya, siap menerima instruksi. Ia juga selalu menunggu laporan tentang keberadaan Alice yang saat ini belum diketahui keberadaannya.“Willy, aku ingin kamu memperketat keamanan di sekitar Kasih. Keberadaan Alice masih belum diketahui, dan aku tidak ingin ada risiko baginya. Alice sangat berbahaya, apalagi saat ini dia sudah hancur dan tak mempunyai apa-apa lagi,” ucap Arthur.Willy mengangguk tegas, mencatat setiap kata yang keluar dari mulut Arthur.“Baik, Tuan. Saya akan segera menyiapkan tim keamanan tambahan untuk mengawasi Nona Kasih, Tuan. Kami akan memastikan dia selalu dalam perlindungan yang maksimal. Saya pasti tidak akan membiarkan Nona Kasih dalam bahaya.”Arthur menarik napas dalam-dalam, ekspresinya gelisah. Hatinya dipenuhi dengan kekhawatiran akan keselamatan Kasih. Ia tahu saat ini banyak ancaman baginya, apalagi
*** Pagi itu, suasana di ruang makan villa mereka terasa damai. Cahaya matahari yang lembut menyinari meja makan, menciptakan suasana yang tenang dan menyenangkan. Kasih duduk di seberang Arthur, tetapi ada ketegangan yang terasa di udara. Dia menatap pria yang dicintainya itu dengan cemas, menunggu momen yang tepat untuk mengungkapkan keinginannya. "Arthur," panggilnya perlahan, menahan ketegangan di dalam dadanya. Arthur menatapnya dengan penuh perhatian. "Ada apa, Sayang?" Kasih menarik nafas dalam-dalam sebelum akhirnya mengucapkan kata-kata yang telah ia persiapkan dengan cermat. "Aku ingin meminta izin padamu untuk pergi ke Singapura Minggu depan. Adikku, Zayn, ulang tahun kemarin dan aku merasa bersalah kemarin tidak mengucapkannya, dan aku sudah berjanji untuk menjenguknya." Arthur mengangkat alisnya, sedikit terkejut dengan permintaan Kasih. "Jika aku menolaknya, apakah kamu akan tetap pergi ke Singapura?” Kasih merasa kecewa. Dia ingin sekali bertemu dengan adiknya, t
*** Arthur duduk di ruangannya dengan ekspresi puas yang sulit disembunyikan. Berita tentang skandal panas antara Rose dan Sanders telah menyebar dengan cepat di dunia hiburan, memenuhi semua media massa dan menjadi topik utama pembicaraan di seluruh negeri. Baginya, ini adalah pembalasan yang pantas bagi apa yang telah dilakukan Rose, terutama setelah dia mengetahui bahwa foto-foto Sean dan Kasih yang dikirimkan padanya adalah ulah anak buah Bang Bew yang disuruh oleh Rose. Kejahatan itu telah menyebabkan dia hampir melukai Kasih secara tidak sengaja. Kebencian dan rasa amarahnya semakin memuncak dan ia ingin sekali menghancurkan hidup Rose tanpa ampun."Demi Tuhan, Willy," Arthur berkata pada asistennya dengan nada penuh kepuasan, "sebarkan semua video dan foto tak bermoral itu secara luas. Biarkan semua orang tahu siapa sebenarnya Rose Marry dan Sanders Ivan."Willy menatap bosnya dengan ekspresi yang sedikit khawatir. "Apakah ini tindakan yang tepat,
***Kasih memasuki kantor dengan langkah yang ragu, wajahnya terlihat penuh penyesalan dan ketidakpastian. Dia segera disambut oleh ekspresi lega dari rekan-rekan kerjanya yang telah khawatir karena absennya beberapa hari terakhir."Dapatkah kita membantumu dengan sesuatu, Bu Kasih?" tanya salah satu rekan kerjanya dengan ekspresi perhatian.Kasih tersenyum lembut, merasa bersyukur atas perhatian mereka. "Maafkan saya karena tidak memberikan kabar, semuanya. Beberapa hari terakhir ini saya sedang sakit dan ponselnya mati dan saya hanya istirahat saja," jelasnya dengan suara yang lembut.Rekan-rekan kerjanya segera memberikan senyuman pengertian. Mereka senang melihat Kasih kembali dengan selamat dan sehat.Namun, Tomy menarik Kasih ke ruangannya untuk berbicara secara pribadi. Kasih bisa merasakan atmosfer tegang di udara saat mereka duduk berdua di depan meja Tomy."Tadi pagi, kami menerima kabar bahwa Vita telah masuk penjara. Dan dengan posisi direktur utama kosong, semua dewan di
*** Arthur duduk di ruang tamu villa, wajahnya tegang dan pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan yang mengganggu. Angelia, dokter keluarganya sekaligus sahabat baiknya, adalah satu-satunya orang yang bisa dia percayai saat ini."Apakah kamu tahu bahwa Sean jatuh cinta pada Kasih?" tanya Arthur, matanya mencari kepastian di wajah Angelia.Angelia mengangguk perlahan. "Ya, aku tahu. Aunty Wilhelmina menceritakan semuanya kepadaku saat kami bertemu dan juga pada saat itu aku juga terkejut jika Aunty Wilhemina mengatakan kalau ia pun sangat menyukai Kasih dan mendukung Sean untuk mengejar Kasih."Arthur merasa dadanya terasa sesak saat mendengar konfirmasi itu. Rasanya seperti sebuah pukulan ke jantungnya. "Apa yang harus aku lakukan, Angelia? Aku merasa ketakutan saat Sean jatuh cinta dengan wanita yang sama, aku takut jika kelak Kasih pun jatuh cinta padanya," ucapnya dengan suara yang penuh kebingungan.Angelia menatap Arthur dengan tatapan yang penuh pengertian, Arthur yang selalu kua