***
Kediaman Arthur yang megah seakan berlapis kesunyian saat Prabu tiba di sana. Dia mengetuk pintu dengan cepat dan kemudian salah satu maid membukanya.
"Selamat malam, Papa," sapa Rose dengan senyuman lembut. Namun, senyumnya pudar saat melihat wajah serius Prabu.
"Di mana Arthur?" tanya Prabu langsung, matanya mencari-cari keberadaan pria itu.
Rose menelan ludah, "Arthur tidak berada di sini, Pa. Dia sudah beberapa hari tidak pulang."
Prabu menatap Rose dengan heran, "Apa? Kenapa tidak memberi tahu Papa sebelumnya? Apa dia tidak menjawab panggilan kamu atau memberitahu kamu kalau dia sedang apa?"
Rose menggelengkan kepala sambil menahan air matanya yang ingin meledak. "Tidak, Papa. Arthur tidak pernah menjawab panggilan dariku. Aku selalu khawatir sesuatu terjadi padanya."
Prabu merasa hatinya mengerut. Sesuatu yang tidak beres. "Sudah beberapa hari dia tidak pulang? Apa dia memberi tahu kamu ke mana dia pergi sebelumnya?"
***Rose merasa keputusasaan yang mendalam. Semakin lama, hubungannya dengan Arthur semakin memburuk. Ia merasa diabaikan, tidak diperhatikan, dan itu membuat hatinya hancur. Tanpa berpikir panjang, Rose memutuskan untuk pergi ke bar untuk mencari pelarian dari kenyataan yang sulit itu.Suara musik berirama dan tawa riuh para pengunjung memenuhi ruangan di bar malam itu. Rose duduk di pojokan, menatap kosong ke dalam gelas minuman keras di tangannya. Sejumlah gelas kosong berserakan di sekitarnya, mencerminkan seberapa banyak ia telah mencoba menghapus rasa sakit dalam dirinya.Barman mendekat, "Apakah Anda baik-baik saja, Nona? Sudah cukup minum untuk malam ini."Rose hanya mengangguk, tanpa mengangkat mata dari gelasnya. Barman meninggalkannya sendirian dalam kesendirian yang gelap dan penuh duka.Beberapa gelas lagi dihadapannya, Rose merasa dunia berputar. Dia merenung tentang hidupnya yang semakin rumit. Tiba-tiba, Sanders, pria itu, muncul di sampingnya."Rose, apa yang terjadi?
***Rose melangkah dengan langkah ragu ke dalam rumah, mata masih terasa berat karena malam yang dihabiskan di bar dengan Sanders. Namun, kejutan menyergapnya saat melihat Arthur yang duduk di sofa, dengan tatapan tajam yang seolah-olah bisa menembus jiwanya. Ia merinding seketika.“Kamu pulang agak terlambat, bukan? Ah, bahkan sangat terlambat,” ucap Arthur dengan tatapan tajam.Rose langsung berpura-pura tenang, “Oh, maafkan aku. Aku tidak tahu kamu sudah pulang.”Arthur masih menatapnya, tatapannya menusuk tajam. Rose mencoba mempertahankan ketenangannya, meskipun perasaan khawatir mulai menyelinap di dalam dirinya.“Aku baru saja merayakan ulang tahun temanku, itu saja. Kamu sulit dihubungi, jadi aku belum memberitahumu,” kata Rose berusaha tenang dan tersenyum.Arthur mengendus udara. “Bau alkohol cukup kental di tubuhmu. Kamu merayakannya dengan sangat baik, sepertinya.”“Yah
***Pink memasuki ruangan Kasih dengan senyum ramahnya, membawa sebuah ponsel dalam genggamannya. Kasih mengangkat wajahnya dari sketsa perhiasan yang tengah dikerjakannya, memberi sambutan yang hangat.“Nona Kasih, Tuan Arthur meminta saya untuk memberikan ini pada Anda,” ucap Pink dengan tersenyum.Kasih langsung mengangguk, “Terima kasih, Pink.” Wanita itu menerima ponsel dengan senyum, ia tidak menyangka kalau Arthur akan mengembalikan ponselnya dengan cepat.“Nona, ada pesan juga dari Tuan Arthur, dia menyampaikan bahwa Anda hanya boleh menghubungi satu orang dengan ponsel ini. Nama yang telah diizinkan adalah Zayn,” kata Pink mengingatkan.Kasih tersenyum bahagia mendengarnya. Setiap keputusan yang memberinya sedikit kebebasan dari keterbatasannya selalu disambut dengan gembira.“ Terima kasih banyak, Pink. Ini sangat berarti bagiku,” balas Kasih tersenyum dengan cerah.“Sama
***Ruang kerja Arthur di penthouse dipenuhi oleh hening yang tegang. Kasih sudah duduk di depan meja besar yang penuh dengan berkas dan dokumen, matanya menatap kosong ke arah jendela yang memperlihatkan cahaya kota malam yang gemerlap. Arthur, dengan sikap santai, berdiri di depan jendela, menunggu dengan kesabaran yang terlihat dari ekspresi wajahnya yang tenang.Waktu berlalu tanpa suara. Arthur sengaja membiarkan suasana itu tercipta, berharap bahwa Kasih akan memulai pembicaraan pertama kali. Ia ingin melihat sejauh mana Kasih bisa membuka diri. Namun, Kasih tetap terdiam, matanya fokus pada hampa di luar jendela.Setelah beberapa saat, Arthur pura-pura akan meninggalkan ruangan dengan langkah ringan. Namun, sebelum ia sempat membuka pintu, tangan lembut Kasih menahan lengan jasnya."Tunggu sebentar," ucap Kasih dengan suara yang tenang, namun terdengar tegas.Arthur berhenti dan menatap Kasih dengan ekspresi tidak terbaca. Kasih melepaskan pegangannya, duduk kembali, dan menata
***Ruang kerja yang megah di penthouse menjadi saksi bisu ketika Arthur membuka pintu pengetahuan bisnis untuk Kasih. Matahari sore menerobos masuk melalui jendela, memberikan cahaya lembut yang memancar ke dalam ruangan. Arthur duduk di seberang meja besar, dan Kasih duduk di kursi yang nyaman, menanti dengan antusias."Kasih," ucap Arthur dengan nada yang tenang namun penuh otoritas, "sebagai pemegang saham terbesar di perusahaan itu, kamu perlu memahami seluk-beluk bisnis. Itu akan memudahkanmu dalam membuat keputusan yang tepat dan mengarahkan perusahaan ke arah yang benar."Arthur memulai pembelajaran dengan membahas laporan keuangan perusahaan, strategi pemasaran, hingga teknik negosiasi yang efektif. Kasih yang duduk di hadapannya menyerap semua informasi dengan sungguh-sungguh. Ia merasa beruntung memiliki kesempatan untuk belajar langsung dari seorang pebisnis ulung seperti Arthur."Salah satu kunci kesuksesan adalah memahami pasar dengan baik.
***“Kenapa Arthur belum mengabariku?” gumam Kasih sembari menatap ponselnya.Pagi itu, sinar matahari menyinari penthouse yang telah menjadi tempat tinggal Kasih selama beberapa waktu. Kesunyian pagi hanya terganggu oleh derap langkah Pink yang mendekat. Kasih, yang tengah duduk di sofa, mengangkat pandangannya ketika Pink memasuki ruangan."Selamat pagi, Nona Kasih," sapa Pink dengan senyuman ramah, namun matanya menyiratkan ketidaknyamanan."Pagi, Pink. Ada sesuatu yang ingin kamu sampaikan?" tanya Kasih dengan ekspresi penasaran.Pink menghela napas dalam, mencoba menata kata-kata dengan hati-hati. "Tuan Arthur memerintahkan untuk memberitahu Nona bahwa Nona akan pindah dari sini ke salah satu villa pribadinya. Semuanya atas perintahnya."Kasih terkejut mendengar berita itu. "Pindah? Kenapa?" tanyanya, mencoba mencari alasan di balik keputusan itu.Pink menjawab dengan lugas, "Semua ini atas perintah Tuan Arthur. Esok, dan dalam waktu yang tidak ditentukan, Tuan Arthur tidak akan
***Suara cappuccino mesin kopi menggema di kafe yang ramai, menciptakan latar belakang yang nyaman untuk pertemuan tak terduga antara Bryan dan Kasih. Kedua orang itu tak sengaja bertemu di tempat yang sama setelah begitu lama berpisah.Bryan, yang sudah memperhatikan keberadaan Kasih sejak tadi, memutuskan untuk menghampiri wanita itu. Langkahnya mantap, dan dengan senyum penuh keyakinan, ia mendekati meja di mana Kasih duduk sendirian."Kasih," sapanya dengan suara ramah, mencoba menunjukkan kehangatan.Kasih menoleh, terkejut melihat Bryan berdiri di hadapannya. Ekspresinya tetap tenang meskipun terdapat keraguan yang terlihat di matanya. "Bryan."Bryan tersenyum lebar, seolah mencoba menyembunyikan ketegangannya. "Sudah lama, ya? Aku selalu mengirimmu pesan, tapi kamu tak pernah membalasnya. Bagaimana kabarmu?"Kasih hanya mengangguk, tidak sepenuhnya yakin akan arah percakapan ini. Bryan langsung duduk di kursi di depan Kasih, seakan tidak memperdulikan apakah dia diundang atau
***Dalam ruang kerjanya di villa yang menjadi tempatnya belajar, Kasih duduk di hadapan laptop dengan berkas-berkas yang berserakan di meja. Beberapa buku dan catatan bisnis berserakan di sekelilingnya. Rapat pemegang saham PT. Bintang Utama Group sudah di depan mata, dan gugup mulai melandanya. Ini adalah kali pertama Kasih benar-benar terjun ke dalam dunia bisnis yang rumit dan kompleks. Di masa lalu, Vita maupun Bryan selalu melarangnya terlibat langsung di perusahaan, ternyata keduanya sengaja melarangnya agar ia tidak bisa menguasai perusahaan mendiang ayahnya, di masa lalu, Kasih adalah gadis yang naif dan juga bodoh.Kasih menjelajahi laporan keuangan, membaca strategi pemasaran, dan mengkaji kebijakan-kebijakan perusahaan. Sejak pagi hingga malam, ia tenggelam dalam lautan informasi yang seakan tak berujung. Ambisi dan tekadnya untuk mengembangkan dan merebut perusahaan mendiang ayahnya menjadi semakin kuat.Namun, di antara catatan bisnis dan grafik ke
***Di dalam kegelapan parkiran yang sepi, Alice menyusup dengan diam, menunggu dengan penuh kebencian. Pisau yang tersembunyi di balik jaketnya menjadi senjata gelap yang siap ia gunakan. Alice membayar mahal seseorang untuk memantau aktifitas Kasih dan saat ini adalah waktu yang tepat untuk menyingkirkan Kasih."Kasih, kau takkan selamat kali ini. Mari kita hancur bersama!" gumam Alice penuh dengan kebencian.Dalam kegelapan, detik demi detik berlalu, dan akhirnya, sosok yang ditunggu-tunggu muncul: Kasih.Kasih keluar dari pintu dan langkahnya terhenti mendadak ketika ia melihat Alice, sosok yang penuh dendam berdiri di hadapannya."Alice? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Kasih dengan nada yang terkejut.Alice tak menggubris pertanyaan Kasih. Dengan langkah mantap, ia mendekati Kasih sambil mengacungkan pisau."Kasih, kau akan mati!" teriak Alice dengan api amarah yang menyala di dadanya.Kasih membeku di tempatnya, matanya memperhatikan setiap gerakan Alice dengan ketakutan ya
*** Bintang Utama Group… Suasana di perusahaan menjadi kacau balau saat wartawan mendatangi gedung itu dengan kamera dan pena mereka yang siap mencari berita baru. Semua karyawan memang terkejut, namun mereka tahu siapa orang yang dituju oleh para wartawan itu. Berita tentang hubungan Kasih dan Arthur memang masih menjadi hot topic dan dibicarakan dimana-mana. Sedangkan, Kasih, ia tidak menyangka kalau para wartawan datang ke perusahaannya dalam jumlah yang luar biasa, ia terkejut dan panik, segera menghubungi Arthur dalam keadaan khawatir yang jelas terdengar dalam suaranya. Kasih memegang ponselnya dengan gemetar, menunggu sambungan sampai terhubung. Ia ingin Arthur bertanggung jawab atas apa yang telah pria itu lakukan. “Sayang, ada apa? Sepagi ini kamu sudah menghubungiku, kamu merindukanku?” tanya Arthur. Kasih menghela napas pendek karena ucapan Arthur malah membuatnya tambah sakit kepala. "Arthur, kamu harus cepat datang dan meredakan segala situasi di perusahaan! Ada ba
***Di tengah sorotan media yang menggema, sebuah berita mengejutkan mencuat ke permukaan, memicu kehebohan di seluruh negeri. Pembatalan pernikahan antara Arthur Romeo dan Rose Marry menjadi buah bibir di kalangan masyarakat, menimbulkan beragam spekulasi dan tanya jawab.Suasana di salah satu kantor media cetak pun tak kalah heboh.“Apakah kalian mendengar berita terbaru tentang Arthur dan Rose? Siapa yang bisa membayangkan, setelah lima tahun, pernikahan mereka hanyalah pura-pura belaka!” tanya wartawan 1 dengan nada terkejut.“Tapi kenapa mereka bersikap seperti itu? Dan mengapa Arthur setuju dengan pernikahan palsu itu? Bukankah itu bukan sikap dari pria gentle sepertinya?” wartawan 2 bertanya balik dengan penasaran.Di ruang redaksi media massa, para jurnalis sibuk menulis laporan dan artikel, mencoba mengurai teka-teki di balik drama rumah tangga yang terungkap.“Kabarnya, Arthur tidak pernah menyentuh Rose selama lima tahun pernikahan mereka. Apakah ini karena sikap matre Rose
***Dalam apartemennya yang mewah, Rose duduk di sofa dengan wajah yang penuh kemarahan. Di tangannya, ia memegang ponselnya, sementara layar terang memantulkan kilatan kekesalannya.Rose membaca semua itu dengan suara gemetar, “Tidak mungkin! Semua kontrak dibatalkan? Filmku... iklanku... semuanya! Semuanya hancur dalam sekejap? Semuanya tak bersisa? Tidak ada yang bisa kupertahankan satu pun?”Dia memukulkan ponselnya ke sofa dengan geram, merasa seakan dunianya runtuh dalam sekejap. Pekerjaannya sebagai selebritis papan atas, yang dibangunnya dengan susah payah selama bertahun-tahun, hancur dalam sekejap. Ia bahkan sudah merelakan tubuhnya untuk dinikmati dengan pria-pria itu, tapi kenapa bisa semuanya hancur dan sia-sia?Rose langsung berteriak frustrasi, “Kenapa ini terjadi padaku? Ini semua salah Kasih! Dia ingin menghancurkanku! Kedatangannya membuat mimpiku hancur! Dia yang telah merebut Arthur dan juga mencuri tempatku. Wanita jalang itu harus hancur! Dia tidak boleh menang
***Arthur duduk di ruang kerjanya, pandangannya terfokus pada layar monitor yang menampilkan berbagai laporan keamanan. Willy, asistennya, berdiri di sampingnya, siap menerima instruksi. Ia juga selalu menunggu laporan tentang keberadaan Alice yang saat ini belum diketahui keberadaannya.“Willy, aku ingin kamu memperketat keamanan di sekitar Kasih. Keberadaan Alice masih belum diketahui, dan aku tidak ingin ada risiko baginya. Alice sangat berbahaya, apalagi saat ini dia sudah hancur dan tak mempunyai apa-apa lagi,” ucap Arthur.Willy mengangguk tegas, mencatat setiap kata yang keluar dari mulut Arthur.“Baik, Tuan. Saya akan segera menyiapkan tim keamanan tambahan untuk mengawasi Nona Kasih, Tuan. Kami akan memastikan dia selalu dalam perlindungan yang maksimal. Saya pasti tidak akan membiarkan Nona Kasih dalam bahaya.”Arthur menarik napas dalam-dalam, ekspresinya gelisah. Hatinya dipenuhi dengan kekhawatiran akan keselamatan Kasih. Ia tahu saat ini banyak ancaman baginya, apalagi
*** Pagi itu, suasana di ruang makan villa mereka terasa damai. Cahaya matahari yang lembut menyinari meja makan, menciptakan suasana yang tenang dan menyenangkan. Kasih duduk di seberang Arthur, tetapi ada ketegangan yang terasa di udara. Dia menatap pria yang dicintainya itu dengan cemas, menunggu momen yang tepat untuk mengungkapkan keinginannya. "Arthur," panggilnya perlahan, menahan ketegangan di dalam dadanya. Arthur menatapnya dengan penuh perhatian. "Ada apa, Sayang?" Kasih menarik nafas dalam-dalam sebelum akhirnya mengucapkan kata-kata yang telah ia persiapkan dengan cermat. "Aku ingin meminta izin padamu untuk pergi ke Singapura Minggu depan. Adikku, Zayn, ulang tahun kemarin dan aku merasa bersalah kemarin tidak mengucapkannya, dan aku sudah berjanji untuk menjenguknya." Arthur mengangkat alisnya, sedikit terkejut dengan permintaan Kasih. "Jika aku menolaknya, apakah kamu akan tetap pergi ke Singapura?” Kasih merasa kecewa. Dia ingin sekali bertemu dengan adiknya, t
*** Arthur duduk di ruangannya dengan ekspresi puas yang sulit disembunyikan. Berita tentang skandal panas antara Rose dan Sanders telah menyebar dengan cepat di dunia hiburan, memenuhi semua media massa dan menjadi topik utama pembicaraan di seluruh negeri. Baginya, ini adalah pembalasan yang pantas bagi apa yang telah dilakukan Rose, terutama setelah dia mengetahui bahwa foto-foto Sean dan Kasih yang dikirimkan padanya adalah ulah anak buah Bang Bew yang disuruh oleh Rose. Kejahatan itu telah menyebabkan dia hampir melukai Kasih secara tidak sengaja. Kebencian dan rasa amarahnya semakin memuncak dan ia ingin sekali menghancurkan hidup Rose tanpa ampun."Demi Tuhan, Willy," Arthur berkata pada asistennya dengan nada penuh kepuasan, "sebarkan semua video dan foto tak bermoral itu secara luas. Biarkan semua orang tahu siapa sebenarnya Rose Marry dan Sanders Ivan."Willy menatap bosnya dengan ekspresi yang sedikit khawatir. "Apakah ini tindakan yang tepat,
***Kasih memasuki kantor dengan langkah yang ragu, wajahnya terlihat penuh penyesalan dan ketidakpastian. Dia segera disambut oleh ekspresi lega dari rekan-rekan kerjanya yang telah khawatir karena absennya beberapa hari terakhir."Dapatkah kita membantumu dengan sesuatu, Bu Kasih?" tanya salah satu rekan kerjanya dengan ekspresi perhatian.Kasih tersenyum lembut, merasa bersyukur atas perhatian mereka. "Maafkan saya karena tidak memberikan kabar, semuanya. Beberapa hari terakhir ini saya sedang sakit dan ponselnya mati dan saya hanya istirahat saja," jelasnya dengan suara yang lembut.Rekan-rekan kerjanya segera memberikan senyuman pengertian. Mereka senang melihat Kasih kembali dengan selamat dan sehat.Namun, Tomy menarik Kasih ke ruangannya untuk berbicara secara pribadi. Kasih bisa merasakan atmosfer tegang di udara saat mereka duduk berdua di depan meja Tomy."Tadi pagi, kami menerima kabar bahwa Vita telah masuk penjara. Dan dengan posisi direktur utama kosong, semua dewan di
*** Arthur duduk di ruang tamu villa, wajahnya tegang dan pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan yang mengganggu. Angelia, dokter keluarganya sekaligus sahabat baiknya, adalah satu-satunya orang yang bisa dia percayai saat ini."Apakah kamu tahu bahwa Sean jatuh cinta pada Kasih?" tanya Arthur, matanya mencari kepastian di wajah Angelia.Angelia mengangguk perlahan. "Ya, aku tahu. Aunty Wilhelmina menceritakan semuanya kepadaku saat kami bertemu dan juga pada saat itu aku juga terkejut jika Aunty Wilhemina mengatakan kalau ia pun sangat menyukai Kasih dan mendukung Sean untuk mengejar Kasih."Arthur merasa dadanya terasa sesak saat mendengar konfirmasi itu. Rasanya seperti sebuah pukulan ke jantungnya. "Apa yang harus aku lakukan, Angelia? Aku merasa ketakutan saat Sean jatuh cinta dengan wanita yang sama, aku takut jika kelak Kasih pun jatuh cinta padanya," ucapnya dengan suara yang penuh kebingungan.Angelia menatap Arthur dengan tatapan yang penuh pengertian, Arthur yang selalu kua