***
“Aku merindukanmu, Kasih.”
Kasih terdiam. Ia terkejut dengan ucapan manis dari pria itu dan akal sehatnya pun seolah hilang dengan ciuman lembut dari pria itu.
Suasana senja yang tenang di penthouse semakin menyatu dengan keintiman yang tumbuh di antara Kasih dan Arthur. Mereka terjerat dalam ciuman yang penuh gairah, dan saat bibir mereka saling menyatu, waktu terasa berhenti sejenak.
Kasih merasakan denyut nafasnya semakin cepat. Dalam pelukan Arthur, ia terombang-ambing di antara sensasi cinta yang begitu dalam. Namun, seiring waktu berlalu, sensasi ini berubah menjadi sesuatu yang lebih. Kasih merasa sesak, terlalu dalam terjebak dalam momen ini.
Tiba-tiba, ia merasa ada dorongan untuk melepaskan diri. Kasih memutuskan ciumannya dan mendorong dada bidang Arthur, menciptakan jarak yang tiba-tiba antara mereka. Arthur tersentak dan melepaskan ciumannya.
Kasih mengambil napas dalam-dalam, mata mereka saling bertemu. Dalam ke
***Sean melangkah masuk ke kantor Arthur dengan langkah yang gelisah. Keningnya berkerut, dan tatapannya mencari-cari sesuatu. Arthur, yang tengah sibuk memeriksa beberapa dokumen di meja kerjanya, mengangkat kepala saat Sean masuk."Hey, Sean. Ada yang bisa aku bantu? Kamu ada perlu denganku?" tanya Arthur dengan senyuman ramah.Sean mengangguk singkat. "Iya, aku ingin berbicara denganmu, Arthur."Arthur mengangguk, mengundang Sean untuk duduk. Sean duduk di depan meja Arthur, tampaknya ragu sejenak sebelum memulai pembicaraan."Apa kabar, Kasih? Apakah kamu tahu dia ada dimana?" tanya Sean dengan suara pelan. "Aku sudah beberapa kali mencoba menghubunginya, tapi dia tidak mengangkat telepon."Arthur, yang tadinya tenang, langsung merasa sesuatu yang berbeda. Hatinya berdebar, dan kecemburuan yang terpendam mulai muncul."Oh, Kasih. Aku tidak tahu karena dia bukan asistenku lagi. Mungkin dia sedang sibuk atau lupa memeriksa ponselnya," jawab Arthur, berusaha menunjukkan ketenangan.
***Ruangan rumah sakit dipenuhi dengan hening malam. Kasih duduk di samping tempat tidur Icha, Mamanya Echa yang tengah tertidur pulas, setelah semalam penuh kekhawatiran. Akhirnya Icha dirawat di rumah sakit tadi malam dan juga keadaannya mulai membaik, semalam Kasih tidak tidur dengan benar, dan ia merasa lelah fisik dan mental.Seiring dengan pagi yang perlahan tiba, Kasih merasa perutnya berkeras, ia hampir melupakan janin yang ada di dalam kandungannya. Dia berdecak kesal saat menyadari bahwa dia lupa membawa ponselnya. Memikirkan kemungkinan Arthur mencoba menghubunginya, membuatnya menertawakan dirinya sendiri."Ya Tuhan! Ponsel tertinggal di penthouse, dan apa mungkin Arthur akan khawatir?” tanya wanuta itu, namun ia menggelengkan kepalanya., “Tidak mungkin Arthur menghubungiku! Lagipula, pasti dia lebih sibuk bermesraan dengan Rose," gumam Kasih pada dirinya sendiri dengan nada sinis. Rasa sakit hati melingkupi senyum pahitnya.Kasih menyadari posisinya dalam kehidupan Arth
***Pintu penthouse terbuka dengan pelan, dan Kasih masuk dengan hati yang berat. Cahaya remang-remang di dalam ruangan mewah itu mengisyaratkan sebuah suasana yang tak biasa. Tatapan Kasih melintas ke sekeliling, mencari keberadaan Arthur, ia bisa merasakan pria itu ada karena dari bau parfum mahal Arthur. Di tengah keheningan, matanya mendapati Arthur yang sudah duduk di sofa besar, menunggunya.Ketika pandangan mereka bertemu, Kasih merasa ada sesuatu yang berbeda. Sorot mata Arthur terasa tajam dan dingin, seolah menyiratkan kemarahan yang tak terkendali. Sebuah ketegangan mencekam ruangan, dan Kasih merasa jantungnya berdetak dengan cepat."Selamat pagi, Arthur. Aku terkejut sepagi ini, kamu sudah berada di sini," sapanya dengan senyum tipis, mencoba menyelipkan kehangatan dalam suaranya.Arthur hanya menatapnya dengan diam, tanpa senyum balasan. Kasih merasakan getaran yang tak enak, dan itu membuatnya gelisah. Ia tahu bahwa Arthur pasti sedang dala
***Malam sudah tiba dan suasana di penthouse sangat kelam. Kemarahan Arthur membuat dada Kasih terasa perih, ia tidak tahu kalau Arthur ternyata begitu kejam memperlakukannya, bagaimana bisa pria itu membuatnya terkurung seorang diri? Ia hanya menangis dan memutuskan untuk masuk ke kamarnya dan tak lama Angelia datang dan memeriksa keadaannya. Kasih hanya menjawab singkat dan tersenyum tipis.Ketika Angelia keluar dari kamar Kasih, dia melihat ekspresi wajah Arthur yang dingin. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Angelia langsung memberanikan diri untuk bicara secara pribadi dengan Arthur. Dia menghela napas dalam-dalam, menyiapkan diri untuk mungkin menghadapi reaksi dingin dari Arthur."Arthur, bolehkah aku bicara denganmu sebentar?" tanya Angelia dengan suara lembut.Arthur mengangguk singkat, memberikan izin pada dokter kandungan terbaiknya sekaligus sahabat terbaiknya itu. Angelia masuk ke ruang kerja pribadi Arthur yang megah, mencoba mengabaikan
***Kasih terbaring di atas tempat tidurnya, terlelap dalam mimpi yang membawanya kembali ke masa lalu. Dia merasakan atmosfer kelas sekolah, koridor yang ramai dengan suara tawa dan langkah-langkah ringan siswa. Di dalam mimpinya, dia melihat dirinya sendiri di masa SMA.Kasih berjalan melintasi koridor sekolah dan berjalan ke luar gerbang karena kelas telah berakhir, tas punggungnya tergantung di satu pundak. Dia tersenyum kepada teman-temannya yang melewatinya dan membalas sapaan hangat mereka.Namun, dalam mimpinya, ada satu pria yang selalu muncul, wajahnya samar, tetapi menarik perhatian Kasih. Pria itu selalu berada di salah satu kafe dekat sekolah atau di bawah pohon rindang di dekat taman. Meskipun wajahnya kabur, ada kehangatan dan kelembutan yang terpancar dari pria itu.Pria asing itu berjalan mendekati Kasih dengan langkah-langkah hati-hati. Dia memberikan kalung liontin berbentuk hati kepada Kasih. Wajah Kasih berseri-seri saat melihat kalun
***Penthouse mewah itu hening, hanya terdengar suara gemericik air dari pancuran mandi yang terbuka di kamar mandi utama. Arthur memasuki ruangan dengan langkah pasti, dan ketika matanya menyapu sekeliling, ia melihat Kasih duduk di sofa besar dengan punggung terbongkok, air mata yang tak terbendung jatuh membasahi pipinya."Kasih," desis Arthur, suaranya menggema di ruangan sepi. Dia merasa hatinya berdebar keras, ketidakpastian mencengkeram di dalam dirinya.Kasih menoleh, wajahnya yang pucat tampak terkejut melihat kehadiran Arthur. Dia segera berusaha menyembunyikan wajahnya yang penuh dengan kedukaan di balik sehelai rambut panjangnya."Kenapa kamu di sini?" tanya Kasih dengan suara serak, mencoba menyembunyikan kesedihan di balik kata-katanya.Arthur mendekati Kasih, tetapi tetap menjaga jarak. "Aku hanya ingin ke sini, ini juga milikku. Apa yang membuatmu menangis seperti ini? Apa kamu menyesal karena telah membuatku muak?"Kasih menundukkan kepala, menahan tangisannya, tetapi
***Arthur saat ini berada di salah satu rumah pribadinya yang mewah terasa sepi, hanya terdengar desiran angin lembut yang menyusup melalui jendela. Arthur, duduk di kursi kulitnya yang elegan, merenung dengan pandangan kosong. Di tengah lamunan, dia tiba-tiba mengingat janji lama yang ingin dipegangnya, janji untuk melindungi Kasih dari segala ancaman yang mengancam.Dia mencapai ponselnya dan menekan nomor Pink, salah satu asistennya yang paling tepercaya. Dengan cepat, panggilan itu dijawab."Ya, Tuan Arthur?""Pink, aku butuh bantuanmu. Segera jemput Kasih di penthouse dan bawalah dia ke klinik pribadi Angelia. Jangan sampai orang-orang Prabu mengetahui keberadaannya. Ini penting, Pink.""Baik, Tuan Arthur. Segera saya lakukan. Sejauh ini semua baik-baik saja, saya pasti akan menjaga Nona Kasih dengan baik,” balas Pink bersungguh-sungguh.Arthur menghela nafas sejenak sebelum bicara lagu, "Kasih dalam bahaya. Kita tidak bisa menga
***Kediaman Arthur yang megah seakan berlapis kesunyian saat Prabu tiba di sana. Dia mengetuk pintu dengan cepat dan kemudian salah satu maid membukanya."Selamat malam, Papa," sapa Rose dengan senyuman lembut. Namun, senyumnya pudar saat melihat wajah serius Prabu."Di mana Arthur?" tanya Prabu langsung, matanya mencari-cari keberadaan pria itu.Rose menelan ludah, "Arthur tidak berada di sini, Pa. Dia sudah beberapa hari tidak pulang."Prabu menatap Rose dengan heran, "Apa? Kenapa tidak memberi tahu Papa sebelumnya? Apa dia tidak menjawab panggilan kamu atau memberitahu kamu kalau dia sedang apa?"Rose menggelengkan kepala sambil menahan air matanya yang ingin meledak. "Tidak, Papa. Arthur tidak pernah menjawab panggilan dariku. Aku selalu khawatir sesuatu terjadi padanya."Prabu merasa hatinya mengerut. Sesuatu yang tidak beres. "Sudah beberapa hari dia tidak pulang? Apa dia memberi tahu kamu ke mana dia pergi sebelumnya?"
***Di dalam kegelapan parkiran yang sepi, Alice menyusup dengan diam, menunggu dengan penuh kebencian. Pisau yang tersembunyi di balik jaketnya menjadi senjata gelap yang siap ia gunakan. Alice membayar mahal seseorang untuk memantau aktifitas Kasih dan saat ini adalah waktu yang tepat untuk menyingkirkan Kasih."Kasih, kau takkan selamat kali ini. Mari kita hancur bersama!" gumam Alice penuh dengan kebencian.Dalam kegelapan, detik demi detik berlalu, dan akhirnya, sosok yang ditunggu-tunggu muncul: Kasih.Kasih keluar dari pintu dan langkahnya terhenti mendadak ketika ia melihat Alice, sosok yang penuh dendam berdiri di hadapannya."Alice? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Kasih dengan nada yang terkejut.Alice tak menggubris pertanyaan Kasih. Dengan langkah mantap, ia mendekati Kasih sambil mengacungkan pisau."Kasih, kau akan mati!" teriak Alice dengan api amarah yang menyala di dadanya.Kasih membeku di tempatnya, matanya memperhatikan setiap gerakan Alice dengan ketakutan ya
*** Bintang Utama Group… Suasana di perusahaan menjadi kacau balau saat wartawan mendatangi gedung itu dengan kamera dan pena mereka yang siap mencari berita baru. Semua karyawan memang terkejut, namun mereka tahu siapa orang yang dituju oleh para wartawan itu. Berita tentang hubungan Kasih dan Arthur memang masih menjadi hot topic dan dibicarakan dimana-mana. Sedangkan, Kasih, ia tidak menyangka kalau para wartawan datang ke perusahaannya dalam jumlah yang luar biasa, ia terkejut dan panik, segera menghubungi Arthur dalam keadaan khawatir yang jelas terdengar dalam suaranya. Kasih memegang ponselnya dengan gemetar, menunggu sambungan sampai terhubung. Ia ingin Arthur bertanggung jawab atas apa yang telah pria itu lakukan. “Sayang, ada apa? Sepagi ini kamu sudah menghubungiku, kamu merindukanku?” tanya Arthur. Kasih menghela napas pendek karena ucapan Arthur malah membuatnya tambah sakit kepala. "Arthur, kamu harus cepat datang dan meredakan segala situasi di perusahaan! Ada ba
***Di tengah sorotan media yang menggema, sebuah berita mengejutkan mencuat ke permukaan, memicu kehebohan di seluruh negeri. Pembatalan pernikahan antara Arthur Romeo dan Rose Marry menjadi buah bibir di kalangan masyarakat, menimbulkan beragam spekulasi dan tanya jawab.Suasana di salah satu kantor media cetak pun tak kalah heboh.“Apakah kalian mendengar berita terbaru tentang Arthur dan Rose? Siapa yang bisa membayangkan, setelah lima tahun, pernikahan mereka hanyalah pura-pura belaka!” tanya wartawan 1 dengan nada terkejut.“Tapi kenapa mereka bersikap seperti itu? Dan mengapa Arthur setuju dengan pernikahan palsu itu? Bukankah itu bukan sikap dari pria gentle sepertinya?” wartawan 2 bertanya balik dengan penasaran.Di ruang redaksi media massa, para jurnalis sibuk menulis laporan dan artikel, mencoba mengurai teka-teki di balik drama rumah tangga yang terungkap.“Kabarnya, Arthur tidak pernah menyentuh Rose selama lima tahun pernikahan mereka. Apakah ini karena sikap matre Rose
***Dalam apartemennya yang mewah, Rose duduk di sofa dengan wajah yang penuh kemarahan. Di tangannya, ia memegang ponselnya, sementara layar terang memantulkan kilatan kekesalannya.Rose membaca semua itu dengan suara gemetar, “Tidak mungkin! Semua kontrak dibatalkan? Filmku... iklanku... semuanya! Semuanya hancur dalam sekejap? Semuanya tak bersisa? Tidak ada yang bisa kupertahankan satu pun?”Dia memukulkan ponselnya ke sofa dengan geram, merasa seakan dunianya runtuh dalam sekejap. Pekerjaannya sebagai selebritis papan atas, yang dibangunnya dengan susah payah selama bertahun-tahun, hancur dalam sekejap. Ia bahkan sudah merelakan tubuhnya untuk dinikmati dengan pria-pria itu, tapi kenapa bisa semuanya hancur dan sia-sia?Rose langsung berteriak frustrasi, “Kenapa ini terjadi padaku? Ini semua salah Kasih! Dia ingin menghancurkanku! Kedatangannya membuat mimpiku hancur! Dia yang telah merebut Arthur dan juga mencuri tempatku. Wanita jalang itu harus hancur! Dia tidak boleh menang
***Arthur duduk di ruang kerjanya, pandangannya terfokus pada layar monitor yang menampilkan berbagai laporan keamanan. Willy, asistennya, berdiri di sampingnya, siap menerima instruksi. Ia juga selalu menunggu laporan tentang keberadaan Alice yang saat ini belum diketahui keberadaannya.“Willy, aku ingin kamu memperketat keamanan di sekitar Kasih. Keberadaan Alice masih belum diketahui, dan aku tidak ingin ada risiko baginya. Alice sangat berbahaya, apalagi saat ini dia sudah hancur dan tak mempunyai apa-apa lagi,” ucap Arthur.Willy mengangguk tegas, mencatat setiap kata yang keluar dari mulut Arthur.“Baik, Tuan. Saya akan segera menyiapkan tim keamanan tambahan untuk mengawasi Nona Kasih, Tuan. Kami akan memastikan dia selalu dalam perlindungan yang maksimal. Saya pasti tidak akan membiarkan Nona Kasih dalam bahaya.”Arthur menarik napas dalam-dalam, ekspresinya gelisah. Hatinya dipenuhi dengan kekhawatiran akan keselamatan Kasih. Ia tahu saat ini banyak ancaman baginya, apalagi
*** Pagi itu, suasana di ruang makan villa mereka terasa damai. Cahaya matahari yang lembut menyinari meja makan, menciptakan suasana yang tenang dan menyenangkan. Kasih duduk di seberang Arthur, tetapi ada ketegangan yang terasa di udara. Dia menatap pria yang dicintainya itu dengan cemas, menunggu momen yang tepat untuk mengungkapkan keinginannya. "Arthur," panggilnya perlahan, menahan ketegangan di dalam dadanya. Arthur menatapnya dengan penuh perhatian. "Ada apa, Sayang?" Kasih menarik nafas dalam-dalam sebelum akhirnya mengucapkan kata-kata yang telah ia persiapkan dengan cermat. "Aku ingin meminta izin padamu untuk pergi ke Singapura Minggu depan. Adikku, Zayn, ulang tahun kemarin dan aku merasa bersalah kemarin tidak mengucapkannya, dan aku sudah berjanji untuk menjenguknya." Arthur mengangkat alisnya, sedikit terkejut dengan permintaan Kasih. "Jika aku menolaknya, apakah kamu akan tetap pergi ke Singapura?” Kasih merasa kecewa. Dia ingin sekali bertemu dengan adiknya, t
*** Arthur duduk di ruangannya dengan ekspresi puas yang sulit disembunyikan. Berita tentang skandal panas antara Rose dan Sanders telah menyebar dengan cepat di dunia hiburan, memenuhi semua media massa dan menjadi topik utama pembicaraan di seluruh negeri. Baginya, ini adalah pembalasan yang pantas bagi apa yang telah dilakukan Rose, terutama setelah dia mengetahui bahwa foto-foto Sean dan Kasih yang dikirimkan padanya adalah ulah anak buah Bang Bew yang disuruh oleh Rose. Kejahatan itu telah menyebabkan dia hampir melukai Kasih secara tidak sengaja. Kebencian dan rasa amarahnya semakin memuncak dan ia ingin sekali menghancurkan hidup Rose tanpa ampun."Demi Tuhan, Willy," Arthur berkata pada asistennya dengan nada penuh kepuasan, "sebarkan semua video dan foto tak bermoral itu secara luas. Biarkan semua orang tahu siapa sebenarnya Rose Marry dan Sanders Ivan."Willy menatap bosnya dengan ekspresi yang sedikit khawatir. "Apakah ini tindakan yang tepat,
***Kasih memasuki kantor dengan langkah yang ragu, wajahnya terlihat penuh penyesalan dan ketidakpastian. Dia segera disambut oleh ekspresi lega dari rekan-rekan kerjanya yang telah khawatir karena absennya beberapa hari terakhir."Dapatkah kita membantumu dengan sesuatu, Bu Kasih?" tanya salah satu rekan kerjanya dengan ekspresi perhatian.Kasih tersenyum lembut, merasa bersyukur atas perhatian mereka. "Maafkan saya karena tidak memberikan kabar, semuanya. Beberapa hari terakhir ini saya sedang sakit dan ponselnya mati dan saya hanya istirahat saja," jelasnya dengan suara yang lembut.Rekan-rekan kerjanya segera memberikan senyuman pengertian. Mereka senang melihat Kasih kembali dengan selamat dan sehat.Namun, Tomy menarik Kasih ke ruangannya untuk berbicara secara pribadi. Kasih bisa merasakan atmosfer tegang di udara saat mereka duduk berdua di depan meja Tomy."Tadi pagi, kami menerima kabar bahwa Vita telah masuk penjara. Dan dengan posisi direktur utama kosong, semua dewan di
*** Arthur duduk di ruang tamu villa, wajahnya tegang dan pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan yang mengganggu. Angelia, dokter keluarganya sekaligus sahabat baiknya, adalah satu-satunya orang yang bisa dia percayai saat ini."Apakah kamu tahu bahwa Sean jatuh cinta pada Kasih?" tanya Arthur, matanya mencari kepastian di wajah Angelia.Angelia mengangguk perlahan. "Ya, aku tahu. Aunty Wilhelmina menceritakan semuanya kepadaku saat kami bertemu dan juga pada saat itu aku juga terkejut jika Aunty Wilhemina mengatakan kalau ia pun sangat menyukai Kasih dan mendukung Sean untuk mengejar Kasih."Arthur merasa dadanya terasa sesak saat mendengar konfirmasi itu. Rasanya seperti sebuah pukulan ke jantungnya. "Apa yang harus aku lakukan, Angelia? Aku merasa ketakutan saat Sean jatuh cinta dengan wanita yang sama, aku takut jika kelak Kasih pun jatuh cinta padanya," ucapnya dengan suara yang penuh kebingungan.Angelia menatap Arthur dengan tatapan yang penuh pengertian, Arthur yang selalu kua