Bab 45"Eh, jangan, Bu!" "Riri!" pekik Diana kaget. Tangannya bahkan sampai gemetaran. "Kembalikan ponsel Ibu! Kamu ini kenapa sih?""Bu, tolong jangan begini. Aku tahu apa yang harus aku lakukan," ucap Riri lirih. Tangannya pun gemetar saat menyerahkan ponsel itu kepada ibunya."Tapi Ibu harus melakukan ini. Ibu tidak mau ada perempuan lain yang masuk di dalam rumah tangga kalian. Nak Leo itu orang baik dan dia kaya. Banyak perempuan yang ingin menjadi istrinya. Sangat gampang bagi Nak Leo untuk mencari wanita lain. Jangan sampai kesabarannya habis dan akhirnya kamu diceraikan...." Diana terus mengoceh.Riri menggigit bibirnya. Ah, seandainya ibunya tahu jika dia yang malah akan menggugat cerai suaminya. Entah bagaimana reaksi ibunya.Ibunya selalu memandang jasa Leo kepada keluarga mereka. Itu yang selalu didengungkan ibunya saat Riri berusaha mencoba memberi pengertian secara halus bahwa Leo tidak sebaik yang terlihat di depan keluarga mereka."Ibu jangan khawatir. Kami baik-baik
Bab 46Di saat yang bersamaan, Riri seperti sedang bermimpi. Disebuah padang rumput yang luas, Satria datang menghampirinya, lalu mereka berciuman. Perlakuan Satria yang begitu lembut benar-benar membuai gadis itu, memantik gairahnya sebagai seorang wanita.Pria itu mencecap senti demi senti tubuhnya, menyesap manis bibir semanis ceri, kemudian meremas gundukan kenyal di dadanya. Riri melenguh, mengerang lirih sembari melengkungkan tubuhnya.Keduanya kini sama-sama polos, bagaikan bayi besar. Riri terus merintih, antara geli dan nikmat saat jari-jari besar itu mulai menyentuh lembah terdalam surgawi miliknya.Permainan itu begitu panas dan liar. Riri bahkan sudah dua kali mendapatkan pelepasannya. Keringat menetes di sekujur tubuhnya, tapi justru itu yang membuatnya terlihat semakin cantik dan seksi.Sementara itu di sisi lain, Leo terus mempermainkan tubuh gadis itu. Dia memang melakukannya dengan sangat lembut, karena tak ingin gadis yang telah tertidur itu membuka matanya. Leo masi
Bab 47 "Mas Leo?" ulang Riri. Dia kaget. Dan saking kagetnya, dia bahkan urung untuk duduk di kursi. "Iya, mana Nak Leo? Jangan bilang kalau Nak Leo masih tidur dan kamu nggak membangunkannya untuk sarapan." Sepasang mata tua itu memindai penampilan putrinya yang tampak sedikit pucat, juga cara berdiri dan berjalannya yang tak biasa. "Tapi...." Riri menggeleng. "Tadi malam aku tidur sendirian dan tidak ada Mas Leo di kamarku..." "Tidak ada?!" Mata Diana seketika membulat. "Jelas-jelas Ibu yang membukakan pintu untuk suamimu ketika tadi malam dia datang. Dan saat ibu menawarkan untuk membangunkanmu, dia tidak mau dan bilang akan langsung masuk kamar." "Benarkah?" Riri seketika tercengang. Otaknya dengan cepat mencerna penjelasan sang ibu, lalu mengaitkannya dengan kejadian yang menimpa dirinya. Mimpinya bercinta dengan Satria, lalu tiba-tiba dia menemukan dirinya sendiri tanpa busana di ranjang. "Masa sih kamu nggak percaya sama Ibu? Apakah Leo tidak membangunkan kamu, kemudian m
Bab 48"Ya Tuhan, apakah otak gadis ini sudah konslet? Apa yang di dalam pikiran Riri, sehingga menyuruhku menjauhinya?" keluh Satria dalam hati. Dia mencengkeram gelas dalam genggamannya. Kepalanya ia tundukkan, lalu mulutnya menyeruput cairan hangat berwarna kuning di gelas itu."Sudah sejauh ini hubungan kita, kenapa kamu memilih mundur, Ri?" Rahang Satria seketika mengeras usai ia melepaskan gelas itu dari genggamannya.Riri meneguk salivanya. Dia tahu Satria tengah marah. "Aku hanya tidak ingin membuat masalah dengan keluarga Om dan Mas Leo. Sudah cukup semua yang kualami....""Justru karena itu. Om akan menjagamu. Mereka tidak akan berani jikalau kamu bersama Om," bujuk Satria. Begitu dalam ia menatap gadis di hadapannya.Tatapan yang sontak membuat Riri serasa tersihir. Satria memang mempesona. Pesona seorang lelaki matang yang pada akhirnya menggeser posisi Leo dari hatinya."Sepanjang aku berhubungan dengan Om, banyak hal yang telah aku alami, termasuk dengan Dapoer Riri. Om
Bab 49"Percaya pada Om, semua akan baik-baik saja." Satria memiringkan tubuhnya, menghadap gadis itu. Dia membawa Riri ke dalam pelukannya. Dia bisa merasakan pertahanan Riri yang rapuh. Teramat rapuh."Tapi aku takut, Om. Mas Daffa dan Ibu tidak pernah percaya pada penjelasanku, apalagi malam ini, mereka mendapati aku pulang sama Om...."Satria menepuk pundak gadis itu berkali-kali, memberinya kekuatan, meski dia sendiri merasa gamang. Sejujurnya dia memang belum siap untuk membuka semuanya. Rencana awal dia akan memperkenalkan dirinya yang sebenarnya setelah Riri dan Leo bercerai. Namun, tampaknya keluarga Riri lebih dulu mengetahuinya. Tampak jelas pintu rumah yang terbuka seolah menunggu kedatangan mereka dan Daffa yang duduk di teras. Laki-laki itu bahkan menatap tajam ke arah mobil yang saat ini mereka tumpangi.Semua sudah lebih dari cukup untuk menjelaskan apa yang sudah mereka ketahui tentang hubungannya dengan Riri yang tak biasa, bukan sebagai om dan keponakan.Lalu dari
Bab 50"Aku benar-benar minta maaf, Mbak. Seandainya waktu itu aku nggak ninggalin Mbak, mungkin kejadiannya nggak kayak gini." Raut wajah Lila terlihat begitu menyesal.Sesungguhnya Riri tak butuh kata maaf, meski itu diucapkan Lila berkali-kali. Dia hanya butuh sandaran. Dia hanya butuh ditemani oleh orang yang mau mengerti dirinya. Ini adalah titik terendah dari jungkir balik hidupnya sejak ia memutuskan untuk menikah dengan Leo.Dulu ia hanya berpikir bagaimana caranya merebut hati suaminya, agar pernikahan mereka menjadi pernikahan normal pada umumnya. Akan tetapi sekarang keadaan justru berbalik. Mungkin perpisahan adalah jalan yang terbaik, meski itu tak mudah. Ada ibu dan kakaknya yang pasti juga akan menentang keputusan itu, belum lagi hubungannya dengan Satria yang akhirnya diketahui juga oleh mereka. Entah dari mana mereka tahu.Apakah dari Leo?Gadis itu menggeleng samar. Entahlah. Dia tak peduli. Semua sudah terjadi dan ia harus fokus dengan dirinya sendiri. Riri mengusa
Bab 51"Mau apa kamu datang kemari?" Tiba-tiba suara seorang wanita muda terdengar.Riri langsung tergagap, berdiri kaku. Pintu ruangan perawatan baru saja terbuka, tapi langsung menutup kembali tanpa sempat ia melihat kondisi ibunya. Sebuah tangan menyeretnya keluar menjauhi depan pintu dan akhirnya ketiganya duduk di bangku yang berhadapan dengan taman kecil samping gedung rumah sakit ini."Tolong, menjauhlah untuk sementara waktu. Situasi masih tidak memungkinkan. Ibu masih shock dan Mas Daffa juga masih sangat marah kepadamu," ujar Nelly. Beruntung, perempuan itu bisa menghadang adik iparnya sehingga Riri dan Satria tidak jadi memasuki ruangan perawatan kelas 3 itu."Aku kangen Ibu. Hatiku tidak puas jika tidak melihat sendiri bagaimana keadaan ibu sekarang....""Mbak tahu, Riri. Tapi tolong, mengertilah. Mbak hanya tidak mau kamu dan Mas Daffa bertengkar, apalagi...." Nelly menarik nafas dalam-dalam. Daffa sudah banyak bercerita soal kehamilan adik iparnya ini dan pengakuan lelak
Bab 52Leo menarik tubuh istrinya, setengah memaksa untuk berdiri tanpa melepas pelukannya. Kini posisi mereka berhadapan dan saling menatap, menyelami kedalaman hati masing-masing. Namun hanya sesaat. Tak peduli berada di dekat ibu mertuanya, Leo tetap mendekatkan wajahnya pada Riri, berusaha mengikis jarak, lalu mendaratkan kecupan ringan di bibir sang istri. Riri tidak bisa menolak. Lagi-lagi ia sadar, ini rumah sakit. Tidak mungkin ia berteriak, apalagi ibunya sudah membuka mata. Wanita tua itu agaknya baru menyadari kehadiran sepasang insan di dekatnya. Namun kelihatannya ia memilih diam dan malah menonton adegan mesra anak dan menantunya."Buat apa aku memberitahumu? Dia bukan milikmu. Mungkin kamu pernah melakukannya denganku, tapi janin ini bukan milikmu. Aku bisa pastikan..." Suara Riri lirih sekali, hampir tak terdengar.'Kamu pikir aku percaya dengan bualanmu? Siapa yang mengajarimu berbohong, Sayang?" Lagi-lagi Leo mengecop bibir semanis ceri itu. Ingin rasanya ia membun
Bab 60Beberapa minggu sudah berlalu dan Riri masih saja bimbang. Lila sudah berkali-kali memberi pendapat. Namun entah kenapa Riri masih saja merasa berat. Padahal Satria tampaknya sudah berhasil mengambil hati Devano, bahkan di hari pertama mereka bertemu."Aku harus bagaimana?" Wanita itu berdiri di balkon rukonya seorang diri. Desir angin malam membelai tubuhnya. Wanita itu mengangkat tangan kiri dan pandangannya tertuju pada cincin yang tersemat di jari manisnya."Aku belum kasih jawaban, tapi sudah mengenakan cincin ini. Bagaimana mungkin aku bisa menolak?""Tapi.... Kenapa terasa begitu berat?" Wajahnya kembali mendongak, memandang langit malam. Kerlip bintang bertaburan memenuhi angkasa."Apa yang membuatmu merasa berat, Sayang?" Sebuah suara tiba-tiba mengejutkan Riri.Perempuan itu menoleh sekilas. Satria tepat berada di sampingnya, begitu dekat, bahkan dia mencium aroma maskulin yang menguar dari tubuh lelaki itu. Penampilan Satria malam ini begitu sederhana, mengenakan ka
Bab 59Peristiwa itu memang sudah berlalu begitu lama, tapi tentu saja sangat membekas di dalam jiwa Riri. Mentalnya terguncang hebat. Beruntung, Riri ditangani orang-orang yang tepat dan peduli padanya. Hal itu yang menjadi alasan kenapa Satria selalu saja memiliki stok kesabaran untuk menunggu Riri. Dia sangat mencintai wanita itu dan ingin membahagiakannya, mengganti semua derita yang selama ini wanita itu terima akibat perlakuan keluarganya sendiri.Kepopuleran keluarga Arnando Richard kini hanya sekedar cerita. Amanah Group sudah dinyatakan failed dan Arnando sendiri sekarang rutin menjalani terapi kejiwaan, sementara Sinta meninggal dunia lantaran bunuh diri karena tak tahan dengan tekanan emosional. Meninggalnya Leo menjadi titik awal kehancuran keluarganya. Ya, mungkin ini karma, karena mereka sudah menindas seseorang secara berlebihan, bahkan ingin menghilangkan nyawa orang lain secara keji."Om mau mengajak kami ke mana?" tanya Riri saat Satria mulai melajukan mobilnya. R
Bab 58"Mbak nggak berpikir untuk memberikan Devano papa baru?" usik Lila saat mereka sudah berada di ruang tamu. Lila menutup pintu rapat-rapat, sementara itu pintu depan ruko pun juga sudah tertutup. Mereka memang sengaja tutup lebih awal karena Devano lagi-lagi tantrum merindukan papanya.Riri langsung terkekeh. "Papa yang mana lagi? Aku nggak berpikir untuk menjalin hubungan baru. Sudah cukup semuanya. Aku hanya ingin membesarkan Devano. Aku sanggup kok menjadi Papa dan Mama sekaligus....""Tapi bagaimanapun Mbak butuh sandaran," bantah Lila."Kan ada kamu, La. Bukannya selama ini kamu yang paling bisa kuandalkan, bahkan di saat aku harus menghadapi situasi sulit?" Riri merotasi bola matanya. Dia paham benar arah pembicaraan Lila.Lila mendesah. Sebenarnya ia sudah lelah berdebat dengan Satria di belakang Riri. Satria yang begitu ingin masuk kembali ke dalam kehidupan Riri dan Devano. Namun Lila selalu mencegahnya. Lila tak mau membuat Riri kembali depresi. Sudah cukup perlakuan
Bab 57Hawa panas yang menyergap seketika membuat Riri menggeliat. Semula ia mengira hawa panas itu berasal dari tubuh Leo yang masih dalam posisi memeluknya. Tapi ternyata tidak. Riri membuka mata dan sangat terkejut saat menyaksikan si jago merah mulai melahap dinding kamar yang mereka tempati saat ini."Mas, kebakaran!"Usai memekik, kepalanya seketika berdenyut. Dan perlahan kesadarannya mulai menghilang.Leo yang panik segera menyelimuti tubuh istrinya. Sembari menggendong tubuh berselimut tebal itu, Leo nekat menerobos api yang berkobar dan akhirnya mereka bisa keluar dari tempat itu menuju ke halaman belakang.Sungguh, Leo mempertaruhkan nyawanya demi Riri dan calon buah hatinya selamat. Dia membiarkan tubuhnya di jilat api demi melindungi tubuh berbalut selimut itu.Dengan sisa tenaganya dan menahan hawa panas yang membakar tubuhnya, Leo membuka selimut yang membungkus tubuh Riri. Aroma kain dan daging terbakar menusuk hidung. Rasa sakit di tubuhnya pun semakin tak tertahanka
Bab 56"Kalian nggak apa-apa, kan?" Hendrik bertanya setelah mobil taksi yang mereka tumpangi meluncur jauh meninggalkan tempat itu."Seperti yang kamu lihat," jawab Leo seraya melirik Riri yang hanya bisa menunduk. Begitu banyak pertanyaan di otaknya sejak ia memutuskan untuk kembali mengikuti Leo. Berbagai kejutan ia dapatkan, dari Nilam dan Vira yang menyambangi apartemennya, kemudian sikap Leo yang keras kepala di saat berhadapan dengan kedua orang tuanya, lalu Leo yang memilih menanggalkan semua atribut yang ia miliki.Apakah benar Leo memang sedang bersungguh-sungguh untuk membangun rumah tangga mereka yang hampir saja karam?!"Syukurlah, tapi yang jelas mulai saat ini kehidupan kalian tidak akan mudah. Kamu paham resikonya, Leo?" Hendrik mengingatkan."Bukannya dari dulu aku sudah terbiasa dengan kehidupan yang susah? Bukankah kita ini satu profesi?"Hendrik tertawa sumbang. "Teman satu profesi untuk sementara, sebelum kamu memutuskan untuk menikahi Riri dan kembali ke Amanah G
Bab 55"Sayang, ini tidak seperti yang kamu pikirkan...." Leo mengerang.Melihat perubahan di wajah istrinya, Leo merasa sangat cemas. Riri belum percaya betul dengan ketulusannya untuk berubah. Tapi tiba-tiba saja Vira dan Nilam datang mengusik. Wajar jika Riri kembali menunjukkan sikap antipati terhadapnya."Sebaiknya kamu tahu diri. Leo dan Nilam akan segera menikah dan seharusnya kalian mempercepat proses perceraian, bukannya malah mau rujuk kayak gini," tukas Vira. Bibir wanita itu menyeringai. Dia merasa cukup percaya diri akan berhasil menyingkirkan anak perempuan dari rivalnya di masa lalu.Sama seperti dulu ia menyingkirkan Diana, seperti itu pula dia akan menyingkirkan Riri dari kehidupan Leo yang sangat ia inginkan untuk menjadi suami Nilam. Padahal Vira tahu persis, Leo memang tidak pernah menggauli Nilam, tetapi mereka memang sengaja untuk menjebaknya, karena mereka tidak mau menanggung aib ini. Tidak ada yang tahu siapa sebenarnya lelaki yang sudah menghamili, saking ban
Bab 54Menyaksikan Riri yang tak merespon perlakuannya, lelaki itu hanya mendesah. Memang butuh usaha lebih keras untuk meyakinkan Riri dan membuat gadis itu percaya, jika kali ini dia memang benar-benar tulus. Banyak hal yang telah terjadi dan luput dari perhatian gadis itu, karena komunikasi di antara mereka selama ini terputus. Bagi Riri, semua ini akan terasa tiba-tiba, meskipun bagi Leo, ini tidaklah tiba-tiba. Perubahan dirinya ia dapatkan dengan melewati banyak hal dan itu tidaklah mudah.Tahukah Riri jika ia jungkir balik dalam rangka meyakinkan kedua orang tuanya yang selama ini menentang hubungan mereka? Itu belum termasuk tekanan dari pihak keluarga Gunadi yang sangat menginginkan dia untuk menjadi menantu di keluarga itu. Leo berusaha sangat keras untuk mempertahankan rumah tangganya dan kedatangannya ke rumah sakit tempat Diana di rawat merupakan akhir dari keputusannya, keputusan untuk memboyong istrinya kembali untuk tinggal bersama di apartemen.Sejak Leo meninggalka
Bab 53Lelaki itu segera berbalik melangkah cepat menuju arah keluar dari rumah sakit. Dadanya bergemuruh. Sesak sekali. Perasaannya kacau balau. Begitu tiba di pelataran rumah sakit, Satria berhenti melangkah, lalu menghirup udara sebanyak-banyaknya.Pemandangan yang barusan dilihatnya di ruang perawatan Diana seperti melemparnya pada sebuah kenyataan. Bagaimanapun tidak sehatnya rumah tangga mereka, Leo tetaplah suami sah Riri. Riri masih milik Leo, walaupun proses perceraian mereka masih akan berjalan.Hanya saja kemungkinan Riri untuk kembali kepada Leo cukup besar, mengingat bujukan Diana yang tadi sempat ia curi dengar. Kelemahan Riri adalah ibunya. Dan Riri akan melakukan apapun agar sang ibu bahagia, lagi pula di antara Riri dan Leo sudah ada anak, calon buah hati mereka. Riri hamil anak Leo. Itu fakta yang lain.Betapapun ia mencintai Riri dan rela menerima apapun kondisi gadis itu, tak serta merta menepis kenyataan bahwa dia hanya orang ketiga. Cintanya yang tulus belum cuk
Bab 52Leo menarik tubuh istrinya, setengah memaksa untuk berdiri tanpa melepas pelukannya. Kini posisi mereka berhadapan dan saling menatap, menyelami kedalaman hati masing-masing. Namun hanya sesaat. Tak peduli berada di dekat ibu mertuanya, Leo tetap mendekatkan wajahnya pada Riri, berusaha mengikis jarak, lalu mendaratkan kecupan ringan di bibir sang istri. Riri tidak bisa menolak. Lagi-lagi ia sadar, ini rumah sakit. Tidak mungkin ia berteriak, apalagi ibunya sudah membuka mata. Wanita tua itu agaknya baru menyadari kehadiran sepasang insan di dekatnya. Namun kelihatannya ia memilih diam dan malah menonton adegan mesra anak dan menantunya."Buat apa aku memberitahumu? Dia bukan milikmu. Mungkin kamu pernah melakukannya denganku, tapi janin ini bukan milikmu. Aku bisa pastikan..." Suara Riri lirih sekali, hampir tak terdengar.'Kamu pikir aku percaya dengan bualanmu? Siapa yang mengajarimu berbohong, Sayang?" Lagi-lagi Leo mengecop bibir semanis ceri itu. Ingin rasanya ia membun