Bab 11"Mas Leo...."Tak ada lagi jarak di antara mereka. Riri bisa menghirup aroma maskulin dari tubuh Leo yang ternyata belakangan ini menjadi candunya. Pelukan Leo terasa nyaman dan hangat.Cup.Kecupan itu mendarat di keningnya, membuat gadis itu memejamkan mata sejenak."Maaf," bisik Leo.Sepasang mata gadis itu kembali basah."Berhenti menangis, Ri. Tadi aku sedang emosi. Jujur aku tidak bermaksud berlaku kasar sama kamu, tapi tolong kamu ikuti aturanku ya....""Aku nggak suka kamu selalu ingin tahu masalah pribadiku." Leo menelan ludahnya. Dia seolah kehabisan kata-kata untuk meredakan tangis gadis itu."Tapi aku nggak bisa, Mas. Aku menganggap ini adalah pernikahan beneran dan aku ingin berbakti sama kamu...." Riri menyela sembari terisak."Aku nggak bisa menjanjikan apapun, Ri. Kamu sudah tahu kan, perjanjian kita gimana? Aku nggak mencintaimu," sahut Leo.Aku tidak mencintaimu!Kata-kata Leo barusan kembali merobek hatinya. Oh, sesakit inikah mencintai tanpa balasan?"Mas ng
Bab 12Sebulan kemudian."Selamat ulang tahun, Mas." Kaki Riri berjinjit, lalu mendaratkan kecupan ke pipi suaminya saat lelaki itu baru saja memasuki apartemen sore ini sepulangnya dari kantor.Spontan Leo mendorong tubuh Riri, mengibaskan tangannya dengan sedikit kasar, sehingga pegangan Riri pun terlepas. Matanya nyalang menatap sekeliling ruangan yang telah dihias sederhana. Ada kue ulang tahun berukuran sedang yang bertengger manis di atas meja makan. Pada sebuah bidang dinding, ada tulisan, "Selamat ulang tahun, suamiku." Perlahan rasa hangat menjalari tubuh Leo. Namun beberapa detik kemudian, dia segera sadar bahwa ini sudah tidak benar.Riri memejamkan mata saat merasakan pipinya memanas. Alih-alih mendapat balasan kecupan, dia malah mendapatkan kado berupa sebuah tamparan yang cukup keras."Aku sudah bilang, Ri, jangan pernah melakukan apapun untukku. Kenapa kamu masih tidak mau menurut?! Kamu pikir aku suka dengan semua perhatianmu? Nggak!" pekik Leo menghardik. Dia berjala
Bab 13Riri menatap kepergian sang kurir dengan hati tak menentu. Dia baru menutup pintu setelah bayangan lelaki muda itu lenyap dari pandangannya. Masih dengan memeluk buket bunga yang dikirim entah oleh siapa, Riri berjalan menuju sofa."Siapa yang mengirimkan bunga untukku?" Batinnya terus bertanya-tanya. Dia tidak menemukan nama pengirim di kartu yang ada di buket bunga itu, kecuali hanya tulisan, "Selamat sore, Cantik.""Jangan-jangan ini bunga salah kirim," duga Riri. Dia meletakkan benda itu di atas meja depan sofa yang didudukinya."Tetapi kalau salah kirim, gimana urusannya? Pasti kurir itu akan terkena masalah. Tapi...." Otaknya segera mengingat-ingat. "Bukankah tadi dia menyebut namaku? Berarti nggak salah kirim dong!""Tapi siapa pengirim bunga ini? Apakah dari Mas Leo? Apakah Mas Leo sudah sadar dan mengirim bunga ini sebagai permintaan maaf?" Riri hapal betul siapa suaminya. Lelaki itu seperti roller coaster, kadang berperilaku buruk, tetapi kadang sikapnya berubah menja
Bab 14Riri lelah. Dan ia memilih untuk tidak peduli. Sore ini Leo kembali ke apartemen. Seperti biasa dia menyambut kedatangan suaminya, mengambil tas kerja dan menaruhnya di meja kerja suaminya. Setelah itu ia pun keluar dari ruang kerja itu."Sekali-sekali kamu memang harus diberi pelajaran, Mas, untuk belajar menghargai pemberian orang lain, karena kesabaran manusia itu ada batasnya." Gadis itu nampak asyik memainkan ponsel sembari berkaca di depan meja rias.Rasa penasaran membuatnya membalas pesan itu, karena tidak mungkin orang itu adalah orang asing. Bagaimanapun, hanya orang-orang tertentu yang mengetahui nomor ponselnya.[Selamat sore, Cantik. Apakah kamu sudah menerima kiriman makan siang dariku?]Gadis itu tersenyum dan segera memijat tombol reply.[Tentu. Menunya enak sekali. Terima kasih ya. Boleh aku tahu nggak, kamu itu siapa?][Kamu akan mengetahuinya nanti][Jangan membuatku menebak-nebak. Katakan saja siapa dirimu. Sebab nomor ini hanya orang-orang tertentu yang tah
Bab 15"Sesakit ini mencintai tanpa balasan dan aku tidak mau kamu mengalami hal yang sama. Aku tidak mencintaimu, Ri. Kita realistis saja ya. Aku mencintai Zakia. Itulah kenapa aku setiap hari memarahimu. Aku tidak ingin kamu mengurusku, lalu berharap setelah itu aku akan jatuh cinta sama kamu." Tangannya mengangkat kepala gadis itu dari bahunya. Kini Leo memindahkan posisi dirinya dengan berbaring di pangkuan gadis itu.Baru kali ini Leo terlihat rapuh di hadapan Riri. Mulut dan tangan yang biasa dia pakai untuk menyakiti gadis itu mendadak seperti tak bisa digunakan. Tak ada lagi kalimat yang terucap dari mulut lelaki itu. Leo memejamkan mata, hingga tanpa sadar dia terbawa ke alam mimpi. Leo tertidur di pangkuan istrinya.Riri hanya tersenyum getir saat menyadari suaminya tertidur."Kalau kamu merasa lelah, aku jauh lebih lelah dari itu, Mas. Buat apa kita menikah jika hanya untuk saling menyakiti?" Matanya kembali memanas. Namun sekuatnya ia tahan. Dia tidak mau air matanya jatuh
Bab 16"Tante Vira?" Riri langsung mengenali wanita itu. Meskipun sudah bertahun-tahun tidak bertemu, tetapi Riri tak pernah melupakan sosoknya. Sosok wanita angkuh yang pernah memaki-makinya saat ia datang ke rumah wanita itu untuk meminta bantuan sang ayah turut serta membiayai pengobatan ibunya.Vira Yuniar, wanita yang pernah menjadi sekretaris ayahnya, kemudian mereka berselingkuh dan akhirnya mereka menikah. Prasetyo, ayahnya Riri dan Daffa memilih menceraikan Diana, ibu mereka demi menikahi Vira. Belasan tahun telah berlalu. Namun luka itu masih terasa di hati Riri. Dia ingat betul saat mereka terusir dari rumah mewah mereka dan memulai hidup baru di sebuah rumah petak sederhana. Ibunya bekerja keras sebagai buruh masak di sebuah pabrik sembari tetap mengasuh Daffa dan Riri.Bertahun-tahun Riri berusaha membalut lukanya. Tumbuh dan besar tanpa kasih sayang seorang ayah. Namun, penyakit ibunya yang memerlukan biaya besar membuat Riri harus kembali mendatangi rumah mewah itu, me
Bab 17"Mas Leo, kamu kemari?" Riri berkata terbata-bata seraya merasakan lembut jemari Leo yang mengusap-usap bahunya. Seketika itu juga, rasa perih di bahunya akibat cengkraman jemari runcing milik Vira lenyap seketika."Lebih tepatnya sengaja kemari, karena aku tahu tempat apa yang sedang kamu kunjungi," sahut Leo. Aura dingin CEO PT Indo Tekstil Berdikari ini sangat mendominasi suasana. Leo memang sengaja mengorbankan salah satu acara meetingnya, karena tahu jika tempat yang dikunjungi oleh Riri secara tidak sengaja ini adalah milik Vira. Vira, yang berarti adalah tantenya Nilam."Maksudnya?" sela Riri."Tempat ini memang milik wanita ini, Sayang," tunjuk Leo pada Vira yang hanya bisa berpaku, tak menyangka jika Leo tiba-tiba muncul di tempat ini."Benarkah?" Riri mendongakkan wajah, menatap manik-manik mata suaminya.Lagi-lagi Leo mengangguk. "Lain kali kamu izin dulu, Sayang. Agar aku tahu tempat apa yang akan kamu kunjungi. Ini saja aku tahu dari istri Dilan yang kebetulan le
Bab 18Seperti kerbau dicocok hidungnya, Riri menurut saja ketika dirinya digandeng oleh Satria menuju mobil. Antara perasaan takut dan malu bercampur menjadi satu saat ia memasuki mobil dan menjatuhkan tubuhnya di jok. Satria menyusul beberapa detik kemudian. Lelaki itu duduk di balik kemudi."Kamu yang tenang ya, nggak usah takut. Om bukan macan kok," ucap Satria sambil melirik Riri sekilas, sebelum akhirnya menghidupkan mesin. Mobil meluncur meninggalkan tempat itu menuju suatu tempat.*Kita ini mau ke mana, Om?" tanya Riri."Kamu juga akan tahu nanti, tapi yang jelas bukan ke tempat yang tidak baik," ujar Satria seraya mengulas senyum tipisnya.Ucapan Satria bukan isapan jempol. Pria dewasa itu membawa Riri ke sebuah pantai yang tidak terlalu ramai oleh pengunjung, bahkan cenderung sepi."Om tahu jika kamu masih merasa sungkan dengan Om, karena bagaimanapun rumah tanggamu dengan Leo adalah privasi. Jadi kalau memang kamu ingin meluapkan kegusaranmu, ya di sinilah tempatnya. Ayo te
Bab 60Beberapa minggu sudah berlalu dan Riri masih saja bimbang. Lila sudah berkali-kali memberi pendapat. Namun entah kenapa Riri masih saja merasa berat. Padahal Satria tampaknya sudah berhasil mengambil hati Devano, bahkan di hari pertama mereka bertemu."Aku harus bagaimana?" Wanita itu berdiri di balkon rukonya seorang diri. Desir angin malam membelai tubuhnya. Wanita itu mengangkat tangan kiri dan pandangannya tertuju pada cincin yang tersemat di jari manisnya."Aku belum kasih jawaban, tapi sudah mengenakan cincin ini. Bagaimana mungkin aku bisa menolak?""Tapi.... Kenapa terasa begitu berat?" Wajahnya kembali mendongak, memandang langit malam. Kerlip bintang bertaburan memenuhi angkasa."Apa yang membuatmu merasa berat, Sayang?" Sebuah suara tiba-tiba mengejutkan Riri.Perempuan itu menoleh sekilas. Satria tepat berada di sampingnya, begitu dekat, bahkan dia mencium aroma maskulin yang menguar dari tubuh lelaki itu. Penampilan Satria malam ini begitu sederhana, mengenakan ka
Bab 59Peristiwa itu memang sudah berlalu begitu lama, tapi tentu saja sangat membekas di dalam jiwa Riri. Mentalnya terguncang hebat. Beruntung, Riri ditangani orang-orang yang tepat dan peduli padanya. Hal itu yang menjadi alasan kenapa Satria selalu saja memiliki stok kesabaran untuk menunggu Riri. Dia sangat mencintai wanita itu dan ingin membahagiakannya, mengganti semua derita yang selama ini wanita itu terima akibat perlakuan keluarganya sendiri.Kepopuleran keluarga Arnando Richard kini hanya sekedar cerita. Amanah Group sudah dinyatakan failed dan Arnando sendiri sekarang rutin menjalani terapi kejiwaan, sementara Sinta meninggal dunia lantaran bunuh diri karena tak tahan dengan tekanan emosional. Meninggalnya Leo menjadi titik awal kehancuran keluarganya. Ya, mungkin ini karma, karena mereka sudah menindas seseorang secara berlebihan, bahkan ingin menghilangkan nyawa orang lain secara keji."Om mau mengajak kami ke mana?" tanya Riri saat Satria mulai melajukan mobilnya. R
Bab 58"Mbak nggak berpikir untuk memberikan Devano papa baru?" usik Lila saat mereka sudah berada di ruang tamu. Lila menutup pintu rapat-rapat, sementara itu pintu depan ruko pun juga sudah tertutup. Mereka memang sengaja tutup lebih awal karena Devano lagi-lagi tantrum merindukan papanya.Riri langsung terkekeh. "Papa yang mana lagi? Aku nggak berpikir untuk menjalin hubungan baru. Sudah cukup semuanya. Aku hanya ingin membesarkan Devano. Aku sanggup kok menjadi Papa dan Mama sekaligus....""Tapi bagaimanapun Mbak butuh sandaran," bantah Lila."Kan ada kamu, La. Bukannya selama ini kamu yang paling bisa kuandalkan, bahkan di saat aku harus menghadapi situasi sulit?" Riri merotasi bola matanya. Dia paham benar arah pembicaraan Lila.Lila mendesah. Sebenarnya ia sudah lelah berdebat dengan Satria di belakang Riri. Satria yang begitu ingin masuk kembali ke dalam kehidupan Riri dan Devano. Namun Lila selalu mencegahnya. Lila tak mau membuat Riri kembali depresi. Sudah cukup perlakuan
Bab 57Hawa panas yang menyergap seketika membuat Riri menggeliat. Semula ia mengira hawa panas itu berasal dari tubuh Leo yang masih dalam posisi memeluknya. Tapi ternyata tidak. Riri membuka mata dan sangat terkejut saat menyaksikan si jago merah mulai melahap dinding kamar yang mereka tempati saat ini."Mas, kebakaran!"Usai memekik, kepalanya seketika berdenyut. Dan perlahan kesadarannya mulai menghilang.Leo yang panik segera menyelimuti tubuh istrinya. Sembari menggendong tubuh berselimut tebal itu, Leo nekat menerobos api yang berkobar dan akhirnya mereka bisa keluar dari tempat itu menuju ke halaman belakang.Sungguh, Leo mempertaruhkan nyawanya demi Riri dan calon buah hatinya selamat. Dia membiarkan tubuhnya di jilat api demi melindungi tubuh berbalut selimut itu.Dengan sisa tenaganya dan menahan hawa panas yang membakar tubuhnya, Leo membuka selimut yang membungkus tubuh Riri. Aroma kain dan daging terbakar menusuk hidung. Rasa sakit di tubuhnya pun semakin tak tertahanka
Bab 56"Kalian nggak apa-apa, kan?" Hendrik bertanya setelah mobil taksi yang mereka tumpangi meluncur jauh meninggalkan tempat itu."Seperti yang kamu lihat," jawab Leo seraya melirik Riri yang hanya bisa menunduk. Begitu banyak pertanyaan di otaknya sejak ia memutuskan untuk kembali mengikuti Leo. Berbagai kejutan ia dapatkan, dari Nilam dan Vira yang menyambangi apartemennya, kemudian sikap Leo yang keras kepala di saat berhadapan dengan kedua orang tuanya, lalu Leo yang memilih menanggalkan semua atribut yang ia miliki.Apakah benar Leo memang sedang bersungguh-sungguh untuk membangun rumah tangga mereka yang hampir saja karam?!"Syukurlah, tapi yang jelas mulai saat ini kehidupan kalian tidak akan mudah. Kamu paham resikonya, Leo?" Hendrik mengingatkan."Bukannya dari dulu aku sudah terbiasa dengan kehidupan yang susah? Bukankah kita ini satu profesi?"Hendrik tertawa sumbang. "Teman satu profesi untuk sementara, sebelum kamu memutuskan untuk menikahi Riri dan kembali ke Amanah G
Bab 55"Sayang, ini tidak seperti yang kamu pikirkan...." Leo mengerang.Melihat perubahan di wajah istrinya, Leo merasa sangat cemas. Riri belum percaya betul dengan ketulusannya untuk berubah. Tapi tiba-tiba saja Vira dan Nilam datang mengusik. Wajar jika Riri kembali menunjukkan sikap antipati terhadapnya."Sebaiknya kamu tahu diri. Leo dan Nilam akan segera menikah dan seharusnya kalian mempercepat proses perceraian, bukannya malah mau rujuk kayak gini," tukas Vira. Bibir wanita itu menyeringai. Dia merasa cukup percaya diri akan berhasil menyingkirkan anak perempuan dari rivalnya di masa lalu.Sama seperti dulu ia menyingkirkan Diana, seperti itu pula dia akan menyingkirkan Riri dari kehidupan Leo yang sangat ia inginkan untuk menjadi suami Nilam. Padahal Vira tahu persis, Leo memang tidak pernah menggauli Nilam, tetapi mereka memang sengaja untuk menjebaknya, karena mereka tidak mau menanggung aib ini. Tidak ada yang tahu siapa sebenarnya lelaki yang sudah menghamili, saking ban
Bab 54Menyaksikan Riri yang tak merespon perlakuannya, lelaki itu hanya mendesah. Memang butuh usaha lebih keras untuk meyakinkan Riri dan membuat gadis itu percaya, jika kali ini dia memang benar-benar tulus. Banyak hal yang telah terjadi dan luput dari perhatian gadis itu, karena komunikasi di antara mereka selama ini terputus. Bagi Riri, semua ini akan terasa tiba-tiba, meskipun bagi Leo, ini tidaklah tiba-tiba. Perubahan dirinya ia dapatkan dengan melewati banyak hal dan itu tidaklah mudah.Tahukah Riri jika ia jungkir balik dalam rangka meyakinkan kedua orang tuanya yang selama ini menentang hubungan mereka? Itu belum termasuk tekanan dari pihak keluarga Gunadi yang sangat menginginkan dia untuk menjadi menantu di keluarga itu. Leo berusaha sangat keras untuk mempertahankan rumah tangganya dan kedatangannya ke rumah sakit tempat Diana di rawat merupakan akhir dari keputusannya, keputusan untuk memboyong istrinya kembali untuk tinggal bersama di apartemen.Sejak Leo meninggalka
Bab 53Lelaki itu segera berbalik melangkah cepat menuju arah keluar dari rumah sakit. Dadanya bergemuruh. Sesak sekali. Perasaannya kacau balau. Begitu tiba di pelataran rumah sakit, Satria berhenti melangkah, lalu menghirup udara sebanyak-banyaknya.Pemandangan yang barusan dilihatnya di ruang perawatan Diana seperti melemparnya pada sebuah kenyataan. Bagaimanapun tidak sehatnya rumah tangga mereka, Leo tetaplah suami sah Riri. Riri masih milik Leo, walaupun proses perceraian mereka masih akan berjalan.Hanya saja kemungkinan Riri untuk kembali kepada Leo cukup besar, mengingat bujukan Diana yang tadi sempat ia curi dengar. Kelemahan Riri adalah ibunya. Dan Riri akan melakukan apapun agar sang ibu bahagia, lagi pula di antara Riri dan Leo sudah ada anak, calon buah hati mereka. Riri hamil anak Leo. Itu fakta yang lain.Betapapun ia mencintai Riri dan rela menerima apapun kondisi gadis itu, tak serta merta menepis kenyataan bahwa dia hanya orang ketiga. Cintanya yang tulus belum cuk
Bab 52Leo menarik tubuh istrinya, setengah memaksa untuk berdiri tanpa melepas pelukannya. Kini posisi mereka berhadapan dan saling menatap, menyelami kedalaman hati masing-masing. Namun hanya sesaat. Tak peduli berada di dekat ibu mertuanya, Leo tetap mendekatkan wajahnya pada Riri, berusaha mengikis jarak, lalu mendaratkan kecupan ringan di bibir sang istri. Riri tidak bisa menolak. Lagi-lagi ia sadar, ini rumah sakit. Tidak mungkin ia berteriak, apalagi ibunya sudah membuka mata. Wanita tua itu agaknya baru menyadari kehadiran sepasang insan di dekatnya. Namun kelihatannya ia memilih diam dan malah menonton adegan mesra anak dan menantunya."Buat apa aku memberitahumu? Dia bukan milikmu. Mungkin kamu pernah melakukannya denganku, tapi janin ini bukan milikmu. Aku bisa pastikan..." Suara Riri lirih sekali, hampir tak terdengar.'Kamu pikir aku percaya dengan bualanmu? Siapa yang mengajarimu berbohong, Sayang?" Lagi-lagi Leo mengecop bibir semanis ceri itu. Ingin rasanya ia membun