Judul: Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)
***POV Ardan.Waktu terus berjalan, usia kehamilan Resti semakin membesar.
Sesekali aku mengunjunginya dengan Mama. Sikap mantan istriku itu masih tetap sama. Ia sedikit menutup diri dariku.
Sedangkan Gilang pun masih sering mendatangi Resti. Bahkan Bima sempat merekam kebersamaan mereka. Resti tampak ceria dan bahagia saat bicara dengan Gilang. Berbeda saat bersamaku.
Jujur saja, sekarang ini aku sudah lemah. Namun, tak ada niat sedikit pun untuk menyerah.
Sebulan lagi calon anakku akan lahir ke dunia ini. Aku harus bisa memenangkan hati ibunya kembali.
"Ardan, kamu tidak ke kantor Nak?" tanya Mama saat aku datang ke rumahnya."Tidak, Ma. Pikiran Ardan sedang tak karuan. Ardan ingin di sini berbagi bersama Mama," ucapku.
Mama tersenyum sambil meraih tanganku.
"Sini, sayang! Dirimu memang sudah sangat dewasa, bahkan sebentar lagi akan m
Judul: Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)***Sampai di rumah Mama, aku langsung masuk setelah dibukakan pintu."Mbok, di mana Mama?" tanyaku panik."Di dalam kamar. Nyonya menolak ketika saya yang menawarkan obat," ujar Si Mbok.Aku bergegas berlari menuju kamar Mama."Ma, apa masih sakit? Ayo kita ke dokter saja," ajakku sambil menyentuh lembut kening Mama."Tidak, Ardan. Mama hanya perlu istirahat dan minum obat.""Tadi kata Si Mbok, Mama menolak ketika diberi obat.""Iya. Mama maunya kamu ada di sini menemani Mama, barulah Mama akan minum obat."Aku tersenyum, kemudian meraih obat yang sudah disediakan Si Mbok di meja samping tempat tidur Mama."Ya, sudah. Sekarang Mama minum obat ini, dan istirahat. Ardan akan tetap di sini sampai Papa kembali," ucapku.Mama mengangguk. Detik berikutnya Mama tertidur setelah meminum obat tersebut.Aku perlahan keluar dari kamar. Kini aku duduk
Judul: Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)***POV Gilang.Tadi sore aku dikejutkan dengan panggilan suara dari Rumi. Ia mengatakan bahwa Mbak Resti sedang kritis di rumah sakit.Tanpa banyak bertanya, aku langsung bergegas ke sana.Hatiku terasa perih saat menyaksikan wanita yang kini menghuni jiwaku terbujur tak sadarkan diri.Rumi menjelaskan semuanya dengan detail. Aku menyesal, karena tidak peka dengan penyakit yang diderita Mbak Resti.Saat aku berada di sampingnya, mata indah itu masih terpejam. Namun, bibirnya tiba-tiba memanggil seseorang.Aku mendekatkan telingaku dan mencoba menangkap ucapannya."Bang Ardan ...."Samar-samar suara Resti terdengar, dalam kondisi begini pun, dirinya masih menyebut Kak Ardan.Aku lemah, aku sedih, aku ingin marah. Akan tetapi apa hak-ku?Tak berapa lama Kak Ardan datang, ia pun syok dan ambruk ke lantai. Aku mencoba menguatkannya. Walau tak ad
Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)***POV Ardan.Gilang benar-benar mengungkapkan perasaannya dengan jantan. Ia berani berterus terang pada Resti di hadapanku dan Rumi.Ada rasa was-was yang menyelimuti hatiku ketika menunggu jawaban Resti.Namun, syukurlah mantan istriku itu tidak membalas perasaan Gilang. Aku lega, aku bahagia.Gilang tampak kecewa dan sangat sedih. Ia berlalu dengan mengatakan tak akan menemui Resti lagi.Seperginya Gilang, tinggal aku Resti, dan Rumi di sini.Aku menatap serius ke arah Resti, jika ia menolak Gilang, tentunya aku masih punya harapan. Apa lagi hari ini sikapnya sangat manis padaku."Dek, Abang pun tak mau menunda ini. Anak kita telah lahir, Abang ingin Arti merasakan kasih sayang utuh dari kedua orang tuanya. Abang harap Adek mau menerima Abang satu kali lagi," ujarku.Resti terlihat menarik napas dengan panjang. Ia bersandar di badan sofa. Kondisinya yang masih lema
Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)***POV Ardan.Dokter lama sekali di dalam ruang rawat Resti. Aku semakin gelisah. Tak lama kedua orang tuaku datang. Mereka saling menguatkan.Sedangkan Rumi diperintahkan untuk pulang karena ada Arti yang harus ia urus.Suasana semakin riuh dengan suara tangisan. Aku pun rasanya ingin berteriak melampiaskan kegelisahanku.Empat puluh lima menit berlalu, dokter keluar dengan keringat yang penuh di wajahnya.Aku langsung berdiri menghampiri dokter itu."Resti baik-baik saja kan, Dok? Dia masih bisa sembuh kan?" tanyaku beruntun.Dokter Ayu berdehem pelan dan menatapku dengan tak berdaya."Tumor Buk Resti sudah menjalar ke seluruh bagian kepala. Dalam dunia kedokteran, hitungan umur yang tersisa tidaklah lebih dari satu bulan lagi," papar Dokter Ayu menunduk menyembunyikan kesedihannya.Pertahananku ambruk. Aku nyaris tumbang jika Papa tidak dengan sigap menahan
Judul: Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)***POV Ardan.Dokter Ayu yang ada di rumah ini dengan cekatan mengambil tindakan.Selang infus kembali dipasang. Resti terbujur lemah di dalam kamar.Orang tua Resti dan orang tuaku histeris. Mereka sangat takut saat ini.Aku berusaha tegar dengan menguatkan semua keluarga. Padahal aku sendiri sangat ketakutan.Setelah memberi oksigen, dan beberapa suntikan. Napas Resti kembali normal, dan kini ia terlelap, mungkin efek obat."Kondisi Buk Resti memburuk. Penyebaran tumor itu lebih ganas dari yang saya perkirakan. Tetap berjaga, dan jangan ada yang membiarkannya sendiri. Saya juga akan melakukan yang terbaik," papar Dokter Ayu.Aku memegangi dadaku, rasanya pernyataan ini sungguh menyakiti hatiku.Detik berikutnya aku duduk di sebelah istriku. Sedangkan yang lain keluar.Aku menciumi kedua tangan Resti. Ribuan sesal kembali dalam benakku. Betapa dulu aku
Judul: Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)***POV Dokter Ayu.Pagi harinya, jenazah Buk Resti dimandikan, setelah itu dibungkus kain kafan. Kemudian semua keluarganya dan kerabatnya sangat ramai mengantarkan ke pemakaman.Aku juga ikut. Bagiku, Buk Resti sudah menjadi teman.Suasana sangat riuh, isak tangis tak terbendung dari dua belah pihak keluarganya.Pak Ardan masih belum diketahui keadaannya sekarang. Rencananya setelah pemakaman selesai, barulah orang tuanya menjenguk untuk memastikan."Kenapa harus meninggalkan kami secepat ini, Mbak? Saya memang sedang berusaha melenyapkanmu dari pikiran dan hati saya, tapi bukan berarti ingin Mbak lenyap dari dunia," ucap Gilang dengan terduduk lemah di tepi batu nisan.Aku tersadar sekarang, ternyata Gilang juga mencintai Buk Resti. Sungguh menakjubkan.Dua laki-laki tampan, dan bahkan bersaudara kandung, mencintai satu wanita yang sama.Namun, aku memaklumi.
Judul: Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)***POV Dokter Ayu.Aku masih serius mendengarkan curahan hati Rumi."Kalau boleh tahu, harapan apa yang ingin kamu wujudkan itu?" tanyaku penasaran.Rumi menarik napas panjang, kemudian mengeluarkannya perlahan. Wajah Rumi seketika menjadi sedih."Meraih cinta seseorang yang jelas-jelas tidak mencintai saya."Aku menelan ludah getir mendengar ucapannya."Kenapa bisa?" tanyaku lagi."Saya juga tidak mengerti. Rasa itu hadir saat pertama kali Nyonya Resti mengenalkan saya padanya.""Siapa orang itu?" Aku sungguh penasaran.Rumi berdehem pelan, dan memejamkan mata beberapa saat.Terlihat begitu berat untuknya menjawab.Entah siapa laki-laki yang dicintai Rumi itu."Saya tidak memaksamu untuk menjawabnya. Saya cuma bisa memberi semangat padamu. Tetaplah berjuang, cinta yang suci terkadang memiliki jalan yang terjal. Laki-laki
Judul: Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)***POV Ardan.Hari ini aku mengingat kembali tentang keberadaan putraku. Akhirnya aku dan yang lain pergi menemui Arti.Sudah beberapa hari aku enggan mengerti dengan perbincangan orang-orang di sekitar.Jiwaku terasa mati, aku merasa Resti telah berhenti memberiku kehidupan.Kehilangannya sungguh memukul telak mentalku. Ada deru takut dalam dada untuk mengahadapi dunia. Namun, ketika nama Arti disebutkan, aku mulai tersadar, kalau aku harus tetap bertahan.Setidaknya demi putra yang telah dilahirkan oleh istriku tercinta."Nak Ardan," lirih Ibu mertua saat melihatku datang ke rumahnya.Aku tak menjawab, hanya langsung menemui Arti."Maafkan, Ayah Nak! Seharusnya Ayah menjagamu," ucapku sambil mencium kening jagoan kecilku."Kamu sudah sadar, Ardan? Ayah sangat senang melihat keadaanmu yang membaik," ujar Ayah mertua pula.Aku mengangguk pel
Persahabatan yang ternoda.Part: 48.***Semua yang berada di luar, menjadi masuk menemui Rama.Layla mencoba menghapus air matanya. Namun, Naomi lebih dulu menangkap tangan Layla.Perlahan Naomi menyentuh wajah Layla. Diusapnya mata yang sudah basah itu. Bukannya reda, tangis Layla malah semakin pecah."Lay, maafkan aku!" Naomi memeluk Layla.Semua beralih menatap ke arah mereka berdua.Kini Naomi dan Layla berbicara di luar. Abraham dan Dev juga turut menyusul."Apa dirimu benar-benar mau memaafkan saya?" tanya Layla.Mengangguk Naomi tanpa ragu, dan berkata. "Iya, Lay. Lupakan yang telah berlalu! Sekarang kita sudah memiliki kebahagiaan masing-masing. Jangan pernah membuatku menjauhimu lagi. Aku menyayangimu," ucap Naomi."Saya berjanji, tidak akan pernah kesalahan yang sama terulang. Teirma kasih, Naomi. Saya juga menyayangimu," papar Layla.Terharu Abraham dan Dev. Keduanya enggan mengganggu, hanya menatap dari belakang..Hari berlalu ....Kini kehidupan Layla sudah sempurna. Pe
Persahabatan yang ternoda.Part: 47.***Setelah menikah, Layla tetap tinggal di rumah miliknya sendiri. Abraham mengalah, karena sang istri memiliki tanggung jawab atas toko besar yang dipunyai.Tak ada yang berubah. Sepasang pengantin baru itu masih memanggil dengan sebutan Tuan, dan Nona.Bagi yang mendengarnya akan merasa iri, karena sebutan itu terkesan unik dan romantis."Nona manis, hari ini ada kasus yang sangat besar. Seorang klien saya berasal dari kalangan bawah. Bahkan untuk menyewa jasa saya pun, ia menggadaikan sebuah surat rumah," ujar Abraham."Benarkah, Tuan? Kalau begitu dirimu harus semangat! Kalau boleh saya tahu, apa permasalahan yang sedang dihadapinya?" tanya Layla sambil memakaikan kancing baju sang suami."Bapak itu namanya, Pak Samsir. Beliau hanya seorang penjual ketoprak keliling. Saat Pak Samsir berjalan mendorong gerobak jualannya, tiba-tiba melaju sebuah mobil dengan kecepatan tinggi. Pak Samsir yang hendak menyeberang hampir terlindas, untungnya pengend
Persahabatan yang ternoda.Part: 46.***Dua bulan kemudian ....Layla dan Abraham semakin dekat, bahkan rasa itu sudah tumbuh di hati Abraham."Bu, jika aku ingin mempersunting Layla, apakah Ibu setuju?" tanya Abraham dengan ragu-ragu.Berkaca-kaca mata Mira, ia terharu sekaligus bahagia. Layla sudah akrab pula dengan dirinya. Bagaimana mungkin Mira tak merestui."Tentu saja Ibu setuju," sahut Mira senang.Abraham tersenyum sembari memeluk sang ibu. Rencananya lamaran akan dilakukan nanti malam. Jika Layla menerima, maka pernikahan segera dilangsungkan dalam waktu dekat.***Ketika hari mulai gelap, Abraham bersiap-siap dengan detak jantung yang semakin kencang.Gugup Abraham ingin menyatakan cinta pada seorang janda kembang. "Sudah siap?" tanya Mira mengedipkan sebelah matanya."InsyaAllah, Bu."Detik berikutnya mereka berangkat. Dua puluh menit perjalanan, akhirnya Abraham dan Mira sampai.Gemetar lutut Abraham ketika mencoba keluar dari mobil. Mira tertawa kecil menyaksikan keg
Persahabatan yang ternoda.Part: 45.***Cukup lama Layla tak sadarkan diri, bahkan Abraham masih setia menemani. Cika pun datang dikabari oleh Karin.Sedangkan di sisi lain, Dev pulang dengan rasa sesal. Entah apa yang membuatnya bisa berkata sekejam itu pada Layla.Namun, tiba-tiba ia merasa bersalah. Biar bagaimana pun juga, Layla tetaplah berjasa dalam hidupnya.Gundah hati Dev. Ia sangat marah karena Layla hampir merusak rumah tangganya. Namun, Dev tersadar, dirinyalah yang awal mula menumbuhkan benih cinta.Sampai di rumah, Dev langsung memeluk Naomi dengan erat. Tangisnya pecah, tubuhnya gemetar hebat."Ada apa, Mas?" tanya Naomi bingung."Mas sudah mendatangi Layla. Mas mencacinya, tapi Mas lupa bahwa sejahat-jahat Layla, dia tetaplah peduli pada putri kita, dan juga kehidupan kita, Noami. Mas malah menghakiminya dengan kata-kata kasar tadi."Terdiam Naomi mendengarkan perkataan sang suami. Dirinya tahu, Dev sudah tak memiliki perasaan lagi pada Layla. Bahkan Naomi senang, jik
Judul: persahabatan yang ternoda.Part: 44.***Sore itu Abraham dan Layla semakin akrab. Namun, tak ada getaran apa-apa di hati mereka."Saya permisi pulang lebih dulu. Ada klien yang akan datang ke rumah nanti. Semoga kita bisa bertemu lagi," ujar Abraham."Baiklah. Hati-hati di jalan," sahut Layla.Seperginya Abraham, Layla masih terpaku di kursi kayu yang ia duduki.Menyaksikan banyak pasangan yang lalu lalang. Betapa hati Layla merindukan kasih sayang.'Bagaimana mungkin, aku bisa melupakan Dokter Dev. Sedangkan kelembutan dan kenyamanan itu hanya pernah aku dapatkan darinya," batin Layla.Jatuh perlahan air mata itu. Tak bisa dipungkiri, cinta untuk Dev begitu dalam."Nyonya Layla, ada yang ingin bertemu di rumah. Orang itu sudah menunggu dari tadi," ucap Cika yang tiba-tiba datang menyusul Layla."Siapa?" tanya Layla tak bersemangat."Lihat saja sendiri. Ayo pulang."Layla tak banyak bicara lagi. Ia pun pulang bersama Cika. Saat ini hanya Cika yang setia menemaninya.'Maaf, Nyo
Persahabatan yang ternoda.Part: 43.***Sebisa mungkin Cika membuat Naomi mau bertemu dengan Layla. Hingga akhirnya pertemuan sudah diatur di sebuah restoran ternama.Naomi penasaran kenapa Layla ingin berjumpa dengannya lagi. Emosi Naomi yang sudah menumpuk, ingin segera ia luahkan pada tempatnya.Tepat pukul 14: 30 Layla dan Naomi bertemu.Berdebar dada Layla saat menatap kembali mata sendu Naomi. Mata yang dulu meneduhkannya, mata yang dulu memandangnya penuh cinta."Naomi," lirih Layla dengan suara yang gemetar."Apa maumu? Apa ingin membanggakan diri atas kemenanganmu menghancurkan kebahagianku?" tanya Naomi."Tidak, Naomi. Saya ingin meminta maaf."Tersungging bibir Naomi saat mendengar ucapan Layla. "Dulu kau pun pernah berkata demikian."Jatuh bulir bening itu membasahi pipi yang sudah tak berhias seperti sebelumnya. Layla memang kehilangan Naomi sejak ia menjalin asmara dengan Dev.Layla ingin meraih cinta dari sang pujaan, malah kehilangan cinta dari sahabat terbaiknya."
Persahabatan yang ternoda.Part: 42.***Di dalam mobil, Naomi tak berkata apa-apa. Hanya air matanya yang mengalir begitu saja."Mas tak menyangka, bisa-bisanya kau bersama pria lain membawa Jelita. Sekarang Mas mengerti, kenapa dirimu menolak diajak pulang ke rumah," ujar Dev yang masih gemetar menahan emosinya."Terserah apa yang mau Mas katakan tentangku. Namun, satu hal yang pasti. Aku bukan dirimu, Mas. Aku masih tahu dengan batasan-batasan itu. Mas Abraham memang tadi bersamaku. Akan tetapi kami tak sengaja bertemu. Lagi pula, dia hanyalah anak teman Mama. Aku malu dengan tindakanmu yang semena-mena. Bahkan Mas lupa, bahwa Mas sendiri sedang bermain gila dengan Layla. Turunkan aku di sini! Aku tak sudi satu mobil dengan Mas lagi," papar Naomi panjang lebar.Setelah cukup lama Naomi berdiam diri menahan segala gejolak hati. Akhinya semua tertumpah. Dev terpaku mendengar penuturan Naomi. Ia semakin merasa bersalah karena telah memukul Abraham tanpa mendengarkan penjelasannya."M
Persahabatan yang ternoda.Part: 41.***Ketika pagi menyapa, Layla dan Dev bersiap untuk pulang ke Jakarta. Tampak cerah raut wajah Layla, rencananya telah berhasil. Ia berpikir, setelah ini Dev tentu akan jatuh ke dalam pelukannya lagi.Waktu berjalan ....Suasana hening tanpa ada yang membuka obrolan. Ketika keduanya sudah sampai, Layla sengaja mengulur waktu untuk tetap bisa bersama Dev."Dokter Dev, saya ingin meminta waktumu sebentar saja untuk menemani saya mengambil sesuatu di agen barang perlengkapan toko milik saya itu," ucap Layla."Baiklah, tapi saya tak bisa lama," sahut Dev.Layla mengangguk. Dev masih tak tahu, jika dirinya sudah masuk dalam perangkap Layla.Saat Layla sampai di tempat tujuannya. Dev diminta untuk mengangkatkan beberapa barang ringan. Kemudian Layla mengabadikan lagi gambar Dev itu. Tentunya untuk memanasi situasi.Detik berikutnya, Layla langsung mengunggah ke sosial media miliknya. Seperti biasa, Melati yang gemar mengecek akun Layla itu pun melihat
Persahabatan yang ternoda.Part: 40.***Layla menarik nafasnya panjang, sembari menetralkan perasaan. Cukup lama ia berpikir, akhirnya muncul satu ide di kepalanya."Setelah saya mencabut tuntutan. Saya mau Dokter menemani saya ke luar kota untuk seminggu ke depan," ujar Layla."Cuma itu?" tanya Dev dengan rona wajah berseri.Layla mengangguk pelan. Namun, di hati tersirat satu keinginan untuk membuat cinta Dev tumbuh lagi selama waktu seminggu nanti.***Di sisi lain, Naomi dan Melati dibebaskan. Cika suda memberi surat pernyataan berdamai atas perintah Layla.Waktu berjalan ....Naomi mengambil Jelita dari pelukan Dev. "Aku tak tahu kenapa Layla bisa mencabut tuntutannya. Tapi apa pun itu, aku tetap tidak akan berterima kasih, atau pun minta maaf padanya," ujar Naomi.Dev berdehem pelan, sambil menyerahkan Jelita."Mama yakin, perempuan jalang itu punya tujuan lain," sahut Melati."Sudahlah, Ma. Mama selalu memperkeruh suasana. Layla melakukan ini karena Jelita. Harusnya kalian be