Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)
***POV Ardan.Aku pulang ke rumah sendirian. Istriku tinggal di rumah orang tuanya untuk dua hari ke depan.Saat malam, mataku enggan terpejam. Pikiranku selalu tertuju pada Resti. Perubahan sikapnya, mungkinkah karena permintaanku untuk berpoligami?Bagaimana jika Resti mengajukan perpisahan?Bukankah itu yang aku inginkan sedari dulu?Kenapa sekarang, aku malah gelisah dan takut kehilangannya..Pagi tiba, mataku sembab karena tak tidur dengan benar. Tak ada sarapan pagi ini di meja.Aku berangkat dengan perut kosong. Tidak ada niat untuk sarapan di luar. Biarlah nanti siang saja.Resti pasti akan mengirimkan bekal makan siang untukku nanti.Saat di kantor, aku fokus mengerjakan semuanya. Hingga ponsel yang aku silent, terus saja bergetar. Aku meraih dengan cepat, berharap ReJudul: Wanita lain dalam hatiku (Maafkan amu, istriku)***"Benar, Dek. Abang sedang kecewa, kecewa pada diri Abang sendiri karena telah menyakiti perasaanmu," ucapku dengan menggenggam tangannya."Sudahlah, Bang. Semuanya sudah terjadi, Resti adalah istri pilihan orang tua Abang, bukan pilihan hati Abang. Sedangkan Susi, dia wanita yang Abang cintai. Tempat kami berbeda dalam kehidupan Abang. Izinkan Resti merenung untuk satu malam ini lagi. Besok Resti akan pulang memberikan jawaban," papar istriku dengan datar.Ada ketakutan pada hatiku setiap kali kalimat demi kalimat keluar dari mulut Resti. Lembut memang, tapi seperti tamparan untukku.Tak lama kemudian, Ayah mertua pulang."Eh, ada Nak Ardan. Tidak ke kantor?" tanya Ayah."Ke kantor tadi, Yah. Tapi sengaja pulang lebih awal," sahutku."Oh, begitu. Nak Ardan ingin menjemput Resti?" tanya-nya lagi."Iya. Resti belum mau pulang hari ini.
Judul: Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)***POV Resti.Malam ini aku membereskan semua barang-barangku. Setelah selesai, aku pun langsung melajukan mobil ke rumah orang tuaku.Air mata terus saja mengalir, baru saja 14 hari aku merasakan bahagia karena dicintai Bang Ardan. Namun, ternyata itu hanya sementara dan tipu daya.Bang Ardan mengingkari janjinya. Luka itu kembali ditorehnya dengan begitu tega.Kali ini tidak mungkin aku bisa menutupi lagi dari Ayah, Ibu. Mereka berhak tahu, agar aku tidak diminta kembali ke rumah itu.Laju kendaraanku, dengan perasaan yang tak menentu, akhirnya aku sampai di depan rumah orang tuaku.Setelah memarkirkan mobil, aku perlahan turun dan melangkah ke arah pintu.Bergetar tanganku menekan bel, sembari mengucap salam. "Assalamualaikum.""Walaikumsalam," sahut Si Mbok dari dalam.Pintu di buka, Si Mbok tercengang melihatk
Judul: Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)***POV Ardan.Aku terbangun dan mendapati diri sudah berada di sebuah Apartemen yang tak asing bagiku.Ya, Apartemen ini milik Susi."Apa yang terjadi?" tanyaku tanpa mengingat apa pun.Susi menangis di pojok kamar. Aku semkain bingung."Katakan, bagaimana bisa aku berada di sini?"Perlahan Susi menoleh ke arahku dan menatap dengan tak berdaya."Mas datang dalam keadaan yang sulit aku jelaskan. Mas sudah merenggut kesucianku," papar Susi dengan mata yang basah.Aku menggeleng dan tak percaya, karena aku tak bisa mengingat apa-apa."Tidak mungkin!" hardikku."Terserah. Yang jelas Mas harus bertanggung jawab, atau aku akan memperpanjang masalah ini."Terdiam aku. Pikiranku menjadi kacau, akhirnya aku meminta waktu pada Susi untuk berpikir. Susi setuju dan memperbolehkan aku pergi.
Judul: Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)***Waktu berjalan ....Aku datang ke rumah orang tuaku."Lho, kok sendirian? Resti mana?" tanya Mama menyelidik."Resti di rumah orang tuanya, Ma."Tak mau aku menyembunyikan kebenaran dari Mama dan Papa. Karena niatku datang ke sini adalah untuk meminta bantuan mereka."Oh, jadi Resti berkunjung ke rumah orang tuanya, terus kamu ke sini. Kalian memang pasangan yang pengertian," puji Mama.Aku berdehem pelan menanggapi ucapan Mama. Rasa gugup menyelimuti hatiku.Aku takut kedua orang tuaku menolak membantuku membujuk Resti."Iya, Ma. Sebenarnya Ardan ke sini mau meminta tolong pada Papa," ujarku beralih menatap Papa.Berkerut kening Papa saat mendengar penuturanku, kemudian bertanya. "Minta tolong apa?"Sebelum menjelaskan, aku menarik nafas panjang. Mataku terpejam beberapa detik hingga terb
Judul: Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)***Pulang dari kantor, Susi terlihat bersantai di ruang tengah. Senyum sumringah ia suguhkan menyambut kepulanganku."Mas, sini Deh! Aku mau pesan tas ini," ucapnya menarikku agar duduk di sebelahnya.Seketika aku melirik ke ponsel yang ia sodorkan. Terpampang sebuah tas mahal yang bertuliskan harga 25 juta."Mas capek, buatin minum dulu!" perintahku."Ah, nanti saja. Mas mau kan beliin aku tas ini?"Bergelayut manja Susi di dada bidangku.Aku baru saja sampai di rumah, tapi Susi langsung meminta sesuatu tanpa peduli betapa lelahnya aku."Iya, nanti Mas belikan. Sekarang kamu buat minuman! Oya, jangan lupa masak juga untuk makan malam.""Aku mana bisa masak, Mas. Lagian itu kan pekerjaan pembantu. Uang Mas kan banyak, kita cari asisten rumah tangga saja ya, Mas!"Kubuang nafas kasar, Susi memang tak berbakat
Judul: Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)***POV Resti.Seminggu sudah aku berada di Amerika. Sengaja kupilih tempat yang jauh dari orang tua.Namun, di sini aku tak sendiri. Ada Tante Anna yang menemaniku.Tante Anna adalah Adik kandung Ayah. Dia sudah lama tinggal di Amerika. Dari kuliah, hingga sekarang sudah menjadi pengusaha sukses di negeri orang ini."Res, apa rencanamu selanjutnya?" tanya Tante Anna dengan lembut."Resti mau membuka Restoran masakan khas Indonesia di sini, Tante. Kira-kira bisa berjalan tidak?""Wah, itu bagus. Tante yakin pasti berjalan lancar, apa lagi masakanmu sangat enak," pujinya dengan tulus.Aku tersenyum senang. Mulai saat ini aku akan bersemangat menjalani kehidupan baruku.Demi buah hati yang berada di dalam kandunganku ini, maka aku tidak akan menyerah, dan tidak akan bersikap lemah lagi.Terlebih
Judul: Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)***POV Ardan.Tak terasa sudah memasuki dua minggu aku menjalani rumah tangga bersama Susi.Dulu, aku berpikir akan sangat bahagia saat bersatu dengan cinta pertamaku. Namun, nyatanya hidupku masih terasa hampa. Sikap Susi jauh dari kata sempurna.Memang, tidak ada manusia terlahir tanpa celah. Akan tetapi, setidaknya Susi sedikit peduli dengan tugasnya sebagai seorang istri. Bukan hanya menjalani tugas saat di kamar saja.Semua kebutuhanku diurus oleh Bik Ijah. Susi masih tetap sama dengan perangainya yang lama.Bangun tidur selalu pukul sepuluh. Tak pernah sekali pun ia menemaniku sarapan di pagi hari, apa lagi menyiapkannya.Terkadang aku berpikir, apakah ini adalah teguran untukku yang tak bersyukur selama ini?Resti tak pernah telat menyiapkan sarapan, mengurus keperluanku. Bahkan tak pernah mengeluh.Na
Judul: Wanita lain dalam hatiku (Maafkan aku, istriku)***POV Ardan.Semenjak mendapat informasi dari Bima, aku menjadi lebih bersemangat.Pagi ini Bima aku kirim untuk berangkat ke Amerika. Karena ia berkata akan lebih mudah mencari informasi selengkapnya saat sudah di sana."Jangan pulang jika tak membawa kabar baik untuk saya," ujarku pada Bima."Siap, Tuan. Di sana saya cukup banyak kenalan. Bukan perkara sulit mendapatkan informasi tentang Nyonya Resti," sahutnya.Aku tersenyum penuh harapan. Semoga Bima benar-benar berhasil menemukan jejak Resti..Aku pulang ke rumah setelah mengantarkan Bima ke bandara. Cerah suasana hatiku, Susi pun tampak heran melihatku."Mas, apa yang membuatmu tersenyum terus begitu?""Hem, tidak ada. Bosan kalau harus cemberut terus di rumah," ucapku sembari melangkah ke dalam kamar.Susi berdehem pelan, dan ta
Persahabatan yang ternoda.Part: 48.***Semua yang berada di luar, menjadi masuk menemui Rama.Layla mencoba menghapus air matanya. Namun, Naomi lebih dulu menangkap tangan Layla.Perlahan Naomi menyentuh wajah Layla. Diusapnya mata yang sudah basah itu. Bukannya reda, tangis Layla malah semakin pecah."Lay, maafkan aku!" Naomi memeluk Layla.Semua beralih menatap ke arah mereka berdua.Kini Naomi dan Layla berbicara di luar. Abraham dan Dev juga turut menyusul."Apa dirimu benar-benar mau memaafkan saya?" tanya Layla.Mengangguk Naomi tanpa ragu, dan berkata. "Iya, Lay. Lupakan yang telah berlalu! Sekarang kita sudah memiliki kebahagiaan masing-masing. Jangan pernah membuatku menjauhimu lagi. Aku menyayangimu," ucap Naomi."Saya berjanji, tidak akan pernah kesalahan yang sama terulang. Teirma kasih, Naomi. Saya juga menyayangimu," papar Layla.Terharu Abraham dan Dev. Keduanya enggan mengganggu, hanya menatap dari belakang..Hari berlalu ....Kini kehidupan Layla sudah sempurna. Pe
Persahabatan yang ternoda.Part: 47.***Setelah menikah, Layla tetap tinggal di rumah miliknya sendiri. Abraham mengalah, karena sang istri memiliki tanggung jawab atas toko besar yang dipunyai.Tak ada yang berubah. Sepasang pengantin baru itu masih memanggil dengan sebutan Tuan, dan Nona.Bagi yang mendengarnya akan merasa iri, karena sebutan itu terkesan unik dan romantis."Nona manis, hari ini ada kasus yang sangat besar. Seorang klien saya berasal dari kalangan bawah. Bahkan untuk menyewa jasa saya pun, ia menggadaikan sebuah surat rumah," ujar Abraham."Benarkah, Tuan? Kalau begitu dirimu harus semangat! Kalau boleh saya tahu, apa permasalahan yang sedang dihadapinya?" tanya Layla sambil memakaikan kancing baju sang suami."Bapak itu namanya, Pak Samsir. Beliau hanya seorang penjual ketoprak keliling. Saat Pak Samsir berjalan mendorong gerobak jualannya, tiba-tiba melaju sebuah mobil dengan kecepatan tinggi. Pak Samsir yang hendak menyeberang hampir terlindas, untungnya pengend
Persahabatan yang ternoda.Part: 46.***Dua bulan kemudian ....Layla dan Abraham semakin dekat, bahkan rasa itu sudah tumbuh di hati Abraham."Bu, jika aku ingin mempersunting Layla, apakah Ibu setuju?" tanya Abraham dengan ragu-ragu.Berkaca-kaca mata Mira, ia terharu sekaligus bahagia. Layla sudah akrab pula dengan dirinya. Bagaimana mungkin Mira tak merestui."Tentu saja Ibu setuju," sahut Mira senang.Abraham tersenyum sembari memeluk sang ibu. Rencananya lamaran akan dilakukan nanti malam. Jika Layla menerima, maka pernikahan segera dilangsungkan dalam waktu dekat.***Ketika hari mulai gelap, Abraham bersiap-siap dengan detak jantung yang semakin kencang.Gugup Abraham ingin menyatakan cinta pada seorang janda kembang. "Sudah siap?" tanya Mira mengedipkan sebelah matanya."InsyaAllah, Bu."Detik berikutnya mereka berangkat. Dua puluh menit perjalanan, akhirnya Abraham dan Mira sampai.Gemetar lutut Abraham ketika mencoba keluar dari mobil. Mira tertawa kecil menyaksikan keg
Persahabatan yang ternoda.Part: 45.***Cukup lama Layla tak sadarkan diri, bahkan Abraham masih setia menemani. Cika pun datang dikabari oleh Karin.Sedangkan di sisi lain, Dev pulang dengan rasa sesal. Entah apa yang membuatnya bisa berkata sekejam itu pada Layla.Namun, tiba-tiba ia merasa bersalah. Biar bagaimana pun juga, Layla tetaplah berjasa dalam hidupnya.Gundah hati Dev. Ia sangat marah karena Layla hampir merusak rumah tangganya. Namun, Dev tersadar, dirinyalah yang awal mula menumbuhkan benih cinta.Sampai di rumah, Dev langsung memeluk Naomi dengan erat. Tangisnya pecah, tubuhnya gemetar hebat."Ada apa, Mas?" tanya Naomi bingung."Mas sudah mendatangi Layla. Mas mencacinya, tapi Mas lupa bahwa sejahat-jahat Layla, dia tetaplah peduli pada putri kita, dan juga kehidupan kita, Noami. Mas malah menghakiminya dengan kata-kata kasar tadi."Terdiam Naomi mendengarkan perkataan sang suami. Dirinya tahu, Dev sudah tak memiliki perasaan lagi pada Layla. Bahkan Naomi senang, jik
Judul: persahabatan yang ternoda.Part: 44.***Sore itu Abraham dan Layla semakin akrab. Namun, tak ada getaran apa-apa di hati mereka."Saya permisi pulang lebih dulu. Ada klien yang akan datang ke rumah nanti. Semoga kita bisa bertemu lagi," ujar Abraham."Baiklah. Hati-hati di jalan," sahut Layla.Seperginya Abraham, Layla masih terpaku di kursi kayu yang ia duduki.Menyaksikan banyak pasangan yang lalu lalang. Betapa hati Layla merindukan kasih sayang.'Bagaimana mungkin, aku bisa melupakan Dokter Dev. Sedangkan kelembutan dan kenyamanan itu hanya pernah aku dapatkan darinya," batin Layla.Jatuh perlahan air mata itu. Tak bisa dipungkiri, cinta untuk Dev begitu dalam."Nyonya Layla, ada yang ingin bertemu di rumah. Orang itu sudah menunggu dari tadi," ucap Cika yang tiba-tiba datang menyusul Layla."Siapa?" tanya Layla tak bersemangat."Lihat saja sendiri. Ayo pulang."Layla tak banyak bicara lagi. Ia pun pulang bersama Cika. Saat ini hanya Cika yang setia menemaninya.'Maaf, Nyo
Persahabatan yang ternoda.Part: 43.***Sebisa mungkin Cika membuat Naomi mau bertemu dengan Layla. Hingga akhirnya pertemuan sudah diatur di sebuah restoran ternama.Naomi penasaran kenapa Layla ingin berjumpa dengannya lagi. Emosi Naomi yang sudah menumpuk, ingin segera ia luahkan pada tempatnya.Tepat pukul 14: 30 Layla dan Naomi bertemu.Berdebar dada Layla saat menatap kembali mata sendu Naomi. Mata yang dulu meneduhkannya, mata yang dulu memandangnya penuh cinta."Naomi," lirih Layla dengan suara yang gemetar."Apa maumu? Apa ingin membanggakan diri atas kemenanganmu menghancurkan kebahagianku?" tanya Naomi."Tidak, Naomi. Saya ingin meminta maaf."Tersungging bibir Naomi saat mendengar ucapan Layla. "Dulu kau pun pernah berkata demikian."Jatuh bulir bening itu membasahi pipi yang sudah tak berhias seperti sebelumnya. Layla memang kehilangan Naomi sejak ia menjalin asmara dengan Dev.Layla ingin meraih cinta dari sang pujaan, malah kehilangan cinta dari sahabat terbaiknya."
Persahabatan yang ternoda.Part: 42.***Di dalam mobil, Naomi tak berkata apa-apa. Hanya air matanya yang mengalir begitu saja."Mas tak menyangka, bisa-bisanya kau bersama pria lain membawa Jelita. Sekarang Mas mengerti, kenapa dirimu menolak diajak pulang ke rumah," ujar Dev yang masih gemetar menahan emosinya."Terserah apa yang mau Mas katakan tentangku. Namun, satu hal yang pasti. Aku bukan dirimu, Mas. Aku masih tahu dengan batasan-batasan itu. Mas Abraham memang tadi bersamaku. Akan tetapi kami tak sengaja bertemu. Lagi pula, dia hanyalah anak teman Mama. Aku malu dengan tindakanmu yang semena-mena. Bahkan Mas lupa, bahwa Mas sendiri sedang bermain gila dengan Layla. Turunkan aku di sini! Aku tak sudi satu mobil dengan Mas lagi," papar Naomi panjang lebar.Setelah cukup lama Naomi berdiam diri menahan segala gejolak hati. Akhinya semua tertumpah. Dev terpaku mendengar penuturan Naomi. Ia semakin merasa bersalah karena telah memukul Abraham tanpa mendengarkan penjelasannya."M
Persahabatan yang ternoda.Part: 41.***Ketika pagi menyapa, Layla dan Dev bersiap untuk pulang ke Jakarta. Tampak cerah raut wajah Layla, rencananya telah berhasil. Ia berpikir, setelah ini Dev tentu akan jatuh ke dalam pelukannya lagi.Waktu berjalan ....Suasana hening tanpa ada yang membuka obrolan. Ketika keduanya sudah sampai, Layla sengaja mengulur waktu untuk tetap bisa bersama Dev."Dokter Dev, saya ingin meminta waktumu sebentar saja untuk menemani saya mengambil sesuatu di agen barang perlengkapan toko milik saya itu," ucap Layla."Baiklah, tapi saya tak bisa lama," sahut Dev.Layla mengangguk. Dev masih tak tahu, jika dirinya sudah masuk dalam perangkap Layla.Saat Layla sampai di tempat tujuannya. Dev diminta untuk mengangkatkan beberapa barang ringan. Kemudian Layla mengabadikan lagi gambar Dev itu. Tentunya untuk memanasi situasi.Detik berikutnya, Layla langsung mengunggah ke sosial media miliknya. Seperti biasa, Melati yang gemar mengecek akun Layla itu pun melihat
Persahabatan yang ternoda.Part: 40.***Layla menarik nafasnya panjang, sembari menetralkan perasaan. Cukup lama ia berpikir, akhirnya muncul satu ide di kepalanya."Setelah saya mencabut tuntutan. Saya mau Dokter menemani saya ke luar kota untuk seminggu ke depan," ujar Layla."Cuma itu?" tanya Dev dengan rona wajah berseri.Layla mengangguk pelan. Namun, di hati tersirat satu keinginan untuk membuat cinta Dev tumbuh lagi selama waktu seminggu nanti.***Di sisi lain, Naomi dan Melati dibebaskan. Cika suda memberi surat pernyataan berdamai atas perintah Layla.Waktu berjalan ....Naomi mengambil Jelita dari pelukan Dev. "Aku tak tahu kenapa Layla bisa mencabut tuntutannya. Tapi apa pun itu, aku tetap tidak akan berterima kasih, atau pun minta maaf padanya," ujar Naomi.Dev berdehem pelan, sambil menyerahkan Jelita."Mama yakin, perempuan jalang itu punya tujuan lain," sahut Melati."Sudahlah, Ma. Mama selalu memperkeruh suasana. Layla melakukan ini karena Jelita. Harusnya kalian be