Share

Bab 2

Penulis: Melika Sun
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Raya mengerjapkan kedua matanya berulang kali. Rasa sakit di sekujur tubuhnya membuat wanita muda itu meringis menahan sakit.

Memegangi kepalanya yang terasa pusing, wanita itu berusaha untuk bangkit. Dengan wajah pucat dan rambut acak-acakkan.

"Auwh ... sa-sakit sekali." Raya semakin meringis kesakitan, begitu merasakan nyeri di bagian inti tubuhnya.

Dalam sekejap mata, ingatan wanita itu kembali terlempar pada kejadian beberapa jam yang lalu.

"Itu pasti hanya mimpi! hanya mimpi!"

Dengan tangan gemetar, Raya mencoba memeriksa keadaan tubuhnya di bawah selimut.

Mata gadis itu terbelalak lebar, tubuhnya bergetar hebat. Keringat dingin langsung membasahi tubuh, manakala mendapati dirinya tidak mengenakan selembar benang pun. Tubuh polosnya hanya di tutupi selimut.

"Ti-tidak! Itu tidak mungkin!" Raya meracau tidak karuan. Berusaha menampik ingatan kelam yang membayang di matanya, namun sayang semua itu terpampang nyata di depannya.

Raya lantas menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya. Namun wanita itu justru berteriak histeris, begitu melihat sosok pria yang tertidur di sampingnya tanpa mengenakan busana.

"Arrgh!"

Teriakan yang begitu keras, memaksa Marcel untuk bangun karena saking terkejut.

Pria itu memijit kepalanya yang terasa pening, masih dengan mata terpejam, belum sepenuhnya menyadari dengan apa yang terjadi.

Samar-samar terdengar suara isak tangis.

Marcel perlahan membuka kedua matanya. Tidak kalah terkejut ketika mendapati dirinya tidak mengenakan selembar benang pun.

"Bajingan! Manusia biadab! Manusia iblis!"

Umpatan kemarahan yang terdengar begitu dekat di telinganya, membuat Marcel reflek menoleh. Kini dirinya yang ganti mengumpat, begitu tatapan matanya bertemu dengan Raya, yang menatapnya dengan penuh kebencian dan kemarahan.

Di sudut ruangan, wanita itu meringkuk ketakutan seraya memeluk kedua lututnya. Tubuh gemetar dengan air mata yang terus mengalir.

Marcel lantas bergegas turun dari atas tempat tidur. Pria itu memungut pakaiannya yang tercecer di lantai, kemudian memakainya dengan cepat.

Ekor matanya melirik ke atas tempat tidur. Ceceran darah di atas sprei memaksanya mengingat dengan cepat peristiwa yang telah terjadi antara dirinya dan gadis asing itu.

"Shit! Apa yang sudah aku lakukan?!" Marcel kembali mengumpat. Pria itu memejamkan matanya sambil menengadah--menyesali semua perbuatannya kepada gadis itu. Namun, pria itu juga bingung mengapa dirinya sampai tak bisa mengendalikan diri?

Membuang nafas dengan kasar,  Marcel tidak tau apa yang harus di lakukannya pada gadis yang menangis ketakutan di sudut kamar.

Hanya saja, pria itu semakin dirundung rasa bersalah.

Marcel pun memberanikan diri untuk menghampiri perempuan yang sedang terluka.

Namun, Raya langsung bangkit. Perempuan itu meremas selimut yang membungkus tubuhnya dengan sangat kuat. "Jangan mendekat! Jangan mendekat bajingan!"

Tubuh ringkih itu terlihat gemetar. 

"Hei, tenanglah. Aku tidak akan menyakitimu. Kau bisa mempercayai ucapanku, jangan takut," bujuk Marcel dengan pelan.

Namun, Raya tetap diam. Bagaimana perempuan itu dapat mempercayai ucapannya? Sedang dirinya lah yang membuat hidup wanita itu hancur!

"Iblis! Pergi dari hadapanku! Pergi!" teriak Raya semakin histeris. 

Pria yang terkenal kejam dan dingin itu mematung. Untuk pertama kali dalam hidupnya, seorang perempuan dapat membuatnya merasa bersalah begitu hebat. Dia pun tak tahu apa yang harus dilakukan.

Marcel mengerang frustasi. Otaknya tiba-tiba saja buntu--tidak menemukan cara untuk menenangkan gadis itu. Apakah dia harus memaksanya?

Namun, alih-alih memaksa gadis itu, Marcel justru akhirnya mengucap maaf. "A-aku minta ma-maaf."

Hanya saja, suara pria itu seperti tercekik di tenggorokan. 

Raya pun terdiam, sebelum akhirnya membanting piring makanan di atas meja yang tak jauh dari tempatnya berdiri.

Prang!

"Aku tidak akan memaafkanmu bajingan! Aku tidak akan pernah memaafkanmu!"

Wanita itu bahkan nekad mengambil pecahan piring tersebut, lalu mengarahkannya kepada Marcel yang terus merangsek maju ke arahnya.

"Jangan coba-coba untuk mendekat! Atau aku akan membunuhmu!" jerit Raya dengan penuh amarah.

"Tenanglah. Aku tidak akan menyakitimu. Aku hanya tidak ingin kau semakin terluka, kita bisa membicarakan masalah ini baik-baik. Aku janji, aku akan mengabulkan apa pun yang kau minta." Marcel kembali membujuk dengan segenap daya dan upaya untuk menenangkan gadis itu.

"Aku ingin kau mati! Apa kau bisa mengabulkannya, bajingan?!"

Raya menatap nyalang ke arah Marcel. Seperti ingin mencabik-cabik, tubuh pria yang telah menorehkan luka di hatinya.

Namun, dengan mudah Marcel mengindari setiap serangannya. 

"Hentikan! Kau akan melukai tanganmu sendiri!" Pria itu justru khawatir jika wanita yang sedang mengamuk itu malah akan melukai tangannya sendiri.

"Apa pedulimu?"

Emosi Raya semakin menjadi-jadi. Namun, dalam satu kesempatan Marcel berhasil menangkap tangannya, serta dengan cepat membuang pecahan piring di tangan wanita itu.

Dengan satu gerakan, Marcel bahkan membawa tubuh Raya ke dalam pelukannya.

"Ssstt, tenanglah. Aku tidak akan menyakitimu. Aku tidak akan menyakitimu," lirih Marcel. Tangannya bergerak mengusap-usap punggung Raya dengan lembut.

"Lepas bajingan! Lepas!"

Raya terus memberontak, memukul dada Marcel sekuat tenaga, berulang kali. Bahkan gadis itu nekat menggigit bahu pria itu dengan sangat kuat.

Namun, Marcel masih berdiri kokoh. Tidak bergeser dari tempatnya sama sekali.

Justru, pria itu semakin erat memeluk tubuh Raya. Membelai kepala wanita itu dengan lembut. Tidak henti mengusap punggung wanita itu. Entah apa yang terjadi pada dirinya, Marcel pun tak tahu. Yang jelas, saat ini pria itu ingin sekali menenangkan Raya.

"Hidupku sudah hancur. Masa depanku sudah hilang. Mengapa kau tidak membunuhku sekalian?"

Tangis Raya kembali pecah. Wanita itu sudah tidak mengamuk lagi. Tubuhnya lemah di dalam pelukan Marcel.

Marcel memejamkan mata mendengar lirihan gadis itu. Dia membiarkan segala emosi perempuan itu tercurah dalam pelukannya.

"Aku membencimu! Aku tidak akan pernah memaafkanmu! Aku tidak a—"

Tiba-tiba Raya terkulai lemas sebelum dapat menyelesaikan ucapannya.

Menyadari itu, Marcel lantas terkejut. Dicobanya untuk membangunkan Raya dengan wajah panik.

Barulah, pria itu tersadar begitu tangannya tak sengaja menyentuh dahi Raya. Tubuh gadis itu terasa begitu panas dan wajahnya terlihat pucat!

Bab terkait

  • Wanita Kedua Tuan Marcello   Bab 3

    Marcel juga sadar keadaan Raya yang tak berpakaian "layak. Dengan tangan gemetar dan keringat dingin, pria itu pun perlahan membuka selimut yang membungkus tubuh gadis itu.Meski tidak ingin melihat, tapi kedua matanya terbelalak lebar saat mendapati banyak bercak merah dan bekas gigitan di sekujur tubuh bagian atas milik wanita itu."Kamu memang bajingan Marcel! Kamu iblis!" desis Marcel memejamkan mata dan mengepalkan kedua tangannya dengan kuat. Ia tidak dapat membayangkan betapa gadis di depannya itu sangat ketakutan saat itu. Selesai memakaikan baju, Marcel bergegas membopong tubuh Raya keluar dari kamar. Dia tidak ingin membuatnya sampai terlambat membawa gadis itu ke rumah sakit."Peter!"Setengah berlari menuruni tangga, Marcel berteriak memanggil nama sang asisten.Seorang pria muda langsung datang dengan tergopoh-gopoh.Menahan rasa terkejutnya melihat sang tuan membopong tubuh seorang gadis Peter pun bertanya, "Ada apa, Tuan?""Cepat siapkan mobil!"Mendengar perintah i

  • Wanita Kedua Tuan Marcello   Bab 4

    Lagi, Marcel kembali melangkah keluar dengan gontai. Pria itu duduk di kursi tunggu dengan wajah kuyu dan pikiran tidak menentu.Siang nanti adalah hari pertunangannya dengan Celina, tapi hari ini dia melihat luka di wajah wanita lain karena perbuatannya."Tuan...."Marcel seketika mendongak, menatap wajah sang asisten pribadi yang berdiri di hadapannya."Ada apa?" tanya Marcel tidak bersemangat."Acara pertunangan Anda akan digelar beberapa jam lagi. Sebaiknya, Tuan segera bersiap," jawab Peter dengan hati-hati.Marcel mengusap wajahnya kasar, sedikit mendongak ke atas sembari menghela nafas panjang dengan kedua mata terpejam.Dari kecil, ia sudah dididik akan sikap tanggung jawab. Tidak mungkin ia akan membiarkan wanita yang sudah di sakiti olehnya begitu saja. Namun, bila membatalkan acara pertunangannya dengan Celina demi wanita lain, itu juga seperti lari dari tanggung jawab!"Kita bisa mengurusnya nanti. Aku akan meminta Helena untuk menanganinya terlebih dahulu. Sekarang yang

  • Wanita Kedua Tuan Marcello   Bab 5

    Marcel memeluk erat tubuh Raya dari belakang. Terlambat sedikit saja sudah dapat dipastikan jika Marcell akan melihat mayat wanita itu saat ini."Tolong jangan berpikir untuk mengakhiri hidup. Aku bersalah padamu. Kalau kau mengakhiri hidup, maka aku adalah orang yang paling bersalah," ucap Marcel dengan suara bergetar, penuh penyesalan.Raya sontak menangis. Tubuhnya bergetar di dalam pelukan Marcel. Rasa bersalah pria itu semakin terasa, mendengar tangis pilu yang nyaring di telinganya."Maafkan aku. Aku bersalah padamu." Bergetar suara Marcel kembali meminta maaf meski pria itu tahu bahwa berjuta kata maaf pun tidak akan mampu mengobati luka yang begitu perih dan amat membekas di hati wanita itu.Benar saja, rangis pilu itu kembali terdengar, menumpuk rasa bersalah dan penyesalan di hati Marcel.Perlahan Marcel mengurai pelukannya, memutar tubuh saling berhadapan.Terenyuh hatinya menatap wajah rapuh wanita itu. Mengabaikan tatapan membunuh yang sarat akan kebencian dari wanita di

  • Wanita Kedua Tuan Marcello   Bab 6

    "Tuan, luka Anda mengeluarkan darah."Marcel kembali mengenakan jas hitam yang baru saja dilepasnya, begitu mendengar perkataan Peter."Jangan perdulikan aku. Bergegaslah!" titah Marcel. Ia tidak ingin keadaanya membuat sang asisten terganggu konsentrasinya. "Bantu aku menyiapkan alasan yang tepat untuk Celina nanti.""Baik, Tuan ... Anda tidak perlu kuatir," sahut Peter.Kembali, asisten itu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Hingga tidak lama kemudian, mereka sudah tiba kembali di depan klinik Dokter Helena."Dia terus saja mengamuk minta pulang, aku terpaksa memberinya obat penenang lagi," terang Dokter Helena, begitu melihat Marcel muncul dari balik pintu."Kau sudah melakukan yang terbaik," ucap Marcel. Langkahnya terhenti di sisi ranjang, menatap iba wanita yang sedang terlelap. Wajah pucat dengan mata sembab, sisa air mata bahkan membekas di wajahnya."Sebaiknya, kau membawanya ke Psikiater. Aku kuatir kondisi kejiwaannya semakin buruk." Dokter Helena mencoba memberi

  • Wanita Kedua Tuan Marcello   Bab 7

    Begitu tiba di apartemen, Peter langsung membukakan pintu untuk tuannya. Bergegas kemudian membuka pintu kamar Marcel, tidak ingin sang tuan berlama-lama menunggu.Dengan gerakan lembut Marcel membaringkan tubuh Raya ke atas tempat tidur besar miliknya. Ia pun lalu ikut membaringkan diri di samping wanita itu.Sungguh melelahkan. Tidak hanya menguras tenaga dan pikiran, bahkan seharian ini waktu Marcel habis terkuras untuk mengurus Raya."Apa yang harus aku lakukan sekarang?" gumam Marcel.Wajah kuyu itu terlihat pucat, selain karena darah yang terus merembes keluar dari lukanya, sejak pagi Marcel bahkan belum menelan sebutir makanan pun, kecuali beberapa suap makanan di rumah Celina saat acara pertunangannya sore tadi.Merasa ada pergerakan di sampingnya, Marcel langsung memutar lehernya. Pandangan mata mereka bertemu, sesaat. Tidak ingin membuat wanita itu ketakutan dengan kehadirannya, Marcel segera bangkit, lalu berdiri di sisi tempat tidur."Maaf, aku harus membawamu pulang ke ap

  • Wanita Kedua Tuan Marcello   Bab 8

    "Aku akan menikahimu.""Raya menengadah. Mengurai pelukan Marcel di tubuhnya. Duduk menjauh dari laki-laki itu.Tersenyum miris.Menikah?Raya kembali tergugu dalam tangis."Bahkan aku di culik tepat di hari pernikahanku, sebelum sempat mendengar suara ijab qabul dari calon suamiku."Marcel terhenyak. Mematung di tempatnya, seolah ada sebongkah batu besar yang menghimpit dadanya.Apalagi ini? Dia tidak hanya merenggut sesuatu yang begitu berharga milik wanita itu, tapi dia juga telah menghancurkan hari pernikahannya.Maaf?Marcel sudah tidak mampu lagi untuk mengucap kata maaf kepada wanita malang itu. Tapi setidaknya ia punya niat tulus untuk meminta maaf."Aku sudah menghancurkan hidupmu. Bagaimana aku bisa mengantarmu pulang?" tanya Marcel dengan suara bergetar."Kau hanya perlu mengantarku sampai di batas kota. Setelah itu, kau boleh pergi." jawab Raya, lirih.Wanita itu kemudian bangkit, melangkah seperti mayat hidup ke kamar. Membiarkan setiap langkahnya mengusik pikiran Marcel

  • Wanita Kedua Tuan Marcello   Bab 9

    Chiiit!Peter menginjak pedal rem secara mendadak, nyaris saja ia menabrak seekor anjing yang tiba-tiba saja melintas di depan mobilnya."Shit!"Peter mengumpat kesal."Tuan. Apakah anda baik-baik saja?" tanya Peter dengan nada cemas.Dari balik kaca spion di depannya, Peter dapat melihat jika Marcel semakin terlihat pucat. Pria itu senantiasa memejamkan matanya dengan menyandarkan kepala ke belakangDan Raya yang terbangun karna mendengar Peter mengumpat. Wanita itu kembali dibuat terkejut begitu menyadari jika dirinya sudah berpindah tempat ke dalam mobil dan berbaring di atas pangkuan Marcel.Wanita itu buru-buru bangkit lantas menggeser tubuhnya menjauh dari Marcel."Nona! Anda sudah bangun? Bisakah aku minta tolong kepadamu?" tanya Peter tanpa mengalihkan fokusnya dalam mengemudi.Raya hanya diam tidak berniat untuk menjawab pertanyaan Peter. Gadis itu lebih memilih untuk menikmati pemandangan ke luar jendela."Nona! Aku mohon! Tuan Marcel sedang tidak sehat. Bisakah kau periksa

  • Wanita Kedua Tuan Marcello   Bab 10

    Suasana kembali berubah hening. Tidak ada jawaban yang terlontar dari mulut Raya, sedangkan Marcel pria itu jadi merasa sangat bersalah atas apa yang telah diucapkannya barusan."Maaf," lirih Marcel.Namun Raya masih tetap diam, asyik dengan pikirannya sendiri."Apa kau tidak lapar?" tanya Marcel melirik ke arah gadis di sampingnya.Raya tidak menjawab. Gadis itu justru mengalihkan pandangan matanya keluar jendela.Marcel tidak kurang akal, mencari cara agar suasana tetap mencair."Berapa lama perjalanan yang harus kita tempuh untuk sampai ke rumahmu?" Marcel kembali bertanya. "Mungkin memakan waktu sekitar tujuh sampai 8 jam," jawab Raya tanpa mengalihkan pandangannya."Tujuh sampai delapan jam?" gumam Marcel sedikit terkejut.Saat ini waktu sudah menunjukkan jam 11 malam, Marcel berpikir mungkin mereka akan bermalam di jalan nanti.Jika tahu begini mungkin Marcel akan memilih menggunakan helikopter pribadinya daripada harus menggunakan mobil, apalagi kondisinya sedang tidak baik-b

Bab terbaru

  • Wanita Kedua Tuan Marcello   Bab 43

    Raya tidak berminat menjawab pertanyaan Celina, wanita itu hanya menghela nafas panjang, lalu tersenyum samar.Dan sejak pembicaraan hari itu bersama Raya, Celina memilih berdamai dengan takdir yang kini di jalanninya. Wanita itu memutuskan untuk berteman dengan Raya, ketimbang mengibarkan bendera permusuhan dengan wanita muda itu, yang tentu saja itu akan sangat merugikan dirinya sendiri.Namun tidak bagi kedua orang tuanya, terutama nyonya Rosalina, sang ibu, yang memang haus akan harta dan kedudukan.Plak!Wanita paruh baya itu mendaratkan sebuah tamparan keras di pipi Celina dengan wajah murka.Mantan istri Marcel itu hanya bisa diam, sambil mengusap-ngusap pipinya yang terasa sakit dan panas. Celina sudah tidak heran lagi, dirinya sudah sering mendapatkan perlakuan kasar dari orang tuanya, jika ia dianggap melakukan kesalahan."Dasar bodoh! Seharusnya kau lebih memilih Marcel ketimbang karirmu itu, Celina!" teriak nyonya Rosalina penuh amarah."Karirmu itu ada masanya! Sama haln

  • Wanita Kedua Tuan Marcello   Bab 42

    Raya sedang asyik menonton film animasi lucu dan menggemaskan, antara anak perempuan kecil dan teman beruangnya di ponsel Marcel. Sampai ia tidak menyadari kehadiran Celina di belakangnya."Sepertinya gadis muda ini memang memiliki hubungan spesial dengan Marcel, sampai ia bisa dengan bebas memakai barang pribadi milik Marcel," batin Celina dalam hati.'Ehem!'Celina sengaja berdehem, yang lantas membuat Raya langsung menolek ke belakang.Wanita muda itu mengangkat kedua alisnya dengan wajah heran, begitu melihat sosok Celina yang sudah berdiri di belakangnya."Sepertinya kau memiliki hubungan spesial dengan Marcel, sampai kau bisa memakai ponsel miliknya," ujar Celina, serayak mengambil tempat duduk di kursi yang langsung berhadapan dengan Raya."Kau benar sekali, Bu Celina. Aku juga sering memakai kemeja Mas Marcel saat tidur," sahut Raya, sembari menyimpan benda pipih itu ke dalam saku bajunya.Ekspresi wajah wanita muda itu begitu tenang, bahkan Raya lalu menatap Celina sambil ter

  • Wanita Kedua Tuan Marcello   Bab 41

    "Apa karna gadis muda itu?" tebak Celina."Ini tidak ada hubungannya dengan Raya, dia datang dalam hidupku bahkan sebelum kita bertunangan," sahut Marcel.Pria itu menurunkan kakinya, merubah posisi duduknya sambil bersedekap."Aku begitu sangat mencintai dan menyayangimu selama ini, Celina. Bahkan aku begitu setia meski berada jauh darimu. Tapi ternyata kau tidak sepenuh hati mencintaiku," tutur Marcel dengan wajah datar.Celina menunduk. Ada rasa penyesalan di hatinya begitu mendengar penuturan Marcel. Tapi ambisinya untuk menjadi model terkenal, membuatnya tidak ingin menyesali apa yang sudah terjadi."Maafkan aku, Marcel. Kau tau sendiri bukan, ambisiku untuk menjadi seorang model terkenal begitu besar. Aku bahkan rela mengorbankan segalanya agar mimpiku dapat terwujud," ujar Celina."Satu hal yang perlu kau tau, aku tulus mencintaimu, meskipun aku juga tidak bisa menampik jika aku memanafaatkan dirimu selama ini demi menunjang gaya hidupku," aku Celina.Marcel tersenyum samar men

  • Wanita Kedua Tuan Marcello   Bab 40

    Celina hanya bisa diam melihat Marcel menyuapi makan Raya dengan begitu sabar dan telaten tanpa bisa berbuat apa-apa.Bahkan Raya terlihat begitu lahap, makan dengan disuapi oleh Marcel layaknya seorang anak kecil yang makan disuapi oleh ibunya."Sayang ... apa kau tidak berlebihan?" Celina yang mulai gerah akhirnya membuka suara."Biarkan putriku makan dulu, Celina. Dia tidak bisa makan jika tidak di suapi oleh Marcel," ujar Tuan Adam yang langsung membuat Celina terdiam. Sedangkan Malik hanya melihat sekilas ke arahnya, lalu kembali fokus menyuapi istri kecilnya itu."Mau tambah lagi?" tanya Marcel dengan lembut.Raya menggeleng. "Sudah kenyang," jawabnya."Oke. Mau ke kamar lagi?"Raya kembali mengangguk.Marcel memundurkan kursinya, pria itu lalu bangkit dan meraih tangan Raya."Ayo, aku akan mengantarmu ke kamar," ucap Marcel.Raya lalu bangkit, Marcel dengan sigap memundurkan kursi istrinya. Sambil bergandengan tangan mereka menaiki tangga menuju ke kamar mereka di lantai atas.

  • Wanita Kedua Tuan Marcello   Bab 39

    Raya langsung terdiam begitu Marcel membungkam mulutnya dengan sebuah ciuman lembut. Hingga beberapa saat lamanya Raya terhanyut dengan permainan bibir dan lidah Marcel di dalam mulutnya.Tanpa sadar, Raya justru mengalungkan tangannya ke leher Marcel dan membalas setiap permainan Marcel di bibirnya."Mau lanjut di ranjang, sayang?" goda Marcel serayak mengusap bibir Raya yang basah karena bertukar saliva."Lapar," cicit Raya dengan wajah nelangsa."Baiklah baiklah. Ayo kita turun sekarang, sayang" ujar Marcel. Pria itu lalu menggenggam tangan Raya, bermaksud mengajaknya keluar dari kamar."Mas Marcel duluan, aku nggak mau ada keributan di meja makan nantinya," ujar Raya sambil melepaskan genggaman tangan Marcel di tangannya. Wanita itu lalu melingkarkan jilbab pashmina-nya ke leher Marcel layaknya sebuah syal."Terus kamu maunya bagaimana, sayang?" tanya Marcel dengan lembut."Aku tidak mau sikap kita menyakiti hati bu Celina. Aku ingin dia tau tentang hubungan kita dulu. Mas Marcel

  • Wanita Kedua Tuan Marcello   Bab 38

    Tubuh Marcel ambruk di atas tubuh Raya, setelah mendapatkan pelepasan yang begitu dahsyat di sesi terakhir mereka melakukan penyatuan.Berbagai gaya dan pose mereka lakukan selama penyatuan, hingga berulang kali mereka mendapatkan pelepasan."Terima kasih, sayang. Kau benar-benar membuat diriku candu dengan tubuhmu. Kau istri kecil-ku yang begitu luar biasa." Puji Marcel sembari mendaratkan ciuman lembut di kening, kedua mata dan pipi Raya.Raya tersenyum, perasaannya begitu bahagia karena berhasil membuat Marcel berulang kali mengerang nikmat di atas tubuhnya, dengan meneriakkan namanya.Tangannya kemudian terulur membelai punggung Marcel yang basah dan licin oleh keringat."Apa pria tua ini akan terus berada di atas perutku? Bagaimana kalau nanti anak kita susah bernafas di dalam sana?" Mendengar ucapan istrinya, Marcel langsung tersadar lalu berguling ke samping. Dengan tinggi badan 185 centi dan berat 80 kilo gram, bukan tidak mungkin Raya akan sesak nafas di timpa olehnya.Begit

  • Wanita Kedua Tuan Marcello   Bab 37

    "Dia putriku. Dia datang sebelum kau bertunangan dengan Marcel," jawab Tuan Adam dengan nada yang begitu tenang.Celina kembali menautkan kedua alisnya. Jawaban ayah mertuanya itu sungguh tidak masuk akal baginya.Bukankah tuan Adam hanya memilik seorang putra, yakni Marcel? Lalu putri yang mana yang di maksud oleh ayah mertuanya itu? "Kita akan membicarakannya lagi nanti. Sekarang beristirahatlah dulu, Ayah yakin kau pasti lelah karna habis bekerja keras dengan produser barumu itu selama di Paris, dan sebelum pulang ke indonesia."Wajah Celina langsung berubah pucat pasi mendengar perkataan tuan Adam. Tiba-tiba saja wanita itu terlihat gugup dan serba salah, apalagi saat tuan Adam menatap ke arahnya, ekspresi wajah Celina seperti maling yang tertangkap basah."Hei ... mengapa kau terlihat gugup seperti itu?" tegur tuan Adam sembari tertawa lebar."Oh ... ti-tidak Ayah, mu-mungkin aku memang sedikit lelah dan butuh istirahat," jawab Celina dengan gugup."Menjadi seorang model memang

  • Wanita Kedua Tuan Marcello   Bab 36

    Semua pelayan memilih bersembunyi, mereka jelas-jelas kurang menyukai kehadiran Celina di rumah itu. Mereka memutuskan hal tersebut karena mengira jika Raya masih tertidur dan di jaga oleh Hunter.Dengan begitu Raya akan tetap aman, karna Celina tidak akan mungkin berani menerobos masuk ke dalam tersebut."Ini jus nya, Nona." Raya menyodorkan segelas jus jeruk ke hadapan Celina.Wanita yang berprofesi sebagai model itu melirik sekilas ke arah Raya, lalu meraih gelas jus di hadapannya.Namun detik itu juga, Celina menyemburkan jus jeruk yang baru saja di minumnya di hadapan Raya. Wanita cantik itu tentu sangat terkejut melihatnya dan reflek menghindar agar tidak terkena semburan Celina."Apa kau sengaja memasukkan satu karung gula ke dalan jus ini?" tanya Celina dengan wajah marah.Raya lantas menggeleng. Pertanyaan Celina jelas sebuah tuduhan yang sangat berlebihan bagi dirinya."Ti-tidak, Nona. Saya hanya memasukkan satu sendok kecil gula ke dalamnya," jawab Raya apa adanya."Dan san

  • Wanita Kedua Tuan Marcello   Bab 35

    Marcel membersihkan bercak darah yang terciprat ke wajahnya, dengan menggunakan tisu yang diulurkan oleh Peter.Sementara Jecky sudah meregang nyawa dengan kepala berlubang."Kita belum mendapatkan informasi apa-apa dari pria ini, tapi mengapa kau sudah mengakhiri hidupnya?" David bertanya dengan penuh keheranan.Ia mengira jika Marcel akan mengorek informasi terlebih dulu dari Jecky, tapi ternyata Marcel langsung menembak mati pria tersebut tepat di kepalanya."Aku tidak ingin berlama-lama mengotori tanganku dengan menyiksanya terlebih dahulu, karena semakin aku melihatnya semakin aku terbayang dengan apa yang mereka lakukan pada Arsyila," jawab Marcel dengan nada datar."Bukankah kau berhasil mendapatkan ponselnya? Kau bisa melacak keberadaan enam orang lainnya melalui ponsel itu. Mereka pasti masih terhubung satu sama lain sampai saat ini," lanjut Marcel."Kau benar sekali. Mengapa baru terpikirkan olehku?" gumam David menggaruk kepalanya."Ck. Sudah aku bilang, kau itu semakin lam

DMCA.com Protection Status