Share

Bab 39. Kabar Buruk

Penulis: flam_boyan
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-27 15:42:58
Hana terlihat menangis. Dia terduduk lemas dengan ponsel masih dia genggam. Ucapan Ibu Tuti membuat tubuh Hana limbung.

"Ya Allah, Abah ...." lirih Hana. Air matanya langsung mengalir begitu derasnya.

Menyadari ada yang salah dengan Hana, Luna dan Marvin segera menghampirinya.

"Han, kamu kenapa?" tanya Luna.

Hana menatap Luna dengan mata yang penuh dengan air mata. "Aku harus gimana, Lun? Abah, Lun. Abah!"

"Abah? Memangnya Abah kenapa, Han? Bicara jangan setengah-setengah," timpal Luna.

Marvin yang tak tahu arah pembicaraan mereka hanya diam sampai semuanya jelas. Jika dilihat dari ekspresi Hana, jelas ada sesuatu buruk yang baru saja dia dengar.

"Abah kecelakaan dan sekarang kritis di rumah sakit, Lun. Aku harus bagaimana, Lun? Jarak kota ini dengan kota Abah berkali-kali lipat. Sedangkan di sini juga masih ada acara yang harus kita selesaikan. Aku harus bagaimana, Luna?" Hana sesenggukan karena menahan agar dia tidak menangis dengan kencang.

Luna mencoba untuk menenangkan Han
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wanita Hamil itu Maduku   Bab 40. Kritis

    "Ada apa, Bu Hana? Suami kamu marah?" tanya Marvin karena dia mendengar sedikit suara Adam saat berbicara kencang. Hana tersenyum dan menggelengkan kepala. "Tak usah dipikirkan, Pak. Saat ini fokusku hanya gimana caranya sampai di rumah Abah," kata Hana tanpa menjawab pertanyaan Marvin. Marvin mengangguk dan paham. Dia sudah tak berani bertanya lagi dan memilih fokus melihat ke depan. Perjalanan mereka masih sangatlah jauh. Karena sudah hampir gelap, Marvin menawarkan diri kepada Hana untuk makan terlebih dahulu. "Maaf, Pak, saya tidak lapar," tolak Hana halus. Jangankan untuk makan, minum saja Hana tak mampu menelannya. Hanya ada Abah Hasan dalam pikiran Hana, tak ada yang lain selain itu. Bahkan ketika Adam terus-menerus menghubunginya saja, Hana mengabaikannya. Hana tahu kalau Adam akan mengatakan apa jika dia mengangkatnya. Jadi, biarlah Adam berasumsi dengan pikiran dia sendiri. "Kalau kamu tidak makan, nanti kamu sakit, Hana. Kalau kamu sakit, siapa yang akan merawat ayah

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-27
  • Wanita Hamil itu Maduku   Bab 41. Menahan Diri

    Melihat Marvin, ingin rasanya Adam memberi pelajaran kepada laki-laki yang merupakan atasan dari Hana itu. Tapi, dia juga tahu waktu. Saat ini Abah Hasan dalam kondisi kritis dan istrinya sedang syok. Jadi, Adam lebih memilih menenangkan Hana daripada mencari ribut. "Kondisi Abah gimana, Mas? Apa Mas Adam sudah bertemu dengan dokter yang merawat Abah?" tanya Hana yang sudah jauh lebih tenang. "Sudah. Kata dokter, Abah mengalami pendarahan di otak akibat benturan yang keras. Kita berdoa saja semoga Abah segera melewati masa kritisnya, ya, Sayang," jawab Adam dengan mencium kening Hana. Adam sengaja melakukan itu agar dilihat oleh Marvin yang tak kunjung pergi. Dia ingin Marvin sadar jika Hana itu adalah miliknya. Dia adalah suami Hana yang sah. "Ya Allah. Kenapa bisa begini, Mas? Memangnya Abah kecelakaan gimana, Mas?" Hana kembali lagi tak kuasa menahan air mata. "Menurut penuturan Pak RT, Abah ditabrak orang tak dikenal ketika Abah hendak pulang dari beli bahan bakar motor, Han.

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-27
  • Wanita Hamil itu Maduku   Bab 42. Terjadi Lagi

    Hana menatap mata laki-laki yang sudah menemaninya beberapa tahun itu. Ternyata menikah itu memang tidaklah mudah. Jelas-jelas Adam sendiri yang sudah mengkhianati dirinya. Tapi kini, dirinya malah dipojokkan dengan tuduhan-tuduhan Adam yang tidak mendasar. "Apa aku salah cemburu dengan istriku sendiri? Dia sudah jelas menyukaimu, Han! Bahkan dia pernah memintaku untuk melepasmu. Salahkah aku?" kata Adam tanpa bersalah sedikitpun. Hana tertawa kecil. Dia tak menyangka kalimat itu keluar dari mulut suaminya. Hana memilih duduk bersandar di kursi sembari menunggu dokter selesai menangani abahnya. "Han! Kamu dengar aku tidak? Jauhi dia, Han!" pinta Adam lagi. "Kamu serius bicara seperti itu, Mas? Apa Mas Adam gak sadar dengan perbuatan Mas Adam sendiri?" timpal Hana yang berusaha menahan emosi. "Maksud kamu apa, Han?" tanya Adam. Laki-laki itu ikut duduk di samping Hana. "Sudahlah, Mas, aku capek! Yang penting buatku saat ini adalah kesembuhan Abah. Tolong mengertilah!" kata Hana l

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-31
  • Wanita Hamil itu Maduku   Bab 43. Sadar

    Hana tertawa kecil. Pertanyaan macam apa yang diajukan oleh Adam kali ini? Tak sadarkah Adam jika situasinya saat ini tidak tepat?"Jawab aku, Han! Kamu bahagia bersamaku?" Pertanyaan yang sama diulangi oleh Adam. "Kamu mau tahu jawabannya? Beneran mau tahu, Mas?" tanya Hana sebelum menjawabnya. "Iya, aku mau tahu." Tatapan mata Adam tak pernah lepas memandang Hana. "Iya aku bahagia. Tapi —" Hana sengaja menggantung kalimatnya. "Tapi apa, Han? Katakan saja tidak usah takut." Sangat percaya diri sekali Adam berucap. Sikapnya membuat Hana semakin sakit. Ternyata suaminya tidak sadar secara penuh kalau sudah sangat menyakiti hati Hana. "Aku memang bahagia hidup bersamamu. Tapi, sebelum Alya masuk dalam rumah tangga kita. Dengan singkat, kamu menghancurkan semuanya, Mas! Kamu gak sadar itu?" ucap Hana setenang mungkin. "Aku, kan, sudah katakan alasannya ke kamu, Han! Tolong mengertilah!" Adam tetap kekeuh kalau dia hanya ingin bertanggung jawab atas kehamilan Alya. "Kamu benar-ben

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-02
  • Wanita Hamil itu Maduku   Bab 44. Histeris

    Adam sangat bingung hendak menjelaskan bagaimana. Dia sendiri sebenarnya tidak tahu pasti kejadiannya benar terjadi atau tidak. Hanya berbekal pengakuan Alya dan juga foto-foto mereka yang tanpa busana. "Adam juga kurang yakin, Bah. Tapi, saat itu Adam —" Malu rasanya jika harus menceritakan kalau dia menyentuh miras kembali karena depresi kehilangan anaknya. "Tapi, apa, Dam? Ceritakan semua saja. Abah gak akan marah karena itu semua sudah terjadi," ucap Abah Hasan. Ada beberapa ganjalan di hati Abah Hasan. Beberapa hari ini, Beliau selalu saja mimpi buruk. Hal itu pula yang membuat pikiran Abah Hasan tidak fokus dan terjadi kecelakaan. "Jujur saja, Dam. Beberapa hari ini, Abah mimpi buruk tentang kalian semua. Abah melihat Hana tengah kesakitan dan Alya tertawa tanpa mempedulikan kondisi Hana. Abah tak melihatmu. Kamu tidak ada di sana dan meninggalkan Hana sendirian. Abah takut kamu membuang Hana begitu saja. Umur Abah tinggal sebentar lagi. Siapa yang akan menjaganya jika Abah

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-04
  • Wanita Hamil itu Maduku   Bab 45. Kembali Ke Rumah

    Saat Hana tersadar, dia sudah berada di rumah Abah Hasan dan tengah berbaring di dalam kamarnya. Suara orang-orang mengaji terdengar begitu jelas di telinga. "Gak! Aku pasti mimpi. Ini gak mungkin nyata! Abah gak mungkin ninggalin Hana sendirian! Gak! Abah ..." Hana berteriak histeris hingga membuat orang-orang yang ada di ruang tamu terkejut. Adam pun juga sama terkejutnya. Dia langsung berdiri dan lari menghampiri istrinya di dalam kamar.Saat Hana akan keluar dari kamar, dia menubruk Adam yang secara bersamaan hendak masuk ke dalam. "Minggir, Mas! Aku mau ketemu Abah," kata Hana sambil berusaha melewati Adam. Dipeluknya sang istri yang semakin histeris. "Hana, kamu yang sabar. Kamu harus ikhlas melepas kepergian Abah," ucap Adam lirih. "Ngomong apa, sih, kamu, Mas? Jangan ngawur! Abah itu masih hidup. Tadi saja Abah panggil nama Hana kok," sangkal Hana. Adam tak mengira jika kepergian Abah Hasan akan membuat Hana seperti dulu lagi. Seperti saat kehilangan anak mereka. Tanpa

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-05
  • Wanita Hamil itu Maduku   Bab 46. Ada Apa Ini?

    Hana menyadari ada hal yang terjadi selama dia dan Adam pergi. Wajah Bi Imah terlihat ketakutan ketika melihat Alya yang tiba-tiba muncul. Hana pun turun dari mobil dan segera masuk ke dalam rumah setelah sebelumnya suami dan juga madunya masuk terlebih dahulu. Namun langkah Hana terhenti ketika melihat Bi Imah kembali ke luar. "Bi, apa semua baik-baik saja?" tanya Hana dengan berbisik. Bi Imah terlihat menggeleng sedikit agak ragu. "Apa Bibi diancam? Bibi terlihat ketakutan," sambung Hana lagi. "Itu, Bu, Mbak Alya —""BI IMAH, KEMARI!" teriak Adam dengan nada bicara seperti sedang marah. Hana dan Bi Imah pun terkejut dan saling berpandangan. Tak lama kemudian mereka masuk dan menyusul Adam serta Alya di ruang tamu. Terlihat hanya ada Adam dan Alya. Kemungkinan Keenan sudah dibawa masuk ke dalam kamar karena memang tadi sudah mengantuk. "Iya, Pak. Ada yang bisa saya bantu lagi?" tanya Bi Imah dengan kedua tangan bertautan di depan perut. "Apa benar Bibi selama saya dan Hana ti

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-08
  • Wanita Hamil itu Maduku   Bab 47. Pengakuan

    Hana semakin yakin ada sesuatu yang terjadi selama dia dan Adam tidak ada di rumah. Namun, untuk membuat Bi Imah buka mulut juga cukup sulit karena diancam oleh Alya. "Bu, saya permisi ke belakang dulu!" ucap Bi Imah menunduk. Dia tak berani menatap Hana maupun Alya. Hana pun membiarkan Bi Imah pergi. Sementara itu, Alya dan Hana saling menatap. Keduanya menatap dengan emosi. "Apa yang sudah kamu lakukan sama Bi Imah, Al? Bukankah aku pergi kita masih baik-baik saja? Kenapa kamu sekarang seperti ini?" tanya Hana yang merasa bingung dengan kondisi rumahnya setelah dia tinggal. Terlihat Alya tertawa seperti mengejek. "Apa? Baik-baik saja, Mbak? Apa aku gak salah dengar?"Tawa Alya semakin kencang. Dia pun mendorong tubuh Hana hingga mundur beberapa langkah. "Jangan kira aku gak tahu kamu nyuruh Bi Imah melakukan apa, Mbak! Dan aku gak terima itu! Mbak Hana ... Mbak Hana, gak akan aku biarkan kamu dengan mudahnya menghancurkan pernikahanku dengan Mas Adam. Oh iya, aku mau kasih tau

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-10

Bab terbaru

  • Wanita Hamil itu Maduku   Bab 98. Tanda-tanda

    Perasaan Adam dan Hana campur aduk. Mereka tidak mau bahagia lebih dahulu karena belum ada bukti, biarpun yang memeriksa Hana adalah dokter kandungan. Selama perjalanan menuju poliklinik Dokter Arif, Hana dan Adam saling berpegangan. Mereka menguatkan satu sama lain. Mereka akan melalui hari ini secara bersama-sama apapun hasilnya. "Aku takut, Mas," kata Hana ketika mereka menunggu di ruang tunggu depan poliklinik kandungan. "Kita hadapi sama-sama, ya! Berdoa saja semoga hasilnya sesuai dengan apa yang kita harapkan.""Aamiin."Hana dan Adam masih menunggu karena jadwal praktek Dokter Arif masih setengah jam lagi. Sudah ada beberapa ibu hamil yang juga ikut menunggu. Rasa rindu menghinggapi Hana ketika melihat hal itu. Dia rindu dengan Kanaya. Rindu akan tawa kecil yang selalu menghiasi harinya kala itu. Rindu hingga membuat Hana berharap jika dirinya saat ini benar-benar hamil. Setengah jam kemudian, mereka melihat Dokter Arif masuk ke dalam ruangan. Hati keduanya semakin berdeb

  • Wanita Hamil itu Maduku   Bab 97. Hana Pingsan

    Kesedihan Hana tak berlangsung lama karena dia harus terus menjalani hidupnya. Masih ada Keenan dan juga Adam yang membuatnya bahagia. Tak ada waktu untuk bersedih. Dia harus bisa mensyukuri pemberian dari Allah setelah semua yang telah dia lalui. Dua bulan berlalu setelah kejadian testpack pagi itu. Hana semakin hari semakin giat bekerja. Sekarang bisnis Adam dan Hana mereka kelola sendiri-sendiri. Hana fokus pada bisnis baju-bajunya. Sedangkan Adam meneruskan bisnisnya yang sudah lama. "Kamu kok pucat sekali, Sayang? Kamu lagi sakit?" tanya Adam saat mereka hendak berangkat bekerja. Hana menggeleng pelan. Dia memang merasakan pusing. Tapi karena ada pekerjaan yang harus dia selesaikan, Hana terpaksa berbohong pada Adam. Jika Adam sampai tahu kalau dia sakit, pasti Adam tidak akan mengizinkannya untuk bekerja. Hana sudah terlalu mencintai pekerjaannya itu. Dengan bekerja, dia akan sedikit melupakan keinginannya untuk mempunyai anak. "Kamu yakin?" tanya Adam lagi untuk memastikan

  • Wanita Hamil itu Maduku   Bab 96. Testpack

    "Ah rasanya aku sudah lupa hamil itu seperti apa. Apa aku cek saja? Tapi, nanti kalau hasilnya tak sesuai yang aku harapkan, pasti aku sedih. Tapi, aku penasaran juga. Toh aku juga sudah terlambat haid sudah hampir seminggu."Hati Hana bimbang. Dia merasa belum siap tapi penasaran juga. Apalagi dia juga sudah sangat merindukan kehadiran buah hati kembali. Walaupun ada Keenan, bukankah anak dari darahnya sendiri itu membahagiakan? Jikalau benar dia hamil, Hana berjanji akan tetap menyayangi Keenan seperti sebelumnya. Tanpa sepengetahuan Adam, Hana pergi ke apotik untuk membeli testpack. Dia memasukkan benda tipis itu ke dalam tasnya dan kembali lagi ke kantor. Kebetulan ada apotik yang dekat dengan tempat yang dijadikan kantor oleh Adam. Di kantor, dia pun bekerja seperti biasanya. Saat pertama kali Adam masuk ke kantornya, dia sangat kagum dengan banyaknya perubahan. Bahkan ada beberapa bisnis baru yang dikerjakan oleh Hana dan itu sangat diapresiasi oleh Adam. "Kamu darimana, Saya

  • Wanita Hamil itu Maduku   Bab 95. Tertangkap

    "Kenapa kamu bisa sampai di sini, Lun?" tanya Hana yang kebingungan melihat sahabat yang sudah lama tidak ditemui sekarang ada di rumahnya. Bahkan sampai Marvin ada di rumahnya. Padahal mereka sudah lama sekali tidak berkomunikasi. Luna tak menjawab. Dia mengajak Hana dan Lita untuk duduk terlebih dahulu. Lalu, Luna mengambilkan air minum untuk diminum mereka berdua. Tujuannya agar bisa membuat keadaan keduanya lebih tenang. Sayup-sayup terdengar beberapa orang yang tengah berbisik. Saat itu juga mendadak rumah Hana menjadi ramai. Hana sampai dibuat bingung karenanya. "Terima kasih," ucap Hana setelah kondisinya agak tenang. Keenan pun juga ikut tenang saat melihat Hana tenang. Suasana menjadi hening. Baik Hana maupun Luna tidak saling bicara. Dan mata Hana pun menatap Luna seolah sedang menunggu jawaban dari sahabat yang sudah lama tidak dia temui itu. "Luna ..." ucap Hana lirih. "Iya, Hana. Kamu mau tahu kenapa aku dan Mas Marvin bisa di sini? Iya, kan?" Hana mengangguk cepat.

  • Wanita Hamil itu Maduku   Bab 94. Teror di Rumah Hana

    Sebuah bungkusan plastik yang isinya sudah berhamburan keluar. Banyak darah di sekitar plastik hitam itu. Hana bertakbir karena terkejut melihat hal itu. Tak lama kemudian terdengar lagi suara kaca dilempar batu. "Astaghfirullah hal adzim!" seru Hana dan Lita hampir bersamaan."Apa lagi itu, Bu?" tanya Lita yang melihat kertas yang sudah diremas-remas ada di dekat batu yang dipakai untuk melempar. Hana dengan hati-hati mengambil kertas itu dan membukanya. Matanya melotot ketika melihat tulisan berwarna merah menyala itu. "MAT* KALIAN!" eja Lita saat membaca tulisan yang ada di kertas. "Siapa yang melakukan ini, Bu? Saya takut sekali, Bu," kata Lita kemudian. "Ayo kita masuk ke dalam kamar! Aku harus minta bantuan karena kita sudah diteror," balas Hana. Dia kemudian mengajak Lita untuk ke kamarnya. Saat itu Hana ponsel Hana terletak di dalam kamarnya. Dengan langkah yang cepat keduanya berjalan menuju ke kamar Hana. Sesampainya di kamar, Hana segera mengambil ponsel miliknya unt

  • Wanita Hamil itu Maduku   Bab 93. Pengakuan Lita

    Hana membawa Lita ke klinik terdekat untuk diperiksa. Masih dengan ditemani pengacara dan juga polisi. Dan saat pemeriksaan Lita selesai, Hana pun pulang ke rumah.Asam lambung Lita naik karena dia terlalu stres dan juga makan tidak teratur. Dia membawa Lita pulang ke rumah agar bisa dipantau dengan baik. "Dia siapa, Nak?" tanya Ibu Muh saat mengantarkan Keenan pulang ke rumah Hana. "Dia karyawan Mas Adam, Bu. Ada hal yang ingin dia sampaikan ke Hana tapi kemarin dia sempat hilang. Baru tadi ketemu tapi malah dia sakit," jawab Hana. "Oh begitu. Semoga masalahmu cepat selesai, ya, Nak. Dan semoga Nak Adam cepat pulih juga seperti semula.""Aamiin. Terima kasih, ya, Bu, sudah mau Hana repotkan terus.""Gak apa-apa, Nak. Ibu malah senang jadi ada kegiatan ngurus Keenan. Badan Ibu rasanya sakit kalau gak dipakai ngapa-ngapain," sahut Ibu Muh. Walaupun menempuh jarak yang tidak dekat, Ibu Muh tidak pernah mengeluh. Dia dan Pak Muh sama-sama baiknya. Terkadang Ibu Muh diantar Pak Muh ke

  • Wanita Hamil itu Maduku   Bab 92. Bertemu Lita

    Hana terus memaksa Lina untuk mengantarkan dirinya ke tempat Lita. Dia sudah tidak sabar mengetahui apa yang hendak dibicarakan oleh Lita kepadanya. "Tapi Lita bilang nanti setelah pulang kantor, Bu. Lita bilang takut ada yang mengikuti," ucap Lina mengutarakan alasannya. "Siapa yang akan mengikuti? Sebenarnya apa yang Lita tahu? Apa kamu tahu?" tanya Hana pada Lina. Lina menggelengkan kepala. Lina hanya penyampai pesan. Dia memang tak tahu apapun karena dia bukan di bagian keuangan. Dia dan Lita memang sudah berteman lama dan kebetulan bertemu kembali di satu kerjaan. Hanya Lina yang Lita percaya. Sehingga dia memberikan pesan untuk Lina sampaikan pada Hana. Dia sudah tak bisa menahan rahasia bisnis Adam lebih lama lagi karena ada beberapa orang yang mencari dirinya. "Kamu gak usah takut. Nanti sebelum kita sampai di tempat Lita, kita mampir ke kantor polisi untuk minta pengawalan dan perlindungan," ucap Hana menjawab kegundahan Lina. Setelah memikirkannya matang-matang, akhirn

  • Wanita Hamil itu Maduku   Bab 91. Kabar Baik

    Hana mengendari motor dengan kecepatan yang cukup tinggi. Dalam otaknya hanya berpikiran supaya cepat sampai di rumah sakit. Air matanya tak berhenti mengalir di sepanjang jalan. Tentu saja dia sudah menitipkan Keenan pada Bu Muh. Kebetulan atau tidak, Allah sudah merancang semuanya. Saat pihak rumah sakit menelepon dan meminta Hana untuk datang, kebetulan yang pas karena Bu Muh sedang berkunjung. Perjalanan kali ini terasa sangat lama sekali padahal Hana sudah berusaha cepat. Sebenarnya pihak rumah sakit tak menjelaskan apapun. Hanya saja Hana khawatir dan sampai punya pikiran yang tidak-tidak karena petugas yang menelepon dirinya mengatakan jika ada hal yang mendesak yang mengharuskan Hana untuk datang saat itu juga. "Dok! Sus! Ada apa? Suami saya baik-baik saja, kan?" Setengah berlari Hana menghampiri dokter dan perawat yang tengah berdiri di depan ruangan ICU. Keduanya sontak menoleh ke arah Hana tanpa ekspresi apapun. "Mari ikuti saya, Bu!" ajak perawat itu. Pintu ICU dibuka

  • Wanita Hamil itu Maduku   Bab 90. Temuan

    Kejanggalan itu terjadi beberapa tahun lamanya. Dan suaminya tak menyadari hal itu. Dalam hatinya Hana bertekad harus menemukan Lita bagaimana pun caranya. Dia kemudian keluar dari ruangan dan mencoba bertanya ke beberapa karyawan yang ada di sana. Namun sayang tidak ada satu pun yang tahu alamat rumah Lita karena Lita hanya menyewa kamar. "Dulu sebelum pindah saya tahu, Bu. Tapi sudah hampir sebulan dia pindah dan saat saya mau main ke kosnya selalu tidak boleh sama Lita," kata teman yang bisa dibilang dekat dengan Lita saat ke kantor. "Oh begitu, ya. Boleh gak saya minta alamat kos yang lama?"Karyawannya itu langsung menuliskan sebuah alamat dan menyerahkannya kepada Hana. Hari berikutnya, Lita benar-benar tidak masuk kantor. Itu dapat diartikan bahwa Lita benar-benar mengundurkan diri dari kantornya. Setelah menyelesaikan beberapa urusan kantor, Hana keluar kantor dengan tujuan ke alamat kos Lita yang lama. Setelah berputar selama kurang lebih satu jam akhirnya Hana dapat men

DMCA.com Protection Status