Share

Bab 32. Kecewa

Penulis: flam_boyan
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-17 00:48:47

Hana menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia sama sekali tidak melakukan perbuatan itu.

"Tidak, Mas, bukan aku. Buat apa aku melakukan itu kepada bayi kecil yang tak berdosa? Jangankan mencubit, Hana hendak menyentuh Keenan saja tidak boleh sama Alya," sanggah Hana cepat.

"Gak usah ngeles atau beralasan, Mbak! Jelas-jelas ini perbuatan Mbak Hana, kan? Bukankah tadi aku sudah peringatkan Mbak Hana untuk tidak masuk ke sini? Kenapa Mbak Hana nekat? Pasti karena ingin melakukan ini, kan? Iya, kan?" Alya terus saja mengintimidasi Hana tanpa ampun.

"Gak, Mas! Bohong itu, Mas. Aku hanya —"

"Sudah ... Sudah! Aku pusing mendengar kalian berdebat! Alya, cepat tenangkan Keenan dulu. Hana, kamu bisa keluar dari kamar ini, kan?" potong Adam sebelum Hana selesai bicara.

"Aku kecewa sama kamu, Mas!" ucap Hana sebelum meninggalkan kamar Alya.

Tentu saja Alya puas dan bisa tersenyum senang, walaupun dia harus mengorbankan bayi kecilnya. Ya, sebenarnya Alya sendirilah yang mencubit bayi itu saat Adam
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Neil Lita
istri sah yg tolol
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
trus aja bertahan dgn kebodohan hana
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Wanita Hamil itu Maduku   Bab 33. Akting

    Setelah selesai sholat subuh, Abah Hasan berpamitan untuk pulang karena ada hal yang harus Beliau kerjakan. Ayah Tri yang sejatinya akan berangkat bersama dirinya saat subuh tidak jadi karena Ayah Tri semalam setelah selesai mengobrol langsung pulang karena ada satu dan lain hal. "Abah pamit dulu, ya, Nduk. Ingat, yang akur sama Alya." Sebuah nasehat yang sudah pasti terlontar dari mulut Beliau. "Nggih, Bah. Hati-hati, ya, Bah! Kabari Hana kalau sudah sampai," jawab Hana."Adam, jaga dua istrimu baik-baik. Jika memang kamu sudah tidak sanggup dengan keduanya, kembalikan Hana pada Abah." Ucapan yang sangat mengena di hati Adam. Kali ini Adam hanya merespon dengan anggukan. Setelah berpamitan, Abah Hasan diantar oleh Adam ke terminal. Tak ada obrolan yang berarti diantara keduanya karena Adam agak canggung. "Hati-hati, Bah! Terima kasih sudah berkenan datang," ucap Adam ketika Abah Hasan hendak masuk ke dalam bus. "Sama-sama. Abah titip Hana, ya, Dam. Jaga dia dan ingatkan dia jika

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-18
  • Wanita Hamil itu Maduku   Bab 34. Fitnah Lagi

    Hana tertawa kecil dan menertawakan kondisinya ini. Sungguh tidak menyangka jika dia mempunyai madu bermuka dua dan pandai bersilat lidah. Jangankan menggendong Keenan, masuk ke kamar Alya saja tidak. Dia tahu diri setelah Alya melarangnya untuk dekat-dekat dengan Keenan. Dia paham betul rasanya menjadi ibu baru dan ibu muda. "Apa yang harus saya jelaskan untuk hal yang tidak aku lakukan, Mas? Aku sangat menghargai permintaan Alya untuk tidak menggendong Keenan. Aku juga pernah menjadi Ibu, Mas."Adam pun sangat paham sifat Hana. Tentu saja yang dikatakan oleh Hana tidak mungkin bohong. Tapi dia juga tidak mungkin langsung menuduh Alya berbohong. Dia harus memikirkan perasaan kedua istrinya. Jangan sampai mereka berpikir kalau Adam hanya berpihak pada salah satunya. "Iya aku paham. Alya, kenapa kamu begini? Jangan lakukan ini lagi. Kita semua sekarang keluarga. Tolong dengan sangat bantu aku berlayar dalam kapal ini. Jangan sampai kapal ini karam karena sesuatu yang sebenarnya tidak

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-20
  • Wanita Hamil itu Maduku   Bab 35. Minta Maaf

    Setelah kejadian itu, Alya jadi lebih banyak diam dan selalu menghindar ketika bertemu dengan Hana. Tapi itu tak membuat Hana terganggu. Dia semakin enjoy menjalani hari-harinya. Hingga suatu malam, Adam bicara empat mata dengan Alya mengenai hal ini. Karena dia merasa tidak nyaman ketika kedua istrinya tidak saling tegur padahal satu rumah. "Al, boleh aku masuk?" Adam mengintip dari balik pintu sebelum dia masuk."Masuk aja, Mas, ngapain pakai izin segala?" jawab Alya yang tengah memberikan ASI kepada Keenan. Hana mengetahui suaminya masuk ke kamar Alya dan dia sudah terbiasa dengan itu. Tak ingin terlalu penasaran dengan urusan keduanya, Hana memilih duduk di teras sambil menikmati udara malam yang terasa sangat dingin. Lima belas di teras, tiba-tiba Alya menyusulnya dan langsung duduk di sebelah Hana. Tak ada kata apapun yang keluar dari mulutnya. Dia diam seribu bahasa tanpa menatap atau menoleh ke arah Hana. Karena hatinya tengah tenang, Hana pun tidak keberatan jika Alya dud

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-20
  • Wanita Hamil itu Maduku   Bab 36. Mata-mata

    Hana senang bukan main karena sekarang hati Alya mulai melunak. Dia dan Alya sering bergantian menjaga Keenan. Keduanya tampak akur hingga membuat Adam merasa senang. "Alhamdulillah, Ya Allah. Semoga mereka berdua bisa akur seterusnya seperti ini. Aamiin!" Teriring doa dan harapan dari Adam ketika melihat keduanya secara bergantian menjaga Keenan. Tak terasa Adam menitikkan air mata. Air mata bahagia karena Hana dan Alya sudah jarang berselisih paham. Tak ingin kedua istrinya tahu dia menangis, Adam segera menghapusnya dan mulai menghampiri mereka. "Wah seperti lagi asyik, nih! Sampai Mas dilupakan," celetuk Adam dengan gaya bercanda. "Eh, Mas Adam. Iya, ini, Mas, habisnya Keenan lagi lucu-lucunya, Mas. Mas Adam gak ke gudang?" tanya Hana. "Nanti saja, Sayang. Mas masih mau menikmati kebahagiaan ini bersama kalian," jawab Adam sembari tersenyum. "Al, terima kasih karena kamu sudah bisa berubah. Terima kasih juga sudah mengizinkan Hana ikut merawat Keenan. Mas harap kondisi ini a

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-22
  • Wanita Hamil itu Maduku   Bab 37. Ke Luar Kota

    Mata Adam tidak bisa beralih dari Marvin yang sudah naik ke bus. Tempat duduk Marvin tepat berada dibelakang Hana dan tentu saja itu membuat Adam khawatir. [Hati-hati dengan orang yang duduk di belakangmu, Sayang. Ingat itu!] Sebuah pesan di kirim Adam ke ponsel istrinya. Ketika membuka pesan itu, Hana tersenyum dan melihat ke arah Adam. Dia mengangguk pelan sebagai jawaban atas pesan dari Adam. Hana juga melambaikan tangan pada Adam. Jika ditanya apakah Hana tidak khawatir meninggalkan Adam sendirian dengan Alya? Tentu saja tidak. Ada Bi Imah yang sudah siap melaporkan apapun yang terjadi di rumah. "Han, memangnya kamu gak takut pergi jauh?" tanya Luna dengan berbisik. "Takut? Maksudnya takut apa, Lun?" tanya Hana balik dengan menoleh sebentar ke arah Luna. "Kamu gak tahu apa pura-pura gak tahu? Kan, kamu ninggalin suamimu bareng istri keduanya. Mereka jadi bisa punya banyak waktu berduaan, dong, Han. Iya gak?" Alis mata Luna naik-turun dan bibirnya tersenyum lebar. "Lha meman

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-23
  • Wanita Hamil itu Maduku   Bab 38. Cemburu

    Dalam pesannya, Adam marah-marah dan meminta Hana untuk segera pulang padahal Hana baru saja sampai lokasi dan mereka belum melakukan kunjungan. Karena ingin tahu masalah yang sebenarnya, Hana langsung menelepon Adam untuk membicarakan hal ini. "Ass—""Pokoknya aku gak mau tahu, kamu harus pulang! Jika perlu, aku akan menjemputmu!" Belum selesai Hana mengucap salam, Adam sudah mengomel. Hana menghela nafas panjang. Jika diladeni, pasti akan terjadi perang dunia. Dia memilih tak menanggapi ancaman dari Adam itu. "Assalamualaikum, Mas." Hana mengulangi ucapan salamnya. Hening. Adam tak menjawab salam dari Hana. "Menjawab salam dari orang itu wajib hukumnya, lho, Mas," sindir Hana. "Waalaikumsalam," jawab Adam ketus. "Ya Allah, Mas, kamu itu kenapa, sih? Bukannya kemarin Mas sudah mengizinkan? Aku sudah sampai lho, Mas. Dan pagi ini kami serombongan akan berkunjung ke yayasan yang lain. Memangnya ada apa, sih, Mas? Hana benar-benar gak ngerti," ujar Hana panjang lebar. Ya, Hana t

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-26
  • Wanita Hamil itu Maduku   Bab 39. Kabar Buruk

    Hana terlihat menangis. Dia terduduk lemas dengan ponsel masih dia genggam. Ucapan Ibu Tuti membuat tubuh Hana limbung. "Ya Allah, Abah ...." lirih Hana. Air matanya langsung mengalir begitu derasnya. Menyadari ada yang salah dengan Hana, Luna dan Marvin segera menghampirinya. "Han, kamu kenapa?" tanya Luna. Hana menatap Luna dengan mata yang penuh dengan air mata. "Aku harus gimana, Lun? Abah, Lun. Abah!" "Abah? Memangnya Abah kenapa, Han? Bicara jangan setengah-setengah," timpal Luna. Marvin yang tak tahu arah pembicaraan mereka hanya diam sampai semuanya jelas. Jika dilihat dari ekspresi Hana, jelas ada sesuatu buruk yang baru saja dia dengar. "Abah kecelakaan dan sekarang kritis di rumah sakit, Lun. Aku harus bagaimana, Lun? Jarak kota ini dengan kota Abah berkali-kali lipat. Sedangkan di sini juga masih ada acara yang harus kita selesaikan. Aku harus bagaimana, Luna?" Hana sesenggukan karena menahan agar dia tidak menangis dengan kencang. Luna mencoba untuk menenangkan Han

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-27
  • Wanita Hamil itu Maduku   Bab 40. Kritis

    "Ada apa, Bu Hana? Suami kamu marah?" tanya Marvin karena dia mendengar sedikit suara Adam saat berbicara kencang. Hana tersenyum dan menggelengkan kepala. "Tak usah dipikirkan, Pak. Saat ini fokusku hanya gimana caranya sampai di rumah Abah," kata Hana tanpa menjawab pertanyaan Marvin. Marvin mengangguk dan paham. Dia sudah tak berani bertanya lagi dan memilih fokus melihat ke depan. Perjalanan mereka masih sangatlah jauh. Karena sudah hampir gelap, Marvin menawarkan diri kepada Hana untuk makan terlebih dahulu. "Maaf, Pak, saya tidak lapar," tolak Hana halus. Jangankan untuk makan, minum saja Hana tak mampu menelannya. Hanya ada Abah Hasan dalam pikiran Hana, tak ada yang lain selain itu. Bahkan ketika Adam terus-menerus menghubunginya saja, Hana mengabaikannya. Hana tahu kalau Adam akan mengatakan apa jika dia mengangkatnya. Jadi, biarlah Adam berasumsi dengan pikiran dia sendiri. "Kalau kamu tidak makan, nanti kamu sakit, Hana. Kalau kamu sakit, siapa yang akan merawat ayah

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-27

Bab terbaru

  • Wanita Hamil itu Maduku   Bab 98. Tanda-tanda

    Perasaan Adam dan Hana campur aduk. Mereka tidak mau bahagia lebih dahulu karena belum ada bukti, biarpun yang memeriksa Hana adalah dokter kandungan. Selama perjalanan menuju poliklinik Dokter Arif, Hana dan Adam saling berpegangan. Mereka menguatkan satu sama lain. Mereka akan melalui hari ini secara bersama-sama apapun hasilnya. "Aku takut, Mas," kata Hana ketika mereka menunggu di ruang tunggu depan poliklinik kandungan. "Kita hadapi sama-sama, ya! Berdoa saja semoga hasilnya sesuai dengan apa yang kita harapkan.""Aamiin."Hana dan Adam masih menunggu karena jadwal praktek Dokter Arif masih setengah jam lagi. Sudah ada beberapa ibu hamil yang juga ikut menunggu. Rasa rindu menghinggapi Hana ketika melihat hal itu. Dia rindu dengan Kanaya. Rindu akan tawa kecil yang selalu menghiasi harinya kala itu. Rindu hingga membuat Hana berharap jika dirinya saat ini benar-benar hamil. Setengah jam kemudian, mereka melihat Dokter Arif masuk ke dalam ruangan. Hati keduanya semakin berdeb

  • Wanita Hamil itu Maduku   Bab 97. Hana Pingsan

    Kesedihan Hana tak berlangsung lama karena dia harus terus menjalani hidupnya. Masih ada Keenan dan juga Adam yang membuatnya bahagia. Tak ada waktu untuk bersedih. Dia harus bisa mensyukuri pemberian dari Allah setelah semua yang telah dia lalui. Dua bulan berlalu setelah kejadian testpack pagi itu. Hana semakin hari semakin giat bekerja. Sekarang bisnis Adam dan Hana mereka kelola sendiri-sendiri. Hana fokus pada bisnis baju-bajunya. Sedangkan Adam meneruskan bisnisnya yang sudah lama. "Kamu kok pucat sekali, Sayang? Kamu lagi sakit?" tanya Adam saat mereka hendak berangkat bekerja. Hana menggeleng pelan. Dia memang merasakan pusing. Tapi karena ada pekerjaan yang harus dia selesaikan, Hana terpaksa berbohong pada Adam. Jika Adam sampai tahu kalau dia sakit, pasti Adam tidak akan mengizinkannya untuk bekerja. Hana sudah terlalu mencintai pekerjaannya itu. Dengan bekerja, dia akan sedikit melupakan keinginannya untuk mempunyai anak. "Kamu yakin?" tanya Adam lagi untuk memastikan

  • Wanita Hamil itu Maduku   Bab 96. Testpack

    "Ah rasanya aku sudah lupa hamil itu seperti apa. Apa aku cek saja? Tapi, nanti kalau hasilnya tak sesuai yang aku harapkan, pasti aku sedih. Tapi, aku penasaran juga. Toh aku juga sudah terlambat haid sudah hampir seminggu."Hati Hana bimbang. Dia merasa belum siap tapi penasaran juga. Apalagi dia juga sudah sangat merindukan kehadiran buah hati kembali. Walaupun ada Keenan, bukankah anak dari darahnya sendiri itu membahagiakan? Jikalau benar dia hamil, Hana berjanji akan tetap menyayangi Keenan seperti sebelumnya. Tanpa sepengetahuan Adam, Hana pergi ke apotik untuk membeli testpack. Dia memasukkan benda tipis itu ke dalam tasnya dan kembali lagi ke kantor. Kebetulan ada apotik yang dekat dengan tempat yang dijadikan kantor oleh Adam. Di kantor, dia pun bekerja seperti biasanya. Saat pertama kali Adam masuk ke kantornya, dia sangat kagum dengan banyaknya perubahan. Bahkan ada beberapa bisnis baru yang dikerjakan oleh Hana dan itu sangat diapresiasi oleh Adam. "Kamu darimana, Saya

  • Wanita Hamil itu Maduku   Bab 95. Tertangkap

    "Kenapa kamu bisa sampai di sini, Lun?" tanya Hana yang kebingungan melihat sahabat yang sudah lama tidak ditemui sekarang ada di rumahnya. Bahkan sampai Marvin ada di rumahnya. Padahal mereka sudah lama sekali tidak berkomunikasi. Luna tak menjawab. Dia mengajak Hana dan Lita untuk duduk terlebih dahulu. Lalu, Luna mengambilkan air minum untuk diminum mereka berdua. Tujuannya agar bisa membuat keadaan keduanya lebih tenang. Sayup-sayup terdengar beberapa orang yang tengah berbisik. Saat itu juga mendadak rumah Hana menjadi ramai. Hana sampai dibuat bingung karenanya. "Terima kasih," ucap Hana setelah kondisinya agak tenang. Keenan pun juga ikut tenang saat melihat Hana tenang. Suasana menjadi hening. Baik Hana maupun Luna tidak saling bicara. Dan mata Hana pun menatap Luna seolah sedang menunggu jawaban dari sahabat yang sudah lama tidak dia temui itu. "Luna ..." ucap Hana lirih. "Iya, Hana. Kamu mau tahu kenapa aku dan Mas Marvin bisa di sini? Iya, kan?" Hana mengangguk cepat.

  • Wanita Hamil itu Maduku   Bab 94. Teror di Rumah Hana

    Sebuah bungkusan plastik yang isinya sudah berhamburan keluar. Banyak darah di sekitar plastik hitam itu. Hana bertakbir karena terkejut melihat hal itu. Tak lama kemudian terdengar lagi suara kaca dilempar batu. "Astaghfirullah hal adzim!" seru Hana dan Lita hampir bersamaan."Apa lagi itu, Bu?" tanya Lita yang melihat kertas yang sudah diremas-remas ada di dekat batu yang dipakai untuk melempar. Hana dengan hati-hati mengambil kertas itu dan membukanya. Matanya melotot ketika melihat tulisan berwarna merah menyala itu. "MAT* KALIAN!" eja Lita saat membaca tulisan yang ada di kertas. "Siapa yang melakukan ini, Bu? Saya takut sekali, Bu," kata Lita kemudian. "Ayo kita masuk ke dalam kamar! Aku harus minta bantuan karena kita sudah diteror," balas Hana. Dia kemudian mengajak Lita untuk ke kamarnya. Saat itu Hana ponsel Hana terletak di dalam kamarnya. Dengan langkah yang cepat keduanya berjalan menuju ke kamar Hana. Sesampainya di kamar, Hana segera mengambil ponsel miliknya unt

  • Wanita Hamil itu Maduku   Bab 93. Pengakuan Lita

    Hana membawa Lita ke klinik terdekat untuk diperiksa. Masih dengan ditemani pengacara dan juga polisi. Dan saat pemeriksaan Lita selesai, Hana pun pulang ke rumah.Asam lambung Lita naik karena dia terlalu stres dan juga makan tidak teratur. Dia membawa Lita pulang ke rumah agar bisa dipantau dengan baik. "Dia siapa, Nak?" tanya Ibu Muh saat mengantarkan Keenan pulang ke rumah Hana. "Dia karyawan Mas Adam, Bu. Ada hal yang ingin dia sampaikan ke Hana tapi kemarin dia sempat hilang. Baru tadi ketemu tapi malah dia sakit," jawab Hana. "Oh begitu. Semoga masalahmu cepat selesai, ya, Nak. Dan semoga Nak Adam cepat pulih juga seperti semula.""Aamiin. Terima kasih, ya, Bu, sudah mau Hana repotkan terus.""Gak apa-apa, Nak. Ibu malah senang jadi ada kegiatan ngurus Keenan. Badan Ibu rasanya sakit kalau gak dipakai ngapa-ngapain," sahut Ibu Muh. Walaupun menempuh jarak yang tidak dekat, Ibu Muh tidak pernah mengeluh. Dia dan Pak Muh sama-sama baiknya. Terkadang Ibu Muh diantar Pak Muh ke

  • Wanita Hamil itu Maduku   Bab 92. Bertemu Lita

    Hana terus memaksa Lina untuk mengantarkan dirinya ke tempat Lita. Dia sudah tidak sabar mengetahui apa yang hendak dibicarakan oleh Lita kepadanya. "Tapi Lita bilang nanti setelah pulang kantor, Bu. Lita bilang takut ada yang mengikuti," ucap Lina mengutarakan alasannya. "Siapa yang akan mengikuti? Sebenarnya apa yang Lita tahu? Apa kamu tahu?" tanya Hana pada Lina. Lina menggelengkan kepala. Lina hanya penyampai pesan. Dia memang tak tahu apapun karena dia bukan di bagian keuangan. Dia dan Lita memang sudah berteman lama dan kebetulan bertemu kembali di satu kerjaan. Hanya Lina yang Lita percaya. Sehingga dia memberikan pesan untuk Lina sampaikan pada Hana. Dia sudah tak bisa menahan rahasia bisnis Adam lebih lama lagi karena ada beberapa orang yang mencari dirinya. "Kamu gak usah takut. Nanti sebelum kita sampai di tempat Lita, kita mampir ke kantor polisi untuk minta pengawalan dan perlindungan," ucap Hana menjawab kegundahan Lina. Setelah memikirkannya matang-matang, akhirn

  • Wanita Hamil itu Maduku   Bab 91. Kabar Baik

    Hana mengendari motor dengan kecepatan yang cukup tinggi. Dalam otaknya hanya berpikiran supaya cepat sampai di rumah sakit. Air matanya tak berhenti mengalir di sepanjang jalan. Tentu saja dia sudah menitipkan Keenan pada Bu Muh. Kebetulan atau tidak, Allah sudah merancang semuanya. Saat pihak rumah sakit menelepon dan meminta Hana untuk datang, kebetulan yang pas karena Bu Muh sedang berkunjung. Perjalanan kali ini terasa sangat lama sekali padahal Hana sudah berusaha cepat. Sebenarnya pihak rumah sakit tak menjelaskan apapun. Hanya saja Hana khawatir dan sampai punya pikiran yang tidak-tidak karena petugas yang menelepon dirinya mengatakan jika ada hal yang mendesak yang mengharuskan Hana untuk datang saat itu juga. "Dok! Sus! Ada apa? Suami saya baik-baik saja, kan?" Setengah berlari Hana menghampiri dokter dan perawat yang tengah berdiri di depan ruangan ICU. Keduanya sontak menoleh ke arah Hana tanpa ekspresi apapun. "Mari ikuti saya, Bu!" ajak perawat itu. Pintu ICU dibuka

  • Wanita Hamil itu Maduku   Bab 90. Temuan

    Kejanggalan itu terjadi beberapa tahun lamanya. Dan suaminya tak menyadari hal itu. Dalam hatinya Hana bertekad harus menemukan Lita bagaimana pun caranya. Dia kemudian keluar dari ruangan dan mencoba bertanya ke beberapa karyawan yang ada di sana. Namun sayang tidak ada satu pun yang tahu alamat rumah Lita karena Lita hanya menyewa kamar. "Dulu sebelum pindah saya tahu, Bu. Tapi sudah hampir sebulan dia pindah dan saat saya mau main ke kosnya selalu tidak boleh sama Lita," kata teman yang bisa dibilang dekat dengan Lita saat ke kantor. "Oh begitu, ya. Boleh gak saya minta alamat kos yang lama?"Karyawannya itu langsung menuliskan sebuah alamat dan menyerahkannya kepada Hana. Hari berikutnya, Lita benar-benar tidak masuk kantor. Itu dapat diartikan bahwa Lita benar-benar mengundurkan diri dari kantornya. Setelah menyelesaikan beberapa urusan kantor, Hana keluar kantor dengan tujuan ke alamat kos Lita yang lama. Setelah berputar selama kurang lebih satu jam akhirnya Hana dapat men

DMCA.com Protection Status