Home / Lainnya / Wanita Hamil di Restoran Suamiku / Bab 7 - Siapa Gadis Kecil Itu Sebenarnya?

Share

Bab 7 - Siapa Gadis Kecil Itu Sebenarnya?

Author: Azzgha Fatih
last update Last Updated: 2023-05-16 13:04:44

Siapa Gadis Kecil Itu, Sebenarnya?

Kami berputar di gang komplek bagian belakang, yang nyaris tak pernah kulewati. Allisya menunjukkan arah setiap kali kami menemukan perempatan.

Jauh juga ternyata. Mengapa Khiara lebih suka main di taman tadi, sementara taman di gang belakang pun ada.

"Ini rumahnya, Ma!" teriak Allisya, ketika aku hampir melewati rumah yang bangunannya sama semua.

"No. 28?" tanyaku untuk memastikan.

"Iya, Ma. Itu Khiara!" tunjuknya pada gadis kecil tadi tang baru saja masuk ke halaman samping rumahnya.

"Khiara!" panggil Allisya tak sabar. Suaranya memekik, membuat gadis kecil itu lantas menoleh ke arah kami berdiri.

Khiara berlari ke arah kami masih dengan wajah cemberutnya. "Ada apa, Tan?" tanyanya.

Aku hanya membalasnya dengan senyuman, sebab ada Allisya yang akan menjelaskan.

"Aku mau pinjamin sepeda ini buat kamu. Nanti, Mamaku yang ambil kembali ke sini," jelas Allisya dengan lembut.

"Memangnya, aku enggak boleh, ya, antar sendiri ke rumahmu?" tanya gadis itu sedikit sinis.

Ah, kenapa setiap ingin berbuat baik, selalu ada saja yang menyalah artikannya.

"Memangnya kamu tau rumah Al?" tanyaku.

"Nanti bisa kucari, Tante. Tinggal sebutkan aja alamatnya. Pasti tidak jauh dari sini, bukan?"

Aku mengangguk. Anak ini butuh diajari, jadi tak perlu kubalas dengan mengasarinya. Sudahlah, lama-lama aku akan kenal dengan orang tuanya. Kuharap, aku bisa berbicara pada orang tuanya dari hati ke hati.

Kuminta Khiara membukakan pintu pagar seukuran pintu biasa, agar aku leluasa memasukkan sepeda Allisya ke dalam halaman rumahnya. Tanpa sengaja, aku melirik ke arah mobil yang terparkir di halaman depan yang tertutup oleh pagar besi setinggi sekitar dua meter.

Kutajamkan kedua netraku, berdiri mendekat di sela pagar besi itu.

Mobil Mas Irwan di dalam sana? Sedang apa?

"Khia, ke mana lagi kau?"

Aku terkesiap mendengar teriakan dari dalam. Khiara pun meminta kami untuk segera pergi, seraya menaiki sepeda itu ke halaman samping rumahnya.

"Ma, ada apa?" tanya Allisya, melihatku segera bersembunyi di dinding pinggir pagar.

"Gak pa-pa. Kayaknya, Khiara dipanggil Mamanya atau siapanya. Daripada dia dimarahi, lebih baik kita pulang," jelasku. Allisya tampak bingung dengan jawabanku yang mungkin baginya tak masuk akal.

Ya, mana mungkin ada orang tua tiba-tiba marah ketika anaknya sedang kedatangan tamu, bukan?

Sebetulnya aku penasaran sekali ingin melihat wanita bersuara cempreng yang barusan memanggil Khiara. Apakah dia wanita yang sama dengan yang mengaku sebagai pemilik restoranku. Sebab, dari suaranya sangat mirip.

Sebentar lagi sudah hampir maghrib, sementara Allisya belum mandi. Terpaksa kutinggalkan rumah itu bersama dengan gadis kecil yang duduk miring di depan sadelku. Mengayuh sepeda dengan perasaan yang nyaris runtuh.

Bagaimana tidak, mobil suamiku terparkir di rumah orang yang tidak kukenali. Setelah dia pulang bekerja, ternyata bukan aku yang pertama kali ia tuju. 'Siapa dia, Mas?' tanyaku di dalam hati.

Kami sampai di depan rumah. Kuminta anakku segera masuk dan mandi, sementara aku menaruh sepeda di garasi. Bangunan awal rumah kami sebetulnya sama dengan rumah yang tadi Khiara masuki. Hanya saja, rumah kami telah direnovasi area depan dan halaman samping, dibuat garasi mobil, motor dan sepeda.

Biasanya, setiap kali Mas Irwan sedang ingin libur mengontrol resto, ia akan mengajak kami bersepeda di area komplek atau bahkan ke taman-taman di luar komplek.

Sudah beberapa bulan ini, pria yang telah membersamaiku sekian tahun itu tak pernah lagi mengajak kami bersepeda.

**

Sudah jam 18.30, aku dan Allisya sudah berjamaah maghrib. Gadis kecilku merajuk tak mau makan, sebab rindu makan bersama Papanya. Ya, kami bahkan sudah jarang makan malam bersama dengan alasan, semakin malam resto semakin ramai.

"Ayolah, Cantik, makan dulu." Aku mencoba membujuknya.

"Maunya makan sama Papa. Al gak mau, lama-lama jadi seperti Khiara yang tidak pernah makan malam sama Papanya," rengek Allisya.

"Lho, memang Papanya Khiara ke mana?" tanyaku. Penasaran juga dengan latar keluarga gadis kecil itu. Jika benar orang tuanya adalah wanita hamil itu, artinya Khiara ada hubungannya dengan Mas Irwan.

"Gak tau, Ma. Khiara selalu marah, setiap aku atau teman-teman lain ngomongin Papa. Dia bilang, "Jangan pamer, nanti Papa kalian diambil sama Allah, dilempar ke laut, mau?"

"Lho, kok Khiara bicara seperti itu?"

"Gak tau, Ma. Dia gak mau cerita. Bisanya marah aja, tapi Al suka main sama dia, Ma. Dia suka perhatian sama Al," jelas anakku gadisku.

"Perhatian seperti apa, contohnya?" Aku menyelidik, seraya menguncir rambut panjang yang hitam dan lebat itu.

"Kalau Al ceroboh, selalu diingatkan. Al mau jatuh, ditolongin. Tapi memang suka marah juga, Ma." Allisya tetap asik dengan krayon di tangannya, menggoreskannya ke atas buku gambar.

"Baik juga, ya, Khiara. Kamu tau, siapa Mamanya?" Semoga saja, Khiara pernah menyebutkan nama Mamanya pada Allisya.

Allisya menggeleng cepat. Yah! Pupus sudah harapanku bisa mengetahui nama Ibunya Khiara. "Tapi Al tau nama Neneknya yang suka ngomel," tukas Allisya, tanpa kuduga.

"Hus, gak boleh bicara seperti itu. Memang siapa nama Neneknya?" tanyaku lagi, dengan dada berdegar kuat. Aku tak sabar ingin mendengar nama itu, tetapi tetap harus mengingatkan ketika anakku berbicara kurang sopan.

"Nenek Rita. Gak mau dipanggil Nenek, katanya Mama saja. Khiara bilang, Nek Rita itu suka sekali marah-marah sama Khiara."

Degh!

"Kuncinya dibawa Ibu Rita, Bu." Seketika ucapan Nining kemarin siang kembali berputar di telingaku.

Jadi, benar itu adalah rumah wanita hamil dan Ibunya yang bernama Rita itu? Khiara, apa anaknya wanita hamil itu dengan Mas Irwan?

Jika benar, artinya Khiara dan Allisya bersaudara, begitu?

Bersambung ....

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Neng Nengsih
ahir nyh tauu juga **
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Wanita Hamil di Restoran Suamiku   Bab 8 - Akting

    AktingEnggak! Aku tidak terima. Usia Khiara dua tahun di atas anakku. Tidak mungkin Mas Irwan menikahiku setelah menikah dengan wanita itu. Jika benar, artinya aku si pe_la_kor itu? Enggak! Enggak mungkin!"Gak mungkin!" ucapku sedikit lirih, seraya menjambak rambutku yang memang kubiarkan tanpa penutup. Jika di dalam rumah, aku selalu menanggalkan hijabku."Mama kenapa?" tanya Allisya bagai udara yang menguap begitu saja.Bayangan bahagia di hari pernikahan kami kini berputar kembali bagai film yang tersiar di televisi.Mas Irwan bukan berasal dari keluarga berada. Tetapi, dia memang memiliki kemampuan yang sangat baik di bidang tata boga. Kabarnya, Mas Irwan memang sangat ingin menjadi seorang koki. Hal itu terlaksana ketika ia menikahiku. Papa membiayai kuliahnya ke jurusan tata boga, hingga pada akhirnya Mas Irwan menjadi koki terkenal di Ibukota ini.Dua tahun pernikahan kami, saat usia Allisya baru satu tahun, ada seorang teman yang mengajaknya membuka usaha kuliner. Tapi sayan

    Last Updated : 2023-05-16
  • Wanita Hamil di Restoran Suamiku   Bab 9 - Sedikit Hukuman

    Sedikit Hukuman"Kok, menjauh?" selidiknya."Aku masih haid!" tukasku."Iya, tau. 'Kan cuma mau peluk," lirihnya."Gak usah. Nanti ujung-ujungnya minta juga. Aku malas debat," ucapku, menarik bed cover dan membawanya ke sofa di kamar kami."Lho, mau ke mana?""Sini. Mas tidur di sini, biar aku di kasur," panggilku setelah menyiapkan bed cover ke atas sofa."Kenapa? Aku gak minta, janji!" Dia mengangkat dua jari ke udara dan aku hanya tersenyum sinis."Gak tau. Bawaannya aku malas tidur seranjang, Mas. Udah, sini. Atau aku tidur di kamar Al?""Oke. Ya, udah, kamu tidur di sini biar Mas di sofa." Pria itu akhirnya beringsut pindah ke sofa dan aku segera pindah ke ranjang kami yang besar.Tatapannya terus saja memindai ke arahku, sepertinya bingung dengan sikapku."Mas kayaknya besok masih harus ke Tangerang, ya. Yang di sini, biar sama Badrun," ucapnya yang sudah mulai memejamkan mata. Aku menoleh bak busur panah yang siap menancap. Mana ada Badrun bunting, Mas! batinku ingin marah."Ok

    Last Updated : 2023-05-16
  • Wanita Hamil di Restoran Suamiku   Bab 10 - Semua Aman di Tangan Nadia

    Semua Aman di Tangan Nadia"Jangan-jangan, kamu sudah mengganti kodenya?" tudingku.Mas Irwan menoleh, bibirnya memaksakan senyuman seraya menggaruk tengkuk."Emm ... iya, Sayang. Bosan aja pake kode lama. Jadi, Mas ganti dengan kode baru," cicitnya masih menggaruk tengkuknya."Bosan, kamu bilang? Itu tanggal pernikahan kita, Mas! Kamu bosan dengan pernikahan kita? Atau jangan-jangan, kamu ganti kode brankas kita dengan tanggal pernikahan keduamu? Iya?" tudingku lagi, tak kuasa menahan gemuruh di dadaku."Sayang ... kamu ngomong apa, sih? Sudah, ah, gak usah dibesar-besarkan. Malu, dilihat Allisya. Lagi pula, kodenya pake tanggal lahir Allisya, kok," desisnya dengan nada nyaris tak terdengar.Apa? Tanggal lahir Allisya? Mengapa kemarin aku tidak terpikir ke sana. Apa aku hanya terlalu mencurigainya saja?Aku tak menjawab lagi. Gegas menyusul Allisya yang sudah duduk menunggu di dalam mobil. Aku bahkan malas mengucap pamit lagi padanya.**Sesampainya di resto, aku tak melihat kehadira

    Last Updated : 2023-05-16
  • Wanita Hamil di Restoran Suamiku   Bab 11 - Tertangkap Basah

    Tertangkap BasahWanita itu menoleh dan seketika membulatkan mata, hingga bibirnya pun terbuka. Tangan kanannya ia angkat untuk menutup bibirnya.Aku tersenyum tipis, lantas terkekeh hingga ia semakin lama semakin memucat."Eh, Ibu. Ma-maaf, saya bukan siapa-siapa. Iya, 'kan, Bu?" jawabnya, tergesah-gesah mencubit lengan Ibunya."Heh, kamu gimana, sih?" bisik sang Ibu seraya membolakan mata. Sementara aku, masih menatap keduanya secara bergantian. Bahkan posisiku masih tetap sama dengan tangan bersilang di depan dada, agar terkesan santai, tetapi mencekam bagi mereka berdua."Kalau bukan siapa-siapa, kenapa harus memarahi koki saya? Mereka sedang bekerja, sedang berusaha memberikan yang terbaik untuk pelanggan kami." Aku mencoba mengomelinya namun tetap dengan nada yang santai."Ka-kami juga laper. Sudah nunggu dari tadi, ya, Bu." Sang anak masih saja menoleh pada Ibunya, seolah mencari dukungan. Tetapi, agaknya sang Ibu tak mau mendukung. Terlihat wanita setengah baya itu justeru mel

    Last Updated : 2023-05-17
  • Wanita Hamil di Restoran Suamiku   Bab 12 - Genderang Perang

    Genderang PerangPoV Author'Kurang aj*r sekali wanita ini. Dia tidak tahu bagaimana pengorbanan Papa untuk mendapatkan dan memberikan ini semua padaku. Seenaknya dia ingin kepemilikan restoran ini menjadi nama anaknya,' batin Nadia."Jangan harap!" balas Nadia. "Terserah, siapapun kalian. Yang jelas, saya tidak akan menyerahkannya seujung kuku pun. Bahkan sendok di restoran ini pun, tidak akan saya biarkan menjadi milik kalian." Membalas menunjuk wajah keduanya.Mereka pun keluar, meninggalkan Nadia dengan dada yang amat bergemuruh. Sepertinya, diam di sana pun tidak akan ada gunanya, sebab hati Nadia teramat sakit atas apa yang selama ini Irwan lakukan.Nadia mengekor di belakang, bukan untuk mengikuti mereka, melainkan menemui Allisya yang mungkin sedang makan.Wanita cantik itu sudah tak sabar, ingin bertemu dengan Irwan dan mempertanyakan semuanya dengan beberapa bukti yang sudah ada di tangannya."Cepat makannya, Sayang." Nadia mengelus punggung gadis kecilnya, menunggu dengan p

    Last Updated : 2023-05-19
  • Wanita Hamil di Restoran Suamiku   Bab 13 - Langkah Selanjutnya

    Langkah Selanjutnya"Kamu ini bicara apa, sih, Sayang? Apa kamu tega, melihat Allisya bersedih karena pertengkaran kita? Apalagi jika aku sampai dipenjara. Apa, sih, sebetulnya yang membuatmu semarah ini padaku?" tanya Irwan, menurunkan nada bicaranya. Tangannya terulur hendak mendekap tubuh sang istri.Dengan kasar, Nadia menepis kedua tangan suaminya. "Jika dulu kedua tanganmu seperti selimut pelindung bagiku, tapi tidak dengan sekarang. Bagiku, kedua tanganmu adalah maling yang sedang menyamar sebagai peri.""Ya Allah ... tambah ngaco ngomongnya. Sudah, ya, Mas sedang pusing. Masalah di Tangerang belum selesai, jangan kamu tambah-tambahi dengan masalah tidak jelas ini. Plis, Sayang, kamu hanya terlalu kebanyakan nonton drama," pungkas Irwan, melemaskan tubuhnya seperti sedang menahan diri dari banyaknya permasalahan."Ya. Kamu benar. Karena kebanyakan nonton drama, aku jadi sepintar ini dan tidak akan rela terlalu lama kau bohongi. Sekarang juga kuminta, pergi dari sini!" tegas Nad

    Last Updated : 2023-05-20
  • Wanita Hamil di Restoran Suamiku   Bab 14 - Pertarungan Dimulai

    Pertarungan DimulaiPoV AuthorDi dalam tas besar yang Nadia bawa, ada beberapa berkas aset miliknya sebelum menikah, pemberian orang tua dan ada sedikit aset yang dibeli usai menikah juga. Nadia beruntung, barang berharga yang ia amankan di bawah tempat tidur, tidak ditemukan oleh suaminya.Tak hanya berkas aset. Nadia juga sudah mengamankan seluruh surat ijin membuka usaha restoran yang ditandatangani suaminya ketika itu. Jangan lupakan buku nikah yang juga ia selipkan di antara berkas-berkas penting itu."Mama, kita mau ke mana?" tanya Allisya lagi, sedikit lemah."Kita ketemu teman Mama, sebentar, Sayang. Al yang sabar, ya. Kalau ngantuk tidur saja, Sayang." Nadia menoleh ke jok belakang di mana sang anak sudah mulai meringkuk karena bosan.Allisya bukan anak yang sulit diantur, itu sebabnya, Nadia sangat jarang berbicara dengan nada yang keras. Cukup diberi pengertian, maka Allisya akan menurut.Pada akhirnya, Allisya benar-benar tertidur, membuat hati sang Mama merasakan sesak y

    Last Updated : 2023-05-21
  • Wanita Hamil di Restoran Suamiku   Bab 15 - Mencoba Tetap Tegar

    Mencoba Tetap TegarPoV Nadia"Oh, iya, Sayang. Sepedamu masih di Khiara, ya. Kalau begitu, kita ke rumah Khiara dulu ambil sepeda kamu. Habis itu, kita ajak Khiara main bersama. Gimana, mau?" tanyaku dengan nada penuh semangat."Mau, Ma! Yeee ... main sama Khiara lagi!" sorak Allisya kegirangan. Tersenyum aku dibuatnya. Anak ini, selalu saja senang bermain dengan Khiara, meski Khiara kerap bersikap kurang baik.Akhirnya kuputar balikkan kendaraan menuju jalan pulang, di mana sebuah komplek perumahan elit kuhuni dan tanpa sengaja berada satu perumahan yang sama dengan wanita bernama Diniarti itu yang sudah kuduga adalah Mama dari gadis kecil bernama Khiara, teman main Allisya.**Aku sengaja memarkir kendaraannya di depan gang, lalu mengajak Allisya berjalan menuju rumah Khiara. Ketika kami hampir sampai di depan pagar besi warna hitam setinggi orang dewasa itu, sungguh aku dikejutkan dengan keberadaan Mas Irwan yang sedang duduk di kursi teras."Ma, itu Papa!" teriak Allisya, hingga

    Last Updated : 2023-05-23

Latest chapter

  • Wanita Hamil di Restoran Suamiku   Bab 120 - SELESAI

    Di waktu yang bersamaan, Azka Hamam kembali ke rumah. Diam-diam masuk, lalu mengusap puncak kepala sang istri dari belakang. Pria gagah itu memberikan kejutan kecil untuk sang istri. Tadinya, ia berencana membujuk sang istri, demi kesehatan."Astaghfirullah! Mas, aku kaget," pekik Allisya yang tak menduga suami akan kembali."He he he ... maaf, maaf. Masih gak enak perutnya?" tanya Azka, duduk di lantai sementara istrinya bangun dan duduk di sofa. Tatapannya tertuju pada bagian tubuh yang tadi Allisya bicarakan. "Ini juga sakit?" tanyanya, menunjuk itu."Enggak sakit. Cuma gak nyaman aja. Terasa berat, kayak bengkak gitu, Mas. Terus, kalau kesentuh ujungnya sakit." Allisya pun tanpa malu membeberkan."Semalam juga sakit? Kenapa enggak bilang?" tanya Azka lagi, mengingat kehangatan semalam. Ia tidak habis pikir, jika sampai menyakiti istrinya."Ya ... gimana. Mas suka," kata Allisya, malu-malu."Lain kali bilang, Sayang, kalau ada yang sakit. Ya, sudah. Sekarang kita ke dokter, ya?" bu

  • Wanita Hamil di Restoran Suamiku   Bab 119 - Panti Jompo?

    Pagi menjelang siang, di sebuah bangunan bertingkat, kini keluarga Allisya berada. Sebuah gedung mirip dengan rumah susun elit yang ada di kota asal mereka. Dan ternyata, tempat itu adalah sebuah panti jompo.Tadi, ketika pemandu wisata menanyakan soal Afifah--teman Khiara yang tinggal di sana, mereka mendapatkan informasi bahwa Afifah sudah berangkat bekerja bersama teman barunya (kemungkinan Khiara). Sang pemilik rumah sewa itu pun memberikan alamat tempat bekerja Afifah.Dan benar saja, Khiara ada bersamanya, sama-sama mengenakan seragam suster. Usut punya usut, rupanya Afifah sudah lama bekerja sebagai pengasuh lansia di tempat itu. Kini mengajak Khiara bekerja di sana pula karena memang sedang membutuhkan tenaga kerja baru."Kenapa Mama sampai nyusulin Khia ke sini?" tanya Khiara, tak menyangka. Sebelumnya, ia memang sempat memberikan alamat rumah sewa yang temannya tinggali. Tidak pernah menduga jika mama sambungnya sampai rela menyusul."Karena mama khawatir sama kamu, Nak." Na

  • Wanita Hamil di Restoran Suamiku   Bab 118 - Liburan di Jepang

    Keduanya kini telah sampai di depan sekolah Ziya. Menyambut kedatangan Ziya yang selalu ceria dengan semringah. Karena besok, mereka akan pergi berlibur ke Jepang.Masuk ke dalam mobil, bercerita sepanjang jalan dengan antusias. Mulai dari kegiatan di sekolah, sampai tingkah polah Ziya dan teman-temannya di sekolah. Allisya dan Azka bergantian menyahuti penuh ekspresi."Ziya juga bilang ke teman-teman, kalau Ziya mau liburan ke Jepang. Teman-teman semua iri, mau juga katanya, Ma. Apa boleh, Ziya ajak mereka kapan-kapan?" tanya Ziya antusias."Wah, kalau mengajak teman tidak bisa sembarangan, Sayang. Apalagi Jepang itu sangat jauh. Nanti orang tua mereka khawatir," jelas Allisya, juga ditambahi penjelasan ringan oleh Azka.***Pukul 3 sore, Allisya beserta rombongan keluarga sudah sampai di Kota Sapporo setelah menempuh perjalanan kurang lebih 9 jam. Kota yang terletak di Pulau Hokkaido, pulau terbesar kedua di Jepang.Mereka sengaja tidak mendatangi Ibukota Jepang, demi menghindari ke

  • Wanita Hamil di Restoran Suamiku   Bab 117 - Hukuman Dareen dan Papanya

    "Saudara Dareen dinyatakan bersalah atas kasus tabrak lari yang terjadi pada tanggal 20 Februari 2021, yang mengakibatkan korban atas nama Ibu Fitrinariza Azizah meninggal dunia.""Berdasarkan laporan yang baru masuk dua minggu lalu, pelaku tidak dinyatakan sebagai DPO atas kasus ini, sehingga vonis hukuman bisa saja berkurang."Allisya menemani suaminya yang hari ini sangat tegang menghadapi sidang. Nadia dan Emir pun turut hadir, tak kalau tegang karena ternyata Dareen memang bukan DPO atas kasus ini sehingga tidak memberatkan hukumannya. Ini semua karena pihak Azka Hamam tidak melapor sejak awal."Dengan ini, pelaku dijatuhkan hukuman kurungan selama lebih kurang 6 tahun penjara, dan denda sebesar lebih kurang 12 juta rupiah."Mendengar itu, Azka seketika tertunduk lemah. Rasanya, hukuman itu tidak setimpal dengan apa yang terjadi dengan mendiang istrinya.Namun ternyata, vonis hukuman belum selesai dibacakan. Ada sederet kasus berat yang Dareen dan papanya lakukan sejak sang papa

  • Wanita Hamil di Restoran Suamiku   Bab 116 - Kepergian Khiara

    Seperti yang telah direncanakan, Nadia dan Emir tiba di rumah Azka Hamam diantar oleh sopir yang Allisya tugaskan. Keduanya mengucap salam bersama, disambut hangat oleh anak menantu dan cucu sambung yang ceria."Masuk, Ma, Pa." Allisya menggandeng sang mama."Iya. Oh, iya. Pak Didit sudah mama suruh makan di resto utama, biar lebih dekat. Nanti dia akan jemput kalau kita sudah selesai." Nadia menjelaskan. Karena biasanya, Allisya suka mengajak serta sopirnya makan bersama. Namun malam ini, Nadia ingin berbicara penting dengan anak dan menantunya."Oh, begitu. Ya sudah, Ma. Terima kasih," ucap Allisya. Meski restoran telah sepenuhnya beralih ke tangannya, namun Allisya selalu menghargai apa pun keputusan mamanya. Termasuk seperti malam ini, mengizinkan sopirnya makan sepuasnya di sana.Semua berkumpul di ruang makan, menikmati suapan demi suapan masakan yang Allisya buat. Udang asam manis, cah kangkung, dan perkedel kentang ayam kesukaan mamanya."Alhamdulillah ... makanannya enak-enak

  • Wanita Hamil di Restoran Suamiku   Bab 115 - Menyambut Makan Malam

    "Ziya tau, kalau Bunda sedang hamil saat itu?" tanya Allisya, yang hanya mendapatkan tatapan tak mengerti dari Ziya."Emm ..." Ziya menggeleng. Ia masih sangat terlalu kecil untuk memahami apa yang terjadi, sebelum bundanya meninggal karena tertabrak mobil Dareen. "Nenek suka cerita. Katanya, bunda saat itu sedang ada dedek bayinya di perut. Sebentar lagi mau lahir," jelasnya kemudian.Allisya mengangguk-angguk. Ia tidak mau memperpanjang, sebab, sejujurnya ia cemburu. "Kita masuk, ya, Sayang," ajak Allisya setelah memarkir mobilnya di garasi rumah Azka.Keduanya pun masuk bersamaan, dengan perasaan masing-masing. Di dalam, Allisya menyiapkan pakaian ganti untuk putri sambungnya, lantas menemani sang putri agar tertidur pulas.Wanita cantik itu tanpa sadar mengusap perutnya rata, berdoa agar Allah segera mengirimkan makhluk kecil di dalam sana untuk melengkapi kebahagiaan mereka. Ada sedikit kekhawatiran, takut kalau-kalau ia tidak bisa hamil seperti sang mama.'Ah, tidak, tidak! Mama

  • Wanita Hamil di Restoran Suamiku   Bab 114 - Jalani Semua Takir-NYA

    Allisya kemudian melirik seperangkat perhiasan emas yang dikenakannya. "Kamu memang pekerja keras dan pantang dibantu, Mas. Hanya kerjaan dariku yang kamu ambil, saking kamu nggak mau berleha-leha dengan fasilitas yang sudah aku punya," ucap Allisya pelan.Perempuan cantik yang telah melepas masa gadisnya itu pun bergegas masuk ke dalam, hendak bersiap-siap pergi ke restorannya karena ada rapat besar. Di restoran nanti, mereka akan bersikap seperti biasa, layaknya atasan dengan pekerja. Azka yang meminta. Azka bahkan sudah menolak sebagian saham yang diberikan oleh Allisya.***"Bagaimana, Pak, laporan keuangan resto cabang no 2?" tanya Allisya kepada salah seorang manager di restoran cabang di Bogor. Pria bertubuh sedang dengan perut sedikit maju itu mengeluarkan laporan, lalu meminta Allisya untuk mengeceknya kembali. Beberapa penjelasan juga sudah dia sampaikan.Allisya memeriksanya, lalu segera beralih pada manager cabang-cabang lain. Setelah semua ia cek, barulah ia mengecek res

  • Wanita Hamil di Restoran Suamiku   Bab 113 - Ikhlas

    Seluruh keluarga berkumpul di tanah pemakaman, menyaksikan sekaligus mendoakan kepergian Bu Aniyah yang terbilang mendadak. Hanya dirawat beberapa hari di rumah sakit, lalu meninggal ketika kondisinya mulai membaik.Azka dan Allisya sudah berusaha semaksimal mungkin, tentunya. Namun ternyata, inilah suratan yang harus mereka jalani. Keinginan Bu Aniyah untuk menjadikan Allisya sebagai menantu, sekaligus ibu bagi cucu satu-satunya telah terpenuhi. Beliau pergi dengan tenang, seolah bebannya telah terlepas.Perempuan berkerudung putih senada dengan gamis yang dikenakannya, terus saja berdiri menggamit tangan suaminya, juga memegangi tangan gadis kecil di sisi lainnya. Perempuan itu sesekali melepaskan tangan untuk mengusap air mata. Ia mendongak, menatap wajah sang suami yang terlihat begitu tenang seolah-olah tidak ada hal buruk yang menimpa."Mas ... kamu hebat. Kamu kuat," kata sang wanita, memandangi penuh kagum suami yang dicintainya. Dialah Allisya, sang ibu sambung bagi Ziya."Be

  • Wanita Hamil di Restoran Suamiku   Bab 112 - Mencoba Ikhlas

    Ketika suaminya terpukul setelah kehilangan ibunya, Allisya duduk di sebelahnya. Dengan lembut memandangnya, dengan hati penuh kasih. Dia bisa merasakan betapa sedihnya yang dirasakan suaminya. Meski tidak ada kata-kata yang bisa menghapus rasa sakit itu, dia tahu dia harus ada di samping suaminya, memberikan kekuatan lewat keberadaannya.Dia menggenggam tangan suaminya dengan erat, memberikan ketenangan dalam diam. Wajah suami yang biasanya tegar kini dipenuhi kepedihan, dan dia merasa cemas melihat keprihatinan di depan matanya.Sambil memeluk, tangannya terus mengusap punggung sang suami. Membiarkan suaminya menangis, mengeluarkan nestapa yang membelenggu jiwanya."Nenek! Ziya mau ke nenek! Ziya mau lihat nenek, Tante ... tolong Ziya ...!" Jeritan Ziya di luar sana, terdengar begitu menyayat hati. Gadis kecil itu sangat dekat dengan neneknya, sejak ia bayi. Terutama setelah bundanya pergi untuk selama-lamanya.Mendengar itu, Azka dan Allisya menjadi gusar. Saling menatap, merasakan

DMCA.com Protection Status