“Tidak mungkin ... kenapa pria itu bisa ada di sini?” Visha menangis sesenggukan, ketakutan, dan cemas. Terutama ketika Visha melihat pria itu keluar dari meeting room. Visha begitu takut mereka akan berpapasan, sehingga dirinya segera bersembunyi di pantry. Visha mengira dirinya hanya salah melihat orang saja, namun begitu melihat lebih jelas. Pria itu memang benar pria yang telah menodainya pada malam kelam saat itu. Pria yang merupakan ayah kandung dari Kai, anaknya. Kai tampak begitu serupa dengan pria yang baru saja dia temui. “Tavisha, kamu sedang apa?” Dion memanggil namanya dengan lembut. Visha terperanjat, wajahnya masih basah oleh air mata dan terlihat pucat. Namun, ia segera menghapus air mata agar tidak membuat Dion merasa curiga. “Ya, Mas,” jawab Visha sambil mendekati Dion dan tersenyum mencoba menyembunyikan kegundahan hatinya. “Kamu sakit?” Dion bertanya dengan wajah penuh kekhawatiran, tangannya menempel lembut di kening Visha. “Enggak, Mas. Sepert
Visha melambaikan tangan dan mengucapkan terima kasih pada Dion yang telah mengantarkannya pulang. Dan kemudian melangkahkan kaki memasuki rumah kontrakannya yang sederhana. Rasa lelahnya terasa hilang begitu mendapati Kai yang menyambutnya. "Anak Bunda, apa kabar kamu Sayang?” “Kai baik, Bunda," jawab Kai dengan wajah cemberut. “Kok cemberut? Ada apa, Sayang? Sini cerita sama Bunda." “Bunda, Kai pengen punya Papah seperti teman-teman. Kai punya Papah kan? Di mana Papah Kai?" Visha mencoba menarik napas, ada saja ucapan yang terlontar dari bibir anak geniusnya itu. ‘Masya Allah Nak, kenapa kamu pintar sekali, apa kamu mewariskan kepintaran dari Papahmu?’ tanya Visha dalam hatinya. Air mata haru mengalir tanpa bisa dibendung lagi, mengetahui betapa besar keinginan anaknya untuk bisa memiliki ayah yang sebenarnya belum tahu keberadaan mereka. Asih, menatap penuh iba kepada cucu dan anaknya itu. "Visha, apa kamu benar-benar tidak tahu siapa pria yang telah menodai kamu pada ma
Malam itu, Visha tak bisa memejamkan matanya dia takut akan segala resiko jika sampai pria yang terkenal dingin dan kaya itu mengambil Kai secara paksa jika tahu kalau Kai adalah benih darinya. "Ya Tuhan, aku harus bagaimana?" gumam Visha cemas. "Aku harus mencari cara agar pria itu tidak pernah bertemu dengan Kai," lanjutnya. Hingga malam hari dia hanya memandangi foto Calvin ada getar rasa yang sulit ia jelaskan saat menatap foto Calvin. "Terima kasih telah memberikan anak pintar dan tampan seper Kai, dia adalah penyemangat hidupku, aku berharap kamu tidak datang dan mengusik kebahagiaanku bersama Kai, hidupmu terlalu bahagia maka berbahagialah tanpa anak kandungmu," gumam Visha seraya terisak. ** Esok paginya, Kai bangun dan langsung mencari keberadaan Visha, saat menemui Visha yang sedang memasak tangan kecilnya memeluk pinggang ibunya. "Bunda," ucapnya perlahan. Visha terkejut dan ia langsung berjongkok menatap wajah tampan Kai saat bangun tidur. "Jagoan Bunda suda
Pagi ini, Kai diajak kembali oleh Visha untuk ikut dirinya bekerja di kafe setelah mendapat ijin dari Dion. "Bunda sini, Om Superman ada di televisi," Kai tiba-tiba berteriak begitu melihat siaran ulang wawancara Calvin di televisi. "Ya sayang, tunggu sebentar Bunda lagi cuci piring," sahut Visha. Namun, Kai kembali berseru dengan girang saat melihat Calvin sedang diwawancarai. "Oom Superman tampan," gumam Kai sembari bertepuk tangan, dia memanggil kembali Visha dengan berteriak membuat salah satu karyawan Dion, Rani yang tak sengaja melewat menatap tajam pada Kai. "Hei anak wanita cacat dasar anak haram! Bisa diam nggak!" Kai langsung menunduk penuh ketakutan, tetapi dia ingat apa kata Asih, neneknya. 'Jadi Superman itu harus kuat, jika Kai tidak bersalah maka tatap wajah musuh Kai yang ada di depan.' "Hei monster jahat!" teriak Kai. Visha yang sedang mencuci piring tak sengaja mendengar teriakan Kai, dia pun segera meraih satu tongkatnya dan berjalan mendekati Kai.
"Saya permisi dulu, Pak!" pamit Visha dengan segera. Dia melangkah dengan kaki gemetar, saat bertatap muka kembali. Sedangkan Calvin terus menatap dirinya. Visha berusaha membuang tatapan wajahnya enggan menatap pria yang telah menghancurkan seluruh kehidupannya. "Dion, wanita yang tadi akan elo ajak juga saat pesta perusahaan?" tanya Calvin. "Maksud elo, Visha?" Dion berbalik tanya. "Ya, Visha," ucapnya, seolah nama itu telah bersemi dalam hatinya. "Ya, Visha pasti ikut. Tenang, elo nggak usah khawatir, Visha rajin orangnya dan masalah cacat kakinya, dia bisa tetap bekerja," jelas Dion. Selesai berbincang, Calvin pamit pergi. Namun, matanya tertuju pada Visha yang sedang berjalan menuju ruangan peristirahatannya. Calvin berdeham, saat ia bertatap muka dengan Visha, jantungnya kembali berdegup kencang. Visha tampak gugup, matanya justru mencari keberadaan Kai yang entah pergi ke mana. "Ya Tuhan... aku mohon jangan pertemukan Kai dengan pria ini, aku tak sanggup jika ini
Sore ini, Asih datang untuk mengunjungi anak dan cucunya. Kai yang sedang bermain dengan mainannya, sontak langsung menyambut Neneknya dengan riang “Bunda, Kai boleh ikut menginap di tempat Nenek lagi?” Awalnya Visha nampak ragu, namun setelah melihat wajah Kai yang nampak memohon, Visha menjadi tidak tega, “Boleh Nak, tapi, ingat pesan Bunda, Kai jangan nakal yah?” “Oke Bunda,” sahut Kai bersemangat. Kai berlonjak girang dia pun segera mengajak Asih untuk pergi ke rumah Calvin dengan semangat. “Ayok Nek, kita pergi” Kai segera menggandeng tangan Asih dan berjalan dengan penuh semangat. Dirinya tidak sabar ingin bertemu lagi dengan Om Superman. Setibanya di rumah Calvin, Asih langsung mengajak Kai ke kamarnya. “Kai, jangan ke mana-mana yah? Nenek mau ke dapur dulu masak, Kai diam di kamar Nenek ya!” “Baik Nenek. Oh yah Nek, Om Superman udah pulang?” tanya Kai dengan polos. “Om Superman biasanya pulang malam, ya sudah Nenek ke dapur dulu yah?” Kai mengangguk dan memili
Visha menyusuri lorong rumah sakit dengan perasaan cemas. Pasalnya pagi ini, dirinya baru dikabari oleh ibunya, Asih, bahwa semalam Kai masuk rumah sakit karena alergi susu sapinya kembali kambuh. Asih memang sengaja mengabarkan Visha pagi ini, karena dirinya tidak ingin membuat Visha khawatir dan pergi ke rumah sakit malam-malam sendirian. Saat tiba di ruangan Kai, Visha bernapas lega melihat Kai sedang duduk sambil disuapi oleh Asih. “Sayang, maafkan Bunda, Bunda baru datang ke mari.” Kai yang melihat kehadiran Bundanya, langsung tersenyum menyambut kedatangannya. “Bunda telat, Om Superman baru saja keluar, katanya ada kepiting di kantor Om Superman.” “Kepiting?” Visha berusaha menahan tawa, dia pun mencubit hidung Kai dengan gemas. “Bukan kepiting, Sayang, tetapi meeting!” Kai mengangguk dan tersenyum. “Sama saja Bunda!” ujar Kai tak mau mengalah. “Iya, iya... sama kok!” balas Visha sembari tertawa lega. “Bunda, dari semalam Om Superman jagain Kai, loh. Tanganny
Sudah dua hari ini, Visha kembali menitipkan Kai pada Asih, sebab Nyonya besar dikabarkan sudah pulang dari luar negeri dan akan datang kembali ke kafe. Nyonya besar itu tak lain adalah Maya, Ibu Dion. Visha hanya sempat bertemu dengan Maya beberapa kali, karena memang Ibu Dion cukup sibuk. Dan bagi Visha, Ibu Maya terlihat menakutkan dan tidak menyukai dirinya. Sehingga Visha takut untuk mengajak Kai datang ke kafe. Sementara itu, di rumah Calvin, Kai merengut, menatap pintu masuk dengan tatapan penuh tanya. "Nek, Om Superman mana? Kenapa aku tidak pernah melihat Om Superman lagi" tanyanya, suaranya sedikit bergetar. Asih tersenyum lembut, mengelus rambut Kai. Dan menjelaskan, "Sayang, Om Superman lagi kerja.” “Kerja lagi? Orang dewasa selalu terus kerja. Kai besar nanti tidak mau kerja dan akan duduk nemenin Bunda,” cetusnya dengan polos. Kai mencebik, matanya berkaca-kaca dengan kesal. Asih menghela napas. “Nanti sore Om Superman pasti pulang.” Kai mengangguk pelan,