Begitu sabuk pengaman terlepas, Zoya segera menarik tangan David dan menunjuk mulut sebagai isyarat tidak bisa lagi menahan desakan dari dalam lambung. David melingkarkan tangannya di pinggang si wanita, lalu menuntun ke rerumputan agar bisa memuntahkan isi perutnya. Napas Zoya terengah-engah karena mengeluarkan isi perut sangat menguras tenaganya. Dia menggenggam tangan David kuat-kuat karena kesadarannya belum seratus persen. Dia juga tidak bertenaga menepis usapan lembut tangan lelaki itu di tengguk dan bahunya. Andai situasi normal, pasti dia sudah gemetaran karena gugup."Aduh, hamil muda, kok, malah keluar tengah malam. Mbok, ya, di rumah Mbak. Kasihan dedek dalam perutnya." Seorang wanita yang kebetulan lewat menegur Zoya.Kelopak mata Zoya melebar mendengar teguran si wanita yang sok tahu itu. Dia menoleh ingin membalas, tetapi lagi-lagi isi perutnya keluar."Iya, Mbak. Istri saya emang bandel banget. Maklum, mungkin bawaan bayi."Zoya bertambah pusing mendengar jawaban David
"Jangan, Bang! Aku enggak mau ....""Jangan ngebantah lo! Mau diusir dari kontrakan. Lo harus patuh karna gue suami lo, ayo!""Aku enggak mau jual diri! Lebih baik jadi buruh cuci atau gosok, daripada menjadi pemuas nafsu hidung belang.""Lo pikir jadi buruh gosok sama cuci bakalan kaya? Sampai mati kita bakal kere terus!""Kalau gitu Abang yang cari uang, bukan aku!""Kurang ajar lo, berani nyuruh-nyuruh gue!"Usapan di bahu menarik kembali kesadaran David yang sempat terlempar keras ke masa lalu. Laki-laki itu menoleh dan mengulas senyum getir. Potongan-potongan pertengkaran kedua orang tuanya masih sering menyelinap ke dalam tempurung kepala. Sang ibu mati-matian menolak keinginan gila ayahnya yang berniat menjadikan wanita yang melahirkannya itu menjadi wanita tuna susila, sementara lelaki yang harusnya bertanggung jawab menafkahi keluarga hanya duduk di rumah berjudi dan mabuk-mabukan.Mereka bisa makan karena hasil keringat ibunya yang membuat David kecil masih bisa merasakan n
Zoya duduk di kursi besi dan menumpukan kedua sikunya di lutut, telapak tangannya menutup mulut agar tangisnya tidak mengganggu pengunjung rumah sakit yang berlalu lalang. Suara letusan senjata dan tubuh David yang jatuh ke jalan aspal tak mau enyah dari tempurung kepalanya, selalu berputar-putar membuat rasa takut mencengkeram dadanya kuat-kuat. "Zoya! Apa yang terjadi?" seruan Andrea yang baru saja datang justru membuat tangis wanita itu pecah. Dia memeluk Andrea yang duduk di sebelahnya."Da ... David, dia tertembak karena melindungiku dari penjahat itu." Suara Zoya bergetar. Air matanya tumpah membuat basah wajahnya."Apa?" Dahi Andrea berkerut. "Maksud kamu apa? Ngomong yang jelas," desak Andrea lagi.Jantungnya nyaris lepas ketika Zoya menelepon dan mengatakan sedang di rumah sakit karena keadaan David kritis. Dia tidak bertanya lebih jauh, karena telinganya terasa pekak. Tanpa berganti pakaian, dia langsung meluncur ke rumah sakit."Serangan itu tiba-tiba. Mereka menabrak da
Mata Zoya terus mengamati setiap pahatan wajah David. Dia ingin merekam setiap detail raut si lelaki untuk disimpan di dalam ceruk kepala, yang akan dia ingat bila rindu mendesak untuk sebuah pertemuan. Zoya menekan dada ketika merasakan sengatan ngilu di jantungnya. Wanita tersebut berusaha keras tetap kuat meski badai sedang mengobrak-abrik keyakinannya. Kata-kata Andrea terus berdengung di dalam tempurung kepalanya. Wanita berwajah Barbie itu berkata benar, tidak mungkin dia dan David bersama. Dunia mereka terlalu berbeda, bukannya takut pada keselamatan dirinya sendiri, tetapi dia tak mau membahayakan lelaki itu dengan kebersamaan mereka.Begitu banyak orang-orang yang bergantung hidup kepada David, meski pekerjaan mereka tidak bisa dikatakan baik. Zoya tidak mau menghakimi perihal halal atau haram, Itu semua adalah pilihan semua orang, yang pasti dia tidak ingin membuat orang-orang itu kehilangan pekerjaan hanya karena David harus selalu menjaganya. Zoya tidak ingin menjadi se
"Ayo," ajak Yani sambil membuka pintu mobil. Dia membantu menggendong Lea ketika Zoya ikut keluar.Mata Zoya mengamati bangunan di hadapannya. Rumah lantai satu bergaya minimalis modern itu tampak sejuk dipandang mata. Tampak empat buah pohon pinus menjulang sejajar tumbuh di depan pagar yang tingginya hanya sepinggang orang dewasa. Rumput jepang terhampar dan dipangkas rapi laksana permadani di pekarangan yang tidak begitu luas, juga bunga-bunga anggrek dari berbagai jenis dan warna terlihat subur diletakkan di sisi sebelah kanan beratapkan kanopi. "Selamat datang di rumahku," sambut Yani sembari membuka pintu pagar. Dia memberi isyarat agar Zoya mengikutinya.Zoya menghela napas dalam. Dia memang memilih tinggal bersama Yani karena ajakan wanita itu, sebab dia tidak punya sanak saudara lain untuk dituju. Lagipula temannya itu memaksa karena tidak ingin kejadian yang sama menimpanya, setidaknya sampai dia mendapatkan pekerjaan dan uang untuk menyewa rumah.Zoya meninggalkan kartu
"Kenalin, ini Mas Nabil suamiku." Yani memperkenalkan lelaki beraut teduh dan mata sayu kepada Zoya.Zoya bergeming, dia tidak mungkin lupa wajah lelaki yang pernah menolongnya dulu. "Ah, Anda ternyata, terima kasih atas bantuannya dulu." Zoya berucap seraya mengulurkan tangannya.Nabil menangkupkan tangan di dada untuk membalas uluran tangan Zoya, dahinya berkerut mendengar pernyataan wanita berambut bergelombang di hadapannya. Dia mencoba mengingat-ingat di mana pernah bertemu.Zoya menarik uluran tangannya, dia paham jika suami Yani tidak mau bersinggungan dengan wanita yang bukan mahrom, persis sahabatnya yang selalu menjaga diri sejak gadis. Benar adanya, wanita baik untuk laki-laki baik pula."Anda pernah memberi saya uang sekitar setahun yang lalu. Saat itu saya histeris di dalam ruangan ATM."Penjelasan Zoya mengurai banyak ingatan di benak Nabil, sehingga satu ingatan setahun yang lalu muncul ke tempurung kepalanya."Aah, iya, kamu rupanya. Iya, saya ingat." Nabil menoleh ke
"Zoya, ini hari pertama kamu kerja, kamu pakai baju ini, ya." Yani memperlihatkan satu stel pakaian kerja untuk Zoya. Sehelai tunik berwarna putih dengan motif bunga sakura, dipadu dengan celana model palazo berwarna merah muda. Wanita itu juga membentangkan hijab segi empat berwarna senada dengan celananya.Zoya yang sudah siap dengan kemeja dan celana bahannya, tertegun. Dia menatap Yani dengan dahi berkerut.Yani tersenyum. Dia paham arti tatapan Zoya. Dia meletakkan setelan itu di atas tempat tidur. Merogoh ponsel dari dalam saku gamisnya, lalu memperlihatkan foto-foto yang ada di dalam galeri ponselnya."Semua karyawan Mas Nabil diwajibkan memakai jilbab. Bukankah dalam agama kita menutup aurat juga wajib." Yani menjelaskan pelan-pelan kepada Zoya.Zoya terdiam. Dia tahu kalau Yani dan suaminya sangat agamais, tetapi dia tidak mengira kalau perusahaan milik lelaki itu juga mewajibkan semua karyawan wanitanya berhijab."Aku tahu kamu enggak terbiasa, sama kayak karyawan yang lain
"Zoya, tolong terima, ya. Nanti kamu makannya bareng Mas Nabil aja." Zoya mengembuskan napas dalam. Hampir tiga bulan ini, Yani selalu mendelegasikan urusan makan siang Nabil padanya. Wanita itu sengaja mengirimkan makan siang melalui gosend, dan tebak, siapa yang direpotkan? Siapa lagi kalau bukan dirinya. Kadang dia merasa aneh dengan sikap sahabatnya, seolah-olah berusaha mendekatkannya dengan Nabil. Bagaimana kalau dia gelap mata dan menggoda lelaki itu? Zoya menggelengkan kelapa menghalau pikiran sesat yang mencoba mampir ke tempurung kepalanya. Dia beristigfar dalam hati, berharap imajinasi sesat itu tidak terulang lagi. Yani benar, banyak perubahan terjadi padanya sejak bekerja di perusahaan Nabil. Kantor itu bukan sekadar tempat mencari nafkah, tetapi secara tidak langsung membangun spiritualnya. Bayangkan saja, Nabil sebagai direktur memberikan bonus untuk karyawan yang mengerjakan salat dhuha. Lelaki itu juga mewajibkan salat zuhur berjamaah, setiap rabu ada siraman rohani
Mungkin rezekimu bukan harta atau tahta, bagaimana jika rezekimu adalah cinta Allah padamu? Maka bersabarlah karena sabar itu lebih baik dari berputus asa.---------"Ayo menikah denganku!""Hah?!" Kelopak mata Zoya melebar, mulutnya pun menganga mendengar perkataan David."Enggak susah kaget gitu diajak nikah sama orang ganteng." David mengedipkan mata dan memasang raut tengil, senyumnya semakin lebar melihat pipi Zoya yang memerah."Enggak usah geer!" Zoya mendengkus, dia berjalan melewati David dengan bibir manyun. Laki-laki itu sungguh keterlaluan. Baru saja dia melayang karena lamaran tiba-tiba, sekarang laki-laki itu kembali bertingkah tengil.Tawa David semakin lebar melihat bibir Zoya komat-kamit, entah apa yang diucapkan wanita itu, tetapi dia bahagia bisa mengerjai pujaan hatinya. Dia mengikuti langkah gegas wanita tersebut. Kali ini dia tidak akan lengah sedetik pun, kalau perlu ngintilin sampai ke kamar dijabanin!'Astaga! David! Segitunya ngebetnya, Lo!' Batinnya mencemoo
Senyum Yani mengembang melihat Zoya masuk ke dalam ruang perawatannya. Wanita itu menenteng buah yang disusun cantik dalam keranjang yang dihiasi pita warna-warni. Wajah Zoya terlihat cerah serupa dengan cahaya pagi yang mencuri-curi masuk melalui ventilasi jendela kamar."Duh, cerahnya pagi ini? Ada apa gerangan?" Yani menggoda Zoya yang meletakkan buah tangannya ke atas meja, tepat di sebelah tempat tidurnya.Senyum Zoya semakin lebar, dia duduk di pinggir ranjang dan menggenggam tangan Yani."Tentu aja aku bahagia. Akhirnya Lea bakal punya teman. Semoga nanti anakmu kembar, jadi sekali lahir langsung dua."Mendengar ucapan Zoya, dada Yani menghangat dan mengaminkan doa sahabatnya itu. Dia sangat malu pada-Nya karena sempat berprasangka buruk. Dia juga sungkan kepada Zoya, sebab wanita itu yang telah menyadarkannya, menamparnya dengan kata-kata bahwa tidak baik mendahului takdir Tuhan. Yani merasa sangat kerdil saat membandingkan pola pikirnya dengan sang sahabat. Padahal dia sudah
Nabil tersenyum melihat reaksi para pengguna sosial media terhadap video permintaan maaf Septian. Mereka yang tadinya menghujat Zoya dan perusahaannya, kini balik merutuki mantan suami Zoya tersebut. Berbagai komentar tidak berhenti masuk di postingan itu mengatakan jika Septian tidak memiliki malu, bermuka tebal, dan lain sebagainya. Begitulah kebanyakan penduduk maya, mudah sekali menurut ke mana arah angin.Suami Yani itu lega. Dengan tertangkapnya Septian akhirnya kasus pencemaran nama baik itu selesai. Mantan suami Zoya tersebut akan mendekam lama di balik jerusi besi. Selain dijerat kasus UU ITE, dia juga dijerat dengan pasal pencurian, penculikan, dan perbuatan tidak menyenangkan dengan ancaman hukuman lebih dari lima tahun penjara."Permisi, Pak." Zoya mengetuk pintu ruangan Nabil, wanita itu masuk setelah Nabil memberi isyarat."Ini laporan keuangan yang Bapak minta."Nabil meletakkan ponselnya untuk melihat dokumen yang diletakkan Zoya ke atas mejanya. 'Bagus, sepertinya se
Sejauh apa pun terpisah, kalau susah jodohnya maka Dia akan melipat waktu dan jarak agar terjadi sebuah pertemuan.-----------Kaki Zoya melangkah pelan-pelan mendekati ranjang tempat David berbaring. Ada letupan kecil di dada yang membuat mata wanita itu menghangat, sebab saat bibirnya hanya meminta kebaikan kepada Rab-nya bukan lagi sebuah pertemuan, justru kini Dia menghadirkan sosok lelaki yang kerap menggoda hatinya untuk merindu. Tangan Zoya menekan dada untuk merasakan jantungnya kembali berdegup kencang, melihat wajah David lagi membuat usahanya selama belasan purnama berusaha melupa menjadi sia-sia.'Dia berlari ke tengah jalan raya untuk menyelamat Lea yang terlepas dari tangan Septian. Situasi sangat kacau saat itu karena dari arah depan sebuah mini bus berkecepatan tinggi meluncur ke arah Lea, beruntung David bisa menarik Lea, tapi sayang kecelakaan tidak bisa terelakkan, sehingga tubuhnya terlempar beberapa meter sementara Lea didorong ke arah taman jalan dan jatuh tepat
Berlarilah sekuat yang kau bisa untuk menghindari takdir yang telah dijatuhkan atas namamu. Namun, sekeras apa pun mencoba kau tetap akan sampai di garis yang telah Dia tentukan untukmu. Jadi, kenapa harus berlelah-lelah jika milikmu akan tetap menjadi milikmu.-----------Yani terus berjalan mondar-mandir sambil melihat ke arah pekarangan rumah berharap mobil Nabil segera datang membawa suaminya. Dia melirik Zoya yang duduk di atas sofa sambil menahan tangis. Dia mengerti kecemasan yang kini menyergap dada Zoya, segala pikiran buruk pasti berkecamuk di tempurung kepala wanita tersebut. Batita cantik itu dibawa pergi oleh Septian. Entah apa motif laki-laki itu membawa putrinya. Setelah sekian lama tidak pernah muncul kini tiba-tiba melarikan Lea begitu saja."Mbak Zoya, Buk Yani ... saya benar-benar minta maaf sudah lalai menjaga Lea." Sang pengasuh menangis menyadari kesalahannya membiarkan orang tidak dikenal menggendong anak asuhnya. Tubuh wanita itu gemetar merasa dia yang pali
Septian membuang puntung rokoknya ke tanah dengan kesal. Alih-alih membuat Zoya kembali dekat padanya, wanita itu justru semakin menunjukkan ketidaksukaannya. Ternyata pesonanya tidak lagi berpengaruh pada mantan istrinya. Laki-laki itu menggeram marah ketika kata-kata Zoya kembali memantul-mantul di tempurung kepalanya. Dia tidak mengira wanita itu memiliki keberanian untuk membalas semua perkataannya. Padahal dulu, mendengar suaranya sedikit keras Zoya sudah gemetar ketakutan.Dering ponsel membuat niat Septian hendak membakar rokoknya urung. Dia merogoh ponsel dan melihat nama rekan kerjanya tampak di layar ponselnya. "Hallo!" Septian mengepitkan ponsel ke telinga dengan bahu, sementara tangannya hendak menyalakan korek api gas."Lo di mana?" Suara temannya terdengar kesal.Septian mengembuskan asap rokok yang baru dia isap. Tangannya kembali memegang ponsel. "Di luar. Ngapain nelpon? Gue, kan, lagi off?" "Lo keterlaluan. Gara-gara lo, gue kena masalah." Terdengar nada suara tema
Kelopak mata Zoya melebar mendengar pernyataan Yani. Dia tidak mengira wanita itu meminta pamrih atas kebaikannya selama ini. Bahu Zoya meluruh, punggungnya bersandar lemah di sandaran kursi."Maaf, Yan ... aku enggak bisa." Zoya menjawab lirih, dia menunduk dan memilin ujung jilbabnya. "Aku belum kepikiran menikah lagi.""Sekarang pikirkanlah. Mas Nabil laki-laki yang sangat baik. Kita akan hidup bahagia, Zoya." Yani menggenggam tangan Zoya, membuat wanita itu mengangkat pandangannya. Dia melihat senyum terulas di bibir Yani, seolah-olah sangat meyakini ucapannya."Yan, di dunia ini enggak ada wanita yang mau dimadu. Kenapa kamu malah mendorongku menikahi suamimu?"Sekarang Zoya mengerti kenapa Yani selalu melibatkannya dalam setiap liburan akhir pekan keduanya. Sudah benderang mengapa wanita yang gemar mengenakan gamis lebar berwarna gelap itu selalu berusaha mendekatkannya dengan Nabil.Air muka Yani berubah. Tatapannya kini berlabuh ke arah pintu, jauh menerawang ke depan."Aku e
Nabil menunggu panggilan telepon whatsapp yang belum terhubung. Dia mulai bertindak tegas melihat perkembangan suasana yang semakin memburuk karena postingan fitnahan oleh akun bodong, yang membuat banyak para calon jamaah menuntut pengembalian uang. Hal itu juga membuat para penanam modal ketar-ketir. Mereka mencemaskan dana yang telah ditanam di perusahaan Nabil, padahal laki-laki itu telah menjelaskan duduk persoalan yang sebenarnya. Para investor mungkin bisa menerima, tetapi tidak untuk semua calon jamaah yang telanjur termakan provokasi tersebut. Satu-satunya cara adalah menempuh jalur hukum dan menemukan siapa oknum di balik penyebaran postingan tersebut. Setelah itu dia akan menuntut pembersihan nama melalui media sosial, menurut para investor hanya itu satu-satunya cara agar kepercayaan para jamaah bisa kembali."Ya, Bil, ada apa?" Suara berat menjawab di ujung telepon."David, aku mau minta bantuanmu. Aku tahu kamu banyak link ke polisi dan bagian IT.""Ada masalah apa, kay
"Duh, yang selalu terlihat kalem ternyata ....."Obrolan empat orang karyawan wanita di kantin berhenti ketika salah seorang menyikut lengan dan memberi isyarat dengan mata jika yang sedang dibicarakan mendekat.Wanita berhijab hitam dengan model dililit ke leher, mencibir ke arah Zoya. Dia kembali menatatap teman-temannya. "Kita harus ajukan petisi agar dia dipecat dengan tidak hormat dari kantor ini, kalau tidak, kita nanti yang akan kena getahnya." Dia memprovokasi teman-temannya, "kalian lihat, kan, kemarin para calon jamaah ngamuknya kayak apa? Ngeri ih.""Iya, bener." Salah seorang dari keempat wanita yang berkumpul ikut menimpali. "Aku dengar para investor juga resah dengan gosip yang beredar.""Heh, siapa bilang gosip!" Wanita tadi mencolek temannya. "kamu enggak liat postingan yang viral itu? Jelas-jelas itu muka Pak Nabil, walau muka si Zoya enggak keliatan, tapi kita semua pasti tahu itu dia.""Udaaah! Jangan ngegosip terus. Pak Nabil sama Buk Yani belum kasih statement apa