,Azril yang berada di dalam kamar kembali teringat perkataan kakek yang ia jumpai dan gelagat sang istri yang terlihat aneh."Sayang, eemmm... Ada yang ingin aku katakan padamu," kata Jelita."Katakan apa yang ingin kamu katakan!" Jawab Azril tanpa memalingkan pandangannya dari berkas yang berada di tangannya."Ini tentang... Bian." Kata Jelita dengan suara bergetar. Mendengar kata Bian membuat Azril menghentikan tangannya dan menatap wajah istrinya yang terlihat gugup."Ada apa dengan Bian?" tanya Azril, dengan dahi berkerut."A– aku, ingin menyekolahkan Bian. Apa kau mengizinkannya?" tanya Jelita lirih, Azril tersenyum melihat wajah istrinya. Mendengar perkataan sang istri yang meminta izin padanya untuk menyekolahkan Bian tentu membuat Azril merasa ada sesuatu yang sebenarnya ingin di katakan oleh Jelita."Untuk apa kamu meminta izin padaku? Daftarkan Bian di sekolah yang terbaik. Dan pastika keamanan disana ketat untuk putraku." Kata Azril. Mendengar perkataan Azril, Jelita mengh
Tubuh Azril bergetar dirinya tidak percaya apa yang baru saja ia dengar dan ia lihat. Anak yang ia banggakan dan ia sayangi ternyata, bukanlah putra kandungnya.Dengan tubuh gontai Azril meninggalkan apartemen mewah milik Mario, laki-laki yang tidak lain adalah mantan kekasih Jelita yang sialnya kini berstatus istrinya. "Azril, apakah kita?" ucapan Adam terhenti dan kini menatap wajah bosnya melalui spion."Kita kembali." Kata Azril dingin, sepanjang perjalanan dirinya kembali teringat bagaimana ia telah mengusir istrinya Zafirah, kata-kata kasarnya yang telah ia lontarkan pada wanita bercadar itu sangat menyakitkan. Kini Azril harus menerima kenyataan jika, inilah yang di katakan karma. Bayangan kakek tua tiba-tiba kembali terngiang di telinganya."Jadi selama ini dia? Argghhh!!! Jelita kau benar-benar menipuku!!" Teriakan Azril menggema di kediamannya. Bahkan pelayan di rumahnya bergetar ketakutan mendengar bagaimana bos mereka yang tengah berteriak kencang.Azril yang terus berteri
Kekecewaan Azril pada Jelita, melebihi kekecewaan dirinya pada Zafirah. Bagaimana tidak, hidupnya telah di khianati oleh dua wanita sekaligus. Wanita yang berstatus menjadi istrinya dan dua-duanya telah berselingkuh. Yang lebih menyakitkan mereka menghasilkan anak yang bukan darah dagingnya, Azril menghentikan kendaraannya sesaat terdiam dan menatap jalanan yang terlihat sepi karena saat ini dirinya berada di sebuah danau yang ia sendiri tidak tahu. Berlahan Azril keluar dari mobilnya dan melempar pandangan lurus kedepan.Ingatannya kembali di saat adiknya meninggal dan memintanya untuk menggantikan posisinya untuk menikahi seorang wanita yang agamis. Bahkan wajahnya yang putih mulus tidak pernah terlihat orang lain selain dirinya. Namun sayangnya rasa yang ia miliki bukanlah cinta, tetapi seiring berjalannya waktu rasa itu tumbuh dengan sendirinya hingga menggeser nama Jelita di hatinya, walau terlambat karena Azril tidak pernah menganggap hatinya pada Zafirah.Lambat laun Azril menga
Waktu berlalu dengan cepat kehidupan seorang Azril yang penuh dengan ujian dan cobaan. Setelah kehilangan untuk yang kedua kalinya dan penghianatan untuk kedua kalinya, kini ia di hadapkan dengan perusahaan yang berada di luar negeri dan lagi-lagi Azril harus bolak-balik hanya untuk mengurus bisnisnya."Bos, apakah anda akan ke kembali kerumah atau ke apartemen?" tanya Adam."Rumah." Jawab Azril dengan suara dingin.Dalam perjalanan menuju kediamannya Azril tidak hentinya terus memikirkan Zafirah dan anaknya. pencariannya selama dua tahun ini tidak membuahkan hasil, namun Azril tidak akan menyerah begitu saja. Azril akan terus mencari hingga ke ujung dunia sekalipun, asalkan bisa menemukan dan meminta maaf atas apa yang telah ia lakukan pada Zafirah dan anaknya."Bos, sudah sampai." Kata Adam, ia hanya menghela napasnya saat melihat sang bos hanya diam dan terus melamunkan wanita yang telah dia usir dan di tuduh berselingkuh dengan sahabatnya. Namun fakta yang ia dapatkan justru sebali
Adam mendengus mendengar perkataan bosnya yang menginginkan dirinya mencari keberadaan Melati. Pelayan yang telah di usir oleh bosnya. Walau Melati yang telah lama mengurus bos-nya namun kemarahan membuat bosnya gelap mata hingga tega mengusir Melati."Jangan coba-coba bicara tentang keburukanku. Meski itu hanya dalam hatimu." Ucap Azril membuat Adam menelan ludahnya susah payah. Setelah kejadian dalam hidupnya Azril bersikap lebih dingin dan bahkan lebih kejam."Mana saya berani bos!" Jawab Adam cepat."Bagus!!" Kata Azril, kembali pada iPad nya."Apa kau tidak bisa mencari jalan lain? Sudah tahu macet masih saja lewat sini!" Ujar Azril, yang kesal karena jalan menuju bandara yang selalu macet."Bos ini jalan yang lebih cepat dan tidak terlalu macet. Bukankah ibu kota selalu macet bos?" kata Adam, entah memiliki keberanian dari mana dirinya tiba-tiba memberanikan diri bicara pada bosnya.Azril menatap tajam Adam, yang berani padanya."Maaf bos." Kata Adam.Tidak lama kemudian mobil ya
Azril terus menatap wanita yang berada di samping Romi. Rasa penasarannya semakin kuat saat melihat Romi dan gadis kecil yang ia temui bergelayut manja dengan Romi. Tatapan mereka saling mengunci Romi yang menggendong gadis kecil dengan pakaian tertutup dan cadar yang menutupi wajahnya semakin membuat Azril mengerutkan keningnya."Ayah, Aisha tadi tidak sengaja menabrak Om itu dan kopinya tumpah di jas Om." Kata Aisha merasa bersalah pada Azril."Benarkah? Lalu anak ayah apakah sudah meminta maaf pada Om?" tanya Romi."Sudah ayah, dan om sudah memaafkan Aisha." ucap Aisha."Alhamdulillah, lain kali hati-hati. Jangan berlarian sayang." Ujar Romi."Ya, ayah." Sahut Aisha.Azril menatap punggung Romi dan gadis kecilnya yang melewatinya, tanpa berniat untuk menyapanya."Tunggu!!" Suara Azril menghentikan langkah Romi."Siapa dia?" tanya Azril."Dia putriku. Kenapa?"Romi menatap tajam Azril. Romi berusaha untuk bersikap tenang tanpa membuat kecurigaan pada Azril tentang Aisha."Tidak." Jaw
Tubuh Melati bergetar saat melihat laki-laki yang kini berada hadapannya. Belum hilang rasa keterkejutannya. Kini di kejutkan oleh Adam sang asisten bosnya yang setia menatapnya dengan tatapan lembut "Kenapa diam? Apa kamu terkejut bagaimana aku mengetahui keberadaan mu mbok?" kata Azril dingin."S– saya, tahu tuan Azril bisa melakukan apapun untuk mencari si mbok. Tuan ada apa anda mencari si mbok hingga ke desa ini?"Melati menelusuri tubuh tuannya yang terlihat kurus. Dan tidak terawat, namun ia menepis pemikiran itu. Ia tahu bagaimana seorang Azril yang tidak percaya pada istri sahnya dan lebih percaya pada wanita yang berstatus kekasihnya dan kini menjadi istrinya."Hum,""Kenapa diam?!"Melati menundukkan kepalanya dan memandang sekeliling, tidak ingin jika tuannya melihat Zafirah atau putrinya Aisha."T– tidak, tuan Azril,"Melati kembali mengalihkan pandangannya sekeliling. Bersyukur jika kondisi lingkungan tempat tinggal Zafirah sangat sepi jika di jam-jam seperti ini. Banyak
Setelah pertemuan dengan Melati, Azril semakin yakin jika orang yang telah menyelamatkan Zahirah adalah Romi. Tanpa berpikir lagi Azril menuju kantor Romi, dengan mengendarai kendaraannya sendiri tanpa sopir. Azril mengendarai kendaraannya dengan kecepatan penuh dan tanpa membutuhkan waktu lama akhirnya mobil mewah milik Azril telah memasuki halaman kantor milik Romi. Tanpa memperdulikan tatapan para karyawan Romi yang memperhatikan dirinya. Dengan langkah lebar Azril menaiki lift menuju lantai sepuluh di mana ruangan milik Romi.Pintu lift terbuka dengan langkah lebar Azril menuju ruang Romi. Seorang sekretaris menghentikan langkah Azril, saat akan menerobos masuk ke ruang Romi."Maaf, tuan. Tuan Romi tidak bisa diganggu. Apakah Anda memiliki janji sebelumnya? " tanya sekertaris Romi.Azril menatap dingin wanita dengan berpakaian seksi yang kini menatapnya tanpa berkedip. Bahkan dengan terang-terangan sekretaris Romi tersenyum menggoda pada Azril. Tanpa mendengarkan perkataan ataupu
Romi terdiam setelah mengetahui apa yang baru saja ia lihat dan dengarkan. Hatinya bahagia namun ia merasakan kesedihan dalam waktu bersamaan. Perjuangannya berakhir sebelum ia memulainya lagi, ada kebagian yang harus ia pikirkan. Jika ingin ia egois maka ia akan merebut kebahagiaannya, tetapi hati kecilnya menolak untuk melakukan hal itu. Ada senyum anak yang tidak berdosa jika ia memaksakan diri untuk melangkah, maka kebahagiaan seorang anak kecil akan hilang.Romi menghela napasnya dalam. Pertemuan pertama dengan Zafirah hingga ia jatuh cinta pada istri dari sahabatnya. Ketidak adilan yang di terima oleh Zafirah semakin membuat Romi membencinya bahkan cinta yang tumbuh semakin dalam seiring waktu yang berjalan. Namun semua harus hilang seiring dengan kebahagiaan seorang anak yang ia anggap putrinya sendiri."Assalamualaikum,""Wa'alaikumsalam, Verra? Kamu kesini, ada apa?" Romi menatap sosok wanita yang kini berjalan ke arahnya. Wanita yang akan ia nikahi berapa hari ke depan."A
Tidak ada manusia di dunia ini yang sempurna sama halnya seperti dirinya. Zafirah mencoba mengikhlaskan takdir yang telah dituliskan oleh sang Khaliq untuknya. Zafirah sama seperti wanita lain yang memiliki hati dan air mata, rasa penyesalan dan amarah yang ia pendam seorang diri tanpa bisa ia luapkan kemarahannya kepada orang lain. Kekecewaan hidupnya yang sudah ia jalani selama ini tidak membuatnya merubah diri. Ujian hidup yang datang silih berganti membuat Zafirah putus asa. Kehilangan calon imam dan harus menikah dengan orang yang tidak ia kenal sebelumnya dan harus menerima kekerasan yang ia dapatkan dari pria yang menjadi imamnya. Masih teringat jelas bagaimana Azril mengusirnya di saat ia tengah mengandung dan melahirkan putri mereka dengan bantuan seseorang yang ia tahu jika Romi sahabat dari suaminya menaruh hatinya."Maafkan aku mas Romi, bunga di dalam hatiku benar-benar sudah mekar. Namun aku tidak bisa menutup mataku jika kebahagiaan putriku berada bersama dengan ayah
Terima kasih sudah mengikuti kisah, Zafirah dan Azril. jangan lupa untuk mengikuti kisah Cia dan Aaron. dalam cerita Kekasihku Seorang Mafia.Follow, rafli123bilqis (I*)F******k, Bilqis. *****"Aaaaggghhhhh!!" "Zafirah!!!"Brukkk !!Tubuh Jelita terpental ke aspal, beruntung Azril menarik tubuh Zafirah sehingga tubuhnya tidak mengenai aspal."Astaghfirullah hal adzim, mas tolong Jelita!" Kata Zafirah panik melihat tubuh Jelita terkapar di aspal."Untuk apa kamu memikirkan, Jelita? Wanita itu hampir membunuh kamu dan anak kita, dan sekarang kamu memikirkan keselamatannya?" Kata Azril kesal dengan sang istri yang masih memikirkan kondisi Jelita, jika dirinya tidak sigap mungkin Zafirah yang berada di posisi Jelita."Bos, anda tidak apa-apa?" Adam mendekati Zafirah yang masih dalam pelukan Azril, tubuhnya bergetar ketakutan namun hati nuraninya memikirkan kondisi Jelita.Dokter dan perawat mengangkat tubuh Jelita dan membawanya ke UGD. Untuk memberikan pertolongan pertama padanya.Se
"Jelita?""Ibuuu!" Bian mendekati wanita yang duduk di kursi roda depan wajah yang sebenarnya sangat mengerikan."B— Bian, kalian?" Jelita menundukkan wajahnya dirinya tidak ingin terlihat menyedihkan di depan Mario dan putranya. Kondisinya saat ini sangat tidak mungkin untuk terlihat pada Bian dan Mario."Jelita? Apa yang terjadi denganmu? Maaf apakah karena, kamu melakukan—" ucapan Mario terhenti, memilih membantu Jelita walau bagaimanapun Jelita adalah ibu dari putranya. Wanita yang telah melahirkan putra setampan Bian walau ia tahu jika sikap baik Bian karena didikan Azril, mantan ayah tiri putranya selaku memberikan yang terbaik dan mengajarkan hal-hal kebaikan untuknya."Setelah melihat keadaanku sekarang, kamu akan menghinaku? Setelah karma yang aku terima kamu bisa menertawakan aku sepuas mu, jadi lakukan secepatnya dan pergilah dari hadapanku. Aku menerima dengan lapang dada atas hinaan kamu, Mario. Silahkan tinggalkan aku sendirian di sini." Kata Jelita menyiapkan hati untuk
Dua hari setelah pengusiran Jelita, selama dua hari itu pula keluarga Halik berada di kediaman Azril. Seperti pagi ini setelah kejadian dua hari yang lalu, Azril yang meminta untuk memperbaiki kamar utama. Walau Jelita tidak tidur diatas kamar utama yang berada di lantai dua, namun Azril tidak ingin membuat trauma pada sang istri."Assalamualaikum, sayang." Ucap Azril saat melihat sang istri telah selesai berzikir."Wa'alaikumsalam, mas Azril. Kamu sudah siap? Maaf apakah terlalu lama berzikir?" tanya Zafirah lirih."Tidak, sayang. Aku hanya bersiap, lagi pula aku hanya berkerja dari rumah." Azril menarik pinggang Zafirah menatap wajah cantik alami istrinya. Wanita yang mampu membawanya lebih baik lagi, wanita yang begitu ia cintai walau terlambat menyadarinya."Apakah, kamu ingin kita ke dokter? Aku tidak ingin luka ini menganggu mu." ujar Azril membuat wajah Zafirah merona. Luka goresan di berapa tubuhnya dan wajah cantik Zafirah walau ia tidak melihatnya namun ia yakin ada luka lai
"Baiklah," Arman melanjutkan kendaraannya mengikuti arahan Zafirah, kurang dari tiga puluh menit mobil kembali berhenti tiba-tiba membuat semua yang berada di dalam mobil terkejut."Arman ada apa lagi?" tanya Hanum."Bibi, itu mobil ugal-ugalan," kata Arman menunjuk kearah depan."Ya, sudah kamu tetap hati-hati Arman." kata Hanum."Ya bi maaf. Membuat kalian terkejut." Arman menghidupkan kembali mobilnya namun lagi-lagi mesinnya tidak bisa di hidupkan lagi. Menyadari mesinnya tiba-tiba mati membuat Arman mengucapkan istighfar, sejak kepergian mereka untuk mengantar Zafirah kembali ke kota ada banyak hal yang tidak terduga sehingga perjalanan mereka terhambat."Astaghfirullah hal adzim, Arman ada denganmu? Kenapa mobilnya bisa mati seperti ini?" Hanum keluar dari mobil di ikuti oleh Zafirah dan yang lainnya. Hatinya kembali dirundung gelisah, bukan hanya Arman tetapi mereka begitu bertanya-tanya apa yang Allah tunjukkan sehingga perjalanan mereka terhambat."Apa karena kita belum Sa
Verra tiba di kediaman Azril sesuai permintaan Azril untuk mendekati wanita yang ada di rumahnya. Sosok yang di ketahui banyak orang adalah Zafirah. Mereka berbincang-bincang seperti biasanya dengan Zafirah, tidak ada yang yang mencurigakan namun semua yang dikatakan oleh Verra mampu membuat Jelita terkejut. Namun demikian Jelita dengan pandainya berkilah, dan membalikan keadaan. Sehingga Verra memilih untuk diam dan mengikuti apa yang di katakan oleh Jelita. Seperti pagi ini mereka kerumah sakit untuk memeriksa wajah Jelita. "Mas, apa kamu benar-benar tidak bisa untuk menemaniku? Aku ingin kamu berada di sampingku, saat pemeriksaan." Jelita yang tidak ingin Azril pergi kekantor dan mengabaikan dirinya. Berusaha untuk mengiba walau kenyataannya Azril memilih ke kantor dari pada menemaninya ke dokter. "Maaf, tapi hari ini tidak bisa. Bagaimana jika kamu pergi bersama dengan Verra? Bukankah kamu begitu dekat dengannya?" usul Azril. Menyadari perbedaan raut wajah Zafirah palsu."Tapi
Hei, semoga kalian masih mengikuti kisah Zafirah dan Azril. jangan lupa untuk mengikuti terus kisah mereka. Berapa hari kedepan "Kekasihku Seorang Mafia" Akan update, jangan lupa ikuti kisah cinta Aaron dan Cia.***"Siapa kamu yang sebenarnya?!" Suara dingin Azril membuat Jelita melonjak kaget."Azril, apa maksudmu? Aku Zafirah, apakah kamu tidak percaya padaku?" Jelita berusaha untuk meredakan emosi, dan hatinya yang ketakutan jika Azril mengetahui kebenarannya."Istriku tidak pernah memanggilku dengan kata Azril dan dia tidak pernah berpakaian seperti ini. Satu lagi, Zafirah tidak pernah merayu ataupun meminta terlebih dulu. Hal kecil yang di lakukan Zafirah tidak bisa kamu lakukan, Jelita." Kata Azril menekan kata Jelita, membuat pemilik nama ketakutan."Percaya ataupun tidak, itu terserah kamu. Jika kamu ingin mengusir ku, tidak apa-apa aku akan pergi. Dan membawa putriku dari sini." Jelita mengambil pakaiannya, namun kali ini sebuah gamis syar'i dan memakainya di depan Azril."
Mario yang ingin memperbaiki hidupnya dengan mencari keberadaan putra kandungnya. Dirinya tidak ingin jika jejaknya mengikuti sang ibu, walau dirinya memiliki kehidupan yang sama dengan Jelita. Namun tentang putranya Mario ingin memberikan yang terbaik untuknya."Permisi, apakah anda melihat wanita ini, dengan seorang anak laki-laki?" tanya Mario pada seseorang dengan memperlihatkan foto Jelita dengan Bian."Anda siapa ya?" tanya wanita yang sedang menyapu di depan rumah."Saya adalah ayahnya. Tapi —" ucapan Mario terhenti saat wanita yang tengah menyapu mengarahkan sapunya kearah dirinya. Dengan capat Mario menghindar agar tidak mengenai wajahnya."Apa kamu tahu anak itu hidup sebatang kara di sini? Wanita itu, yang mengaku sebagai ibu kandungnya pergi meninggalkannya. Setelah saya melihat dan mendengar sendiri rencana untuk membunuh seseorang dan menculiknya. Sepertinya wanita yang kamu cari itu bukan orang baik-baik, bahkan saya sendiri melihatnya bersama dengan para preman meningga