Sesuai yang di katakan Romi, akhirnya Zafirah benar-benar menghabiskan waktu tiga hari berada di rumah sakit. Selama itu juga Romi yang harus bolak-balik antara kantor dan rumah sakit yang memakan waktu kurang dari tiga jam. Seperti hari ini saat Zafirah akan keluar dari rumah sakit, Romi sudah berada di rumah sakit. Sedangkan Zafirah hanya diam seribu bahasa. Habis sudah kata-kata yang ingin Zafirah katakan melihat bagaimana sikap Romi pada putrinya. "Bu Zafirah, apa yang anda pikirkan? Kenapa anda hanya diam saja bukankah," ucapan para karyawan yang datang untuk menjemputnya. "Lanjutkan kenapa Kalian diam? Saya tidak suka kalau kalian menyembunyikan apapun dari saya." Kata Romi membuat karyawan Zafirah gelagapan. "Kak Romi, mereka hanya menanyakan. Kepulanganku dan putriku. Mereka hanya berebut kak," ujar Zafirah dengan tawa yang lepas membuat Romi salah tingkah. "Ya, sudah ayo kita pulang sekarang,"Romi meraih tas dan menggendong putri kecilnya yang tertidur lelap. Zafirah men
Azril menarik kerah baju Romi, yang dengan beraninya mengusirnya dari perusahaan miliknya. Bahkan Romi dengan terang-terangan mengatakan jika Azril manusia terbodoh yang pernah ia temui. Perkataan Romi memicu perebutan wanita yang sama. Wanita yang tidak di ketahui oleh Azril jika diam-diam Romi mencintai Zafirah."Aku pastikan dirimu akan menyesali semua perbuatan mu, Azril!!" Kata Romi dengan dingin. "Kau pikir aku takut hah!! Ingat Romi, aku pastikan akan, mengambilnya jika kau tidak bisa menjaganya!" Ucapan Azril membuat Romi terpingkal-pingkal bahkan tangannya memegang perutnya yang terasa sakit karena tertawa. "Aku kira, kau adalah manusia yang hebat namun hari ini kau membuktikan jika kau manusia yang terbodoh yang aku temui. Sekarang aku minta, keluarlah dari kantorku Azril!" Ucapan Romi memancing emosi Azril lagi sehingga Azril kembali akan memukul Romi. "Satu lagi, untuk kedua kalinya kalau kamu adalah laki-laki yang tidak berguna. Dan sangat sangat bodoh!" Lanjut Romi.
Kehidupan yang harus di jalani oleh seorang Zafirah. Yang kini harus menjalani perannya menjadi seorang single peren, dirinya tidak ingin menyerah pada kehidupan. Putri tunggalnya membutuhkan dirinya sebagai seorang ibu sekaligus seorang ayah.Usia Aisha yang menginjak dua tahun, dan keinginan tahuannya yang membuat Zafirah harus lebih hati-hati. seperti hari ini pertanyaan yang sulit untu Zafirah jawab kembali putrinya lontarkan.''Bunda, kapan ayah pulang? Kenapa Aisha tidak pernah Bertemu?'' tanya Aisha, pada Zafirah. Pertanyaan yang tidak pernah Zafirah bisa jawab. Pertanyaan yang sederhana namun membuat hati Zafirah tercubit.''Sayangnya Bunda, ayah Aisha pergi jauh dan pulangnya masih lama, jadi lebih baik putri bunda jangan tanya lagi tentang ayah. Jika sudah waktunya ayah pulang pasti ayah akan kesini. Sekarang putri bunda bersiap-siap mengaji.'' Ujar Zafirah, dirinya tidak tahu apa yang ia lakukan adalah kejahatan, baginya saat ini adalah cara yang terbaik untuk memberi penger
Kehidupan Zafirah semakin hari semakin lebih baik. Usaha sayur organik yang ia tanam sendiri di halaman, yang awalnya hanya untuk dirinya sendiri. Namun seiring berjalannya waktu para tetangga yang ikut membeli hasil panennya yang semakin hari semakin bertambah hingga Zafirah memutuskan untuk memulai menitipkan disalah satu warung yang tidak jauh dari kediamannya.Hingga Zafirah tidak menyadari jika sayuran organiknya, telah terdengar mencapai luar kampungnya tidak sedikit dari mereka yang membelinya hingga berapa tetangga desa yang mengetahui turut membelinya. Sehingga banyak yang memesan padanya. Kini kehidupan Zafirah tidak lagi seperti dulu.Usaha sayur organik yang ia rintis dari nol kini telah maju pesat, bahkan Zafirah memiliki pusat perbelanjaan sayur organik dan menjadi pemasok di berbagai restoran dan hotel ternama di ibu kota. Namun tidak membuat seorang Zafirah lupa dirinya. Dirinya tetaplah seorang Zafirah yang memakai pakaian Syar'i dan menutupi wajahnya, dari pandangan l
Zafirah yang tengah di sibukkan di dalam supermarket miliknya, yang kini mendapatkan kerja sama lagi dengan salah satu restoran ternama di ibu kota. Lagi-lagi Vera yang menggantikan posisinya sebagai asistennya. Untuk menemui Klein."Assalamualaikum, Bu Zafirah." Ucap Vera, saat memasuki ruang kerja Zafirah."Wa'alaikumsalam, Vera. Bagaimana meeting nya, Vera?" tanya Zafirah."Alhamdulillah, Bu. Semua berjalan sesuai rencana kita dan Klein sangat menyukai sayuran yang kita kita miliki." Vera menjelaskan semua saat meeting. Zafirah yang mendengarkan Vera tersenyum puas."Alhamdulillah, Vera. Hari ini berikan bonus pada para karyawan di sini dan di kebun. Bagi rata," ujar Zafirah, yang di angguki oleh Vera."Bu, Zafirah. Bagaimana dengan pesantren? Apakah sudah selesai? Saya ingin adik saya bekerja disana,"ucapan Vera terhenti saat Zafira menyentuh bahunya."Adikmu, pasti bekerja. Jika kamu ingin biarkan dia bekerja disini," kata Zafirah. Namun Vera tidak ingin jika merepotkan Bu Zafira
,Azril yang berada di dalam kamar kembali teringat perkataan kakek yang ia jumpai dan gelagat sang istri yang terlihat aneh."Sayang, eemmm... Ada yang ingin aku katakan padamu," kata Jelita."Katakan apa yang ingin kamu katakan!" Jawab Azril tanpa memalingkan pandangannya dari berkas yang berada di tangannya."Ini tentang... Bian." Kata Jelita dengan suara bergetar. Mendengar kata Bian membuat Azril menghentikan tangannya dan menatap wajah istrinya yang terlihat gugup."Ada apa dengan Bian?" tanya Azril, dengan dahi berkerut."A– aku, ingin menyekolahkan Bian. Apa kau mengizinkannya?" tanya Jelita lirih, Azril tersenyum melihat wajah istrinya. Mendengar perkataan sang istri yang meminta izin padanya untuk menyekolahkan Bian tentu membuat Azril merasa ada sesuatu yang sebenarnya ingin di katakan oleh Jelita."Untuk apa kamu meminta izin padaku? Daftarkan Bian di sekolah yang terbaik. Dan pastika keamanan disana ketat untuk putraku." Kata Azril. Mendengar perkataan Azril, Jelita mengh
Tubuh Azril bergetar dirinya tidak percaya apa yang baru saja ia dengar dan ia lihat. Anak yang ia banggakan dan ia sayangi ternyata, bukanlah putra kandungnya.Dengan tubuh gontai Azril meninggalkan apartemen mewah milik Mario, laki-laki yang tidak lain adalah mantan kekasih Jelita yang sialnya kini berstatus istrinya. "Azril, apakah kita?" ucapan Adam terhenti dan kini menatap wajah bosnya melalui spion."Kita kembali." Kata Azril dingin, sepanjang perjalanan dirinya kembali teringat bagaimana ia telah mengusir istrinya Zafirah, kata-kata kasarnya yang telah ia lontarkan pada wanita bercadar itu sangat menyakitkan. Kini Azril harus menerima kenyataan jika, inilah yang di katakan karma. Bayangan kakek tua tiba-tiba kembali terngiang di telinganya."Jadi selama ini dia? Argghhh!!! Jelita kau benar-benar menipuku!!" Teriakan Azril menggema di kediamannya. Bahkan pelayan di rumahnya bergetar ketakutan mendengar bagaimana bos mereka yang tengah berteriak kencang.Azril yang terus berteri
Kekecewaan Azril pada Jelita, melebihi kekecewaan dirinya pada Zafirah. Bagaimana tidak, hidupnya telah di khianati oleh dua wanita sekaligus. Wanita yang berstatus menjadi istrinya dan dua-duanya telah berselingkuh. Yang lebih menyakitkan mereka menghasilkan anak yang bukan darah dagingnya, Azril menghentikan kendaraannya sesaat terdiam dan menatap jalanan yang terlihat sepi karena saat ini dirinya berada di sebuah danau yang ia sendiri tidak tahu. Berlahan Azril keluar dari mobilnya dan melempar pandangan lurus kedepan.Ingatannya kembali di saat adiknya meninggal dan memintanya untuk menggantikan posisinya untuk menikahi seorang wanita yang agamis. Bahkan wajahnya yang putih mulus tidak pernah terlihat orang lain selain dirinya. Namun sayangnya rasa yang ia miliki bukanlah cinta, tetapi seiring berjalannya waktu rasa itu tumbuh dengan sendirinya hingga menggeser nama Jelita di hatinya, walau terlambat karena Azril tidak pernah menganggap hatinya pada Zafirah.Lambat laun Azril menga
Romi terdiam setelah mengetahui apa yang baru saja ia lihat dan dengarkan. Hatinya bahagia namun ia merasakan kesedihan dalam waktu bersamaan. Perjuangannya berakhir sebelum ia memulainya lagi, ada kebagian yang harus ia pikirkan. Jika ingin ia egois maka ia akan merebut kebahagiaannya, tetapi hati kecilnya menolak untuk melakukan hal itu. Ada senyum anak yang tidak berdosa jika ia memaksakan diri untuk melangkah, maka kebahagiaan seorang anak kecil akan hilang.Romi menghela napasnya dalam. Pertemuan pertama dengan Zafirah hingga ia jatuh cinta pada istri dari sahabatnya. Ketidak adilan yang di terima oleh Zafirah semakin membuat Romi membencinya bahkan cinta yang tumbuh semakin dalam seiring waktu yang berjalan. Namun semua harus hilang seiring dengan kebahagiaan seorang anak yang ia anggap putrinya sendiri."Assalamualaikum,""Wa'alaikumsalam, Verra? Kamu kesini, ada apa?" Romi menatap sosok wanita yang kini berjalan ke arahnya. Wanita yang akan ia nikahi berapa hari ke depan."A
Tidak ada manusia di dunia ini yang sempurna sama halnya seperti dirinya. Zafirah mencoba mengikhlaskan takdir yang telah dituliskan oleh sang Khaliq untuknya. Zafirah sama seperti wanita lain yang memiliki hati dan air mata, rasa penyesalan dan amarah yang ia pendam seorang diri tanpa bisa ia luapkan kemarahannya kepada orang lain. Kekecewaan hidupnya yang sudah ia jalani selama ini tidak membuatnya merubah diri. Ujian hidup yang datang silih berganti membuat Zafirah putus asa. Kehilangan calon imam dan harus menikah dengan orang yang tidak ia kenal sebelumnya dan harus menerima kekerasan yang ia dapatkan dari pria yang menjadi imamnya. Masih teringat jelas bagaimana Azril mengusirnya di saat ia tengah mengandung dan melahirkan putri mereka dengan bantuan seseorang yang ia tahu jika Romi sahabat dari suaminya menaruh hatinya."Maafkan aku mas Romi, bunga di dalam hatiku benar-benar sudah mekar. Namun aku tidak bisa menutup mataku jika kebahagiaan putriku berada bersama dengan ayah
Terima kasih sudah mengikuti kisah, Zafirah dan Azril. jangan lupa untuk mengikuti kisah Cia dan Aaron. dalam cerita Kekasihku Seorang Mafia.Follow, rafli123bilqis (I*)F******k, Bilqis. *****"Aaaaggghhhhh!!" "Zafirah!!!"Brukkk !!Tubuh Jelita terpental ke aspal, beruntung Azril menarik tubuh Zafirah sehingga tubuhnya tidak mengenai aspal."Astaghfirullah hal adzim, mas tolong Jelita!" Kata Zafirah panik melihat tubuh Jelita terkapar di aspal."Untuk apa kamu memikirkan, Jelita? Wanita itu hampir membunuh kamu dan anak kita, dan sekarang kamu memikirkan keselamatannya?" Kata Azril kesal dengan sang istri yang masih memikirkan kondisi Jelita, jika dirinya tidak sigap mungkin Zafirah yang berada di posisi Jelita."Bos, anda tidak apa-apa?" Adam mendekati Zafirah yang masih dalam pelukan Azril, tubuhnya bergetar ketakutan namun hati nuraninya memikirkan kondisi Jelita.Dokter dan perawat mengangkat tubuh Jelita dan membawanya ke UGD. Untuk memberikan pertolongan pertama padanya.Se
"Jelita?""Ibuuu!" Bian mendekati wanita yang duduk di kursi roda depan wajah yang sebenarnya sangat mengerikan."B— Bian, kalian?" Jelita menundukkan wajahnya dirinya tidak ingin terlihat menyedihkan di depan Mario dan putranya. Kondisinya saat ini sangat tidak mungkin untuk terlihat pada Bian dan Mario."Jelita? Apa yang terjadi denganmu? Maaf apakah karena, kamu melakukan—" ucapan Mario terhenti, memilih membantu Jelita walau bagaimanapun Jelita adalah ibu dari putranya. Wanita yang telah melahirkan putra setampan Bian walau ia tahu jika sikap baik Bian karena didikan Azril, mantan ayah tiri putranya selaku memberikan yang terbaik dan mengajarkan hal-hal kebaikan untuknya."Setelah melihat keadaanku sekarang, kamu akan menghinaku? Setelah karma yang aku terima kamu bisa menertawakan aku sepuas mu, jadi lakukan secepatnya dan pergilah dari hadapanku. Aku menerima dengan lapang dada atas hinaan kamu, Mario. Silahkan tinggalkan aku sendirian di sini." Kata Jelita menyiapkan hati untuk
Dua hari setelah pengusiran Jelita, selama dua hari itu pula keluarga Halik berada di kediaman Azril. Seperti pagi ini setelah kejadian dua hari yang lalu, Azril yang meminta untuk memperbaiki kamar utama. Walau Jelita tidak tidur diatas kamar utama yang berada di lantai dua, namun Azril tidak ingin membuat trauma pada sang istri."Assalamualaikum, sayang." Ucap Azril saat melihat sang istri telah selesai berzikir."Wa'alaikumsalam, mas Azril. Kamu sudah siap? Maaf apakah terlalu lama berzikir?" tanya Zafirah lirih."Tidak, sayang. Aku hanya bersiap, lagi pula aku hanya berkerja dari rumah." Azril menarik pinggang Zafirah menatap wajah cantik alami istrinya. Wanita yang mampu membawanya lebih baik lagi, wanita yang begitu ia cintai walau terlambat menyadarinya."Apakah, kamu ingin kita ke dokter? Aku tidak ingin luka ini menganggu mu." ujar Azril membuat wajah Zafirah merona. Luka goresan di berapa tubuhnya dan wajah cantik Zafirah walau ia tidak melihatnya namun ia yakin ada luka lai
"Baiklah," Arman melanjutkan kendaraannya mengikuti arahan Zafirah, kurang dari tiga puluh menit mobil kembali berhenti tiba-tiba membuat semua yang berada di dalam mobil terkejut."Arman ada apa lagi?" tanya Hanum."Bibi, itu mobil ugal-ugalan," kata Arman menunjuk kearah depan."Ya, sudah kamu tetap hati-hati Arman." kata Hanum."Ya bi maaf. Membuat kalian terkejut." Arman menghidupkan kembali mobilnya namun lagi-lagi mesinnya tidak bisa di hidupkan lagi. Menyadari mesinnya tiba-tiba mati membuat Arman mengucapkan istighfar, sejak kepergian mereka untuk mengantar Zafirah kembali ke kota ada banyak hal yang tidak terduga sehingga perjalanan mereka terhambat."Astaghfirullah hal adzim, Arman ada denganmu? Kenapa mobilnya bisa mati seperti ini?" Hanum keluar dari mobil di ikuti oleh Zafirah dan yang lainnya. Hatinya kembali dirundung gelisah, bukan hanya Arman tetapi mereka begitu bertanya-tanya apa yang Allah tunjukkan sehingga perjalanan mereka terhambat."Apa karena kita belum Sa
Verra tiba di kediaman Azril sesuai permintaan Azril untuk mendekati wanita yang ada di rumahnya. Sosok yang di ketahui banyak orang adalah Zafirah. Mereka berbincang-bincang seperti biasanya dengan Zafirah, tidak ada yang yang mencurigakan namun semua yang dikatakan oleh Verra mampu membuat Jelita terkejut. Namun demikian Jelita dengan pandainya berkilah, dan membalikan keadaan. Sehingga Verra memilih untuk diam dan mengikuti apa yang di katakan oleh Jelita. Seperti pagi ini mereka kerumah sakit untuk memeriksa wajah Jelita. "Mas, apa kamu benar-benar tidak bisa untuk menemaniku? Aku ingin kamu berada di sampingku, saat pemeriksaan." Jelita yang tidak ingin Azril pergi kekantor dan mengabaikan dirinya. Berusaha untuk mengiba walau kenyataannya Azril memilih ke kantor dari pada menemaninya ke dokter. "Maaf, tapi hari ini tidak bisa. Bagaimana jika kamu pergi bersama dengan Verra? Bukankah kamu begitu dekat dengannya?" usul Azril. Menyadari perbedaan raut wajah Zafirah palsu."Tapi
Hei, semoga kalian masih mengikuti kisah Zafirah dan Azril. jangan lupa untuk mengikuti terus kisah mereka. Berapa hari kedepan "Kekasihku Seorang Mafia" Akan update, jangan lupa ikuti kisah cinta Aaron dan Cia.***"Siapa kamu yang sebenarnya?!" Suara dingin Azril membuat Jelita melonjak kaget."Azril, apa maksudmu? Aku Zafirah, apakah kamu tidak percaya padaku?" Jelita berusaha untuk meredakan emosi, dan hatinya yang ketakutan jika Azril mengetahui kebenarannya."Istriku tidak pernah memanggilku dengan kata Azril dan dia tidak pernah berpakaian seperti ini. Satu lagi, Zafirah tidak pernah merayu ataupun meminta terlebih dulu. Hal kecil yang di lakukan Zafirah tidak bisa kamu lakukan, Jelita." Kata Azril menekan kata Jelita, membuat pemilik nama ketakutan."Percaya ataupun tidak, itu terserah kamu. Jika kamu ingin mengusir ku, tidak apa-apa aku akan pergi. Dan membawa putriku dari sini." Jelita mengambil pakaiannya, namun kali ini sebuah gamis syar'i dan memakainya di depan Azril."
Mario yang ingin memperbaiki hidupnya dengan mencari keberadaan putra kandungnya. Dirinya tidak ingin jika jejaknya mengikuti sang ibu, walau dirinya memiliki kehidupan yang sama dengan Jelita. Namun tentang putranya Mario ingin memberikan yang terbaik untuknya."Permisi, apakah anda melihat wanita ini, dengan seorang anak laki-laki?" tanya Mario pada seseorang dengan memperlihatkan foto Jelita dengan Bian."Anda siapa ya?" tanya wanita yang sedang menyapu di depan rumah."Saya adalah ayahnya. Tapi —" ucapan Mario terhenti saat wanita yang tengah menyapu mengarahkan sapunya kearah dirinya. Dengan capat Mario menghindar agar tidak mengenai wajahnya."Apa kamu tahu anak itu hidup sebatang kara di sini? Wanita itu, yang mengaku sebagai ibu kandungnya pergi meninggalkannya. Setelah saya melihat dan mendengar sendiri rencana untuk membunuh seseorang dan menculiknya. Sepertinya wanita yang kamu cari itu bukan orang baik-baik, bahkan saya sendiri melihatnya bersama dengan para preman meningga