Usai berbelanja, Zafirah kembali kerumah dengan perasaan bahagia, ingin rasanya Zafirah mengatakan pada Azril. Bagaimana perkembangan janin yang ia kandung. Tanpa terasa mobil yang di kendarai mang Udin telah sampai di rumah. Dengan senandung sholawat Zafirah memasuki rumah, dan tidak lupa Zafirah mengucapkan salam saat akan masuk kedalam. "Assalamualaikum, Bi Melati," kata Zafirah, saat memasuki ke dalam rumah."Wa'alaikumsalam, Nyonya sudah pulang?"Melati menyambut kedatangan Zafirah dan mengambil alih belanjaan yang Zafirah bawa. Melihat sorot mata Zafirah yang begitu bahagia membuat bibi Melati mengulas senyum bahagia."Sudah pulang?!" Kata Azril lantang.Zafirah, yang terlonjak kaget saat mendengar suara Azril menggema di ruang tamu. Untuk pertama kalinya Azril berteriak setelah dirinya ingin berubah."Assalamualaikum, habibi,"Zafirah mendekati Azril dan mengulurkan tangannya untuk mencium tangan Azril. "Wa'alaikumsalam," Azril meraih tangan Zafirah yang terulur kearahnya. "H
Romi yang mendapatkan bogeman mentah dari Azril, membuat sudut bibirnya mengeluarkan darah. Namun Azril yang telah tersulut emosi kembali melayangkan pukulannya di wajah Romi. Tanpa memperdulikan keadaan sekitar, Zafirah yang berada tidak jauh dari Azril dan Romi terkejut dengan kejadian di depan matanya. Azril memukul Romi tanpa tahu apa kesalahannya."Habib, ada apa ini. Kenapa kak Romi di pukul seperti, ini?" tanya Zafirah cemas melihat kemarahan Azril pada Romi."Brengsek! Penghianat kamu, Romi. Berani-beraninya kamu menggoda istriku?!" Tanpa menjawab perkataan Zafirah. Azril kembali memukul Romi mengabaikan suara teriakan Zafirah yang meminta Azril untuk tenang."Habib, hentikan kak Romi bisa meninggal kak. Lihat lukanya habib?"Suara Zafirah yang panik tidak membuat Azril mengentikan apa yang ia lakukan pada Romi. Zafira hanya bisa menutup mulutnya melihat apa yang lakukan oleh Azril, Namun dirinya tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolong Romi yang terkapar akibat pukulan keras
Zafirah hanya diam, tidak terpikirkan sebelumnya. Jika ajakan makan siang Azril akan berubah menjadi kesedihannya. Tangannya terulur menyentuh perutnya yang masih rata walau usia kandungannya telah berusia dua bulan, tanpa sengaja pendengaran menangkap suara dari seseorang yang sangat dia kenali. Tidak ingin memikirkan yang lain, Zafirah kembali merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur yang tiga bulan ia tempati. Kini kamar itu kembali ia tempati dengan situasi yang berbeda. Ingatannya kembali saat dirinya pulang dari rumah sakit, terlihat sikap Azril yang berubah. Bahkan dirinya mampu menyimpan darinya. "Nyonya, minum teh hangat ini, agar perut Nyonya menghangat,"Melati yang datang membawa satu cangkir teh hangat di atas nampan, tanpa menolak bahkan dalam sekejap teh hangat di tangannya telah tandas. Zafirah kembali meletakkan cangkir yang kini telah di atas nampan yang berada di tangan Melati."Terima kasih Bi," ujar Zafirah lembut, suaranya yang lemah terdengar begitu jelas di t
Dua Minggu setelah melakukan tes DNA selam itu juga Azril tidak pernah menyentuh Zafirah, bahkan untuk sekedar menyapa Zafirah tidak dilakukan oleh Azril. Sikapnya tetap dingin tidak jarang Azril menyentuh makanan yang sudah di siapkan oleh Zafirah.Sikap yang di terima Zafirah dari Azril, kesabaran telah di lakukan olehnya. Namun sikap dingin yang di tunjukkan Azril padanya membuat Zafirah sendu."Kamu tidak lupa hari ini, kita akan kerumah sakit untuk mengetahui anak siapa yang kamu kandung?!"Suara dingin Azril terdengar di kendang telinga Zafirah, berusaha bersikap tenang. Walau hatinya bergetar rasa takut tiba-tiba menjalar di sekujur tubuhnya, seakan-akan musibah besar akan menerjangnya."A– apa maksud habib? Apakah habib tidak percaya dengan perkataan ku? Apakah aku sehina itu, untuk menerima sentuhan dari pria yang bukan mahramnya?" Kata Zafirah dengan suara lembut namun sarat akan kesedihan. Kecurigaan Azril telah menampar dirinya, bukan fisik yang terasa sakit tetapi telinga
Tubuh Zafirah terhuyung saat mendengar talak yang di jatuhkan padanya. Bahkan Azril dengan sikap kasarnya menepis tangan Zafirah yang terulur menyentuh tangan Azril. Zafirah berusaha untuk menyakinkan Azril jika dirinya tidak pernah menghianati dirinya, namun kemarahan Azril tidak mampu untuk di rendam olehnya."Lepaskan tangan kotor mu dari tanganku Zafirah. Bahkan kamu lebih rendah dari pelacur murahan diluar sana. Kamu tidak pantas memakai ini dan ini!! Amu wanita yang tidak tahu malu, menjujung tinggi agama, kelakuan bejat yang bersembunyi di balik pakaian longgar ini, sungguh menjijikan!!" Ucapan Azril yang tinggi dan tangannya yang menarik cadar dan Khimar yang di pakai oleh Zafirah, membuat tubuh Zafirah kembali terhuyung ke belakang. Namun dengan kuat berusaha untuk tidak terjatuh, tidak ingin sesuatu terjadi pada anak yang ada dalam kandungannya. Azril tidak hentinya mencoba melepaskan Khimar yang di pakai oleh Zafirah membuat tubuhnya kembali terhuyung saat mempertahankan ker
Zafirah menatap pria yang telah menikahinya dengan secara paksaan lima bulan yang lalu. Kini pria itu pun yang mengusir dirinya dari rumah mereka. Bukan hanya mengusirnya. Namun pria yang kini menatapnya dengan tajam, telah menolak anak yang telah dia kandung. Pria arogan dihadapannya telah menolak darah dagingnya."Habib, hanya karena foto yang ini habib mengusirku dari rumah ini? Bahkan habib menolak bayi yang aku kadung ini. Bukan hanya itu saja, bahkan habib juga menjatuhkan talak padaku. Inikah kepercayaan yang kamu miliki untukku habib? Hanya sampai disini?" ujar Zafirah yang terhenti seketika, mendapati tatapan Azril tajam bahkan tangannya terulur menekan rahang Zafirah dengan kuat dan kasar."Cukup bicaramu jalang!! Cukup kamu bodohi aku. Tapi tidak lagi, bahkan kekasihku yang pernah menyerahkan tubuhnya pada pria bejat seperti mantan kekasihnya. Jauh lebih baik dari pada kamu. Kamu lebih bejad darinya, Zafirah!! Kau dengar, kau bejad!!" Setu Azril tangannya semakin mencengkram
Romi mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh, tidak ingin terjadi sesuatu pada wanita yang diam-diam ia cintai. Walau ia mengetahui jika wanita yang di cintainya adalah istri dari sahabatnya.Menempuh waktu kurang dari empat puluh menit. mobil yang ia kendarai telah sampai di halaman rumah sakit. dengan tergesa-gesa Romi mengangkat tubuh Zafirah yang tidak sadarkan diri."Maaf Zafirah, aku akan mengangkat tubuhmu. Ini terpaksa," ujar Romi dengan perasaan cemas, berlari menuju ruang IGD."Dokter!! Dok, cepat tolong. Lakukan sesuatu untuk menyelamatkan dirinya!" Kata Romi dengan suara bergetar menahan rasa yang begitu menyesakkan dadanya."Tunggu disini tuan, biar kami periksa pasien lebih dulu," ucap sang dokter sebelum pintu, tertutup."Ya, aku tahu itu. Tolong lakukan yang terbaik untuknya," Romi yang duduk tidak tenang berapa kali bolak-balik dan berulang kali pula mengutuk Azril yang tega memperlakukan istrinya yang tengah hamil pingsan di jalan."Cari tahu, apa yang terjadi de
Setelah mendengar perkataan dari Melati, pelayan di kediaman Azril dan orang terdekat Zafirah. membuat Romi semakin tersulut emosi ternyata penyebab perginya Zafirah karena di usir oleh Azril.Langkah kakinya menuju ruang perawatan Zafirah, berapa saat tatapan sendu melihat wanita bercadar kini terlihat putih pucat, walau Romi tidak pernah melihat wajah Zafirah. Namun kali ini ia melihat begitu cantiknya wajah Zafirah, dan untuk kedua kalinya ia menyelamatkan Zafirah dari perbuatan Jelita."Zafirah, bangun dan lihat mereka. Mereka telah bahagia, mereka telah menikah lagi. Bangunlah Zafirah anak yang ada di dalam kandunganmu ingin melihat dunia. Bangunlah demi anakmu Zafirah," ujar Romi, saat berada di samping brankar, dimana Zafirah terbaring dengan alat yang menempel."Jangan, diam Zafirah. Bangun rasakan pergerakan bayimu Zafirah. Dia ingin melihat dunia, dia ingin melihat betapa cantik wajah bundanya. Betapa hebatnya wanita yang sebentar lagi di panggil umi, bangunlah Zafirah. Aku