Romi yang mendapatkan bogeman mentah dari Azril, membuat sudut bibirnya mengeluarkan darah. Namun Azril yang telah tersulut emosi kembali melayangkan pukulannya di wajah Romi. Tanpa memperdulikan keadaan sekitar, Zafirah yang berada tidak jauh dari Azril dan Romi terkejut dengan kejadian di depan matanya. Azril memukul Romi tanpa tahu apa kesalahannya."Habib, ada apa ini. Kenapa kak Romi di pukul seperti, ini?" tanya Zafirah cemas melihat kemarahan Azril pada Romi."Brengsek! Penghianat kamu, Romi. Berani-beraninya kamu menggoda istriku?!" Tanpa menjawab perkataan Zafirah. Azril kembali memukul Romi mengabaikan suara teriakan Zafirah yang meminta Azril untuk tenang."Habib, hentikan kak Romi bisa meninggal kak. Lihat lukanya habib?"Suara Zafirah yang panik tidak membuat Azril mengentikan apa yang ia lakukan pada Romi. Zafira hanya bisa menutup mulutnya melihat apa yang lakukan oleh Azril, Namun dirinya tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolong Romi yang terkapar akibat pukulan keras
Zafirah hanya diam, tidak terpikirkan sebelumnya. Jika ajakan makan siang Azril akan berubah menjadi kesedihannya. Tangannya terulur menyentuh perutnya yang masih rata walau usia kandungannya telah berusia dua bulan, tanpa sengaja pendengaran menangkap suara dari seseorang yang sangat dia kenali. Tidak ingin memikirkan yang lain, Zafirah kembali merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur yang tiga bulan ia tempati. Kini kamar itu kembali ia tempati dengan situasi yang berbeda. Ingatannya kembali saat dirinya pulang dari rumah sakit, terlihat sikap Azril yang berubah. Bahkan dirinya mampu menyimpan darinya. "Nyonya, minum teh hangat ini, agar perut Nyonya menghangat,"Melati yang datang membawa satu cangkir teh hangat di atas nampan, tanpa menolak bahkan dalam sekejap teh hangat di tangannya telah tandas. Zafirah kembali meletakkan cangkir yang kini telah di atas nampan yang berada di tangan Melati."Terima kasih Bi," ujar Zafirah lembut, suaranya yang lemah terdengar begitu jelas di t
Dua Minggu setelah melakukan tes DNA selam itu juga Azril tidak pernah menyentuh Zafirah, bahkan untuk sekedar menyapa Zafirah tidak dilakukan oleh Azril. Sikapnya tetap dingin tidak jarang Azril menyentuh makanan yang sudah di siapkan oleh Zafirah.Sikap yang di terima Zafirah dari Azril, kesabaran telah di lakukan olehnya. Namun sikap dingin yang di tunjukkan Azril padanya membuat Zafirah sendu."Kamu tidak lupa hari ini, kita akan kerumah sakit untuk mengetahui anak siapa yang kamu kandung?!"Suara dingin Azril terdengar di kendang telinga Zafirah, berusaha bersikap tenang. Walau hatinya bergetar rasa takut tiba-tiba menjalar di sekujur tubuhnya, seakan-akan musibah besar akan menerjangnya."A– apa maksud habib? Apakah habib tidak percaya dengan perkataan ku? Apakah aku sehina itu, untuk menerima sentuhan dari pria yang bukan mahramnya?" Kata Zafirah dengan suara lembut namun sarat akan kesedihan. Kecurigaan Azril telah menampar dirinya, bukan fisik yang terasa sakit tetapi telinga
Tubuh Zafirah terhuyung saat mendengar talak yang di jatuhkan padanya. Bahkan Azril dengan sikap kasarnya menepis tangan Zafirah yang terulur menyentuh tangan Azril. Zafirah berusaha untuk menyakinkan Azril jika dirinya tidak pernah menghianati dirinya, namun kemarahan Azril tidak mampu untuk di rendam olehnya."Lepaskan tangan kotor mu dari tanganku Zafirah. Bahkan kamu lebih rendah dari pelacur murahan diluar sana. Kamu tidak pantas memakai ini dan ini!! Amu wanita yang tidak tahu malu, menjujung tinggi agama, kelakuan bejat yang bersembunyi di balik pakaian longgar ini, sungguh menjijikan!!" Ucapan Azril yang tinggi dan tangannya yang menarik cadar dan Khimar yang di pakai oleh Zafirah, membuat tubuh Zafirah kembali terhuyung ke belakang. Namun dengan kuat berusaha untuk tidak terjatuh, tidak ingin sesuatu terjadi pada anak yang ada dalam kandungannya. Azril tidak hentinya mencoba melepaskan Khimar yang di pakai oleh Zafirah membuat tubuhnya kembali terhuyung saat mempertahankan ker
Zafirah menatap pria yang telah menikahinya dengan secara paksaan lima bulan yang lalu. Kini pria itu pun yang mengusir dirinya dari rumah mereka. Bukan hanya mengusirnya. Namun pria yang kini menatapnya dengan tajam, telah menolak anak yang telah dia kandung. Pria arogan dihadapannya telah menolak darah dagingnya."Habib, hanya karena foto yang ini habib mengusirku dari rumah ini? Bahkan habib menolak bayi yang aku kadung ini. Bukan hanya itu saja, bahkan habib juga menjatuhkan talak padaku. Inikah kepercayaan yang kamu miliki untukku habib? Hanya sampai disini?" ujar Zafirah yang terhenti seketika, mendapati tatapan Azril tajam bahkan tangannya terulur menekan rahang Zafirah dengan kuat dan kasar."Cukup bicaramu jalang!! Cukup kamu bodohi aku. Tapi tidak lagi, bahkan kekasihku yang pernah menyerahkan tubuhnya pada pria bejat seperti mantan kekasihnya. Jauh lebih baik dari pada kamu. Kamu lebih bejad darinya, Zafirah!! Kau dengar, kau bejad!!" Setu Azril tangannya semakin mencengkram
Romi mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh, tidak ingin terjadi sesuatu pada wanita yang diam-diam ia cintai. Walau ia mengetahui jika wanita yang di cintainya adalah istri dari sahabatnya.Menempuh waktu kurang dari empat puluh menit. mobil yang ia kendarai telah sampai di halaman rumah sakit. dengan tergesa-gesa Romi mengangkat tubuh Zafirah yang tidak sadarkan diri."Maaf Zafirah, aku akan mengangkat tubuhmu. Ini terpaksa," ujar Romi dengan perasaan cemas, berlari menuju ruang IGD."Dokter!! Dok, cepat tolong. Lakukan sesuatu untuk menyelamatkan dirinya!" Kata Romi dengan suara bergetar menahan rasa yang begitu menyesakkan dadanya."Tunggu disini tuan, biar kami periksa pasien lebih dulu," ucap sang dokter sebelum pintu, tertutup."Ya, aku tahu itu. Tolong lakukan yang terbaik untuknya," Romi yang duduk tidak tenang berapa kali bolak-balik dan berulang kali pula mengutuk Azril yang tega memperlakukan istrinya yang tengah hamil pingsan di jalan."Cari tahu, apa yang terjadi de
Setelah mendengar perkataan dari Melati, pelayan di kediaman Azril dan orang terdekat Zafirah. membuat Romi semakin tersulut emosi ternyata penyebab perginya Zafirah karena di usir oleh Azril.Langkah kakinya menuju ruang perawatan Zafirah, berapa saat tatapan sendu melihat wanita bercadar kini terlihat putih pucat, walau Romi tidak pernah melihat wajah Zafirah. Namun kali ini ia melihat begitu cantiknya wajah Zafirah, dan untuk kedua kalinya ia menyelamatkan Zafirah dari perbuatan Jelita."Zafirah, bangun dan lihat mereka. Mereka telah bahagia, mereka telah menikah lagi. Bangunlah Zafirah anak yang ada di dalam kandunganmu ingin melihat dunia. Bangunlah demi anakmu Zafirah," ujar Romi, saat berada di samping brankar, dimana Zafirah terbaring dengan alat yang menempel."Jangan, diam Zafirah. Bangun rasakan pergerakan bayimu Zafirah. Dia ingin melihat dunia, dia ingin melihat betapa cantik wajah bundanya. Betapa hebatnya wanita yang sebentar lagi di panggil umi, bangunlah Zafirah. Aku
Permintaan Romi yang menginginkan Zafirah tetap disana. Pada akhirnya berujung mengalahnya Zafirah pada Romi. Walau bagaimana pun Romi adalah orang yang berjasa dalam hidupnya. Seandainya Romi tidak menolongnya mungkin dirinya telah tiada."Zafirah, bagaimana? Apakah kamu bersedia menerima bantuan ku?" tanya Romi saat Zafirah terdiam tanpa menjawab pertanyaan darinya."Baiklah, tapi tidak disini. Aku akan memilih tempat dimana orang tidak ada yang mengenaliku, kak," ujar Zafirah dengan suara lirih, tanpa sadar tangannya mengusap perutnya dengan lembut. Ada rasa yang sulit untuk ia gambarkan saat ini, hatinya begitu nyeri mengingat perlakuan Azril padanya."Oke!! Aku sudah menyiapkan semuanya tinggal kita kesana,"Romi tersenyum bahagia akhirnya Zafirah bersedia menerima tawarannya. Romi tidak ingin Zafirah kembali ke kampung halamannya selain tidak memiliki keluarga lagi di sana. Tetapi Romi ingin menghindar pertemuan antara Azril dengan Zafirah, tidak menutup kemungkinan jika Azril a
Romi terdiam setelah mengetahui apa yang baru saja ia lihat dan dengarkan. Hatinya bahagia namun ia merasakan kesedihan dalam waktu bersamaan. Perjuangannya berakhir sebelum ia memulainya lagi, ada kebagian yang harus ia pikirkan. Jika ingin ia egois maka ia akan merebut kebahagiaannya, tetapi hati kecilnya menolak untuk melakukan hal itu. Ada senyum anak yang tidak berdosa jika ia memaksakan diri untuk melangkah, maka kebahagiaan seorang anak kecil akan hilang.Romi menghela napasnya dalam. Pertemuan pertama dengan Zafirah hingga ia jatuh cinta pada istri dari sahabatnya. Ketidak adilan yang di terima oleh Zafirah semakin membuat Romi membencinya bahkan cinta yang tumbuh semakin dalam seiring waktu yang berjalan. Namun semua harus hilang seiring dengan kebahagiaan seorang anak yang ia anggap putrinya sendiri."Assalamualaikum,""Wa'alaikumsalam, Verra? Kamu kesini, ada apa?" Romi menatap sosok wanita yang kini berjalan ke arahnya. Wanita yang akan ia nikahi berapa hari ke depan."A
Tidak ada manusia di dunia ini yang sempurna sama halnya seperti dirinya. Zafirah mencoba mengikhlaskan takdir yang telah dituliskan oleh sang Khaliq untuknya. Zafirah sama seperti wanita lain yang memiliki hati dan air mata, rasa penyesalan dan amarah yang ia pendam seorang diri tanpa bisa ia luapkan kemarahannya kepada orang lain. Kekecewaan hidupnya yang sudah ia jalani selama ini tidak membuatnya merubah diri. Ujian hidup yang datang silih berganti membuat Zafirah putus asa. Kehilangan calon imam dan harus menikah dengan orang yang tidak ia kenal sebelumnya dan harus menerima kekerasan yang ia dapatkan dari pria yang menjadi imamnya. Masih teringat jelas bagaimana Azril mengusirnya di saat ia tengah mengandung dan melahirkan putri mereka dengan bantuan seseorang yang ia tahu jika Romi sahabat dari suaminya menaruh hatinya."Maafkan aku mas Romi, bunga di dalam hatiku benar-benar sudah mekar. Namun aku tidak bisa menutup mataku jika kebahagiaan putriku berada bersama dengan ayah
Terima kasih sudah mengikuti kisah, Zafirah dan Azril. jangan lupa untuk mengikuti kisah Cia dan Aaron. dalam cerita Kekasihku Seorang Mafia.Follow, rafli123bilqis (I*)F******k, Bilqis. *****"Aaaaggghhhhh!!" "Zafirah!!!"Brukkk !!Tubuh Jelita terpental ke aspal, beruntung Azril menarik tubuh Zafirah sehingga tubuhnya tidak mengenai aspal."Astaghfirullah hal adzim, mas tolong Jelita!" Kata Zafirah panik melihat tubuh Jelita terkapar di aspal."Untuk apa kamu memikirkan, Jelita? Wanita itu hampir membunuh kamu dan anak kita, dan sekarang kamu memikirkan keselamatannya?" Kata Azril kesal dengan sang istri yang masih memikirkan kondisi Jelita, jika dirinya tidak sigap mungkin Zafirah yang berada di posisi Jelita."Bos, anda tidak apa-apa?" Adam mendekati Zafirah yang masih dalam pelukan Azril, tubuhnya bergetar ketakutan namun hati nuraninya memikirkan kondisi Jelita.Dokter dan perawat mengangkat tubuh Jelita dan membawanya ke UGD. Untuk memberikan pertolongan pertama padanya.Se
"Jelita?""Ibuuu!" Bian mendekati wanita yang duduk di kursi roda depan wajah yang sebenarnya sangat mengerikan."B— Bian, kalian?" Jelita menundukkan wajahnya dirinya tidak ingin terlihat menyedihkan di depan Mario dan putranya. Kondisinya saat ini sangat tidak mungkin untuk terlihat pada Bian dan Mario."Jelita? Apa yang terjadi denganmu? Maaf apakah karena, kamu melakukan—" ucapan Mario terhenti, memilih membantu Jelita walau bagaimanapun Jelita adalah ibu dari putranya. Wanita yang telah melahirkan putra setampan Bian walau ia tahu jika sikap baik Bian karena didikan Azril, mantan ayah tiri putranya selaku memberikan yang terbaik dan mengajarkan hal-hal kebaikan untuknya."Setelah melihat keadaanku sekarang, kamu akan menghinaku? Setelah karma yang aku terima kamu bisa menertawakan aku sepuas mu, jadi lakukan secepatnya dan pergilah dari hadapanku. Aku menerima dengan lapang dada atas hinaan kamu, Mario. Silahkan tinggalkan aku sendirian di sini." Kata Jelita menyiapkan hati untuk
Dua hari setelah pengusiran Jelita, selama dua hari itu pula keluarga Halik berada di kediaman Azril. Seperti pagi ini setelah kejadian dua hari yang lalu, Azril yang meminta untuk memperbaiki kamar utama. Walau Jelita tidak tidur diatas kamar utama yang berada di lantai dua, namun Azril tidak ingin membuat trauma pada sang istri."Assalamualaikum, sayang." Ucap Azril saat melihat sang istri telah selesai berzikir."Wa'alaikumsalam, mas Azril. Kamu sudah siap? Maaf apakah terlalu lama berzikir?" tanya Zafirah lirih."Tidak, sayang. Aku hanya bersiap, lagi pula aku hanya berkerja dari rumah." Azril menarik pinggang Zafirah menatap wajah cantik alami istrinya. Wanita yang mampu membawanya lebih baik lagi, wanita yang begitu ia cintai walau terlambat menyadarinya."Apakah, kamu ingin kita ke dokter? Aku tidak ingin luka ini menganggu mu." ujar Azril membuat wajah Zafirah merona. Luka goresan di berapa tubuhnya dan wajah cantik Zafirah walau ia tidak melihatnya namun ia yakin ada luka lai
"Baiklah," Arman melanjutkan kendaraannya mengikuti arahan Zafirah, kurang dari tiga puluh menit mobil kembali berhenti tiba-tiba membuat semua yang berada di dalam mobil terkejut."Arman ada apa lagi?" tanya Hanum."Bibi, itu mobil ugal-ugalan," kata Arman menunjuk kearah depan."Ya, sudah kamu tetap hati-hati Arman." kata Hanum."Ya bi maaf. Membuat kalian terkejut." Arman menghidupkan kembali mobilnya namun lagi-lagi mesinnya tidak bisa di hidupkan lagi. Menyadari mesinnya tiba-tiba mati membuat Arman mengucapkan istighfar, sejak kepergian mereka untuk mengantar Zafirah kembali ke kota ada banyak hal yang tidak terduga sehingga perjalanan mereka terhambat."Astaghfirullah hal adzim, Arman ada denganmu? Kenapa mobilnya bisa mati seperti ini?" Hanum keluar dari mobil di ikuti oleh Zafirah dan yang lainnya. Hatinya kembali dirundung gelisah, bukan hanya Arman tetapi mereka begitu bertanya-tanya apa yang Allah tunjukkan sehingga perjalanan mereka terhambat."Apa karena kita belum Sa
Verra tiba di kediaman Azril sesuai permintaan Azril untuk mendekati wanita yang ada di rumahnya. Sosok yang di ketahui banyak orang adalah Zafirah. Mereka berbincang-bincang seperti biasanya dengan Zafirah, tidak ada yang yang mencurigakan namun semua yang dikatakan oleh Verra mampu membuat Jelita terkejut. Namun demikian Jelita dengan pandainya berkilah, dan membalikan keadaan. Sehingga Verra memilih untuk diam dan mengikuti apa yang di katakan oleh Jelita. Seperti pagi ini mereka kerumah sakit untuk memeriksa wajah Jelita. "Mas, apa kamu benar-benar tidak bisa untuk menemaniku? Aku ingin kamu berada di sampingku, saat pemeriksaan." Jelita yang tidak ingin Azril pergi kekantor dan mengabaikan dirinya. Berusaha untuk mengiba walau kenyataannya Azril memilih ke kantor dari pada menemaninya ke dokter. "Maaf, tapi hari ini tidak bisa. Bagaimana jika kamu pergi bersama dengan Verra? Bukankah kamu begitu dekat dengannya?" usul Azril. Menyadari perbedaan raut wajah Zafirah palsu."Tapi
Hei, semoga kalian masih mengikuti kisah Zafirah dan Azril. jangan lupa untuk mengikuti terus kisah mereka. Berapa hari kedepan "Kekasihku Seorang Mafia" Akan update, jangan lupa ikuti kisah cinta Aaron dan Cia.***"Siapa kamu yang sebenarnya?!" Suara dingin Azril membuat Jelita melonjak kaget."Azril, apa maksudmu? Aku Zafirah, apakah kamu tidak percaya padaku?" Jelita berusaha untuk meredakan emosi, dan hatinya yang ketakutan jika Azril mengetahui kebenarannya."Istriku tidak pernah memanggilku dengan kata Azril dan dia tidak pernah berpakaian seperti ini. Satu lagi, Zafirah tidak pernah merayu ataupun meminta terlebih dulu. Hal kecil yang di lakukan Zafirah tidak bisa kamu lakukan, Jelita." Kata Azril menekan kata Jelita, membuat pemilik nama ketakutan."Percaya ataupun tidak, itu terserah kamu. Jika kamu ingin mengusir ku, tidak apa-apa aku akan pergi. Dan membawa putriku dari sini." Jelita mengambil pakaiannya, namun kali ini sebuah gamis syar'i dan memakainya di depan Azril."
Mario yang ingin memperbaiki hidupnya dengan mencari keberadaan putra kandungnya. Dirinya tidak ingin jika jejaknya mengikuti sang ibu, walau dirinya memiliki kehidupan yang sama dengan Jelita. Namun tentang putranya Mario ingin memberikan yang terbaik untuknya."Permisi, apakah anda melihat wanita ini, dengan seorang anak laki-laki?" tanya Mario pada seseorang dengan memperlihatkan foto Jelita dengan Bian."Anda siapa ya?" tanya wanita yang sedang menyapu di depan rumah."Saya adalah ayahnya. Tapi —" ucapan Mario terhenti saat wanita yang tengah menyapu mengarahkan sapunya kearah dirinya. Dengan capat Mario menghindar agar tidak mengenai wajahnya."Apa kamu tahu anak itu hidup sebatang kara di sini? Wanita itu, yang mengaku sebagai ibu kandungnya pergi meninggalkannya. Setelah saya melihat dan mendengar sendiri rencana untuk membunuh seseorang dan menculiknya. Sepertinya wanita yang kamu cari itu bukan orang baik-baik, bahkan saya sendiri melihatnya bersama dengan para preman meningga