Beranda / Romansa / Wanita Bayaran / Tertangkap basah

Share

Tertangkap basah

Penulis: Alliya Khairz
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-01 10:35:28

Cahaya pagi mulai terasa menusuk kulit serta penglihatan. Memaksa diri untuk segera membuka penglihatan.

"Uh ...." Natalie membuka mata, perlahan mengumpulkan kesadaran.

Lama ia memperhatikan ruangan tempatnya tidur, lalu beralih ke selimut putih yang membungkus tubuhnya. 

Sontak ia terbangun, lalu hal pertama yang ia lakukan ialah membuka selimut. Memastikan pakaiannya masih lengkap.

"Fiuh ...." Natalie menarik napas lega. 

"Sepertinya tak terjadi apa-apa," lanjutnya lagi.

"Tapi di mana aku?" Ia mulai meneliti setiap sudut ruangan yang serba putih itu. Ia memulai mengingat satu persatu kejadian yang berkaitan. 

"Apa aku diculik?" pikir Natalie. 

Natalie lalu berdiri, membuka sebuah tirai besar yang menghalangi cahaya masuk. Nampak sebuah kolam renang di sana, dengan seorang pria yang tampak duduk santai dengan memegang laptop.

"Pasti dia penculiknya." Natalie lalu keluar dari kamar, akan menuju kolam renang itu. 

"Hei, kau! Apa yang kau lakukan padaku? Siapa yang membayarmu melakukan ini, hah?!" hardik Natalie pada pria itu. 

Pria yang tak lain adalah Rai, masih tak menghiraukan Natalie. Ia hanya terus menatap ke arah laptop.

"Hei, Tuan. Apa kau tuli?" tanya Natalie lagi. Kali ini dengan suara yang lebih keras. 

"Sst ...." Hanya itu yang keluar dari bibir Rai.

"Apa, sst ... sst?! Apa kau tidak tahu siapa aku? Aku bisa saja memenjarakanmu sekarang! Jadi, jika kau tak ingin itu terjadi, cepat beritahu aku, kau di bawah perintah siapa?!" Natalie menakuti. 

"Baiklah! Kurasa kita harus mengakhiri dulu pembicaraan kita sampai di sini. Kita lanjutkan lain kali," ujar Rai kemudian.

"Apa katamu?! Hei, aku bahkan belum selesai denganmu! Kau bahkan belum menjawab pertanyaanku! Kau ...." Natalie menghentikan langkahnya, saat sadar gambar seorang pria lain hadir di layar laptop. Natalie baru sadar, kalau ternyata ada panggilan video di sana.

Rai mulai menutup laptopnya, lalu beralih memandang Natalie.

"Bukankah aku sudah menyuruhmu diam?!" 

"Ma-maafkan aku. Aku tidak tahu kalau kau sedang ...." Natalie menjeda ucapannya.

"Tunggu! Kenapa aku harus minta maaf? Kau yang menculikku, harusnya kau yang memberiku penjelasan!" sambung Natalie lagi.

"Menculik?!" Rai mengerutkan dahi.

"Dengar, Nona. Jika aku menculikmu, kau tak akan bisa bebas berkeliaran seperti ini di wilayahku," sambung Rai dengan wajah serius.

Natalie sejenak berpikir, apa yang dikatakan pria itu masuk akal.

"Jadi ... ada di mana aku? Apa yang terjadi semalam?" tanya Natalie, sembari menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

"Apa kau sungguh tak ingat kejadian semalam, atau berpura-pura tak ingat?" Rai coba menginterogasi. 

"Aku cuma ingat, memberhentikan sebuah mobil, lalu ...." Natalie menghentikan ucapannya.

"Apa aku ketiduran di mobil itu?" terka Natalie, kemudian.

"Kau keterlaluan sekali, Nona. Kau hanya mengingat kejadiannya, tapi tak mengingat wajah penolongmu." Rai tersenyum sinis, sembari mengangkat gelas jus di tangannya.

"Bagaimana aku bisa mengingatnya, jika hari sudah gelap. Lagipula tidak penting juga," ucap Natalie.

"Uhuk-uhuk-uhuk ...." Rai tersedak, saat Natalie mengeluarkan kata-kata itu.

"Hei, kau baik-baik saja," panik Natalie. 

"Pfft ... ha-ha-ha ... tak kusangka ada saat di mana aku merasa terlalu pede." Rai menertawakan dirinya sendiri.

Natalie hanya menaikkan sebelah alisnya.

"Ada apa dengan pria ini? Apa dia mengidap star syndrome?" gumam Natalie. 

"Baiklah, Nona. Sebaiknya kau mandi, lalu sarapan. Setelah itu aku akan mengantarkanmu pulang," ujar Rai lagi. 

"Ba-baiklah. Bisa kau tunjukkan aku di mana kamar mandinya?" Natalie bertanya, usai mengiyakan ucapan pria itu. 

Tak berapa lama muncul seorang wanita dengan memakai pakaian pelayan. Lalu menundukkan kepala di hadapan Rai yang berdiri di samping Natalie. 

"Tunjukkan kamar mandinya pada tamu kita. Jangan lupa siapkan baju ganti untuknya! Setelah itu, antar dia ke ruang makan segera!" perintah Rai.

Tanpa banyak bicara, pelayan wanita itu segera melakukan tugasnya. Begitu pun Natalie, tak banyak bicara, hanya mengikuti langkah pelayan di depannya. 

***

     Setelah menghabiskan waktu di rumah pria asing , Natalie bergegas pulang. Meminta diantarkan oleh pria yang telah menolongnya semalam.

Bahkan setelah apa yang dilakukan pria itu, Natalie sama sekali tak berniat menanyakan nama pria itu. Membuat pria itu semakin tertarik pada Natalie. 

"Akan aku buat kau mengingat namaku, Natalie," ujar pria itu di balik kaca mobil, begitu Natalie turun. 

Sementara Natalie, terus berjalan masuk tanpa menoleh sedikit pun ke belakang. 

"Uh ... aku lelah," ujar Natalie begitu tiba di depan pintu.

"Bagus sekali kau, Natalie. Dari mana saja kau? Semalaman kau pergi tanpa memberitahukan keberadaanmu, lalu di pagi hari, seorang pria mengantarmu. Trik apa lagi yang akan kau mainkan sekarang?" Terlihat Celine menginterogasi Natalie, dengan melipat kedua tangannya di dada. 

"Bukan urusanmu!" Natalie tak menghiraukan, hanya terus berjalan menuju kamar. 

"Kurang ajar kau, Natalie! Ingat siapa dirimu! Kau hanya numpang di rumahku! Lihat, bagaimana aku melaporkanmu pada Rio nanti." Celine terlihat begitu emosi, atas sikap tak acuh Natalie.

"Ckck ... laporkan saja!" gumam Natalie.

"Benar-benar melelahkan. Kapan semua ini akan berakhir?" Natalie mengeluh, begitu merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

"Handphone." Natalie lalu merogoh tasnya, mendapati ponselnya yang kehabisan daya. 

"Sial!" umpatnya lagi.

Ia lalu memasang charger, lalu segera mengaktifkan ponselnya. Beberapa chat serta panggilan masuk dari aplikasi hijau tampak menghiasi layar ponsel. Beberapa dari Rio, sementara lainnya dari Nyonya Bos. Natalie lalu melakukan panggilan ulang pada kontak nyonya bos.

"Hello ...." Suara terdengar dari ujung sana, begitu panggilan tersambung.

"Hello, Nyonya. Ada apa? Maaf baru bisa menghubungimu sekarang," terang Natalie.

"It's ok. Aku hanya khawatir. Kupikir kau dalam masalah hingga nomermu sulit dihubungi. Syukurlah, jika kau baik-baik saja." Wanita itu menjelaskan. 

"Aku baik-baik saja, Nyonya. Hanya kejadian kecil." Natalie menenangkan wanita di telepon itu. 

"Lalu ... bagaimana dengan tugasmu?" tanya wanita itu lagi.

"Aku masih membutuhkan waktu untuk itu. Aku sudah mencari ke seluruh ruangan yang ada di rumah ini, tapi tak juga menemukan petunjuk. Apa di rumah ini ada tempat khusus? Seperti ruangan rahasia?" Natalie kembali bertanya.

"Tak mungkin. Aku sangat hapal setiap sudut di ruangan itu lebih dari siapa pun. Jika memang ada ruang rahasia, aku lah yang lebih tahu dibanding Rio," jelas wanita itu kemudian.

"Yah ... baiklah. Mau bagaimana lagi, sepertinya aku harus bekerja keras untuk itu," ujar Natalie.

"Baiklah, Natalie. Aku harap segera mendapat kabar baik darimu." Wanita itu lalu memutuskan panggilan. 

"Uh ... di mana kira-kira Rio menyimpan berkas itu, ya? Aku sudah bosan tinggal di rumah ini," gumam Natalie. 

Tanpa ia sadari, seorang wanita tampak berdiri di luar kamarnya, dengan tersenyum licik. Di genggamannya, ada sebuah ponsel yang merekam semua pembicaraan Natalie dan wanita misterius itu. Ia yakin rekaman ini akan menjadi bukti kuat, agar Rio tak lagi mendengarkan ucapan Natalie. 

"Tamatlah riwayatmu, Natalie!" seru Celine, dengan tersenyum penuh kemenangan.

.

.

.

Bersambung ....

Bab terkait

  • Wanita Bayaran   Mari bermain

    Brak.Celine mendobrak pintu Natalie dengan bantuan beberapa pria kekar. Dengan tersenyum jahat, Celine memerintahkan pria-pria kekar itu menyeret Natalie keluar dari kamar."Seret wanita ini keluar! Cepat!" Perintah Celine."Baik, Nyonya!" Pria-pria itu hanya mengiyakan."Apa-apaan kau, Celine? Begini kah caramu memperlakukan tamu?" tanya Natalie, yang langsung bangkit dari tidur. Mendapati kamarnya telah dipenuhi beberapa orang."Cih! Kau menjadi tamu, hanya karena Rio menyukaimu. Tapi setelah ini, Rio tidak akan lagi memperlakukanmu dengan kasih sayang!" cebik Celine, dengan amarah yang membara."Apa maksudmu?! Apa kau pikir, aku akan pergi dari rumah ini hanya karena ancaman murahanmu itu, hah?!" Natalie bersikukuh, tak ingin pergi.Celine tak tinggal diam. Ia kemudian memperdengarkan sebuah rekaman yang ia ambil beberapa saat sebelumnya."Tidakkah ini cukup untuk membuatmu pergi?"

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-02
  • Wanita Bayaran   Tentang Rai

    "Ah ... apa yang kau lakukan padaku, Natalie?" erang Celine, saat Natalie mengikat kedua tangannya, serta menyiramkan air di atas kepalanya."Tenanglah! Ini hanya air. Lagipula tidak beracun," ujar Natalie, santai."Kau gila, Natalie! Lepaskan aku!" bentak Celine lagi."Terserah! Sebelum kau mengatakan dengan jelas di mana Rio menyimpan berkas-berkas itu, aku tak 'kan melepasmu!" ancam Natalie."Sungguh, Natalie. Aku tak tahu apa-apa. Dengan posisiku saat ini, apa kau pikir Rio akan memberitahuku tentang itu." Celine mengiba.Natalie sejenak berpikir."Sial! Kau adalah nyonya di rumah ini! Kau adalah istri sah sekarang. Bagaimana bisa kau tidak tahu di mana suamimu menyimpan berkas penting seperti itu!" Natalie murka. Ia mulai tak bisa mengendalikan diri."Aku tidak berbohong. Aku sungguh tak tahu. Aku sama sekali tidak memikirkan hal itu. Selama ini aku hanya menginginkan posisi nyonya, sama sekali tidak memikirkan ha

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-03
  • Wanita Bayaran   Karma

    "Bagus Natalie. Bagus sekali." Seorang wanita tampak memuji Natalie, usai ia menyerahkan beberapa berkas penting."Seperti yang kau tahu, Nyonya. Aku selalu profesional," puji Natalie pada diri sendiri."Aku tahu, kau tak 'kan mengecewakanku. Kupikir kau akan segera menyerah, karena di telpon tadi, kau mengatakan masih belum mendapatkan apa-apa," sindir wanita yang akrab disapa Denia itu.Deg.Jantung Natalie bagai ditombak, mendengar perkataan nyonya Denia yang begitu menusuk."Oh ... soal itu. Aku hanya ingin memberimu surprize, Nyonya. Bukankah kau merasa terkejut dengan kedatanganku yang tiba-tiba ini? Seperti yang kau lihat, misiku telah selesai." Natalie berusaha tenang dalam kebohongannya. Ia tak mau hanya karena sedikit keterlambatan, kliennya merasa tidak puas. Jaringan nyonya Denia sangat luas, jika Natalie bisa memuaskan klien satu ini, kemungkinan di masa depan ia tak 'kan susah mendapatkan misi lagi. Karena nyon

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-04
  • Wanita Bayaran   Akar masalah

    Wanita paruh baya itu tersenyum, melihat wajah Celine yang mendadak pucat."Terkejut? Kau pasti tak 'kan mengira hari ini akan datang, bukan?" Wanita itu mencibir."Natalie ... apa maksudnya ini?" Celine yang dipenuhi rasa penasaran, mulai mempertanyakan."Apa kau sungguh ingin tahu, atau kau takut menebak?" Bukannya menjawab, Natalie malah sengaja memancing amarah Celine."Ka-kau!" Celine tak mampu berkata-kata, saking emosinya."Bagaimana rasanya menjadi istri yang dibuang, Celine? Sakit, bukan?" Denia kembali buka suara."Seperti itu lah yang kurasakan lima tahun lalu! Kau merebut segala yang kupunya hanya dengan modal tubuhmu itu! Kau menghancurkanku, hanya dengan mengandalkan wajahmu! Sekarang, akan kubuat kau merasakan, perasaan dibuang. Dan ...." Denia mengangkat wajah Celine menggunakan telunjuknya."Akan kuhancurkan wajah cantik ini, agar tak ada lagi kebahagiaan yang rusak karena wajah ini!" Denia mengatakan itu, dengan penu

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-05
  • Wanita Bayaran   Masa lalu Denia

    "Sialan! Argh ...." Rio yang stres, terus melampiaskan amarahnya pada stir mobil.Beberapa menit kemudian, ponselnya berbunyi. Tertera nama Celine di sana."Cih! Untuk apa wanita murahan ini menelponku? Semua gara-gara dia. Seandainya ia tidak muncul, aku tak 'kan kehilangan kendali seperti tadi. Sekarang, apa yang harus kulakukan? Denia pasti tidak akan memaafkanku." Rio merenung sesaat. Menyesali atas apa yang ia ucapkan pada Denia. Ia benar-benar takut, jika Denia mengetahui hubungan gelapnya dengan Celine.Sebagai seorang lelaki, terkadang ia ingin mendapat perlakuan mesra dari Denia. Tapi, karena Denia seorang wanita karir, membuat ia jarang berada di rumah. Rio merasa diperlakukan seperti lelaki bayaran. Sekarang ia justru terjebak karena ulahnya sendiri.Ponsel Rio masih terus berbunyi, dari kontak yang sama. Dengan terpaksa, Rio mengangkat panggilan itu."Halo." Suara serak Celine terdengar dari ujung sana.

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-06
  • Wanita Bayaran   Awal pertemuan

    "Argh ... sakit!" teriakan Celine, begitu menggelora di dalam kamar."Maafkan aku, Denia. Kumohon," pekik Celine, memelas.Ia merasakan hawa panas di sekitar wajah, juga selangkangannya. Ia bahkan tak mengingat jelas, kapan terakhir kali ia pingsan. Setiap terbangun, Celine selalu merasakan gatal di sekitar selangkangan, serta wajahnya. Ia tak tahan untuk tidak menggaruknya, membuat bagian yang sensitif itu terluka."Denia ... kumohon ampuni aku. Argh ... aku tak sanggup lagi, Denia. Kumohon, beri aku obat. Argh ...." Suara itu kemudian berubah menjadi tangis pilu.Denia hanya tersenyum puas, mendengar tangisan Celine. Ia merasa tak perlu mengotori tangannya untuk menyakiti Celine. Justru tangan Celine sendiri lah yang membuat luka di tubuhnya."Wah, wah, Nyonya. Aku sangat terkesan padamu. Kau bahkan belum menggunakan tanganmu untuk menyakiti Celine, tapi wanita itu malah teriak dengan hebohnya," puji Natalie, dengan nada menyindir. 

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-07
  • Wanita Bayaran   Rai dan Jeremy

    Sore harinya Jeremy pulang, dengan membawa beberapa obat penurun panas dan pereda nyeri untuk Rai. Meski sebenarnya ia tak ingin menyia-nyiakan uang untuk orang tak dikenal, tapi sisi kemanusiaaannya tak tega jika harus membiarkan Rai dalam keadaan sengsara.Sesampainya di rumah, ia mulai berteriak,"Bu ... Bu." Ia memastikan, jika ibunya ada di rumah."Masuklah, Jemz. Jangan berteriak seperti itu." Ibu Jeremy menasehati."Bu, di mana pria itu? Ia belum mati, kan?" canda Jeremy.Plak."Aw ... sakit, Bu." Jeremy meringis, saat sebuah sapu mendarat di kepalanya."Jaga ucapanmu, Jemz. Kau tidak lihat, pria itu duduk di kursi tamu?!" Ibu Jeremy memelototi anaknya itu."Ups!" Jeremy menutup mulutnya, saat menoleh dan mendapati Rai yang tengah menatapnya sangar."Hei, Bro. Kau sudah bangun rupanya. Bagaimana perasaanmu? Apa kau masih bisa merasakan denyut jantungmu?" Jeremy masih saja bercanda, kemudi

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-13
  • Wanita Bayaran   Pertengkaran

    Plak!Tamparan keras mendarat di pipi Natalie, saat ia tengah berada di sebuah cafe sore ini."Perempuan laknat! Berani sekali kau mendekati suamiku! Kau pikir siapa dirimu! Beraninya kau menggoda suamiku!" Tak cukup puas, wanita itu kemudian memaki Natalie.Natalie hanya mengelus pipinya, sambil menyeringai ke arah wanita yang baru saja menamparnya."Kembalikan harta yang telah diberikan suamiku padamu!" Wanita itu kembali merendahkan Natalie."Hei, Nona! Apa kau sadar yang kau lakukan?" Natalie memandang wanita itu dengan sinis."Aku sangat sadar! Hei semuanya ... dengarlah! Wanita ini adalah pelakor! Dia suka merayu lelaki yang telah bersuami!" Wanita itu lalu berteriak, sembari menunjuk-nunjuk Natalie, membuat beberapa orang di dalam cafe menatap ke arah mereka.Natalie masih dengan santai menanggapinya, sesekali mencemooh wanita di hadapannya."Cih! Lihatlah wanita ini. Mengatakan wanita lain penggoda

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-11

Bab terbaru

  • Wanita Bayaran   Rai dan Jeremy

    Sore harinya Jeremy pulang, dengan membawa beberapa obat penurun panas dan pereda nyeri untuk Rai. Meski sebenarnya ia tak ingin menyia-nyiakan uang untuk orang tak dikenal, tapi sisi kemanusiaaannya tak tega jika harus membiarkan Rai dalam keadaan sengsara.Sesampainya di rumah, ia mulai berteriak,"Bu ... Bu." Ia memastikan, jika ibunya ada di rumah."Masuklah, Jemz. Jangan berteriak seperti itu." Ibu Jeremy menasehati."Bu, di mana pria itu? Ia belum mati, kan?" canda Jeremy.Plak."Aw ... sakit, Bu." Jeremy meringis, saat sebuah sapu mendarat di kepalanya."Jaga ucapanmu, Jemz. Kau tidak lihat, pria itu duduk di kursi tamu?!" Ibu Jeremy memelototi anaknya itu."Ups!" Jeremy menutup mulutnya, saat menoleh dan mendapati Rai yang tengah menatapnya sangar."Hei, Bro. Kau sudah bangun rupanya. Bagaimana perasaanmu? Apa kau masih bisa merasakan denyut jantungmu?" Jeremy masih saja bercanda, kemudi

  • Wanita Bayaran   Awal pertemuan

    "Argh ... sakit!" teriakan Celine, begitu menggelora di dalam kamar."Maafkan aku, Denia. Kumohon," pekik Celine, memelas.Ia merasakan hawa panas di sekitar wajah, juga selangkangannya. Ia bahkan tak mengingat jelas, kapan terakhir kali ia pingsan. Setiap terbangun, Celine selalu merasakan gatal di sekitar selangkangan, serta wajahnya. Ia tak tahan untuk tidak menggaruknya, membuat bagian yang sensitif itu terluka."Denia ... kumohon ampuni aku. Argh ... aku tak sanggup lagi, Denia. Kumohon, beri aku obat. Argh ...." Suara itu kemudian berubah menjadi tangis pilu.Denia hanya tersenyum puas, mendengar tangisan Celine. Ia merasa tak perlu mengotori tangannya untuk menyakiti Celine. Justru tangan Celine sendiri lah yang membuat luka di tubuhnya."Wah, wah, Nyonya. Aku sangat terkesan padamu. Kau bahkan belum menggunakan tanganmu untuk menyakiti Celine, tapi wanita itu malah teriak dengan hebohnya," puji Natalie, dengan nada menyindir. 

  • Wanita Bayaran   Masa lalu Denia

    "Sialan! Argh ...." Rio yang stres, terus melampiaskan amarahnya pada stir mobil.Beberapa menit kemudian, ponselnya berbunyi. Tertera nama Celine di sana."Cih! Untuk apa wanita murahan ini menelponku? Semua gara-gara dia. Seandainya ia tidak muncul, aku tak 'kan kehilangan kendali seperti tadi. Sekarang, apa yang harus kulakukan? Denia pasti tidak akan memaafkanku." Rio merenung sesaat. Menyesali atas apa yang ia ucapkan pada Denia. Ia benar-benar takut, jika Denia mengetahui hubungan gelapnya dengan Celine.Sebagai seorang lelaki, terkadang ia ingin mendapat perlakuan mesra dari Denia. Tapi, karena Denia seorang wanita karir, membuat ia jarang berada di rumah. Rio merasa diperlakukan seperti lelaki bayaran. Sekarang ia justru terjebak karena ulahnya sendiri.Ponsel Rio masih terus berbunyi, dari kontak yang sama. Dengan terpaksa, Rio mengangkat panggilan itu."Halo." Suara serak Celine terdengar dari ujung sana.

  • Wanita Bayaran   Akar masalah

    Wanita paruh baya itu tersenyum, melihat wajah Celine yang mendadak pucat."Terkejut? Kau pasti tak 'kan mengira hari ini akan datang, bukan?" Wanita itu mencibir."Natalie ... apa maksudnya ini?" Celine yang dipenuhi rasa penasaran, mulai mempertanyakan."Apa kau sungguh ingin tahu, atau kau takut menebak?" Bukannya menjawab, Natalie malah sengaja memancing amarah Celine."Ka-kau!" Celine tak mampu berkata-kata, saking emosinya."Bagaimana rasanya menjadi istri yang dibuang, Celine? Sakit, bukan?" Denia kembali buka suara."Seperti itu lah yang kurasakan lima tahun lalu! Kau merebut segala yang kupunya hanya dengan modal tubuhmu itu! Kau menghancurkanku, hanya dengan mengandalkan wajahmu! Sekarang, akan kubuat kau merasakan, perasaan dibuang. Dan ...." Denia mengangkat wajah Celine menggunakan telunjuknya."Akan kuhancurkan wajah cantik ini, agar tak ada lagi kebahagiaan yang rusak karena wajah ini!" Denia mengatakan itu, dengan penu

  • Wanita Bayaran   Karma

    "Bagus Natalie. Bagus sekali." Seorang wanita tampak memuji Natalie, usai ia menyerahkan beberapa berkas penting."Seperti yang kau tahu, Nyonya. Aku selalu profesional," puji Natalie pada diri sendiri."Aku tahu, kau tak 'kan mengecewakanku. Kupikir kau akan segera menyerah, karena di telpon tadi, kau mengatakan masih belum mendapatkan apa-apa," sindir wanita yang akrab disapa Denia itu.Deg.Jantung Natalie bagai ditombak, mendengar perkataan nyonya Denia yang begitu menusuk."Oh ... soal itu. Aku hanya ingin memberimu surprize, Nyonya. Bukankah kau merasa terkejut dengan kedatanganku yang tiba-tiba ini? Seperti yang kau lihat, misiku telah selesai." Natalie berusaha tenang dalam kebohongannya. Ia tak mau hanya karena sedikit keterlambatan, kliennya merasa tidak puas. Jaringan nyonya Denia sangat luas, jika Natalie bisa memuaskan klien satu ini, kemungkinan di masa depan ia tak 'kan susah mendapatkan misi lagi. Karena nyon

  • Wanita Bayaran   Tentang Rai

    "Ah ... apa yang kau lakukan padaku, Natalie?" erang Celine, saat Natalie mengikat kedua tangannya, serta menyiramkan air di atas kepalanya."Tenanglah! Ini hanya air. Lagipula tidak beracun," ujar Natalie, santai."Kau gila, Natalie! Lepaskan aku!" bentak Celine lagi."Terserah! Sebelum kau mengatakan dengan jelas di mana Rio menyimpan berkas-berkas itu, aku tak 'kan melepasmu!" ancam Natalie."Sungguh, Natalie. Aku tak tahu apa-apa. Dengan posisiku saat ini, apa kau pikir Rio akan memberitahuku tentang itu." Celine mengiba.Natalie sejenak berpikir."Sial! Kau adalah nyonya di rumah ini! Kau adalah istri sah sekarang. Bagaimana bisa kau tidak tahu di mana suamimu menyimpan berkas penting seperti itu!" Natalie murka. Ia mulai tak bisa mengendalikan diri."Aku tidak berbohong. Aku sungguh tak tahu. Aku sama sekali tidak memikirkan hal itu. Selama ini aku hanya menginginkan posisi nyonya, sama sekali tidak memikirkan ha

  • Wanita Bayaran   Mari bermain

    Brak.Celine mendobrak pintu Natalie dengan bantuan beberapa pria kekar. Dengan tersenyum jahat, Celine memerintahkan pria-pria kekar itu menyeret Natalie keluar dari kamar."Seret wanita ini keluar! Cepat!" Perintah Celine."Baik, Nyonya!" Pria-pria itu hanya mengiyakan."Apa-apaan kau, Celine? Begini kah caramu memperlakukan tamu?" tanya Natalie, yang langsung bangkit dari tidur. Mendapati kamarnya telah dipenuhi beberapa orang."Cih! Kau menjadi tamu, hanya karena Rio menyukaimu. Tapi setelah ini, Rio tidak akan lagi memperlakukanmu dengan kasih sayang!" cebik Celine, dengan amarah yang membara."Apa maksudmu?! Apa kau pikir, aku akan pergi dari rumah ini hanya karena ancaman murahanmu itu, hah?!" Natalie bersikukuh, tak ingin pergi.Celine tak tinggal diam. Ia kemudian memperdengarkan sebuah rekaman yang ia ambil beberapa saat sebelumnya."Tidakkah ini cukup untuk membuatmu pergi?"

  • Wanita Bayaran   Tertangkap basah

    Cahaya pagi mulai terasa menusuk kulit serta penglihatan. Memaksa diri untuk segera membuka penglihatan."Uh ...." Natalie membuka mata, perlahan mengumpulkan kesadaran.Lama ia memperhatikan ruangan tempatnya tidur, lalu beralih ke selimut putih yang membungkus tubuhnya.Sontak ia terbangun, lalu hal pertama yang ia lakukan ialah membuka selimut. Memastikan pakaiannya masih lengkap."Fiuh ...." Natalie menarik napas lega."Sepertinya tak terjadi apa-apa," lanjutnya lagi."Tapi di mana aku?" Ia mulai meneliti setiap sudut ruangan yang serba putih itu. Ia memulai mengingat satu persatu kejadian yang berkaitan."Apa aku diculik?" pikir Natalie.Natalie lalu berdiri, membuka sebuah tirai besar yang menghalangi cahaya masuk. Nampak sebuah kolam renang di sana, dengan seorang pria yang tampak duduk santai dengan memegang laptop."Pasti dia penculiknya." Natalie lalu keluar dari kamar, akan menuju kolam renang itu.&n

  • Wanita Bayaran   Semobil dengan pria asing

    "Apa kau tertarik dengan wanita itu, Rai?" Sebuah pertanyaan muncul dari meja lainnya."Tertarik? Pada wanita itu?" Lelaki yang dipanggil Rai itu, menunjuk ke arah Natalie."Kau pikir aku tak sadar, matamu terus menatap ke arah gadis itu,""Hei, kau jangan salah sangka! Apa kau pikir, aku akan tertarik dengan wanita seperti itu? Dia bukan seleraku!" sangkal Rei."Ckck ... jangan sampai aku tahu, kau diam-diam mencari tahu identitas wanita itu nantinya. Aku bersumpah, tak akan membantumu!""Oh ... ayo lah, Jeremy. Aku tahu kau tak akan tega." Rei menghipit leher Jeremy, kawan kecilnya itu.Sementara sorot matanya, tak lepas dari gadis seksi, yang sedari tadi terlihat mengoceh tak jelas.*** "Huh ... baiklah! Cukup senang-senangnya. Mari kita kembali ke medan perang." Natalie mengaitkan tas di tangannya, lalu mulai meninggalkan tempat.Ia berhenti di sebuah halte, menunggu taks

DMCA.com Protection Status