Seperti dugaan Alessia, saat ini foto Matteo yang sedang menggendong seorang wanita di festival membuat semua kalangan tampak heboh dan ramai memperbincangkan hal ini. Karena Matteo adalah pribadi yang tertutup dan sekarang dia terlihat dekat dengan seorang wanita dan tanpa malu mengumbar kemesraannya.Berita tentang hubungan Matteo dengan wanita yang dianggapnya sebagai "kekasih" atau setidaknya terlibat dalam suatu peristiwa yang menunjukkan kemesraan di tempat umum pasti akan menjadi headline yang ramai diperbincangkan.Reaksi masyarakat dan media akan beragam, ada yang penasaran dengan identitas wanita itu, ada yang menebak-nebak hubungan mereka, dan tentu saja, banyak juga yang ingin mengetahui detail lebih lanjut tentang hubungan keduanya.Bagi Matteo yang biasanya menjaga privasi dengan sangat ketat, ini bisa menjadi sesuatu yang sangat mengganggu. Dia akan menghadapi tekanan dari paparazzi dan sorotan media yang berlebihan. Kehidupan pribadinya yang selama ini terlindungi kini
“Dimana pesananku? Bukankah kau berjanji untuk mendapatkannya?” Secara pribadi Alessia bertemu dengan Josh untuk membicarakan masalah ini dengannya yang pernah dia bahas beberapa hari lalu.Alessia memilih momen pas sebelum Matteo terbangun dari tidurnya.Josh mengangguk, “Saya sudah mendapatkannya, nona. Anda ingin dikirim kemana?” Tanya Josh.Alessia terdiam, karena dia tak mungkin memberikan alamat apartemen miliknya. Dia langsung memikirkan tempat yang mudah.“Kirim ke loby penthouse ini. Aku akan mengurus sisanya.” Ucap Alessia dengan tenang.Josh tampak ragu namun dia tetap masih mengangguk, “Anda sebenarnya ingin melakukan apa dengan alat-alat itu, nona?” Tanya Josh serius karena dia sangat penasaran.Alessia tersenyum, “Bukan apa-apa, tapi suatu saat aku akan membelikan royalti atas bantuanmu ini.” Ucap Alessia dengan tersenyum tipis.Josh yang mendengar itu tampak terkejut dan semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya Alessia lakukan. Tapi dia tak mempunyai hak untuk menan
Suara nyaring bunyi notifikasi ponsel yang terus menerus berbunyi membuat semua karyawan terdiam saat rapat sedang berlangsung.Setiap diskusi rapat dimulai, bunyi itu akan hadir. Mereka semua menjadi was-was takut jika masalah tentang hal ini akan diperpanjang oleh tuannya.Namun, mereka terkejut mendapati tuannya yang malah tersenyum melihat ponselnya.Josh yang berada di sana langsung mengkode tuannya untuk sadar jika saat ini mereka sedang rapat.“Ehem.” Josh berpura-pura batuk.Matteo, yang sebelumnya tenggelam dalam ponselnya, mengangkat kepala dan melirik ke arah Josh. "Ada sesuatu yang ingin kau sampaikan, Josh?" tanya Matteo dengan ekspresi serius.Josh menyadari bahwa dia telah mengganggu waktu tuannya dan memilih berbicara dengan hati-hati, "Maafkan gangguan ini, Tuan. Mungkin ini saat kami sedang berdiskusi untuk acara tahunan perusahaan. Apakah ada instruksi khusus yang Anda butuhkan?"Matteo tersenyum, "Tidak, Josh. Lanjutkan saja seperti biasa. Aku hanya sedang menerima
Tak peduli dengan berita yang semakin menyebar, Matteo sama sekali tak mengetahui gosip tentangnya semakin tak terkendali. Matteo masih saja menikmati untuk melihat notifikasi pesan yang sejak tadi membuatnya tersenyum. Itu adalah notifikasi pesan dari bank jika ada dana transaksi keluar dari rekeningnya. Entah mengapa hal itu membuatnya tersenyum, tapi membayangkan Alessia berbelanja dengan senang membuatnya juga senang. “Sejak kapan aku menikmati uangku dipakai orang lain?” Gumamnya dengan senang. Hingga Josh datang kepadanya dengan wajah seolah dia sedang dalam kondisi masalah besar. “Tuan.” Panggilnya dengan sopan pada Matteo. Matteo yang sebelumnya fokus langsung menatap ke arah Josh, “Ada apa?” Tanyanya dengan tenang. “Ada masalah. Gosip semakin menyebar tak terkendali, tuan.” Ucap Josh dengan serius. Matteo tak terkejut apalagi marah, dia malah bersikap tenang seolah tak terjadi apapun. “Bukannya bagus, Alessia akan dikenal sebagai kekasihku nantinya.” Jawabnya. Namun,
Panggilan telepon yang terus ditolak membuat Matteo mengernyitkan dahinya."Kenapa dia tak mengangkat teleponku?" Gumamnya dengan penasaran. Dia sudah ketiga kali ini memanggil Alessia karena dis ingin menanyakan kabar wanita itu. Terlebih bunyi notifikasi pesan dari dana rekening keluar sudah berhenti sejak dua jam yang lalu."Tuan, ini laporan yang diminta nona Alessia tempo hari lalu. Semua sudah siap, dan dokter yang ahli dalam mengatasi masalah demensia sudah ada. Anda ingin melakukan pengobatannya kapan? Dokter sangat sibuk sehingga kita harus menentukan jadwal mingguan untuk nona." Ucap Josh ketika dia datang ke ruangan Matteo.Matteo mengangguk mengapresiasi pekerjaan yang telah diselesaikan oleh Josh. "Terima kasih, Josh. Urus jadwal pengobatannya. Aku ingin memastikan Alessia mendapatkan perawatan terbaik."Sementara itu, Matteo masih memandang layar ponselnya yang menunjukkan panggilan terus-menerus yang tak diangkat oleh Alessia. Ada kegelisahan yang tumbuh di dalam diriny
“Ku dengar kau dekat dengan seorang wanita, siapa dia?” Tanya Tuan Henrey pada Matteo saat makan malam mingguan mereka.Pria tua itu tampak serius bertanya pada Alessia saat ini, seolah dia ingin mengenal wanita itu. Namun, Matteo hanya fokus pada makannya tanpa menjawab pertanyaan dari ayahnya tersebut.“Dari rumornya itu Freya Beldiv, ayah. Tak tahu wanita mana yang sebenarnya pria itu bawa untuk mengatasi rumor buruk tentang penyakitnya yang impoten.” Ucap Theo dengan senyum sinisnya.Matteo melirik Theo dengan tatapan tajam, memperingatkan adiknya untuk tidak membahas hal tersebut. Meskipun, Tuan Henrey tampaknya sangat ingin mengetahui lebih lanjut.“Itu bukan Freya.” Ucap tuan Henrey dengan serius, dia mengenal dan tahu bagaimana fisik Freya. Wanita yang dibawa oleh Matteo wanita yang sepertinya lebih kecil dari Freya.“Oh berarti itu wanita yang dia bawa dari rumah bordil. Ck ck ck, sungguh memalukan keluarga.” Pancing Theo yang membuat suasana ruang makan ini semakin panas.Tu
“Alesha tampak menjadi wanita yang berbeda setelah kita jual ke madam Rose, apa ibu tahu?” Ucap Rebecca dengan serius.Nyonya Maria yang mendengar itu menaikkan alisnya, “Apa maksudmu? Kau bertemu dengannya?” Tanya nyonya Maria dengan bingung.Rebecca mengangguk, “Benar, aku bertemu di apartemennya Troy. Sudah dua kali aku bertemu dengannya disana.” Ucapnya.Nyonya Maria yang mendengar itu menaikkan alisnya, “Dia keluar dari rumah bordil? Jika dia keluar dari sana berarti pelanggannya adalah orang dengan pangkat tinggi. Jika kau bertemu dia di sana dua kali berarti dia menjadi wanita favorit salah satu orang tersebut. Jangan mencari masalah lebih dulu untuk sekarang dan berusahalah untuk bersikap.Kita tak tahu bagaimana nanti, bisa saja dia membuat perhitungan pada kita.” Ucap nyonya Maria memperhitungkan.Rebecca yang mendengar itu tampak kesal, “Cih, aku tak ingin bersikap baik dengan seorang jalang, itu menjijikkan.” Ucap Rebecca yang tak terima jika harus bersikap baik dengan Ale
Dan hari Alessia harus ikut Matteo untuk pergi bersama adik tirinya telah tiba, dia menunggu di mobil selagi Matteo masuk ke mansion untuk menjemput Veronica.Hingga lima belas menit kemudian, Matteo keluar dengan seorang gadis kecil yang berusia sepuluh tahun.Gadis itu terlihat mirip dengan Matteo, namun wajah gadis itu terlihat tertekan yang membuat Alessia menaikkan alisnya. Hingga dia mengingat jika adik Matteo tak akrab juga dengan pria itu, tapi entah mengapa ayah Matteo malah menyuruh mereka yang menemaninya.Hingga saat pintu mobil terbuka, Alessia sebisa mungkin untuk ramah agar anak itu tak takut karena dia tahu pasti dia juga dalam kondisi yang kurang nyaman.“Hai.” Sapanya dengan lembut.Veronica hanya menatap Alessia tanpa sepatah kata pun. Dia tampak malu-malu dan takut pada awalnya.“Dia calon kakak iparmu, cepat sapa.” Ucap Matteo dengan tajam pada Nica karena anak itu hanya diam saja tak menjawab.Alessia yang mendengar Matteo berbicara seperti itu langsung menatapny
“Kau kembali begitu cepat.” Matteo menyambut Alessia dengan hangat di bandara.Pagi ini Alessia telah tiba, Matteo mengira jika wanita itu akan lama berada disana.“Aku merindukan Liam.” Jawab Alessia dengan tenang.“Aku? Apa kau juga merindukan aku, Sia?” Tanya Matteo dengan senyum manisnya.Alessia tampak tersenyum melihat itu, namun dia memilih untuk berjalan menuju ke parkiran mobil mereka.“Alessia, apa kau masih ingat penawaranku? Bagaimana? Apakah kau bisa menerimaku kembali?” Tanya Matteo dengan penuh harap.Sudah lama dia menunggu, dia tak bisa menunggu terlalu lama lagi.Alessia berhenti sejenak, memandang Matteo dengan serius. "Matteo, aku perlu waktu untuk memikirkannya dengan baik. Ini bukan keputusan yang bisa aku ambil begitu saja." Suaranya tenang, tetapi penuh dengan kepastian.Matteo menarik napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan kegelisahannya. "Aku mengerti. Aku akan menunggu keputusanmu, Sia." Dia mencoba tersenyum, meskipun ada kekhawatiran yang tersembunyi di
“Bagaimana?” Alessia yang baru saja tiba di New York siang ini langsung menemui David untuk melakukan pengecekan terhadap sistem yang berhasil dibuat.“Ada di tanganku, ayo aku tunjukkan.” David memimpin jalan menuju ke ruangannya.Setiap langkahnya menggambarkan keraguan dan ketidaksabaran yang ketara.Hingga sampai diruangan, dia melihat sebuah alat yang benar-benar persis di bayangannya.Dia adalah sistem AI nya yang dia pasang di dalam mobil, dia adalah Lucy.Alessia menyentuh benda itu yang nantinya akan di pasang dalam mobilnya.“Apakah ii sudah berfungsi?” Tanyanya pada David.David mengangguk dengan senyum bangga. "Ya, sudah siap dan berfungsi dengan baik. Lucy dilengkapi dengan teknologi canggih yang akan memungkinkanmu untuk mengendalikan berbagai fitur mobil dari jarak jauh, mulai dari navigasi hingga pengaturan suhu."Alessia tersenyum puas, merasa lega melihat hasil kerja keras mereka. "Bagus sekali. Terima kasih, David. Kita telah mencapai titik ini berkat kerja kerasmu.
“Tuan Henrey datang menemui anda, tuan.” Josh memberikan informasi itu pada Matteo yang sedang fokus melihat dokumen perusahaan.Mendengar sang ayah ingin menemuinya, Matteo langsung melirik ke arah Josh.“Bawa dia masuk.” Ucapnya dengan dingin.Matteo menarik napas dalam-dalam. Dia menyadari bahwa pertemuan ini mungkin akan membawa banyak ketegangan, mengingat hubungan yang rumit antara mereka.Ketika Tuan Henrey memasuki ruangan, Matteo menatapnya dengan tatapan serius. "Apa yang bisa aku bantu, Ayah?" tanyanya tanpa menunjukkan ekspresi emosional apa pun.Tuan Henrey memandang anaknya dengan serius. "Aku mendengar tentang kehadiran Liam di mansionmu. Kau tidak memberitahuku bahwa anak itu disana," ujarnya dengan nada yang dingin.Matteo tetap tenang meskipun dihadapkan pada pertanyaan ayahnya yang mengejutkan. "Aku tidak melihat alasan untuk memberitahumu. Liam adalah urusanku, bukan urusanmu," jawabnya tegas.Tuan Henrey mengangguk dengan serius. "Namun, kau harus mempertimbangkan
“Tuan, ada nyonya besar dan nona muda.” Bisik Josh pada tuannya yang saat ini saat mereka sedang makan malam bersama.Matteo yang mendengar itu terdiam lalu melirik ke arah Alessia yang berada di sebelahnya.“Siapa?” Tanya Alessia ketika melihat Matteo meliriknya.“Ibu tiri.” Jawabnya dengan singkat.Alessia yang mendengar itu mengangguk.“Bawa dia masuk, kenapa kau malah diam?” Tanya Alessia dengan bingung.Matteo mengangguk dan memberi isyarat kepada Josh untuk mempersilakan tamu-tamu tersebut masuk. Dengan sigap, Josh meninggalkan meja makan untuk membuka pintu.Beberapa saat kemudian, seorang wanita paruh baya dengan penampilan yang anggun dan elegan memasuki ruangan, diikuti oleh seorang gadis cantik di belakangnya. Wanita paruh baya tersebut adalah nyonya Irish dan Veronica."Kak Alessia!” Veronica langsung berlari menghampiri Alessia yang tak pernah dia temui begitu lama.Alessia berdiri dan menangkap pelukan Veronica dengan hangat.Nyonya Irish tersenyum dan menghampiri mereka
Di ruang kerjanya yang begitu sunyi, Reygan tampak tenang mengerjakan dokumen perusahaannya.Ada begitu banyak disini, meskipun bisa dikerjakan besok entah mengapa perasaannya malam ini menjadi tidak terlalu nyaman.Dalam setiap jam Gara selalu melaporkan perkembangan Matteo dalam mencari Liam, namun sejak dua jam terakhir tak ada kabar dari asistennya yang membuatnya merasa aneh.Jam sudah menunjukkan pukul dua pagi, hari sudah sangat larut dan bahkan sebentar lagi fajar akan muncul.“Apa dia ketiduran?” Gumamnya.Hingga tak berapa lama suara dentuman keras terdengar dari luar mansion, seperti ada ledakan dan detik berikutnya lampu semua padam.“Apa ada yang konslet?” Pikirnya dengan heran.Tanpa berpikiran buruk lain, dia mulai berjalan keluar dari kegelapan, tapi sebuah bogeman mentah tiba-tiba menyerang dirinya.BUG! BUG!“Siapa kau?” Reygan berusaha melawan orang yang sedang menyerangnya dengan brutal itu dengan kekuatan yang dimilikinya.Namun, dia tak berpikir jika ini sangat k
“Nona Alessia?!” Vivi yang baru saja selesai membuang sampang di luar bangunan mansion terkejut saat melihat nona yang dia layani dulu datang ke mansion bersama dengan tuan mereka.Alessia yang melihat Vivi langsung tersenyum, “Kau tambah cantik sejak terakhir aku lihat.” Puji Alessia dengan jujur.Vivi tersipu malu, namun hatinya sangat senang ketika melihat nonanya kembali.“Apakah anda sehat?”Alessia mengangguk, “Aku sehat.”Obrolan mereka berlanjut bahkan meninggalkan Matteo yang masih berada di luar.Saat dia ingin masuk mengikuti Alessia bersama pelayannya itu, Josh dengan tergesa datang ke arah Matteo dengan wajah serius.“Tuan, ada masalah besar.” Llau Josh membisikkan sesuatu tentang masalah yang baru saja terjadi.“Liam hilang??” Matteo sangat terkejut dengan berita tersebut.Josh mengangguk. “Setelah makan mala tadi tuan muda ingin berjalan-jalan di taman belakang, namun tak tahu bagaimana tuan muda menghilang begitu saja, tuan.”Matteo segera merespons dengan serius terh
Ceklek.Suara pintu terbuka membuat orang yang berada di dalam mengalihkan pandangannya dengan wajah tenang seperti air yang menyembunyikan arusnya.“Kau terlambat… Sia.” Matteo tersenyum tipis menatap wanita itu.“Dimana Liam?!” Alessia tanpa basa basi langsung mengajukan pertanyaannya segera seperti tujuannya di awal.Matteo dengan tenang mulai bangkit dan berjalan ke arah Alessia untuk menghapus jejak mereka.Dan tanpa tanda Matteo langsung memeluk wanita itu di dalam dekapannya.“Apa kau tak merindukanku?” Suara rendah itu terdengar serak.“Kita tak dalam kondisi seperti ini, Matteo.” Peringat Alessia dengan dingin.Dalam dekapannya itu, Matteo tampak tersenyum namun tak ada niat untuk melepaskan wanita itu dari pelukannya.“Tapi aku sangat merindukanmu.” Hati Alessia berdebar mendengar hal itu, namun dia segera sadar dan melepaskan pelukan itu.“Aku ingin bertemu dengan Liam.” Ucap Alessia dengan dingin.“Dia tak ada disini.” Jawab Matteo dengan santai.Alessia menaikkan alisny
“Apa kau sudah tahu berita tentang keluarga pejabat yang kaya itu? Dia tersandung kasus korupsi.” Gracia dengan semangat menunjukkan berita itu pada David.“Sudah biasa, tapi kenapa baru tercium sekarang?” Tanya David sambil memakan makanan yang dibawa kekasihnya itu.“Tak tahu juga, dan kau tahu anak bungsunya ternyata satu taman bermain dengan Liam dulu.”David yang mendengar itu langsung menghentikan makanannya.“Sangat kebetulan sekali.” Gumam David.“Tak hanya itu, pengusaha ekspor impor juga tersandung kasus ilegal. Dan lagi-lagi putranya juga satu taman bermain dengan Liam.”David melirik ke arah Gracia, tentu itu bukanlah kebetulan yang tak disengaja.“Ini sedikit aneh,”Gracia mengangguk mendengar komentar David. “Tapi aku tak melihat Liam beberapa hari ini. Kemana dia? Dan dimana kak Sia?” Tanya Gracia dengan penaaran.David menghela nafasnya saat mengingat itu, “Ada banyak masalah, dia terbang ke london jam tiga pagi tadi.”Gracia yang mendengar itu terkejut, “London? Apa
“Setelah tes DNA dilakukan hasilnya 99,9 persen jika Liam Petrova adalah putra biologis anda, tuan Filcher.” Dokter Sam memberikan hasilnya kepada Matteo.Kertas yang dipegang oleh Matteo hampir robek saat dia menggenggam terlalu kencang. Hatinya sangat terguncang mengetahui fakta itu.Saat dia berjalan keluar, dia terus melamun memikirkan bagaimana bisa hal ini tak diketahuinya sejak awal.“Bagaimana mungkin.” Gumamnya, ada rasa bersalah dan penyesalan yang tak bisa dia gambarkan.Hingga pikirannya berkelana jauh hingga di malam terakhir mereka bersama, “Darah, apa darah itu ada saat aku terlalu keras hingga melukai janinnya?” Gumamnya.Kedua tangannya mengepal dengan kuat, dirinya sangat marah mengapa dia tak menyadarinya sejak awal.“Daddy!” Suara itu menyadarkan Matteo dari lamunannya, di depannya Liam yang bersama dengan Josh tengah memakan es krim di luar parkiran rumah sakit.Senyumnya terbit, Liam putranya. Dia masih tak menyangka ternyata dia memiliki anak setampan ini tanpa