Pagi itu, ada belasan orang pendekar yang tiba-tiba saja datang ke istana kepatihan Dang Resta. Pimpinan dari para pendekar tersebut berteriak-teriak tak karuan. Sikapnya sungguh tidak terpuji, merasa dirinya paling gagah dan pemberani.
"Prajurit, tolong sampaikan kepada Patih Warda Kusuma, segera keluar temui kami!" perintah salah seorang pendekar kepada dua orang prajurit penjaga. "Dan sampaikan juga aku adalah pertapa anom yang hendak menemuinya!" tambahnya berkata penuh kejumawaan.
Ia merupakan pimpinan dari kelompok para pendekar yang menamakan dirinya sebagai kelompok Pendekar Kelalawar Hitam. Entah ada maksud apa para pendekar itu mendatangi istana kepatihan Dang Resta?
Dua prajurit yang tengah berjaga itu tampak seperti ketakutan ketika mendengar suara orang tersebut. "Baiklah, kalian tunggu saja dulu!" jawab salah seorang prajurit langsung bergerak cepat menuju ke dalam istana kepatihan.
Prajurit itu langsung melaporkan tentang kedatangan para pe
"Hai! Kenapa kau terus menghindar?" teriak Patih Warda Kusuma.Darma tampak jera dengan kesaktian yang dimiliki oleh sang patih, sehingga ia pun memberi isyarat kepada murid-muridnya untuk segera meninggalkan istana kepatihan."Ayo, kita pergi dari tempat ini!" teriak Darma tampak seperti merasa malu dengan sikap sombong yang sudah ia tunjukkan di hadapan Patih Warda Kusuma dan para prajuritnya.Dengan demikian, para murid-muridnya pun segera surut dan langsung berjalan mengikuti langkah Darma yang sudah ngacir lebih duku."Dasar pengecut kau! Kalian para pendekar yang hanya mengandalkan kebesaran kepala saja!" teriak Patih Warda Kusuma.Setelah itu, sang patih langsung mengumpulkan para prajuritnya di ruang utama istana kepatihan. Ada banyak hal yang ia sampaikan kepada para prajuritnya tersebut."Kalian harus berhati-hati dan lebih waspada lagi dengan pergerakan para pendekar itu!" ujar Patih Warda Kusuma di sela perbincangannya dengan ratusan prajuri
Dalam tempo singkat, Darma sudah tiba di depan pintu gerbang istana megah milik pemerintah kerajaan Rawamerta. Seorang prajurit penjaga pintu gerbang istana segera melakukan pemeriksaan terhadap Darma dan para pengikutnya."Kau ini siapa dan mempunyai tujuan apa datang ke istana ini?" tanya seorang prajurit senior bersikap tegas.Darma tersenyum, lalu menjura hormat. "Mohon maaf, Prajurit. Aku ini adalah Darma dan mereka adalah murid-muridku, kami datang dari Alas Dang Resta bertujuan untuk bertemu dengan sang raja, aku harap kau mengizinkan kami untuk bertemu langsung dengan sang raja!" jawab Darma bersikap ramah dan penuh rasa hormat terhadap prajurit itu.Prajurit itu menghela napas dalam-dalam, kemudian bertanya lagi, "Katakanlah! Tujuanmu itu apa hendak menemui sang raja?""Maaf, Prajurit. Aku mendengar kabar dan mendapatkan warna-wara dari para pendekar yang ada di wilayah kerajaan ini, bahwasanya sang raja sedang mencari para pendekar tangguh untuk
Pagi itu, Senapati Jasena sudah tiba di ruang utama istana. Ia baru saja menyelesaikan tugas yang diberikan oleh sang raja dan ketiga guru sepuh. Yakni, berkunjung ke istana kekaisaran Cianggon dalam rangka penjajakan kerjasama persenjataan bagi kebutuhan prajurit kerajaan Bumi.Di hadapan ketiga guru sepuh, Senapati Jasena menjura sambil mengucapkan salam, "Sampurasun, Guru." Sang senapati berdiri sambil membungkukkan badan seraya memberi hormat kepada ketiga guru sepuh yang tengah duduk di kursi kebesaran mereka sebagai penasihat istana."Rampes," jawab ketiganya sambil melontar senyum kepada Senapati Jasena yang baru tiba itu."Duduklah, Senapati!" pinta Ki Ageng Jayamena sambil tersenyum menatap wajah Senapati Jasena."Terima kasih, Guru," ucap Senapati Jasena langsung duduk di kursi kebesarannya sebagai sang senapati kerajaan.Senapati Jasena menarik napas dalam-dalam. Kemudian berkata lirih penuh rasa hormat, dan menjaga wibawanya sebagai seo
Pagi hari itu, tepat menjelang terbitnya matahari. Para prajurit kerajaan Bumi yang dipimpin oleh Panglima Wora Saba dan Panglima Bonggala, sudah bersiap hendak melakukan penyerangan terhadap barisan pertahanan kerajaan Rawamerta yang berkedudukan di wilayah kademangan Turonggo."Raja telah berpesan kepadaku, bahwa hari ini kita harus bisa menguasai wilayah penting ini. Tapi ingat! Kita harus tetap berhati-hati dalam menghadapi para prajurit musuh, jangan sampai lengah dan jangan sekali-kali meremehkan lawan!" ujar Senapati Jomara berkata di hadapan Panglima Wora Saba dan Panglima Bonggala yang baru beberapa hari saja bergabung dengan pasukan kerajaan Bumi.Kedua panglima tersebut menjura hormat kepada sang senapati. Lantas, Panglima Wora Saba pun berkata lirih, "Hamba dan Panglima Bonggala siap melaksanakan titah ini.""Segeralah berangkat! Kabar terbaik dari kalian aku tunggu!" kata Senapati Jomara tersenyum lebar.Dengan demikian, maka Panglima Wora Sa
Di tempat terpisah, Panglima Wora Saba dan Panglima Bonggala tengah dihadapkan oleh situasi berbahaya. Mereka mulai sedikit terdesak oleh kecepatan serangan dari pihak lawan. Karena jumlah prajurit kerajaan Rawamerta di wilayah tersebut jumlahnya sangat banyak dan tidak terduga sebelumnya.Mereka mendapatkan tugas untuk menggempur pertahanan prajurit kerajaan Rawamerta yang masih menduduki wilayah kademangan Turonggo hanya dengan jumlah prajurit sekitar tiga ribu saja, jauh berbeda dengan jumlah prajurit musuh yang berjumlah hampir dua kali lipat dari mereka."Kekuatan pasukan kerajaan Bumi tidak terlalu istimewa, kita pasti akan segera mengusir mereka dari wilayah ini!" seru seorang prajurit senior yang dipercaya oleh Prabu Bagaskara untuk memimpin pasukannya di kademangan Turonggo."Iya, Panglima. Di luar sana para prajurit kita sudah berhasil membinasakan lawan-lawan mereka. Aku pikir jika kita dapat membunuh Wora Sab
Hari itu, Raja Bumi masih berada di istana kepatihan Dang Resta. Sementara Maha Patih Ramanggala dan sejumlah prajurit langsung kembali ke istana kerajaan atas permintaan sang raja.Dalam kesempatan itu, Raja Wanara pun menugaskan Ki Butrik untuk memantau kondisi di dalam istana musuh. Ki Butrik tidak baha akan titah sang raja, ia bersama dua prajuritnya langsung berangkat saat itu juga.Kedua prajurit yang ia bawa itu merupakan prajurit yang mempunyai kemampuan ilmu sihir dan pandai menghilang, sehingga dengan begitu mudahnya mereka masuk ke dalam istana kerajaan Rawamerta dalam melakukan penyusupan guna menyelidiki keadaan istana musuh.Patih Warda Kusuma baru saja tiba, ia dan Senapati Jasena pada hari itu baru saja melakukan pemantauan ke daerah kademangan Turonggo paska pertempuran besar yang dilakukan para prajurit kerajaan Bumi yang sudah berhasil mengusir para prajurit musuh dan telah menguasai wilayah kademangan Turonggo.Patih Warda Kusuma dan j
Beberapa hari kemudian, Raja Wanara langsung mengumpulkan para senapati dan panglima perangnya, karena akan membahas langkah selanjutnya. Terkait serangan terhadap jantung pertahanan kerajaan Rawamerta dengan sasaran utama menghancurkan istana tersebut, dan membinasakan Prabu Bagaskara."Maaf, Baginda Raja. Apakah kita langsung menghabisi mereka atau menangkap mereka untuk dijadikan tahanan perang?" bertanya Senapati Jasena, seakan-akan ia tidak ingin salah dalam mengambil keputusan jika kondisi prajurit dalam keadaan terdesak."Binasakan mereka, tapi jangan kalian bunuh Prabu Bagaskara! Karena tanganku sendiri yang akan membunuhnya!" jawab Raja Wanara tampak bergejolak amarah di dadanya.Begitu pula dengan apa yang dirasakan oleh Senapati Sumadra, ia sangat geram dengan perilaku raja sombong itu. Senapati Sumadra merasa dendam ketika melihat keluarganya dibantai oleh para prajurit kerajaan Rawamerta, itu semua atas perintah Prabu Bagaskara."Baik, Bagind
Dalam serangan tersebut, pasukan kerajaan Bumi akhirnya dapat melumpuhkan pihak prajurit dari pasukan kerajaan Rawamerta yang berkoalisi dengan pasukan kerajaan Pulau Gelatik dan pasukan kerajaan Jantara yang mendukung pemerintahan Prabu Bagaskara.Dengan sangat mudah, para prajurit kerajaan Bumi telah berhasil menguasai istana kerajaan Rawamerta, dan penguasa kerajaan tersebut pun telah tewas di tangan sang raja Bumi.Pertempuran tersebut, tidak terlalu memilki beban yang berat bagi pasukan kerajaan Bumi. Meskipun musuh mereka tergabung dalam tiga pasukan besar dari tiga kerajaan. Karena kekuatan mereka sudah dapat diprediksi sebelumnya oleh Senapati Jasena dan para prajuritnya.Jumlah prajurit dari kesatuan pasukan kerajaan Bumi sangatlah jauh lebih banyak dibandingkan dengan prajurit dari pasukan kerajaan Rawamerta, dan kedua kerajaan sekutunya. Mereka hanya berjumlah delapan belas ribu saja.Saat itu, sang raja bumi sudah kembali ke istana kepatihan D