Beranda / Fantasi / Wanara / Kedatangan Para Prajurit Kerajaan

Share

Kedatangan Para Prajurit Kerajaan

Penulis: CahyaGumilar79
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Berderaplah pasukan yang dipimpin oleh Senapati Karama dan Senapati Loguna keluar dari pintu gerbang istana. Mereka segera melangkah untuk menuju desa Nelayan yang diduga kuat sebagai tempat persembunyian Ramanggala.

"Kita harus bergerak cepat menuju kampung Nelayan!" seru Senapati Karama, tampak gagah duduk di atas pelana kudanya dengan sebilah pedang menyanggul di punggung.

Begitu juga dengan Senapati Loguna, duduk di atas kudanya sejajar dengan Senapati Karama. Puluhan prajurit kerajaan yang memiliki postur tinggi besar langsung memacu derap langkah kuda mereka masing-masing mengikuti langkah kuda dua senapati.

Para prajurit itu berangkat hendak melaksanakan tugas dari sang raja untuk segera mencari keberadaan maha patih kerajaan Rawamerta yang dianggap sudah berkhianat dan meninggalkan tugas kerajaan tanpa pamit kepada sang raja.

Hampir setengah hari melakukan perjalanan, akhirnya mereka tiba di tempat tujuan. Rombongan prajurit itu berhenti di datara

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wanara   Pertarungan Wanara Dengan Panglima Jomara

    Sekar Widuri dan Santika tampak kagum ketika melihat kegagahan Wanara yang merupakan calon suami mereka. Wanara terlihat gagah dan tampan menyanggul sebilah pedang dengan mengenakan pakaian pemberian dari Raja Sande Braja."Tampan sekali Kakang Wanara," desis Santika tersenyum-senyum, bola matanya terus mengamati Wanara yang tengah memacu kudanya meninggalkan halaman padepokan."Kita sangat beruntung terpilih sebagai calon istri Kakang Wanara," timpal Sekar Widuri menyahut.Mereka tertawa kecil dengan wajah berseri-seri. Setelah itu langsung melangkah bersama masuk ke dalam barak.Tiba di desa Nelayan, Wanara dan rekan-rekannya langsung menghampiri sekumpulan orang yang saat itu sedang berbincang dengan para prajurit di halaman salah satu rumah warga.Panglima Jomara terperanjat ketika melihat kedatangan Wanara dan sepuluh anak buahnya. Wanara meloncat dari kudanya dan langsung berdiri di hadapan Panglima Jomara dengan gerakan secepat kilat.

  • Wanara   Panglima Burma

    Wanara tetap bersikap tenang dan tidak melakukan serangan lebih dulu. Ia tersenyum, lalu berkata, "Apa kalian tidak sayang dengan nyawa kalian?" Suara Wanara terdengar lirih, namun terkesan sebagai sebuah ancaman yang membuat para prajurit itu mundur perlahan."Hadapi dia! Jangan mundur!" bentak Panglima Jomara kepada para prajuritnya.Meskipun ragu, pada akhirnya para prajurit itu langsung menodongkan tombak mereka ke arah Wanara."Kalian berotak buntu!" bentak Wanara langsung mengayunkan kaki kanannya dan menendang keras beberapa tombak yang mengancamnya.Sehingga, tombak-tombak tersebut lepas dari genggaman tangan para prajurit itu. Selanjutnya, Wanara memukul satu-persatu perut para prajurit tersebut dengan gerakan yang sangat cepat dan berkekuatan tinggi. Hingga menyebabkan para prajurit tersebut jatuh bergelimpangan.Panglima Jomara tampak cemas dan tidak berani berkata apa-apa lagi. Ia pun, kemudian segera memerintahkan para prajuritnya untu

  • Wanara   Pasukan Dewa Petir Berhasil Mengusir Pasukan Kerajaan

    Keempat prajurit tersebut langsung bergerak cepat untuk kembali melakukan serangan terhadap Burma. Mereka mulai mengayunkan kembali senjata tajam mereka, dan langsung disabetkan ke arah Burma yang masih dalam posisi tenang belum banyak melakukan pergerakan.Dengan sigap para pendekar lainnya dari Padepokan Dewa Petir langsung melakukan penghadangan terhadap serangan keempat prajurit itu terhadap Burma.Benturan senjata mulai terdengar gaduh, Trang ... trang ... trang...! Saling berbenturan antara pedang dari keempat prajurit kerajaan dengan pedang milik para pendekar bawahan Burma.Burma bergegas meloncat tinggi, ketika satu pedang hampir menyasar ke lehernya. Ia pun langsung menghunus pedangnya dan kembali meluncur ke bawah hendak memenggal kepala salah seorang prajurit.Dengan gesit, prajurit itu pun akhirnya dapat menghindari serangan mematikan yang dilancarkan oleh Burma."Kita harus pergi dari tempat ini!" ucapnya mengarah kepada tiga

  • Wanara   Kedatangan Ramanggala

    Keamanan di wilayah desa yang dekat dengan hutan tempat berdirinya Padepokan Dewa Petir, semakin hari semakin diperketat. Tidak terasa prajurit dari padepokan tersebut sudah berjumlah sekitar delapan ribu prajurit, hampir mendekati jumlah prajurit kerajaan Rawamerta yang hanya berjumlah sekitar sepuluh ribu prajurit.Karena sebagian prajurit kerajaan sudah berbelot dan mengikuti jejak beberapa patih dari kepatihan yang ada di wilayah kerajaan tersebut, untuk bergabung dengan pasukan yang dipimpin oleh Wanara.Para prajurit Padepokan Dewa Petir sudah tersebar di empat kademangan yang ada di sekitaran Padepokan Dewa Petir. Setiap kademangan memilik basis pertahanan sekitar seribu prajurit, untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan atau serangan mendadak dari pihak kerajaan Rawamerta.Wanara dan ketiga gurunya terus memantau perkembangan para prajurit mereka. Dari berbagai perguruan silat yang ada di wilayah-wilayah kepatihan pun sebagian sudah ada yang tu

  • Wanara   Sekar Widuri Telah Membinasakan Seorang Penjahat

    Pria itu terlalu yakin akan kekuatannya itu melangkah selangkah lagi semakin mendekati dua gadis cantik yang tengah mencuci pakaian di aliran sungai itu."Hai, Cantik! Sedang apa kalian?" berkata pria itu sambil berdiri kokoh di belakang Sekar Widuri dan Santika.Kedua gadis tersebut sedikit terperanjat dan merasa kaget dengan kedatangan pria yang tidak mereka kenali itu. Dengan sigap Santika meraih pedang yang selalu ia bawa setiap bepergian dari padepokan, dengan cepat Santika menghunus pedangnya dan langsung menodongkan senjatanya itu kepada pria tersebut."Siapa kau? Jangan coba-coba mengganggu kami!" bentak Santika dengan sorot mata tajamnya.Akan tetapi, pria itu tidak mengindahkan perkataan dari Santika yang sudah jelas tidak menyukai kehadirannya."Bersikaplah baik terhadapku. Aku bukan orang jahat! Kedatanganku ke sini bermaksud baik, aku hanya ingin mengajak kalian berpetualang cinta saja!" kata pria itu memasang wajah yang menjijikkan ba

  • Wanara   Kecemasan Sekar Widuri

    Santika dan Sekar Widuri terus melangkah menuju pulang sambil berbincang lirih. Sekar Widuri tampak tidak percaya dengan apa yang sudah ia lakukan terhadap penjahat tersebut.Walau bagaimanapun, ia merasa shock karena sudah melakukan pembunuhan terhadap seorang pria jahat yang sudah mengganggu dirinya dan juga Santika."Bagaimana kalau nanti ada yang tahu, bahwa aku telah membinasakan orang itu?" tanya Sekar Widuri cemas."Bukan hanya kau, Sekar. Tapi kita berdua!" sahut Santika. "Tenang saja! Kau jangan cemas!" sambungnya berusaha menenangkan Sekar Widuri."Ini adalah pengalaman pertamaku membunuh orang," desis Sekar Widuri lirih. Wajahnya tersirat rasa penyesalan yang mendalam.Ia tampak terbebani dengan apa yang sudah dilakukannya terhadap penjahat itu. Santika terus memberikan keyakinan kepada Sekar Widuri, bahwa apa yang sudah dilakukannya adalah bentuk pembelaan diri, dan bukan suatu tindakan penganiayaan."Sudah mau sampai, sebaiknya

  • Wanara   Pertarungan Jasena Di Lembah Terlarang

    Hari itu Wanara sudah izin kepada tiga gurunya, untuk berangkat ke suatu tempat yang dianggapnya sebagai sarang para pendekar yang mempunyai ilmu bela diri mumpuni. Bersama Jasena ia terus melangkah masuk ke dalam hutan larangan yang jaraknya lumayan jauh dari lokasi Padepokan Dewa Petir.Sejatinya, Wanara bermaksud hendak mengajak para pendekar itu untuk ikut dengannya, bergabung bersama para pendekar lainnya di padepokan yang ia pimpin."Apakah tempat ini tidak ada binatang buasnya?" tanya Jasena sambil berjalan mengikuti langkah Wanara.Wanara kemudian menjawab tanpa menoleh ke arah kawannya, "Sudah pasti ada, ini 'kan hutan.""Kalau melawan manusia sih, aku sudah banyak pengalaman. Tapi, kalau bertarung melawan harimau atau binatang buas lainnya, aku belum pernah," sahut Jasena.Wanara menghentikan langkahnya, lalu berpaling ke arah Jasena. "Itu lebih menantang, kau pasti akan menikmati pertarungan tersebut!" tandas Wanara kembali melanjutkan p

  • Wanara   Jasena Berhadapan Dengan Pendekar Lembah Terlarang

    Dengan demikian, Jasena pun menjadi semakin berhati-hati dalam menghadapi lawannya yang kuat itu.Ketika ia saling berhadap-hadapan dengan lawannya, Jasena dikejutkan dengan kehadiran satu orang pria lagi yang tubuhnya lebih besar dari lawan yang sedang dihadapinya.Pria itu berdiri kokoh di belakang kawannya yang sudah siap melakukan serangan terhadap Jasena."Kau harus membinasakan orang ini dulu. Setelah itu, kau akan menghadapi kawannya yang satunya lagi!" bisik Wanara."Ya, kau tenang saja!" sahut Jasena."Apa perlu aku bantu?" tanya Wanara kembali berbisik."Tidak perlu! Aku sanggup menghadapi mereka!" tegas Jasena menolak tawaran Wanara.Wanara hanya tersenyum, dan kembali mundur. Ia hanya berdiri di belakang Jasena sambil mengamati gerak-gerik lawannya. Wanara sangat yakin akan kemampuan Jasena."Semoga Jasena bisa mengatasi kedua orang penjahat itu," desis Wanara dalam hati.“Wajahmu mirip dengan

Bab terbaru

  • Wanara   Kunjungan Persahabatan

    Setelah berhasil mengalahkan siluman-siluman tersebut, Raja Wanara langsung mengajak para senapatinya untuk kembali ke tenda saat itu juga. Sementara itu, kedua permaisurinya pun sudah terjaga dari tidur mereka, dan tengah menunggu kedatangan suami mereka dengan perasaan cemas. Setibanya di perkemahan, sang raja segera memerintahkan kepada para prajuritnya agar tidak lengah dan bersiaga penuh secara bergiliran. Karena, sang raja khawatir akan datang kembali teror dari para siluman utusan Raja Nainggolo. "Sebaiknya, kalian tetap bersiaga dan berjaga secara bergiliran!" kata sang raja mengarah kepada salah seorang prajurit senior yang bertanggung jawab atas tugas keamanan di perkemahan tersebut. "Baik, Baginda Raja. Hamba akan segera mengaturnya," jawab prajurit senior itu. Malam terasa semakin dingin, suasana pun sudah mulai sepi. Tidak terlalu gaduh oleh hilir-mudik para prajurit, karena sebagian dari mereka sudah terlelap tidur. Dan hanya men

  • Wanara   Pertarungan Raja Wanara dengan Siluman

    Siluman itu sangat tangguh. Ia dapat bertarung dengan sebaik-baiknya. Meskipun usianya sudah tua, namun ia memiliki pengalaman dan kemampuan memancing Raja Wanara dengan gerak tipu yang diperagakannya."Kau telah melumpuhkan kawanku, maka terimalah pembalasan dariku ini!" bentak siluman itu bersuara keras dan terdengar parau."Berhentilah! Jangan kau menganggu kami!" Raja Wanara pun balas membentak sambil meloncat tinggi dan memukul keras kepala makhluk tersebut.Sontak tubuh siluman itu terhempas jauh hingga membentur batu padas yang ada di sekitaran tempat tersebut. Akan tetapi, ia tidak menyerah begitu saja. Siluman itu bangkit dan menggeram sambil menatap tajam wajah sang raja, dari mulutnya menyemburkan api bak seekor naga."Hati-hati, Baginda Raja!" teriak Senapati Jasena tampak khawatir melihat pemandangan seperti itu.Raja Wanara hanya tersenyum sambil meloncat tinggi demi menghindari serangan dari siluman tersebut yang menyemburkan api dar

  • Wanara   Raja Wanara Bertarung dengan Dua Siluman

    Pada malam harinya, Raja Wanara dan ketiga senapatinya tengah berbincang santai di depan tenda sambil menikmati sajian sederhana yang tersedia di hadapan mereka.Sementara itu, Santika dan Sekar Widuri sudah terlelap tidur di dalam tenda dengan dikawal ketat oleh para prajurit wanita yang menjadi pengawal pribadi sang ratu."Susana malam ini sangat dingin sekali. Akan tetapi, langit sangat cerah dan bulan pun bersinar terang. Sungguh indah luar biasa," desis Senapati Yandradipa mengangkat wajahnya menatap keindahan langit yang tampak cerah itu."Mungkin ini pertanda akan datangnya musim kemarau, setelah lama kita mengalami musim Siak," sahut sang raja sambil menikmati hidangan sederhana yang disajikan oleh para pelayannya.Kemudian, Senapati Jasena menyahut pula, "Iya, Baginda. Sepertinya ini memang sudah waktunya pergantian musim."Raja Wanara menghela napas dalam-dalam, kemudian mengangkat wajahnya dan memandangi langit yang tampak cerah itu, ser

  • Wanara   Lembah Kalen Laes

    Ketika matahari sudah terik dan terasa panas menyengat. Maka, Senapati Jasena langsung menyeru kepada para prajuritnya untuk segera beristirahat dan mendirikan tenda di sebuah hutan yang ada di bawah perbukitan dekat dengan lembah Kalen Laes yang masih masuk ke dalam wilayah kerajaan Bayu Urip bagian timur."Sebaiknya kita beristirahat saja dulu! Ini adalah tempat yang bagus, sang raja pasti menyukai tempat ini!" seru Senapati Jasena. "Kalian segera dirikan perkemahan dan persiapkan makanan untuk sang raja dan permaisurinya!" sambung Senapati Jasena kepada para prajurit dan juga para pelayan yang ikut dalam rombongan tersebut."Baik, Gusti Senapati," sahut salah seorang pimpinan pelayan tersebut menjura kepada sang senapati.Setelah itu, mereka pun langsung membagi tugas dengan mendirikan tenda terlebih dahulu untuk dijadikan tempat penyimpanan bahan-bahan makanan. Setelah itu, mereka segera mempersiapkan kebutuhan untuk memasak dengan dibantu oleh puluhan p

  • Wanara   Perjalanan Panjang

    Setelah kematian Rosapati, akhirnya para pendekar dari gerombolan tersebut, merasakan bahwa mereka telah dikelilingi oleh beberapa prajurit yang kuat. Mereka menyerang dengan begitu semangat dari berbagai penjuru.Demikian pula dengan Senapati Yamadaka dan Senapati Yandradipa, mereka memiliki ketangkasan dalam memainkan pedang mereka. Sehingga lawan-lawannya tidak pernah berhasil menyentuh tubuh kedua senapati itu dengan ujung senjata mereka."Kita sudah akal dan cara untuk mengalahkan para prajurit itu, kita tidak bisa lagi melanjutkan perlawanan terhadap mereka. Sebaiknya kita lari saja dari tempat ini! Kau lihat sendiri, Rosapati pun sudah binasa!" ujar salah seorang pendekar dari kelompok pemberontak itu. Ia mulai ragu melihat pemandangan seperti itu.Kawannya itu hanya dapat menggeram dan menahan kemarahan karena ia dan kawan-kawannya tidak dapat membebaskan diri dari cengkraman para prajurit kerajaan Bumi. Lawannya yang mereka hadapi ternyata memiliki

  • Wanara   Dihadang Oleh Sekelompok Pengacau Keamanan

    Ketika rombongan Raja Wanara sudah tiba di sebuah hutan yang berada di luar wilayah kerajaan Bumi. Tepatnya di sebuah alas yang masuk ke dalam wilayah kedaulatan kerajaan Bayu Urip, tenyata rombongan tersebut sudah dihadapkan dengan sebuah ancaman dari kelompok kecil yang sering melakukan teror di wilayah kerajaan Bayu Urip. Mereka berusaha untuk melakukan tindakan penghadangan terhadap rombongan Raja Wanara.Para prajurit yang mengawal sang raja tampak siap dalam menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi. Karena mereka sudah diberi tugas secara langsung oleh Senapati Jasena pada setiap kelompok yang ada di bawah pimpinan panglima masing-masing. Senapati Jasena telah memerintahkan para prajuritnya untuk melawan siapa saja yang dianggap berbahaya terhadap keselamatan sang raja dan kedua permaisurinya."Siapa mereka?" tanya sang raja mengerutkan kening sambil mengamati puluhan orang bersenjatakan pedang berbaris rapi menghadang di tengah jalan.Kemudian,

  • Wanara   Sang Raja Meninggalkan Istana

    Keesokan harinya, Senapati Jasena dan para prajuritnya langsung melakukan persiapan jelang keberangkatan mereka pada hari itu menuju ke wilayah kerajaan Buana Loka, dalam rangka kunjungan persahabatan dari pihak kerajaan Bumi kepada pihak kerajaan Buana Loka yang merupakan sebuah kerajaan sahabat yang kini menjadi sekutu kerajaan Bumi.Dengan gagahnya, ia melangkah menuju ke barak para pelayan yang berada di belakang barak prajurit. Sang senapati langsung menghampiri salah seorang kepala pelayan yang hendak ikut dalam rombongan Raja Wanara."Selamat datang di barak kami, Gusti Senapati," ujar seorang pria berusia sekitar 30 tahun dengan sikap ramahnya menjura kepada sang senapati.Senapati Jasena hanya tersenyum, lalu berkata, "Sebaiknya pedati yang mengangkut barang logistik kebutuhan makanan dan lainnya langsung dikeluarkan sekarang! Tunggu di depan istana, sebentar lagi kita akan segera berangkat!" perintah Senapati Jasena kepada para pelayan istana dan kusir yang

  • Wanara   Dua Ratu Bijaksana

    Satu hari menjelang keberangkatan rombongan sang raja. Maka, Senapati Jasena dan dua senapati lainnya yang hendak ikut mengawal sang raja sudah mempersiapkan segalanya yang tentu akan dibutuhkan dalam melakukan perjalanan jauh tersebut."Apakah kita perlu membawa pasukan panah, Senapati?" tanya Senapati Yandradipa mengarah kepada Senapati Jasena yang merupakan panglima senior di kerajaan Bumi."Aku rasa mereka sangat penting untuk dilibatkan dalam pengawalan ini. Kau siapkan 50 prajurit panah yang benar-benar memiliki kemampuan tinggi! Sisanya bawa saja para prajurit campuran dan jangan lupa sertakan lima orang kusir pedati yang akan membawa barang-barang keperluan logistik dan peralatan lainnya!" jawab Senapati Jasena menuturkan.Dengan demikian, Senapati Yandradipa dan Senapati Yamadaka langsung meluncur ke barak prajurit yang berada di belakang istana utama, untuk menyiapkan para prajuritnya yang akan diperintahkan untuk mengawal sang raja dan kedua perma

  • Wanara   Dua Pengawal Baru Sang Raja

    Pagi itu, Panglima Yandradipa dan Yamadaka sudah berada di ruang utama istana kerajaan Bumi. Mereka datang memenuhi undangan dari sang raja, bahkan dijemput langsung oleh utusan istana yang diperintahkan oleh sang raja menjemput kedua punggawanya ke istana kepatihan Waraya timur."Aku sangat senang mendapat kabar tentang keberhasilan kalian," ujar sang raja tampak semringah. "Oleh sebab itu, kalian aku minta untuk datang ke istana ini. Karena, sang guru sepuh memintaku untuk menganugerahkan gelar kepada kalian berdua," sambung sang raja menyampaikan maksud dan tujuannya dalam mengundang kedua punggawanya tersebut.Panglima Yandradipa dan Yamadaka saling berpandangan, raut wajah mereka tampak semringah. Dengan kompaknya mereka menjura kepada Raja Wanara dan Maha Patih Ramanggala."Terima kasih, Baginda Raja. Ini merupakan bentuk penghormatan Baginda terhadap kami berdua," sahut Panglima Yandradipa sambil membungkukkan badan di hadapan sang raja.Raja Wan

DMCA.com Protection Status