Share

Bab 2

Penulis: Sarina Raisha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-16 11:52:35
Sinta Limawan adalah anak dari sahabat lama keluarga Subrata, usianya tujuh tahun lebih muda dariku dan Rama.

Dari kecil, Sinta selalu mengikuti Rama ke mana pun, sangat menempel padanya.

Bahkan nama mereka diambil dari nama pasangan terkenal dalam cerita wayang "Ramayana".

Sinta berwajah cantik, sifatnya ceria dan sedikit usil, sangat mudah disukai.

Awalnya, aku juga suka padanya, dan menganggapnya seperti adik perempuan di sebelah rumah.

Namun, setelah dia menumpahkan kopi ke gaunku, diam-diam membuang hadiah yang kuberikan, dan memecahkan gelang giok pemberian ibu Rama padaku, barulah aku sadar bahwa dia tidak menyukaiku.

Aku pernah membahas ini pada Rama, awalnya hanya sebagai keluhan kecil.

Dia malah mengerutkan kening dan memarahiku, "Wulan, kamu 'kan orang dewasa, kenapa harus mempermasalahkan anak kecil?"

Waktu itu kami baru berusia dua puluh tahun, sedangkan Sinta baru tiga belas tahun.

Dia memang masih di bawah umur, jadi aku terlihat tidak dewasa karena mempermasalahkan hal ini.

Aku pun malu ditegur, mengira kalau Sinta sudah besar nanti, semua akan baik-baik saja.

Akan tetapi, semuanya hanya khayalanku belaka.

Setelah Sinta beranjak dewasa, dia tidak lagi secara terang-terangan menunjukkan permusuhan padaku, tetapi justru semakin membuatku merasa risih.

Saat aku dan Rama berkencan di Hari Valentine, dia ikut datang, dengan santai memeluk leher Rama sambil bermanja-manja, tepat di depan mataku. Saat kami makan bersama teman-teman, dia minum dari gelas yang sama dengan Rama, meninggalkan bekas lipstiknya.

Ketika aku berkunjung ke rumah Rama, dia sengaja membuat bajunya kotor lalu memakai kaus Rama sebagai baju tidur ....

Gara-gara Sinta, aku dan Rama sering bertengkar.

Sejujurnya, itu tidak bisa dibilang bertengkar. Setiap kali, aku yang marah sendirian.

Aku bilang, "Dia sudah besar, harusnya bisa menjaga jarak dengan pria. Kamu itu hanya tetangga, bukan kakak kandungnya. Dia sudah enam belas tahun, masih juga manja seperti itu, apa menurutmu itu wajar?"

Aku juga bilang, "Aku ini pacarmu. Tapi kamu malah minum dari gelas yang sama dengannya di depanku, membukakan tutup botol untuknya. Apa kamu nggak memikirkan perasaanku?"

"Dia bukan adik kandungmu. Kalau bajunya kotor, dia bisa pakai baju ibumu, kenapa harus pakai bajumu? Aku jatuh cinta padamu saat usiaku juga baru enam belas tahun. Apa kamu yakin dia nggak punya maksud lain?"

Awalnya, Rama hanya menyuruhku agar tidak mempermasalahkan anak kecil.

Lama-lama, dia hanya diam saja.

Aku tidak ingin terus menguras tenagaku dalam hubungan seperti ini. Aku sering menangis sendirian semalaman di balik selimut, sampai akhirnya aku memutuskan untuk putus dengannya.

Namun, Rama malah mengajakku makan di rumahnya, katanya ada hal yang ingin dibicarakan.

Sinta juga ada di sana dan langsung meminta maaf padaku.

"Maaf, ya Kak Wulan. Kita 'kan beda usia jauh, aku nggak menyangka kamu bisa salah paham dan mempersoalkan hal-hal kecil seperti ini. Aku hanya menganggap Kak Rama seperti kakak kandung, nggak ada maksud lain. Kalau ini membuatmu terganggu, aku nggak akan melakukan itu lagi."

Ibu Rama ikut berbicara, "Wulan, maklumilah dia. Dia memang anak yang manja, tapi dia nggak punya niat buruk. Ini juga salahku sebagai ibu, membiarkan mereka tumbuh besar bersama tanpa mengajarkan batasan, sampai membuatmu sedih."

Ibu mertuaku sangat baik padaku.

Namun, setiap kali ada Sinta, aku merasa akulah orang luar di situ.

Setelah makan, Rama berkata padaku.

"Kalau kamu nggak suka sama Sinta, nanti dia akan berusaha sebisa mungkin untuk nggak muncul di depanmu. Dia juga nggak akan mengganggu kita saat kencan."

Semua orang terlihat begitu baik dan pengertian, seolah-olah hanya aku yang kekanak-kanakan dan suka membuat masalah.

Aku merasa malu dan tidak nyaman, tapi asalkan tujuanku tercapai, aku tidak akan menyesal.

Rama adalah pria yang sangat luar biasa, dan aku sangat mencintainya.

Kalau tidak benar-benar terpaksa, aku juga tidak ingin melepaskan hubungan ini.

Setelah itu, Sinta memang tidak pernah lagi mengganggu kencan kami. Tapi waktu kencanku dengan Rama makin berkurang, bahkan kadang dia juga membatalkan janji.

Aku tetap berpikir bahwa dia bersikap begini karena pekerjaannya yang sibuk.

Meski aku tidak senang, aku tidak pernah mengeluh, hanya mengingatkannya untuk menjaga kesehatan dan jangan terlalu sibuk bekerja.

Baru setengah tahun lalu, seorang teman akrab Sinta muncul di depan kantorku, menghadangku sambil berkata, "Kamu hanya gadis desa. Bagaimana kamu berani bersaing dengannya?" Saat itu baru aku menyadari.

Saat aku merawat ibunya yang sakit meskipun diriku sendiri sedang demam tinggi, dia malah menemani Sinta yang patah hati sambil mabuk-mabukan.

Saat aku dimarahi habis-habisan oleh bos di kantor, dia malah sibuk menjaga Sinta yang sedang tidak nyaman karena haid.

....

Banyak sekali hal-hal seperti ini terjadi.

Aku bukan tipe yang gampang percaya begitu saja. Meski kecewa, aku tetap ingin bicara dengannya.

Anggap saja aku memberinya kesempatan.

Sekaligus kesempatan untuk diriku sendiri.

Namun, dalam setengah tahun terakhir, kami jarang bertemu. Setiap kali bertemu pun hanya sebentar, aku tidak pernah punya kesempatan untuk membicarakan hal ini.

Sampai akhirnya semua tertunda hingga saat ini.

Ibuku meninggal, tetapi dia bahkan tidak mau mengangkat teleponku hanya karena menghadiri wisuda Sinta.

Tujuh hari ....

Selama tujuh hari penuh!

Rama tidak pernah menjawab teleponku, bahkan tidak pernah bertanya kenapa aku menelepon.

Apa kami benar-benar sudah pacaran selama sepuluh tahun?

Kadang aku merasa seperti semua ini hanya khayalanku.

Kalau tidak, kenapa pacarku hanya peduli pada wanita lain dan tidak pernah memedulikanku?

....

Hujan membasahi tubuhku, dinginnya terasa sampai ke tulang.

Aku berjalan linglung di tengah hujan, pakaianku basah kuyup.

Sebuah Audi hitam berhenti di depanku, pintunya terbuka, dan seseorang bertubuh tinggi keluar dengan membawa payung.

Itu Rama.

"Wulan!"

Dia memanggilku sambil memayungiku.

Aku terus berjalan melewati genangan air tanpa berhenti.

Air hujan yang dingin meresap ke dalam sepatuku, rasa dinginnya merambat dari kaki hingga ke hatiku, membuatku merasa sangat tidak nyaman.

Rama menyusulku, menarik tanganku. Wajahnya tetap tenang, tapi keningnya berkerut sedikit saat melihat bajuku yang basah kuyup.

Payungnya diarahkan ke atasku, membuat sebagian besar tubuhnya kehujanan.

Dia berbalik untuk mengajakku pergi, tetapi aku tidak bergerak.

Dia kembali mendekat, dengan sedikit kesal dia berkata, "Kenapa nggak mau ikut?"

Aku sudah meneleponnya puluhan kali, tapi dia tidak pernah memberi penjelasan, sama seperti sebelumnya.

Dia jelas seseorang yang peduli dan peka, yang bisa merasakan penderitaanku, tetapi dia memilih untuk tidak peduli.

Entah aku marah besar atau mencoba membicarakannya dengan tenang, pada akhirnya aku yang selalu mengalah.

Makin sering aku mengalah, dia makin menganggap kesabaranku tiada batasnya.

Tiba-tiba aku merasa lelah, baik fisik maupun batin. "Rama, kita ... putus saja."

Bab terkait

  • Waktu Tak Bisa Menjaga Cinta   Bab 3

    Kami sudah bersama selama sepuluh tahun. Walaupun sering tidak bahagia, aku selalu duduk dan membicarakannya dengan baik-baik, tidak pernah sekalipun mengucapkan kata-kata berat seperti perpisahan.Rama terlihat agak terkejut sesaat, sambil menahan kesal dia berkata, "Wulan, jangan sembarangan bilang putus. Itu menyakitkan. Aku anggap ini nggak pernah terjadi!"Saat Sinta sedang tidak bahagia, dia akan dengan sabar menenangkannya, menanyakan apa yang terjadi.Kalau aku yang mengalaminya, dia hanya menyuruhku belajar mengendalikan emosi dengan dingin.Bahkan saat aku bilang ingin putus, dia hanya menanggapi dengan ringan, seolah-olah aku hanya sedang membuat keributan tanpa alasan.Aku tidak ingin terus-menerus merasa seperti wanita yang merajuk, selalu membandingkan diri dengan Sinta.Namun, standar ganda Rama terlalu mencolok, bahkan orang buta pun bisa melihatnya.Sinta turun dari mobil sambil membawa payung, lalu berkata dengan nada manja, "Kak Rama, coba bujuk Kak Wulan. Dia memang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Waktu Tak Bisa Menjaga Cinta   Bab 4

    Dia bersikap buruk padaku, aku bisa menahannya.Tapi aku tidak akan membiarkan dia menginjak-injak keluargaku!Sinta menutupi wajahnya yang memerah dan bengkak sambil menangis.Melihat ini, ekspresi Rama menjadi dingin. "Wulan, memukul orang itu sudah keterlaluan!"Aku memandangnya dengan kecewa, tanpa niat untuk berdebat.Rama selalu membelanya, aku seharusnya sudah terbiasa.Akan tetapi ayahku tidak terima."Hei, Rama! Sebenarnya siapa yang jadi pacarmu? Sinta atau anakku? Ketika Wulan pulang untuk pemakaman ibunya, aku tanya kenapa kamu nggak datang. Dia menangis dan bilang kamu sibuk, tapi aku tahu dia berbohong. Kamu pasti melakukan sesuatu yang melukai hatinya!""Benar saja 'kan, dugaanku nggak salah!""Nggak heran kalian pacaran bertahun-tahun, tidak kunjung menikah. Ternyata memang ada orang lain di luar sana!""Keluarga kalian memang lebih berada, tapi Wulan juga anak yang dirawat dengan sepenuh hati oleh aku dan ibunya. Nggak ada alasan dia diperlakukan seperti ini! Sampai me

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Waktu Tak Bisa Menjaga Cinta   Bab 5

    Aku menatapnya dengan acuh tak acuh, lalu berbalik masuk ke kamar.Begitu pintu balkon tertutup, suara hujan yang deras terhalang di luar, seolah-olah semua angin dan hujan sudah berakhir.Di atas tempat tidur, ponselku bergetar, ada panggilan masuk dari Rama.Setelah bertahun-tahun, ini pertama kalinya dia meneleponku terlebih dahulu setelah kami bertengkar.Dulu saya kira, jika suatu hari Rama mau merendahkan diri dan membujukku, pasti aku akan senang. Tidak peduli kesalahan apa yang dia buat, aku pasti bisa memaafkannya.Namun, saat ini yang kurasakan hanyalah kebingungan.Rasanya seperti mengunyah daun sirih pahit, rasa pahit itu perlahan meresap hingga ke seluruh tubuh.Entah kenapa, aku teringat masa lalu.....Beberapa belas tahun yang lalu, ibu Rama, Helen Sumardi, datang berlibur ke desa kecil kami di pegunungan.Saat itu musim banjir, aliran sungai yang kecil berubah menjadi arus deras hanya dalam beberapa detik. Dia tidak sempat menghindar, dan tersapu banjir.Ayahku kebetul

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Waktu Tak Bisa Menjaga Cinta   Bab 6

    Rama: "Ayo kita bicara.""Nggak ada yang perlu dibicarakan, kita sudah putus."Aku menghapus WhatsApp-nya dan memblokir nomor teleponnya.Setelah mengantar ayahku pulang, aku langsung demam tinggi. Namun, aku tidak berani menunda pekerjaan, tetap menggunakan plester penurun panas dan bertahan di kantor.Saat pulang kerja, aku dihadang di jalan oleh Rama.Entah sudah berapa banyak rokok yang dia isap, tubuhnya penuh dengan bau rokok, tampak agak terpuruk, berbeda dengan biasanya."Maaf, Wulan, aku nggak tahu ibumu meninggal, dan aku juga nggak tahu seminggu yang lalu itu ulang tahunmu.""Aku nggak menikahimu bukan karena aku menyukai orang lain, tapi karena orang tuaku nggak bahagia dalam pernikahan, aku agak takut dengan pernikahan. Kalau kamu mau, kita bisa menikah sekarang juga."Rama mengeluarkan sekuntum mawar merah dan memberikannya padaku.Rasanya agak sedih juga, setelah bertahun-tahun berpacaran, ini pertama kalinya aku menerima bunga darinya ... dan itu terjadi setelah kami pu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Waktu Tak Bisa Menjaga Cinta   Bab 7

    Hanya saja, saat malam tiba dan dunia sunyi, kenangan masa lalu kadang terlintas. Saat itu, tidak bisa dipungkiri perasaan campur aduk pun muncul.Aku tidak ingin masalah yang sudah usang itu terus memengaruhi suasana hatiku. Aku bekerja lebih keras, nyaris tinggal di kantor.Ketua tim baru di kelompok kami bercanda, "Kak Wulan, jangan terlalu ambisius, ya. Kasihan rambutmu nanti!"Ketua tim itu bernama Candra Lukito, lima tahun lebih muda dariku, wajahnya tampan dan tubuhnya tinggi. Rekan-rekan kerja mengatakan bahwa dia punya koneksi keluarga, makanya bisa langsung menduduki posisi ini.Namun, tiga bulan setelah dia datang, tidak ada lagi yang membahas soal itu.Candra punya kepribadian yang baik, murah hati, sering mentraktir kami makan dan minum, dan memang punya kemampuan yang luar biasa....."Kak Wulan, malam ini kita jalan-jalan, yuk!"Bahuku tiba-tiba ditepuk, aku kaget setengah mati. Tanpa menoleh pun aku tahu itu pasti Candra.Dia memang baik dalam banyak hal, tetapi sifatny

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Waktu Tak Bisa Menjaga Cinta   Bab 8

    Namun kini, saat kami kembali berdiri bersama, aku justru menjadi orang yang patut dia sanjung.Rama juga tidak menyangka bahwa orang yang akan bertemu dengannya adalah aku.Dia memandangiku dengan linglung, agak kehilangan kendali. "Wulan, aku pikir kamu nggak akan pernah mau menemuiku lagi ....""Apakah dokumen game baru kalian sudah siap?" Aku tidak menanggapi ucapannya.Rama mengangguk, "Sudah."Sepanjang jalan, dia terus mencari bahan obrolan, "Game baru dari Perusahaan Mandala Surya itu kamu yang buat, ya? Kamu ... lebih hebat dari yang kubayangkan!"Game baru yang aku kembangkan itu memang sukses besar di pasar, hingga semua orang di industri game mengetahuinya."Terima kasih atas pujiannya. Kita nggak sedekat itu. Sebaiknya Anda panggil saya Bu Wulan, Pak Rama."Aku pun tidak menyangka, saat bertemu dengannya lagi, hatiku bisa sedemikian tenang.Rama tampak ingin mengatakan sesuatu, tetapi akhirnya dia menahannya, lalu mengajakku masuk ke dalam studio.Sinta juga bekerja di stu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Waktu Tak Bisa Menjaga Cinta   Bab 1

    Sepulangnya aku dari pemakaman ibuku, hujan turun sangat deras.Air hujan membasahi tubuhku, membuat mataku sulit terbuka, dan kepalaku terasa berat.Tiba-tiba terdengar dering ponselku.Dengan wajah tanpa ekspresi, aku mengangkat ponsel dan melirik layarnya. Saat melihat nama Rama, jantungku kembali terasa sakit seperti ditusuk-tusuk.Aku sudah pacaran dengan Rama selama sepuluh tahun, tetapi dia selalu dingin dan cuek padaku.Dulu aku pikir, cintaku mampu mencairkan hati batu yang paling keras sekalipun, selama aku tetap berada di sampingnya. Namun, nyatanya, api cintaku yang berkobar tak mampu bertahan selamanya tanpa balasan.Tujuh hari yang lalu, aku menerima kabar buruk bahwa ibuku meninggal.Kekhawatiran terbesar ibu menjelang akhir hayatnya adalah tentang pernikahanku.Dia pernah berkata padaku, "Wulan, kamu sudah pacaran dengan Rama sekian lama, tapi dia masih belum bicara soal pernikahan? Maaf kalau kata-kata Ibu ini kurang enak didengar.""Keadaan keluarga kita dan keluarga

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16

Bab terbaru

  • Waktu Tak Bisa Menjaga Cinta   Bab 8

    Namun kini, saat kami kembali berdiri bersama, aku justru menjadi orang yang patut dia sanjung.Rama juga tidak menyangka bahwa orang yang akan bertemu dengannya adalah aku.Dia memandangiku dengan linglung, agak kehilangan kendali. "Wulan, aku pikir kamu nggak akan pernah mau menemuiku lagi ....""Apakah dokumen game baru kalian sudah siap?" Aku tidak menanggapi ucapannya.Rama mengangguk, "Sudah."Sepanjang jalan, dia terus mencari bahan obrolan, "Game baru dari Perusahaan Mandala Surya itu kamu yang buat, ya? Kamu ... lebih hebat dari yang kubayangkan!"Game baru yang aku kembangkan itu memang sukses besar di pasar, hingga semua orang di industri game mengetahuinya."Terima kasih atas pujiannya. Kita nggak sedekat itu. Sebaiknya Anda panggil saya Bu Wulan, Pak Rama."Aku pun tidak menyangka, saat bertemu dengannya lagi, hatiku bisa sedemikian tenang.Rama tampak ingin mengatakan sesuatu, tetapi akhirnya dia menahannya, lalu mengajakku masuk ke dalam studio.Sinta juga bekerja di stu

  • Waktu Tak Bisa Menjaga Cinta   Bab 7

    Hanya saja, saat malam tiba dan dunia sunyi, kenangan masa lalu kadang terlintas. Saat itu, tidak bisa dipungkiri perasaan campur aduk pun muncul.Aku tidak ingin masalah yang sudah usang itu terus memengaruhi suasana hatiku. Aku bekerja lebih keras, nyaris tinggal di kantor.Ketua tim baru di kelompok kami bercanda, "Kak Wulan, jangan terlalu ambisius, ya. Kasihan rambutmu nanti!"Ketua tim itu bernama Candra Lukito, lima tahun lebih muda dariku, wajahnya tampan dan tubuhnya tinggi. Rekan-rekan kerja mengatakan bahwa dia punya koneksi keluarga, makanya bisa langsung menduduki posisi ini.Namun, tiga bulan setelah dia datang, tidak ada lagi yang membahas soal itu.Candra punya kepribadian yang baik, murah hati, sering mentraktir kami makan dan minum, dan memang punya kemampuan yang luar biasa....."Kak Wulan, malam ini kita jalan-jalan, yuk!"Bahuku tiba-tiba ditepuk, aku kaget setengah mati. Tanpa menoleh pun aku tahu itu pasti Candra.Dia memang baik dalam banyak hal, tetapi sifatny

  • Waktu Tak Bisa Menjaga Cinta   Bab 6

    Rama: "Ayo kita bicara.""Nggak ada yang perlu dibicarakan, kita sudah putus."Aku menghapus WhatsApp-nya dan memblokir nomor teleponnya.Setelah mengantar ayahku pulang, aku langsung demam tinggi. Namun, aku tidak berani menunda pekerjaan, tetap menggunakan plester penurun panas dan bertahan di kantor.Saat pulang kerja, aku dihadang di jalan oleh Rama.Entah sudah berapa banyak rokok yang dia isap, tubuhnya penuh dengan bau rokok, tampak agak terpuruk, berbeda dengan biasanya."Maaf, Wulan, aku nggak tahu ibumu meninggal, dan aku juga nggak tahu seminggu yang lalu itu ulang tahunmu.""Aku nggak menikahimu bukan karena aku menyukai orang lain, tapi karena orang tuaku nggak bahagia dalam pernikahan, aku agak takut dengan pernikahan. Kalau kamu mau, kita bisa menikah sekarang juga."Rama mengeluarkan sekuntum mawar merah dan memberikannya padaku.Rasanya agak sedih juga, setelah bertahun-tahun berpacaran, ini pertama kalinya aku menerima bunga darinya ... dan itu terjadi setelah kami pu

  • Waktu Tak Bisa Menjaga Cinta   Bab 5

    Aku menatapnya dengan acuh tak acuh, lalu berbalik masuk ke kamar.Begitu pintu balkon tertutup, suara hujan yang deras terhalang di luar, seolah-olah semua angin dan hujan sudah berakhir.Di atas tempat tidur, ponselku bergetar, ada panggilan masuk dari Rama.Setelah bertahun-tahun, ini pertama kalinya dia meneleponku terlebih dahulu setelah kami bertengkar.Dulu saya kira, jika suatu hari Rama mau merendahkan diri dan membujukku, pasti aku akan senang. Tidak peduli kesalahan apa yang dia buat, aku pasti bisa memaafkannya.Namun, saat ini yang kurasakan hanyalah kebingungan.Rasanya seperti mengunyah daun sirih pahit, rasa pahit itu perlahan meresap hingga ke seluruh tubuh.Entah kenapa, aku teringat masa lalu.....Beberapa belas tahun yang lalu, ibu Rama, Helen Sumardi, datang berlibur ke desa kecil kami di pegunungan.Saat itu musim banjir, aliran sungai yang kecil berubah menjadi arus deras hanya dalam beberapa detik. Dia tidak sempat menghindar, dan tersapu banjir.Ayahku kebetul

  • Waktu Tak Bisa Menjaga Cinta   Bab 4

    Dia bersikap buruk padaku, aku bisa menahannya.Tapi aku tidak akan membiarkan dia menginjak-injak keluargaku!Sinta menutupi wajahnya yang memerah dan bengkak sambil menangis.Melihat ini, ekspresi Rama menjadi dingin. "Wulan, memukul orang itu sudah keterlaluan!"Aku memandangnya dengan kecewa, tanpa niat untuk berdebat.Rama selalu membelanya, aku seharusnya sudah terbiasa.Akan tetapi ayahku tidak terima."Hei, Rama! Sebenarnya siapa yang jadi pacarmu? Sinta atau anakku? Ketika Wulan pulang untuk pemakaman ibunya, aku tanya kenapa kamu nggak datang. Dia menangis dan bilang kamu sibuk, tapi aku tahu dia berbohong. Kamu pasti melakukan sesuatu yang melukai hatinya!""Benar saja 'kan, dugaanku nggak salah!""Nggak heran kalian pacaran bertahun-tahun, tidak kunjung menikah. Ternyata memang ada orang lain di luar sana!""Keluarga kalian memang lebih berada, tapi Wulan juga anak yang dirawat dengan sepenuh hati oleh aku dan ibunya. Nggak ada alasan dia diperlakukan seperti ini! Sampai me

  • Waktu Tak Bisa Menjaga Cinta   Bab 3

    Kami sudah bersama selama sepuluh tahun. Walaupun sering tidak bahagia, aku selalu duduk dan membicarakannya dengan baik-baik, tidak pernah sekalipun mengucapkan kata-kata berat seperti perpisahan.Rama terlihat agak terkejut sesaat, sambil menahan kesal dia berkata, "Wulan, jangan sembarangan bilang putus. Itu menyakitkan. Aku anggap ini nggak pernah terjadi!"Saat Sinta sedang tidak bahagia, dia akan dengan sabar menenangkannya, menanyakan apa yang terjadi.Kalau aku yang mengalaminya, dia hanya menyuruhku belajar mengendalikan emosi dengan dingin.Bahkan saat aku bilang ingin putus, dia hanya menanggapi dengan ringan, seolah-olah aku hanya sedang membuat keributan tanpa alasan.Aku tidak ingin terus-menerus merasa seperti wanita yang merajuk, selalu membandingkan diri dengan Sinta.Namun, standar ganda Rama terlalu mencolok, bahkan orang buta pun bisa melihatnya.Sinta turun dari mobil sambil membawa payung, lalu berkata dengan nada manja, "Kak Rama, coba bujuk Kak Wulan. Dia memang

  • Waktu Tak Bisa Menjaga Cinta   Bab 2

    Sinta Limawan adalah anak dari sahabat lama keluarga Subrata, usianya tujuh tahun lebih muda dariku dan Rama.Dari kecil, Sinta selalu mengikuti Rama ke mana pun, sangat menempel padanya.Bahkan nama mereka diambil dari nama pasangan terkenal dalam cerita wayang "Ramayana".Sinta berwajah cantik, sifatnya ceria dan sedikit usil, sangat mudah disukai.Awalnya, aku juga suka padanya, dan menganggapnya seperti adik perempuan di sebelah rumah.Namun, setelah dia menumpahkan kopi ke gaunku, diam-diam membuang hadiah yang kuberikan, dan memecahkan gelang giok pemberian ibu Rama padaku, barulah aku sadar bahwa dia tidak menyukaiku.Aku pernah membahas ini pada Rama, awalnya hanya sebagai keluhan kecil.Dia malah mengerutkan kening dan memarahiku, "Wulan, kamu 'kan orang dewasa, kenapa harus mempermasalahkan anak kecil?"Waktu itu kami baru berusia dua puluh tahun, sedangkan Sinta baru tiga belas tahun.Dia memang masih di bawah umur, jadi aku terlihat tidak dewasa karena mempermasalahkan hal

  • Waktu Tak Bisa Menjaga Cinta   Bab 1

    Sepulangnya aku dari pemakaman ibuku, hujan turun sangat deras.Air hujan membasahi tubuhku, membuat mataku sulit terbuka, dan kepalaku terasa berat.Tiba-tiba terdengar dering ponselku.Dengan wajah tanpa ekspresi, aku mengangkat ponsel dan melirik layarnya. Saat melihat nama Rama, jantungku kembali terasa sakit seperti ditusuk-tusuk.Aku sudah pacaran dengan Rama selama sepuluh tahun, tetapi dia selalu dingin dan cuek padaku.Dulu aku pikir, cintaku mampu mencairkan hati batu yang paling keras sekalipun, selama aku tetap berada di sampingnya. Namun, nyatanya, api cintaku yang berkobar tak mampu bertahan selamanya tanpa balasan.Tujuh hari yang lalu, aku menerima kabar buruk bahwa ibuku meninggal.Kekhawatiran terbesar ibu menjelang akhir hayatnya adalah tentang pernikahanku.Dia pernah berkata padaku, "Wulan, kamu sudah pacaran dengan Rama sekian lama, tapi dia masih belum bicara soal pernikahan? Maaf kalau kata-kata Ibu ini kurang enak didengar.""Keadaan keluarga kita dan keluarga

DMCA.com Protection Status