Beranda / Thriller / WOLF (Indonesia) / 23 - Kleptomania

Share

23 - Kleptomania

Penulis: Rosianaq
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Dua hari sebelum

penangkapan

Yoga fokus mencatat dengan bolpoin yang terselip di antara jari-jemarinya, sembari mendengarkan guru yang sedang menerangkan di depan kelas. Namun, diam-diam, dengan jari tangan kirinya yang bebas, Yoga juga menyelipkan sebuah bolpoin milik teman sebangkunya. Dengan sengaja membiarkan benda itu terjatuh ke lantai dan menginjaknya.

Yoga tersenyum, kemudian menundukkan kepalanya untuk dibenamkan ke dalam tangan kiri yang sudah dilipatnya di atas meja. Ia menjulurkan tangan kanan dan dengan segera mengambil bolpoin yang terjatuh untuk disembunyikan di kolong laci mejanya. Dalam sekejap, bolpoin itu telah bersarang di laci mejanya yang sudah lebih dulu penuh dengan barang-barang curian.

Beruntung, teman-teman sekelasnya yang merasa telah kehilangan alat tulis mereka, tak ada satu pun yang mencurigainya, apa

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • WOLF (Indonesia)   24 - Friendzone

    WOLF berada di suatu tempat yang luas dengan dominasi ruang serba putih. Di depannya, ada beberapa ranjang yang berjejer dan saling berhadapan. Pun, tercium aroma khas obat-obatan yang begitu menyengat berasal dari ruangan ini.Wolf duduk di dekat dinding, dengan jari jemari lentiknya menari indah di atas kertas. Apalagi jika bukan menulis sebuah pesan yang ditujukan untuk korbannya.Wolf tersenyum senang setelah mengakhiri tulisannya. Ia pun kembali membaca tulisan tersebut di dalam hati. Setelah itu, ia menyeringai dan berkata, “Aku tidak menyukaimu, Monyet!”Namun, tak lama kemudian, ponselnya berdering. Ia menoleh ke arah ponselnya yang terletak tak jauh dari kertasnya. Lagi-lagi, ia tersenyum senang saat mendapati sebuah panggilan masuk dari seseorang yang sangat dikenalinya.Buru-buru ia mengangkat panggilan tersebut. Hingga tak sadar dengan apa yang telah diucapkannya. “Halo, Nyet.”

  • WOLF (Indonesia)   25 - Monyet

    "Ayah," panggil Happy lirih."Hmmm.""Apa yang … akan Ayah lakukan, jika seandainya ... Wolf itu aku?” tanyanya begitu berhati-hati saat mengucapkan setiap kalimatnya.Adam tercengung. Sungguh, perkataan putrinya itu sukses membuat jantungnya terasa berhenti, dan membuat tubuhnya membeku di tempat. Apa yang dibilang anak itu tadi? Apa itu sebuah pengakuan darinya? Batinnya. Namun, dengan cepat Adam menepis pikiran negatifnya itu. Ia pun memilih untuk menatap Happy yang juga tengah melakukan hal yang sama.Adam tersenyum manis ke arah Happy. “Ayah nggak akan melakukan apapun. Karena Ayah percaya, kalau putri cantik Ayah ini adalah gadis yang baik.”••••

  • WOLF (Indonesia)   26 - Jatuhnya Sang Katak

    GAYANDRA mengembuskan napas beratnya, setelah membaca surat yang diberikan Wolf untuk Bobi, dari balik meja kerjanya. Ia tertunduk pilu seraya memijit kening dengan kedua tangannya. Gejolak amarahnya pun meletup hingga membuat sesak di dada. Mau sampai kapan SMU Pelangi dirunding masalah besar seperti ini terus? Bisa-bisa masalah ini akan tercium juga oleh awak media, dan sudah pasti membuat reputasi sekolah ini menurun. Dan ... hal itu tak boleh sampai terjadi.Kini, Pak Gay menatap Arvin, Awes dan Bobi yang hanya bergeming, berdiri di hadapannya. Ya, setelah mendapat laporan ada keributan di kantin tadi, ia langsung memanggil ketiganya itu untuk datang ke ruangan ini.Pak Gay mendesah pelan. “Kalian, boleh keluar!” titahnya akhirnya, setelah cukup lama menatap ketiga muridnya itu.Arvin terpegun. “Ta-tapi, Pak. Bagaimana dengan kasus Wolf kali ini? Apa saya dan Awes harus mengadakan sidak untuk para siswa?”

  • WOLF (Indonesia)   27 - Jejak Wolf

    RAJA terduduk di sofa lusuh, seraya menatap penuh tanya amplop berwarna cokelat yang saat ini ada di pangkuannya. Ada debaran yang tak wajar di dalam sana, saat akan membukanya. Sungguh, entah apa isi di dalam amplop yang tebal ini, hingga membuat keringat dinginnya merebak keluar.Raja tercengung, tangannya bergetar ketika menemukan sepucuk surat dan juga uang di dalam amplop tersebut. Uang yang jumlahnya tidaklah sedikit, sehingga berkali-kali netranya mengerjap tak percaya.Raja meletakkan uang tersebut di atas meja. Kemudian, tanpa buang waktu, ia membuka surat dan membacanya."Hai katak ....Kenapa kau bersembunyi? Kau tahu? Aku jadi sulit untuk menemukanmu. Tapi, bukan Wolf, jika aku tak bisa menemukan keberadaanmu saat ini.

  • WOLF (Indonesia)   28 - Petunjuk

    “Dari postur tubuh tegap yang kulihat kemarin, aku rasa dia itu cowok, Py.”Di tengah jadwal kosong pelajaran, Always tak ingin membuang waktu seorang diri hanya dengan mendengarkan musik saja. Ada sesuatu yang ingin disampaikannya kepada Happy. Oleh sebab itu, saat ini ia duduk di samping cewek itu, dan telah menceritakan semua, perihal seseorang yang diduga adalah Wolf, yang ditemuinya kemarin siang.Happy yang sedari tadi mendengarkan cerita Awes, mengernyit bingung. Bukankah Wolf yang diceritakan oleh Arvin dan cowok di hadapannya itu, ialah seorang cewek? Tapi, kenapa Awes malah bilang jika Wolf adalah cowok?“Kamu yakin, Wes, kalau orang itu cowok?” tanyanya, meyakinkan sekali lagi si cowok hitam manis itu.Awes mengangguk mantap. Ia begitu yakin jika kedua netranya tak pernah salah dalam menilai seseorang. Pun, ia yakin bahwa Wolf yang dilihatnya pada kamera CCTV, ialah seorang cewek. Bukankah selama in

  • WOLF (Indonesia)   29 - Indahnya Sang Pelangi

    "Pada waktunya, kebenaran akan terungkap, walau hanya menyisakan gelora lara yang mendekap. Pun, alam raya diciptakan dengan keseimbangan yang dinamis, hingga akan ada pelampiasan yang bisa dilakukan atas tiap-tiap perbuatan." Wolf¤¤¤¤“Jadi, maksud kamu, Wolf ... punya komunitas?” tanya Awes tak percaya, yang hanya dianggukan saja oleh Happy.Namun, tak lama kemudian, kedua manik mata Awes menangkap orang yang ditunggunya keluar dari pintu gerbang sekolah SMU Juara. Kali ini, Awes melihat sebuah kardus besar yang diikat pada jok belakang sepeda motor orang itu. Ia menduga bahwa sang pemilik motor telah meninggalkan benda tersebut, sehingga memilih kembali ke sekolah untuk mengambilnya.Tanpa buang waktu, Awes segera berlari m

  • WOLF (Indonesia)   30 - Permintaan Maaf

    ALWAYS mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan lambat, saat memasuki sebuah komplek perumahan elit yang berada di daerah Menteng, Jakarta. Tujuannya, ialah mencari alamat yang tertera pada kartu nama yang diberikan oleh Leo kemarin.Kini, Awes celingukan, merasa tak asing dengan daerah perumahan ini. “Sepertinya aku pernah melewati jalan ini deh, Py,” beritahunya kepada Happy.“Kamu yakin, Wes?”Awes melenggut. “Iya. Seingat aku, aku pernah mengantar customer-ku ke daerah sini.”Happy pun hanya menganggukkan kepala. Kemudian, mereka berdua kembali fokus untuk mencari nomor rumah yang akan dituju. Terlalu sepi, sehingga mereka tak bisa menemukan seseorang untuk ditanyai. Pun, jalan dua arah yang cukup lebar, membuat mereka kesulitan untuk mencari.Happy menolehkan kepalanya ke kanan, ketika netranya tak sengaja melihat seseorang yang dikenalinya. Ia mengerutkan ken

  • WOLF (Indonesia)   31 - Tentang Wolf

    “Kamu Always, kan?”Awes menoleh ke arah tangga yang ada di samping kanan, ketika kedua telinganya mendengar suara seorang wanita yang memanggil namanya. Kini, netranya mendapati wanita itu yang sedang menuruni anak-anak tangga dengan cukup hati-hati.Wanita itu tersenyum, dan berjalan ke arah Awes saat telah menginjakkan kakinya di lantai dasar. Sedangkan Awes, mengerutkan keningnya samar. Ia merasa pernah berjumpa dengan wanita tersebut. Tapi … siapa dan di mana?Kini, Awes berusaha untuk mengingat, hingga benaknya berhasil menembus batas waktu beberapa bulan yang lalu, di mana dirinya tengah menjemput salah seorang customer-nya yang sedang hamil.“Dengan Mbak Shasa?” tanya Awes kepada seorang wanita yang sedang hamil di depannya.

Bab terbaru

  • WOLF (Indonesia)   EPILOG

    Dua Tahun Kemudian“Hai, mata raishuu.” (Ya, sampai bertemu minggu depan)“Hai, arigatou gozaimasu,” (Ya, terimakasih banyak) sahut seluruh mahasiswa kepada sensei yang telah memberikan ilmunya kepada mereka. Setelah itu, para mahasiswa pun segera merapikan buku-buku mereka, dan memasukkannya ke dalam tas.Begitu pula Arvin, cowok itu memasukkan semua buku-buku yang bertuliskan huruf campuran antara Kanji dan Hiragana pada sampul, yang berserakan di atas meja dan memasukkannya ke dalam tas ransel. Setelah itu, segera beranjak dari duduknya dan melangkahkan kedua kakinya keluar kelas.Setengah berlari, Arvin menyusuri koridor Kampus yang masih ramai oleh para Mahasiswanya. Sekilas, ia menilik ke arah arloji di pergelangan tangannya. Masih ada waktu satu jam untuk b

  • WOLF (Indonesia)   38 - The Real Wolf

    DI TERAS sebuah rumah mewah bak istana. Berjejer tiga buah motor sport ninja dengan bermacam-macam warna, seperti: merah, hitam dan biru. Pun, sebuah nomor plat unik tertempel pada motor ninja berwarna biru. Sebuah plat nomor yang bertuliskan B 390 LU.Beralih dari sana, di sebuah kamar nan luas. Puluhan miniatur sepeda motor balap tampak tersimpan rapi pada dua rak lemari dengan kaca yang melapisi. Pun, sebuah jaket berwarna hitam dengan lambang Wolf tergantung pada lemari pakaian yang terletak di sebelah kanannya. Sedangkan, sang pemilik benda-benda tersebut terduduk di atas lantai yang beralaskan karpet rasfur berbulu tebal, sembari menonton tayangan berita di TV.“Sungguh, sekarang saya menyesal. Akibat perbuatan saya pula, kini karir Mamah berada

  • WOLF (Indonesia)   37 - Hukuman

    “Tuhan tengah menghukummu dengan kacaunya perasaan. Tuhan juga tengah menghukummu, dengan berbagai cobaan. Dan, mungkin ini adalah hukuman yang pantas untukmu jadikan perubahan.”¤¤¤¤

  • WOLF (Indonesia)   36 - Where Are You, Wolf?

    RAJA mematut diri di depan cermin. Menyisir rambut hitam pekat, lalu memberikannya sedikit pomade. Ia tersenyum, melihat tatanan rambutnya yang saat ini telah tampak rapi. Kemudian, ia langsung mengambil jaket berwarna biru bertuliskan ‘Ojolali’ yang disangkutkan pada dinding, dan juga tas selempang hitam kecil. Setelah itu, melangkahkan kedua kakinya keluar kamar. Untuk mengawali minggu pagi, dengan mengais rezeki.“Ja! Jangan lupa matikan TV kalau mau berangkat! Mamah masih di dapur. Kemarin, mamah jenguk papah di penjara. Papah minta dimasakkan ayam goreng,” beritahu Renata dengan setengah berteriak, seraya menggoreng ayam yang telah dibumbuinya.Raja menutup pintu kamarnya. Ia menggeleng, ketika melihat TV di ruang tamu yang masih menyala tanpa ada seseorang yang menontonnya. Pemborosan. Itulah yang terpikirkan di benaknya saat ini. Ditambah lagi, acara tentang gosip selebriti yang sedang tayang, membuatnya berdecak keci

  • WOLF (Indonesia)   35 - Another Wolf

    Satu bulan sebelum penangkapanDi depan meja belajarnya, jari-jemari Arvin tengah menari-nari indah di atas secarik kertas. Sebuah pesan akan rahasia besar yang selama ini ditutupi, akhirnya akan disampaikannya melalui surat yang akan diberikan oleh sang Burung Surga.Hai, apa kabarnya Burung Surgaku?Burung surga atau burung cendrawasih adalah julukan yang pantas untuk

  • WOLF (Indonesia)   34 - Burung Surga

    HARI ini mendung, sedikit berangin. Awes terduduk di kursi terdepan yang merupakan milik Yoga. Satu-satunya kursi yang sudah lama tak berpenghuni, semenjak ditinggal pergi oleh sang pemiliknya.Awes menopang kepala dengan tangan kiri, seraya menatap gumpalan awan berwarna kelabu. Tak ada rasa sedih, amarah, maupun sebuah letupan emosi. Hanya rasa hampa yang saat ini menemani. Ia merenung dan mengingat kembali kebersamaan dengan kedua sahabatnya. Hingga, tak sadar jika sebuah senyum telah terbit di sudut bibir, ketika mengingat kenangan indah itu.Berbeda halnya dengan Happy yang berada di seberang kiri Awes, cewek itu tampak begitu gusar. Hampir beberapa menit ia menunggu panggilannya terangkat. Sayangnya, sama sekali tak ada tanda suara dari Arvin yang mengangkat panggilannya. Apakah sesuatu telah terjadi kepada Arvin, hingga cowok itu tak mengangkat panggilan darinya? Mendadak, Happy merasa takut sendiri.P

  • WOLF (Indonesia)   33 - Serigala Berbulu Domba

    Lima bulan sebelumnyaDi dalam kamar nun luas, dengan dominasi cat berwarna putih, Wolf duduk di depan meja belajar, seraya memainkan sebuah bolpen yang terselip di antara jari-jemarinya. Ia tengah menatap selembar kertas yang berisikan tiga nama korban, yang sengaja diberi nama ‘My Pets’. Pasalnya, memang seluruh korbannya adalah seorang manusia yang memiliki sifat yang sama seperti binatang, yang saat ini telah dianggapnya sebagai hewan peliharaan.Bagaimana tidak? Kebanyakan dari mereka tak sedikit pun mau saling menghargai atau berbagi dengan satu sama lainnya. Bukankah, binatang saja yang tak memiliki akal dan pikiran, mau saling berbagi? Lantas, kenapa mereka para manusia yang dikarunia akal sehat malah tak memiliki hati nurani?Wolf tersenyum. Sudah ada dua nama yang ditandai dengan ceklis di samping nama para korbannya. “Arvin? Kenapa aku bisa lupa untuk memberikanmu sebuah julukan dan pesan? K

  • WOLF (Indonesia)   32 - Kobaran Api Amarah

    “Orang munafik selalu ingin tampak tak bersalah, selalu suka memutar balikkan keadaan, selalu ingin tampak seolah-olah bermaksud baik. Dan tak pernah ingin menghadapinya ketika berurusan dengan s

  • WOLF (Indonesia)   31 - Tentang Wolf

    “Kamu Always, kan?”Awes menoleh ke arah tangga yang ada di samping kanan, ketika kedua telinganya mendengar suara seorang wanita yang memanggil namanya. Kini, netranya mendapati wanita itu yang sedang menuruni anak-anak tangga dengan cukup hati-hati.Wanita itu tersenyum, dan berjalan ke arah Awes saat telah menginjakkan kakinya di lantai dasar. Sedangkan Awes, mengerutkan keningnya samar. Ia merasa pernah berjumpa dengan wanita tersebut. Tapi … siapa dan di mana?Kini, Awes berusaha untuk mengingat, hingga benaknya berhasil menembus batas waktu beberapa bulan yang lalu, di mana dirinya tengah menjemput salah seorang customer-nya yang sedang hamil.“Dengan Mbak Shasa?” tanya Awes kepada seorang wanita yang sedang hamil di depannya.

DMCA.com Protection Status