Malam pun tiba. Malam ini adalah malam untuk mereka berdua. Malam di mana mereka saling memiliki satu sama lain tanpa adanya orang ketiga, tanpa adanya rasa bersalah karena takut menyakiti hati yang lainnya. Rico pun serasa keluar dari neraka yang berasal dari Nisa, mantan istrinya itu.
Sejujurnya, Rico sekarang sangat lega walaupun ada perasaan bersalah karena pada saat itu dia menceraikan Nisa, ketika wanita itu mulai jatuh cinta kepadanya. Namun, dia segera menepis rasa itu, dia pun mengalihkan pikirannya, mungkin saja itu masih rencana Nisa untuk membuatnya iba dan tidak jadi memutuskan hubungan dengan wanita yang pernah mengisi relung hatinya dan pernah dia perjuangkan. Kemudian, dia pun memiringkan tubuhnya ke samping untuk menatap Anggun yang sedang merebahkan tubuhnya di ranjang karena sedang kelelahan. Rico pun mendekatkan tubuhnya agar lebih dekat dengan tubuh istrinya.
"Heuh, apakah kamu membutuhkan sesuatu, Mas?" tanya Anggun sembari melihat ke arah R
Anggun langsung menghentikan aktivitasnya. Dia pun melihat ke arah Rico bermaksud mencari bantuan. Namun ternyata, Rico malah tersenyum smirk sembari melipat kedua tangan di depan dada."Sayang, ayo ceritakan apa yang terjadi dan katakan lagi apa yang kamu teriakan malam tadi," ucap Rico memprovokasi.Semua yang berada di meja makan melihat ke arah Anggun, menunggu jawaban dari wanita yang semalam berteriak.Anggun tersenyum canggung, "Hehehe, itu bukan apa-apa, kok!"Rico pun melayangkan protesnya kepada Anggun. "Tidak-tidak, kamu harus mengatakannya.""Ikh, Mas." Anggun mengedipkan matanya dengan cepat agar Rico berhenti untuk mengompori semua anggota keluarga yang berada di meja makan."Ayo, Anggun katakanlah!" ungkap sang kakek yang sangat penasaran dan dicampur rasa cemas."Ehm ... anu, itu--" Anggun menggigit bibir bawahnya, dia ragu untuk mengatakannya. Masa iya kejadian tadi malam harus diceritakan?"Ya ...," semua angg
Deg! Rico menatapnya seperti akan menerkam mangsa. Anggun tahu, jika Rico sedang menginginkan sesuatu darinya. Namun, sayangnya dia kebetulan sedang menstrulasi. Dia pun mencoba menormalisaikan jantungnya yang terus berdebar kencang ketika Rico mendekatinya. "Ya, Tuhan kenapa dia begitu tampan," ungkap Anggun dalam hati.Rico pun membisikkan sesuatu di indra pendengaran Anggun. "Kamu lupa, bahwa aku yang akan memandikanmu!" ujar Rico dengan tatapan menggoda.Dengan polos Anggun pun menjawab. "Aku bukan mayat atau jenazah yang harus dimandikan."Tatapan Rico berubah menjadi datar ketika mendengar penuturan Anggun. "Memangnya, jenazah saja yang harus dimandikan. Tenang yang akan aku lakukan sekarang adalah mandi kucing! Kamu tahukan, bagaimana kucing kalau mandi sendiri?""Heuh!" Anggun menelan salivanya berkali-kali dan melangkah mundur. "Aku mau mandi sendiri saja. Lagi pula Mas sudah mandi, tidak baik mandi sering-sering.""Kenapa?""Nanti
~GN Group~Hati Rico masih tidak tenang. Di dalam ruangannya dia mondar mandir seperti setrikaan. Dia pun mengempalkan tangan dan menempelkannya di dagu dengan wajah yang ditekuk. Dia penasaran, apa yang akan Vino lakukan kepada istrinya. Dia begitu cemas, dan takut jika Vino mencari kesempatan dalam kesempitan dalam situasi Anggun yang sedang berada dalam kesulitan.Rico pun mengambil ponselnya dan kemudian menghubungi Allina salah satu sahabat Anggun. "Halo," sapa Allina."Allina, apakah kamu kuliah hari ini?" tanya Rico tergesa-gesa."Ya, tentu saja, Bang. By the way baswey, ini kenapa tiba-tiba menghubungiku? Apakah ada masalah?""Aku mau tanya apakah Anggun sudah bersama kalian? Aku menghubungi ke ponselnya tidak diangkat-angkat.""Tidak ada, Bang Rico. Memangnya Anggun ke kampus hari ini?" tanya Allina."Ya, tadi Vino membawanya. Entah membawa dia kemana? Tolong cari Anggun di ruangannya. Aku khawatir. Dan tolong kabari aku!"
Karena terkejut oleh kedatangan Allina yang tiba-tiba. Vino pun spontan menjatuhkan tubuh Anggun yang berada di dalam pelukannya.Brug!“Aw ... sakit,” teriak Anggun yang tak sengaja dijatuhkan oleh Vino.Vino dan Allina membelalak terkejut ketika Anggun terjatuh dan meringis kesakitan. “Anggun, kamu tidak apa-apa?” tanya Allina dan Vino bersamaan. Allina pun menghampiri sahabatnya dan membantu dia untuk berdiri."Ada yang sakit?" tanya Allina khawatir.“Bokongku sakit, Allina,” keluh Anggun sembari mengusap-ngusap bokong sebelah kanannya."Heran deh, Bapak. Kok bisa-bisanya menjatuhkan Anggun begitu.""Aku terkejut dengan kehadiranmu, Allina."“Ish,” desis Anggun sembari melirik sinis ke arah Vino. Dalam hati dia mengumpat halus ke dosennya itu. Dia tidak terima diperlakukan seperti ini.“A-Anggun,” panggil Vino yang merasa bersalah.“Hemm,&r
Anggun telah tiba di GN Group. Reseptionis sudah tahu Anggun adalah istri Rico dan dia pun mempersilakan istri bosnya itu untuk langsung naik ke ruangan sang pemimpin perusahaan.Setiba, di ruangan suaminya Anggun pun membuka pintu dan dia terkejut ketika ada seorang wanita di dalam ruangan Rico."Mas," sapa Anggun dengan nada datar."Sayang, kemari!" panggil Rico yang tersenyum bahagia karena melihat sang istri datang ke kantornya.Anggun menatap sinis dan dia merasa tidak asing kepada wanita tersebut. Anggun melihat penampilan wanita cantik dan seksi itu sembari mengingat-ngingat, pernah bertemu di mana dia dengannya. Anggun membelalak ketika kancing atas kemeja wanita itu sengaja di buka dan memperlihatkan belahan dadanya yang menonjol. "Ya Tuhan, wanita ini bisa menjadi pengganggu di rumah tanggaku. Hilang Nisa datang lagi yang seperti Nisa," ungkap Anggun dalam hati."Mbak, maaf kancingnya itu terbuka," tutur Anggun dengan culas.
Karin telah pergi dari ruangan Rico. Dan kini hanya tinggal mereka berdua yang berada di dalam ruangan tersebut. Rico pun duduk kembali di kursi setelah bersalaman dengan Karin. Dia kemudian menarik Anggun dan mendudukan di atas pangkuannya."Kamu cemburu, Sayang?" tanya Rico dengan senyum bahagia."Cemburu sih enggak, hanya saja sekarang aku harus lebih waspada kepada wanita-wanita seperti itu," jawab Anggun dengan ketus.Rico pun tak paham dengan apa yang dikatakan oleh Anggun. Keningnya mengerut sembari menatap dengan lekat istrinya. "Wanita seperti itu yang bagaimana?""Ya, yang seperti Kak Karin barusan.""Memangnya ada apa dengan Karin? Berikan aku satu alasan yang bisa membuka pikiranku mengenai pendapatmu!""Karena, ketika aku melihat kak Karin. Aku jadi teringat Nisa. Apakah, sekretaris modelannya Mas Rico seperti itu semua?""Modelan seperti itu?""Ikh," keluh Anggun dengan kesal karena suaminya itu tidak paham
Rico pun membangunkan tidur dengan cara memesrai bibir istrinya. Siapa sangka, ternyata Anggun sudah bangun dan dia pun membalas ciuman suaminya itu. Sejenak, mereka pun saling berciuman satu sama lain dan setelah itu mereka bersiap-siap untuk jalan-jalan ke salah satu mall eksklusif di ibu kota.Anggun pun telah cuci muka dan memakai make up natural. Rico terus menatap Anggun dengan intens. Dia perlahan mendekatkan dirinya dengan sang istri. "Sayang, apakah kamu tahu, kamu bernapas dalam diriku? Aku mencintaimu sangat mencintaimu."Anggun melingkarkan tangannya di tengkuk Rico dengan memberikan senyuman termanisnya kemudian berkata, "Apakah kamu juga tahu, Mas? bahwa kamu adalah dewa pujaan hatiku? Aku juga sangat mencintaimu."Mereka pun saling berpelukan sembari tersenyum bahagia. Bagi mereka tidak ada hal yang paling membahagiakan selain ketika berduaan. Mereka bisa mencurahkan rasa cinta, rasa rindu dan kasih sayang.Rico mengajak Anggun keluar dari
Dia tidak sengaja melihat Rico dan Anggun masuk ke rumah makan padang. Karena sangking rindunya kepada pria yang telah menceraikannya itu, Nisa nekad mengikuti Rico.Setelah Nisa berada di dalam, dia sengaja duduk di pojok dan agak jauh agar dia bisa leluasa melihat Rico tanpa membuat curiga. Aktivitasnya tidak terganggu sedikitpun, disa sedari tadi terus memperhatikan Rico dan Anggun. Ternyata bukan mengobati rindunya, dia malah terbakar api cemburu ketika melihat kemesraan sepasang dua sejoli tersebut.Ingin rasanya Nisa menghampiri pria yang dicintainya itu kemudian memeluk sangat erat untuk mencurahkan rasa rindu yang membendung di dalam kalbu. Akan tetapi, dia tidak bisa melakukan itu karena dia sadar bahwa Rico sekarang sangat membencinya.Tak terasa air matanya terus mengalir membasahi pipi. "Mas, kamu tidak boleh bersikap baik kepada Anggun. Kamu hanya milikku dan selamanya begitu. Bagaimana pun caranya, aku akan membuatmu membenci Anggun dan menca
Rico pun menghadap ke arah Mahika. “Silakan!”Nisa membuka kimono satin yang dikenakannya.“Kak Mahika!” teriak Anggun ketika Nisa akan membuka pakaiannya.“Maafkan aku Anggun, hanya dengan cara ini dia tahu bahwa aku adalah Nisa.”Anggun pun membalikkan badannya. Anggun harus memberikan kesempatan kepada Nisa untuk membuktikan kepada suaminya. Dia sengaja tidak melihat apa yang akan Nisa atau Rico lakukan. Jika, melihat mungkin dia akan cemburu dan terluka.Nisa mendekat ke arah Rico. Dan meloloskan gaun piyama satin sutra yang dia kenakan. “Mas, kamu tahu bagaimana membuktikan bahwa aku adalah Nisa.Rico mengernyitkan keningnya, kemudian pandangannya beralih kepada Anggun yang sedang membelakanginya dan Nisa. Dengan ragu dia mulai mengangkat tangannya. Dia pun menyentuh puncak dada Nisa dan mengarahkan bulatan itu k
Dua minggu kemudian.Persyaratan untuk pernikahan telah rampung. Tiba saatnya Alresca dan Nisa menikah.Nisa menggunakan wali hukum dikarenakan dia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini. Sedangkan, Rico dan ayah dari mempelai pria menjadi saksi pernikahan mereka berdua.Akad pernikahan mereka diadakan di sebuah hotel milik Rico Adelard. Keluarga besar Adelard, Whisley, dan kedua sahabat Anggun yaitu Allina dan Vita hadir dengan pasangan masing-masing.Tidak ada siapapun lagi yang hadir. Nisa hanya ingin orang-orang terdekat yang bisa menjadi saksi pernikahannya dengan Alresca. Karena dia tahu, wajah yang dia gunakan sekarang adalah milik orang lain yang pastinya kelak akan mengundang masalah baru.Ketika Alresca mengucapkan ijab qobul. Rico mengernyitkan keningnya. Pasalnya binti yang digunakan Mahika adalah ayah dari Nisa. Namun, dia pun segera mungkin menepis kecur
Di dalam kamar, Alresca, Nisa dan Dayana tidur bertiga. Mereka tidur menghadap bayi cantik nan mungil yang tidur di antara mereka. Tak sengaja, kedua orang dewasa itu saling beradu pandang dan saling melontarkan senyuman.Deg! jantung keduanya tiba-tiba berdegup dengan kencang.Alresca pun semakin menatap Nisa dengan lekat. Entah mengapa? Baginya, Nisa terlihat tampak cantik malam ini. Dia pun tiba-tiba menginginkan sesuatu dari wanita itu.Alresca bangkit dari posisi tidurnya dan menurunkan kedua kaki di atas lantai. Kemudian, dia pun beranjak dari tempat tidur dan berputar ke tempat Nisa berada.Pria itu membungkukkan tubuh dan kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah wanita yang sedang berbaring dan melihat ke arahnya."Kumohon kita jangan melakukan di sini! Di sini ada Dayana, tidak baik," ujar Nisa sembari mendorong dada Alresca yang bidang itu dengan lembut."Aku hanya ingin menciummu," jawab Alresca dan kemudian memegang ked
Keesokan harinya, Nisa sudah berada di rumah Anggun dan Rico. Dia pun berkenalan dengan ketiga bayi kembar Anggun yaitu, Dayana, Davin, dan Devan. Belum apa-apa, dia merasakan ikatan batin dengan ketiga anak tersebut. Apakah karena ketiga anak itu adalah anak Rico? Entahlah, dia pun tidak tahu. Yang jelas, dia begitu bahagia karena bisa merasakan menjadi seorang ibu. Walaupun, bisa saja dia kelak mengangkat anak adopsi bersama Alresca. Namun, sekarang dia lebih baik menikmati dan belajar dulu menjadi seorang ibu."Kak," panggil Anggun dengan lembut kepada Nisa.Nisa menoleh dan kemudian tersenyum sembari menggendong Devan yang baru terbangun sembari menangis."Siapa yang bangun?" tanya Anggun ingin tahu apakah Nisa sudah b
Rico pun mendamaikan hati dan menetralisir rasa agar kegugupan dalam dirinya segera terhempas. Dia pun melakukan peregangan, karena dia sudah lama tidak olahraga kenikmatan pada malam hari bersama istrinya."Huh," Rico mendadak merasa tidak percaya diri. Dia pun meniupkan udara dari dalam mulut dan menghirup aromanya.“Tidak bau.” Namun, dia masih tidak percaya diri. Dia pun memutuskan menggosok giginya untuk yang kedua kali agar tercium aroma mint dari mulutnya."Sudah wangi, ayo kita lakukan Anggun!" Monolognya di depan cermin dengan kepercayaan diri yang sudah kembali.Anggun pun sedang berdiri di depan jendela melihat ke arah luar. Ternyata, di luar hujan turun begitu deras. Momen yang sangat pas untuk bercinta, pikirnya sembari tersenyum sendiri.Rico pun keluar dari kamar mandi dan mendapati sang istri sedang berdiri di depan jendela sembari tercenung. Dia pun menghampiri kemudian melingkarkan tangan di perut rata istrinya.
Rico berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Alresca. "Bangunlah!" pintanya agar Alresca segera beranjak.Alresca pun beranjak dari duduknya dan berdiri di hadapan Rico. Sejujurna, dia masih bingung dengan apa yang akan dilakukan Rico kepadanya. Bukankah, kesepakatan di antara mereka sudah deal. Lalu, untuk apa Rico memintanya berdiri? Apakah pria itu akan memukul wajahnya? Tetapi kenapa?Hari ini dibenaknya begitu banyak pertanyaan yang dia tidak tahu jawabannya. Dia pun hanya bisa pasrah sekarang."Ya, aku sudah berdiri sesuai permintaanmu, Mas Rico!" sahut Alresca kepada pria yang lebih dewasa daripadanya. Dia mengerutkan keningnya ketika Rico lebih mendekat ke arahnya.Setelah tubuhnya hanya berjarak sekitar 30 sentimeter. Rico membuka tangannya kemudian memeluk Alresca sangat erat."Semoga kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Aku do'akan agar kamu selalu bahagia dengan Mahika. Percayalah, dia wanita yang
Alresca dengan sengaja menatap dalam wajah Anggun di hadapan Rico. Dia ingin memandang dengan puas wajah cantik wanita yang selama ini dia cari dan cintai. Berat memang ketika harus berhenti begitu saja. Cintanya kepada Anggun bukanlah cinta biasa. Wanita ini adalah cinta pertama dan perjuangannya hingga menemukan Anggun begitu luar biasa. Dalam hati dia masih ragu, apakah dia akan benar-benar melepaskan wanita tersebut dan menikah dengan Nisa. Atau …?Sungguh Rico ingin menusuk mata Alresca dengan garfu yang berada di piringnya. Ternyata, apa yang dikatakan oleh Andy benar adanya. Di tatapan pria tersebut terdapat cinta yang teramat besar untuk istrinya. Rico sekarang tahu dengan jelas, bagaimana perasaan Alresca kepada Anggun, karena diam-diam dia pun telah menyelidiki tentang pria tersebut.“Sayang, kebiasaan suka blepotan kalau makan,” tutur Rico memberi tahu.“Owh begitu, tolong bersihkan!&r
Nisa menengadah menatap wajah Alresca yang tertidur setelah membicarakan masalah pernikahan. Dia terus menatap wajah itu dengan lekat.“Aku baru sadar, ternyata kamu sangat tampan, Alresca,” gumamnya dalam hati.Dia pun sangat menyayangkan, di balik wajahnya yang sempurna ada penderitaan yang mendalam. Entah penyakit apa yang bersarang di tubuhnya. Entah apa yang telah membuatnya menderita seperti itu. Begitu banyak pertanyaan dalam benaknya. Pria ini begitu penuh misteri, dan dia harus membantu mencari cara agar Alresca bisa sembuh.Nisa memberanikan diri untuk menyentuh wajah pria tersebut. Dia mengulurkan tangannya dan memegang pipi Alresca yang di tumbuhi bulu-bulu halus. Pria yang akan menjadi suaminya itu, membuatnya begitu iba. Tanpa sadar, Nisa tersenyum
~3 Bulan Kemudian~Anggun sedang merasa kerepotan dengan ketiga bayi kembarnya dikarenakan ibu dan mertuanya sudah kembali ke tempat tinggal masing-masing. Dia membutuhkan seorang jasa pengasuh untuk membantunya mengurus ketiga bayi kembarnya. Dia terus berpikir keras, siapa yang kira-kira bisa mencarikan seorang pengasuh untuknya. Tentunya pengasuh yang tidak asal-asalan, karena dia takut bayinya kenapa-kenapa seperti yang terjadi diberita-berita.Tiba-tiba dia teringat dengan Mahika alias Nisa. Ya, ketika Anggun dalam keadaan koma di rumah sakit, walaupun matanya tidak terbuka tetapi pendengarannya normal dan bisa mendengar apapun yang dikatakan oleh orang-orang di sekelilingnya.Ketika Nisa datang menjenguk dan berkata sesuatu pun, dia mendengar dan perkataannya itu terekam dimemonynya. Dia pun tidak menyangka bahwa Mahika adalah Nisa—mantan istri dari suaminya. Momen ini ingin dia jadikan ajang pendekatan kepad