“Kek, Mas, aku berangkat dulu, ya!” pamit Anggun kepada Kakek dan sang suami.
“Iya, sayang hati-hati!” sahut sang kakek. Sedangkan Rico tidak menjawab sepatah kata apapun, dia sedang merasakan reaksi dari obat tersebut.
‘Gila, reaksi obat itu cepat juga,’ ungkapnya dalam hati.
Rico mulai merasakan kegerahan di seluruh tubuh, pasalnya dia memasukkan 3 butir tablet ke dalam minuman yang tadinya dibuat khusus untuk Anggun. Dia merasakan gairah yang tak terhingga. Sungguh, ingin sekali dia melakukan hubungan suami istri pada saat ini juga. Namun, sangat di sayangkan umpan sudah pergi, jika pergi ke tempat Nisa, khawatir kakeknya akan curiga. Wajah Rico nampak seperti orang yang sedang menahan buang air besar, tubuhnya dibanjiri oleh keringat. Dia memutuskan untuk pergi ke kamarnya dan berpamitan kepada kakek dengan alasan sakit perut.
Rico lari terbirit-birit ke kamar,
“Ambil pisau di dapur atau racun yang mematikan kemudian bunuh aku. Karena selama aku masih hidup, aku tidak akan pernah menceraikanmu. Kamu hanya bisa menikah lagi jika aku mati. Walaupun aku mati, tetap saja aku akan menjadi arwah gentangan yang akan menghantuimu dan pasangan barumu,” ujar Rico dengan pelan tapi tegas.“Uwu, suamiku tercinta sepertinya sudah mulai jatuh cinta kepadaku?” tanya Anggun sembari menggoda sang suami yang sedang terkulai lemas.“Jangan mimpi! Mana mungkin aku jatuh cinta kepadamu? Aku hanya tidak ingin kamu bahagia, aku akan selalu membuatmu menderita,” sanggah Rico karena gengsi tidak mau mengakui bahwa dia sudah jatuh cinta kepada wanita yang sedang duduk di sampingnya di tepi tempat tidur.“Sayang sekali, padahal aku—”“Aku apa? Jawab!” tanya Rico berharap jika Anggun pun merasakan hal yang sama dengan d
“Kamu terlihat tampan mengenakan koko dan peci hitam ini, Mas,” tutur Anggun pelan sembari malu-malu.“Benarkah? Jika begitu aku akan mengenakannya setiap hari di hadapanmu, agar kamu tidak melihat pria lain di belakangku,” tegas Rico.Mereka pun saling memandang satu sama lain dan menatap lekat ke satu titik. Rico pun mendekatkan wajahnya dan kemudian memegang tengkuk Anggun. Dia mencumbu lembut bibir Anggun yang ranum. Awalnya Anggun tidak membalas, tetapi entah mengapa, ada dorongan kuat dari dalam dirinya untuk membalas cumbuan Rico kepadanya.Ada senyuman di bibir Rico pada saat Anggun membalas ciumannya. Hatinya sungguh berbunga-bunga. Bibir mereka saling berpagut dan tidak ingin segera berhenti.Anggun melepaskan lebih dulu cumbuannya karena kehabisan oksigen. Kemudian dia melontarkan pertanyaan kepada pria yang halal baginya. “Apakah kamu mau melakukannya, Mas?&r
Rico membuka sarungnya tanpa malu sedikit pun, bahkan dia sangat percaya diri dan bahagia. Akhirnya, Anggun bisa melihat dan menyentuh si junior.Anggun mengeluarkan isi salep di ujung telunjuknya. ‘Ya ampun ternyata benda seperti ini, alat untuk membuat dede bayi.’ Walaupun Anggun merasa risih, tetapi dia harus melakukan agar dia bisa segera pergi ke kampus dan melakukan aktivitas lainnya.“Anggun, tadi kata dokter kamu harus membuatnya menegang atau berdiri terlebih dahulu. Untuk apa itu dilakukan? agar kamu tidak salah mengoleskan salep, paham!” ujar Rico sedikit kesal kepada Anggun.“Ini itu belum berdiri? Lalu cara membuatnya menegang dan berdiri itu, bagaimana?” tanya Anggun serius.Seringai senyum licik terbit di wajah Rico. Dia menuntun tangan Anggun untuk menyentuh si junior.“Kamu bisa usap-usap dengan lembut, nanti dia akan ter
Anggun dan kakek Bara menatap aneh ke arah Rico. Sang kakek pun tersentuh dengan apa yang dilakukan oleh sang cucu. Baru kali ini Rico bersikap seperti itu kepadanya. Namun, masih ada yang harus diselesaikan, urusan pekerjaan di Bali. Jadi, mau tidak mau kakek Bara tetap harus pergi.“Kek, kumohon!” pinta Rico dengan wajah memelas.***“Maafkan kakek, tetapi pengawal kakek sudah berada di depan untuk menjemput kakek,” tutur Bara kepada cucurnya.Rico terdiam dan termenung, dia sedang meratapi nasibnya. Sedangkan Anggun dan kakek Bara menatap aneh ke arah Rico yang masih berlutut.“Sini, aku bantu berdiri, Mas!” ucap Anggun menawarkan.Rico menatap sendu ke arah Anggun. Mungkin ini terakhir kalinya, dia akan mendapatkan perhatian dari sang istri. Setelah kakek pulang akan lain lagi ceritanya, dan itu membuat Rico tidak rela.Pasangan suami istri tersebut mengantarkan
Mereka tiba di ruang keluarga dan duduk di sofa panjang yang menghadap langsung ke arah televisi.“Bolehkah, aku tidur di pangkuanmu? Sepertinya aku belum bisa duduk terlalu lama!” Rico mulai melancarkan modusnya.“Kemarilah!” ajak Anggun yang kemudian mengambil bantal sofa kecil dan menyimpan di pahanya untuk di tiduri oleh sang suami.Rico kemudian tidur di pangkuan Anggun dan tidak sadar sembari menonton drama Korea tangan Anggun mengusap lembut rambut Rico. Rico benar-benar menikmati momen kebersamaannya bersama Anggun. Tiba-tiba di drama korea tersebut ada adegan berciuman dengan posisi pria yang tertidur di pangkuan wanitanya.Rico berinisiatif mengubah posisinya seperti di adegan drama tersebut dan kemudian memejamkan mata untuk menerima perlakuan yang sama.“Euh, ka-kamu mau apa, Mas?” tanya Anggun yang salah tingkah.
Di dalam kamar selain berdo’a tidak ada yang mereka lakukan lagi. Hingga waktu isya tiba, mereka pun melanjutkan dengan sholat berjama’ah isya. Setelah selesai sholat berjama’ah, Anggun beranjak untuk pergi ke kamarnya. Namun, Rico mencegahnya.“Jangan pergi! Izinkan untuk malam ini aku menjadi suamimu sesungguhnya. Tidur bersama istri sahku, dimanja oleh bidadari hatiku, dan merasakan kasih sayang istri. Besok, Nisa sudah kembali. Aku pasti akan sulit bermanja-manja denganmu. Dan, kamu pun akan kembali menjadi sosok Anggun yang cuek kepadaku.”Mendengar penuturan Rico membuat Anggun sedih dan dia memeluk Rico dengan erat. “Mas, maafkan aku! Aku tidak bisa menjadi istri yang baik bagimu. Aku tahu diri dengan posisiku. Aku tidak mau merusak hubunganmu dengan Nisa. Dan, aku adalah wanita yang paling egois. Aku tidak mau jika Mas dimiliki oleh wanita lain.”“Maafkan, aku juga.
Rico menelan saliva dengan kasar ketika melihat pemandangan indah di depan mata. Ternyata, dia adalah pria beruntung yang telah menyia-nyiakan bidadari yang dinikahinya.Jiwa Rico sudah membara karena gairah. Kali ini, dia mendominasi dan menguasai tubuh sang istri. Dia pun mulai menyentuh puncak dada Anggun yang berwarna pink muda dengan bibirnya kemudian memasukan benda tersebut ke rongga mulutnya. Di dalam sana, benda bulat berbentuk seperti kismis dimainkan dengan lincah oleh lingualnya.“Mas …!” rintih Anggun yang mulai bergairah.“Iya, Sayang,” sahut Rico dengan mesra.Tatapan mendamba di mata Anggun begitu ketara oleh Rico. Rico melengkungkan bibirnya dan dia tersenyum begitu manis kepada sang istri.Senyuman yang dipersembahkan Rico membuat dirinya terhipnotis. Dia pun tanpa sadar membalas senyuman itu dengan tulus.&lsq
“Da-darah,” Rico tiba-tiba cemas dan kemudian dia melihat pusat kenikmatan milik Anggun dan sudah ada genangan darah di seprai putih tempat tidurnya. Dia berpikir sejenak, dia merasa bahwa dirinya belum melakukan apa-apa terhadap istrinya itu, ‘kenapa bisa ada darah?’ tanyanya dalam hati.“Kenapa kamu diam, Mas?” tanya Anggun yang segera ingin dimasuki oleh Rico.“Anggun maafkan aku, kenapa ada darah di area kewanitaanmu?”“Apa?” Anggun terkejut dan menyentuh organ kewanitaannya. “Sekarang tanggal berapa?” tanya Anggun penarasan kepada Rico.“Dua puluh sembilan,” jawab Rico.“Hehehe, sepertinya aku sedang menstrulasi alias tamu bulanan,” ucap Anggun merasa bersalah.“Apa, menstrulasi?”Wajah Rico tampak frustasi mendengar kata menst
Rico pun menghadap ke arah Mahika. “Silakan!”Nisa membuka kimono satin yang dikenakannya.“Kak Mahika!” teriak Anggun ketika Nisa akan membuka pakaiannya.“Maafkan aku Anggun, hanya dengan cara ini dia tahu bahwa aku adalah Nisa.”Anggun pun membalikkan badannya. Anggun harus memberikan kesempatan kepada Nisa untuk membuktikan kepada suaminya. Dia sengaja tidak melihat apa yang akan Nisa atau Rico lakukan. Jika, melihat mungkin dia akan cemburu dan terluka.Nisa mendekat ke arah Rico. Dan meloloskan gaun piyama satin sutra yang dia kenakan. “Mas, kamu tahu bagaimana membuktikan bahwa aku adalah Nisa.Rico mengernyitkan keningnya, kemudian pandangannya beralih kepada Anggun yang sedang membelakanginya dan Nisa. Dengan ragu dia mulai mengangkat tangannya. Dia pun menyentuh puncak dada Nisa dan mengarahkan bulatan itu k
Dua minggu kemudian.Persyaratan untuk pernikahan telah rampung. Tiba saatnya Alresca dan Nisa menikah.Nisa menggunakan wali hukum dikarenakan dia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini. Sedangkan, Rico dan ayah dari mempelai pria menjadi saksi pernikahan mereka berdua.Akad pernikahan mereka diadakan di sebuah hotel milik Rico Adelard. Keluarga besar Adelard, Whisley, dan kedua sahabat Anggun yaitu Allina dan Vita hadir dengan pasangan masing-masing.Tidak ada siapapun lagi yang hadir. Nisa hanya ingin orang-orang terdekat yang bisa menjadi saksi pernikahannya dengan Alresca. Karena dia tahu, wajah yang dia gunakan sekarang adalah milik orang lain yang pastinya kelak akan mengundang masalah baru.Ketika Alresca mengucapkan ijab qobul. Rico mengernyitkan keningnya. Pasalnya binti yang digunakan Mahika adalah ayah dari Nisa. Namun, dia pun segera mungkin menepis kecur
Di dalam kamar, Alresca, Nisa dan Dayana tidur bertiga. Mereka tidur menghadap bayi cantik nan mungil yang tidur di antara mereka. Tak sengaja, kedua orang dewasa itu saling beradu pandang dan saling melontarkan senyuman.Deg! jantung keduanya tiba-tiba berdegup dengan kencang.Alresca pun semakin menatap Nisa dengan lekat. Entah mengapa? Baginya, Nisa terlihat tampak cantik malam ini. Dia pun tiba-tiba menginginkan sesuatu dari wanita itu.Alresca bangkit dari posisi tidurnya dan menurunkan kedua kaki di atas lantai. Kemudian, dia pun beranjak dari tempat tidur dan berputar ke tempat Nisa berada.Pria itu membungkukkan tubuh dan kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah wanita yang sedang berbaring dan melihat ke arahnya."Kumohon kita jangan melakukan di sini! Di sini ada Dayana, tidak baik," ujar Nisa sembari mendorong dada Alresca yang bidang itu dengan lembut."Aku hanya ingin menciummu," jawab Alresca dan kemudian memegang ked
Keesokan harinya, Nisa sudah berada di rumah Anggun dan Rico. Dia pun berkenalan dengan ketiga bayi kembar Anggun yaitu, Dayana, Davin, dan Devan. Belum apa-apa, dia merasakan ikatan batin dengan ketiga anak tersebut. Apakah karena ketiga anak itu adalah anak Rico? Entahlah, dia pun tidak tahu. Yang jelas, dia begitu bahagia karena bisa merasakan menjadi seorang ibu. Walaupun, bisa saja dia kelak mengangkat anak adopsi bersama Alresca. Namun, sekarang dia lebih baik menikmati dan belajar dulu menjadi seorang ibu."Kak," panggil Anggun dengan lembut kepada Nisa.Nisa menoleh dan kemudian tersenyum sembari menggendong Devan yang baru terbangun sembari menangis."Siapa yang bangun?" tanya Anggun ingin tahu apakah Nisa sudah b
Rico pun mendamaikan hati dan menetralisir rasa agar kegugupan dalam dirinya segera terhempas. Dia pun melakukan peregangan, karena dia sudah lama tidak olahraga kenikmatan pada malam hari bersama istrinya."Huh," Rico mendadak merasa tidak percaya diri. Dia pun meniupkan udara dari dalam mulut dan menghirup aromanya.“Tidak bau.” Namun, dia masih tidak percaya diri. Dia pun memutuskan menggosok giginya untuk yang kedua kali agar tercium aroma mint dari mulutnya."Sudah wangi, ayo kita lakukan Anggun!" Monolognya di depan cermin dengan kepercayaan diri yang sudah kembali.Anggun pun sedang berdiri di depan jendela melihat ke arah luar. Ternyata, di luar hujan turun begitu deras. Momen yang sangat pas untuk bercinta, pikirnya sembari tersenyum sendiri.Rico pun keluar dari kamar mandi dan mendapati sang istri sedang berdiri di depan jendela sembari tercenung. Dia pun menghampiri kemudian melingkarkan tangan di perut rata istrinya.
Rico berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Alresca. "Bangunlah!" pintanya agar Alresca segera beranjak.Alresca pun beranjak dari duduknya dan berdiri di hadapan Rico. Sejujurna, dia masih bingung dengan apa yang akan dilakukan Rico kepadanya. Bukankah, kesepakatan di antara mereka sudah deal. Lalu, untuk apa Rico memintanya berdiri? Apakah pria itu akan memukul wajahnya? Tetapi kenapa?Hari ini dibenaknya begitu banyak pertanyaan yang dia tidak tahu jawabannya. Dia pun hanya bisa pasrah sekarang."Ya, aku sudah berdiri sesuai permintaanmu, Mas Rico!" sahut Alresca kepada pria yang lebih dewasa daripadanya. Dia mengerutkan keningnya ketika Rico lebih mendekat ke arahnya.Setelah tubuhnya hanya berjarak sekitar 30 sentimeter. Rico membuka tangannya kemudian memeluk Alresca sangat erat."Semoga kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Aku do'akan agar kamu selalu bahagia dengan Mahika. Percayalah, dia wanita yang
Alresca dengan sengaja menatap dalam wajah Anggun di hadapan Rico. Dia ingin memandang dengan puas wajah cantik wanita yang selama ini dia cari dan cintai. Berat memang ketika harus berhenti begitu saja. Cintanya kepada Anggun bukanlah cinta biasa. Wanita ini adalah cinta pertama dan perjuangannya hingga menemukan Anggun begitu luar biasa. Dalam hati dia masih ragu, apakah dia akan benar-benar melepaskan wanita tersebut dan menikah dengan Nisa. Atau …?Sungguh Rico ingin menusuk mata Alresca dengan garfu yang berada di piringnya. Ternyata, apa yang dikatakan oleh Andy benar adanya. Di tatapan pria tersebut terdapat cinta yang teramat besar untuk istrinya. Rico sekarang tahu dengan jelas, bagaimana perasaan Alresca kepada Anggun, karena diam-diam dia pun telah menyelidiki tentang pria tersebut.“Sayang, kebiasaan suka blepotan kalau makan,” tutur Rico memberi tahu.“Owh begitu, tolong bersihkan!&r
Nisa menengadah menatap wajah Alresca yang tertidur setelah membicarakan masalah pernikahan. Dia terus menatap wajah itu dengan lekat.“Aku baru sadar, ternyata kamu sangat tampan, Alresca,” gumamnya dalam hati.Dia pun sangat menyayangkan, di balik wajahnya yang sempurna ada penderitaan yang mendalam. Entah penyakit apa yang bersarang di tubuhnya. Entah apa yang telah membuatnya menderita seperti itu. Begitu banyak pertanyaan dalam benaknya. Pria ini begitu penuh misteri, dan dia harus membantu mencari cara agar Alresca bisa sembuh.Nisa memberanikan diri untuk menyentuh wajah pria tersebut. Dia mengulurkan tangannya dan memegang pipi Alresca yang di tumbuhi bulu-bulu halus. Pria yang akan menjadi suaminya itu, membuatnya begitu iba. Tanpa sadar, Nisa tersenyum
~3 Bulan Kemudian~Anggun sedang merasa kerepotan dengan ketiga bayi kembarnya dikarenakan ibu dan mertuanya sudah kembali ke tempat tinggal masing-masing. Dia membutuhkan seorang jasa pengasuh untuk membantunya mengurus ketiga bayi kembarnya. Dia terus berpikir keras, siapa yang kira-kira bisa mencarikan seorang pengasuh untuknya. Tentunya pengasuh yang tidak asal-asalan, karena dia takut bayinya kenapa-kenapa seperti yang terjadi diberita-berita.Tiba-tiba dia teringat dengan Mahika alias Nisa. Ya, ketika Anggun dalam keadaan koma di rumah sakit, walaupun matanya tidak terbuka tetapi pendengarannya normal dan bisa mendengar apapun yang dikatakan oleh orang-orang di sekelilingnya.Ketika Nisa datang menjenguk dan berkata sesuatu pun, dia mendengar dan perkataannya itu terekam dimemonynya. Dia pun tidak menyangka bahwa Mahika adalah Nisa—mantan istri dari suaminya. Momen ini ingin dia jadikan ajang pendekatan kepad