Di dalam kamar selain berdo’a tidak ada yang mereka lakukan lagi. Hingga waktu isya tiba, mereka pun melanjutkan dengan sholat berjama’ah isya. Setelah selesai sholat berjama’ah, Anggun beranjak untuk pergi ke kamarnya. Namun, Rico mencegahnya.
“Jangan pergi! Izinkan untuk malam ini aku menjadi suamimu sesungguhnya. Tidur bersama istri sahku, dimanja oleh bidadari hatiku, dan merasakan kasih sayang istri. Besok, Nisa sudah kembali. Aku pasti akan sulit bermanja-manja denganmu. Dan, kamu pun akan kembali menjadi sosok Anggun yang cuek kepadaku.”
Mendengar penuturan Rico membuat Anggun sedih dan dia memeluk Rico dengan erat. “Mas, maafkan aku! Aku tidak bisa menjadi istri yang baik bagimu. Aku tahu diri dengan posisiku. Aku tidak mau merusak hubunganmu dengan Nisa. Dan, aku adalah wanita yang paling egois. Aku tidak mau jika Mas dimiliki oleh wanita lain.”
“Maafkan, aku juga.
Rico menelan saliva dengan kasar ketika melihat pemandangan indah di depan mata. Ternyata, dia adalah pria beruntung yang telah menyia-nyiakan bidadari yang dinikahinya.Jiwa Rico sudah membara karena gairah. Kali ini, dia mendominasi dan menguasai tubuh sang istri. Dia pun mulai menyentuh puncak dada Anggun yang berwarna pink muda dengan bibirnya kemudian memasukan benda tersebut ke rongga mulutnya. Di dalam sana, benda bulat berbentuk seperti kismis dimainkan dengan lincah oleh lingualnya.“Mas …!” rintih Anggun yang mulai bergairah.“Iya, Sayang,” sahut Rico dengan mesra.Tatapan mendamba di mata Anggun begitu ketara oleh Rico. Rico melengkungkan bibirnya dan dia tersenyum begitu manis kepada sang istri.Senyuman yang dipersembahkan Rico membuat dirinya terhipnotis. Dia pun tanpa sadar membalas senyuman itu dengan tulus.&lsq
“Da-darah,” Rico tiba-tiba cemas dan kemudian dia melihat pusat kenikmatan milik Anggun dan sudah ada genangan darah di seprai putih tempat tidurnya. Dia berpikir sejenak, dia merasa bahwa dirinya belum melakukan apa-apa terhadap istrinya itu, ‘kenapa bisa ada darah?’ tanyanya dalam hati.“Kenapa kamu diam, Mas?” tanya Anggun yang segera ingin dimasuki oleh Rico.“Anggun maafkan aku, kenapa ada darah di area kewanitaanmu?”“Apa?” Anggun terkejut dan menyentuh organ kewanitaannya. “Sekarang tanggal berapa?” tanya Anggun penarasan kepada Rico.“Dua puluh sembilan,” jawab Rico.“Hehehe, sepertinya aku sedang menstrulasi alias tamu bulanan,” ucap Anggun merasa bersalah.“Apa, menstrulasi?”Wajah Rico tampak frustasi mendengar kata menst
Kini Rico dan Anggun sudah berada di dalam mobil. Di mobil sudah ada sopir yang menunggu. Sepanjang perjalanan Rico memegang tangan Anggun dengan posesif, dia tidak melepaskan tangan istrinya sedetik pun.Mereka telah tiba di kampus tempat Anggun menuntut ilmu. Anggun pun mencium tangan Rico kemudian berpamitan. Ketika Anggun membuka pintu mobil, Rico menarik tangannya kemudian memesrai bibir Anggun.“Jangan nakal! Ingat sudah punya suami!” ujar Rico memperingatkan.“Iya, aku juga tahu, kok,” tutur Anggun sembari keluar dari mobil.Ketika Anggun sedang berjalan, tiba-tiba Romeo datang. Dia merangkul pinggang Anggun kemudian mencium pipi kanan dan kiri wanita cantik tersebut. Rico melihat itu semua, dan Rico pun keluar dari dalam mobil.“Anggun!” teriak Rico memanggil nama istrinya.Langkah Anggun terhenti, ‘Mampus, pa
Karena kesal, Rico pun pergi dari kampus tempat Anggun menuntut ilmu dan menuju ke kantinnya. Di dalam mobil dia terus uring-uringan. Dia tidak rela jika Anggun disentuh dan dimiliki oleh pria lain. Batin Rico terus meracau. ‘Kenapa tadi malam Anggun harus datang bulan? Padahal tinggal sedikit lagi, Anggun akan menjadi miliknya, seutuhnya.’ Sesalnya dalam hati. Akhirnya dia tiba di kantor. Dan, Nisa sudah menyambutnya dengan senyuman manis. Rico pun membalas senyuman Nisa, dan memintanya masuk ke dalam ruangan. Dia ingin melepaskan penat di dalam dirinya. Semoga dengan adanya Nisa, rasa emosinya karena cemburu bisa terhempas jauh. *** Anggun beserta teman-temannya sudah memasuki kelas. Di sana sudah berada dosen killer dengan wajah yang tidak bersahabat. Sorotan matanya sangat tajam ketika memandang Romeo. Dan, Romeo pun merasakan hal itu tetapi dia bersikap acuh tak ac
“Ishh, sejak kapan aku menjadi kekasihmu.”“Sejak, sekarang, hari ini dan seterusnya!” jawab Romeo santai.“Tidak bisa begitu, aku belum menjawab iya. Dan aku belum ingin dimiliki oleh siapapun, aku masih ingin bebas.”“Pokoknya, mulai hari ini kamu adalah kekasihku dan mereka berdua sebagai saksinya,” ujar Rico sembari menunjuk kedua sahabat Anggun.“Wah, aku setuju sekali jika kalian bersama. Yang pria tampan dan yang wanita cantik. Kalian pasangan serasi.” Vita berucap sembari menunjukkan kedua ibu jari tangannya ke arah Anggun dan Romeo.“Nah, kamu ‘kan sudah pun Romeo, boleh dong, bantu aku sama babang Rico!” pinta Allina.“Tidak bisa, dia sudah memiliki seorang istri!” sahut Anggun kepada Allina.“Haahh, istri?” Allina dan Vit
Setelah mendapat telepon dari Anggun perasaan Rico menjadi tenang. Dia pun bisa lebih fokus untuk bekerja. Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama karena sang dosen killer tiba-tiba datang ke kantor Rico. “Vino!” sapa Rico heran. “Aku ada perlu denganmu, Rico,” jawab Vino dengan nada pelan tapi tegas. “Silakan duduk!” Rico mempersilakan. Vino pun duduk di sofa. Sebenarnya, dia tidak mau datang kepada Rico untuk meminta bantuan. Akan tetapi, dia terpaksa melakukan ini, karena hanya Rico yang bisa membantunya. “Ada apa?” tanya Rico. “Aku ingin kamu menbantuku untuk mendapatkan cinta Anggun,” tutur Vino to the point. “Haaah,” desah Rico kasar. Rico tidak menyangka bahwa ada seorang pria yang meminta dirinya untuk mendekatkan dengan istrinya. Gila, ini gila gumam Rico dalam hati. “Jika aku tidak mau?” tanya Rico sinis.
Kini Allina sudah berada di rumah Anggun yang seperti istana. Namun, ada yang janggal di rumah sebesar ini. Tidak ada foto keluarga, hanya ada foto Anggun dan Rico itu pun foto sendiri tidak berdampingan. Dan katanya, Rico sudah menikah, tapi tidak ada foto pernikahannya dengan istrinya.“Anggun, foto pernikahan babang Rico di pajang di mana bersama istrinya. Aku ingin melihatnya!” pinta Allina kepada Anggun.“Mereka menyimpannya di dalam kamar, tidak di ruang tamu atau ruang keluarga,” jawab Anggun. “Daripada kamu kepoin mereka mending kamu bantu aku memasak.”Allina pun membantu Anggun memasak. Namun, tiba-tiba terdengar suara seorang pria berteriak,” Anggun!”‘Kenapa suara mas Rico terdengar begitu marah?’ tanya Anggun dalam hati.Benar saja, Rico datang bersama dengan Nisa. Wajah suaminya itu tampak marah, d
Tok tok tok! Suara ketukan pintu terdengar.“Mas, apa yang kamu lakukan kepada, Anggun. Maafkan dia!” tutur Nisa ynag khawatir Jika Rico dan Anggun melakukan sesuatu.Anggun pun melepaskan bibirnya dari bibir Rico kemudian merapikan lagi pakaiannya yang berantakan. “Terserah, apa maumu, Mas!” teriak Anggun dengan tiba-tiba. Anggun kemudian keluar dari kamar dengan pura-pura emosi.Rico terheran-heran dengan sikap Anggun yang aneh. “Bukankah, baru saja kita sedang berciuman. Kenapa tiba-tiba dia marah kepadaku?”***Anggun melanjutkan aktivitas memasaknya ditemani Allina. Dia mempersiapkan segala sesuatunya dengan sempurna. Allina memandang takjub kepada sahabatnya itu. Selain cantik, baik, pintar dia juga jago masak.Allina diminta oleh Anggun untuk menata hidangan makan malam tersebut. Makanan sudah tersaji, tinggal menung
Rico pun menghadap ke arah Mahika. “Silakan!”Nisa membuka kimono satin yang dikenakannya.“Kak Mahika!” teriak Anggun ketika Nisa akan membuka pakaiannya.“Maafkan aku Anggun, hanya dengan cara ini dia tahu bahwa aku adalah Nisa.”Anggun pun membalikkan badannya. Anggun harus memberikan kesempatan kepada Nisa untuk membuktikan kepada suaminya. Dia sengaja tidak melihat apa yang akan Nisa atau Rico lakukan. Jika, melihat mungkin dia akan cemburu dan terluka.Nisa mendekat ke arah Rico. Dan meloloskan gaun piyama satin sutra yang dia kenakan. “Mas, kamu tahu bagaimana membuktikan bahwa aku adalah Nisa.Rico mengernyitkan keningnya, kemudian pandangannya beralih kepada Anggun yang sedang membelakanginya dan Nisa. Dengan ragu dia mulai mengangkat tangannya. Dia pun menyentuh puncak dada Nisa dan mengarahkan bulatan itu k
Dua minggu kemudian.Persyaratan untuk pernikahan telah rampung. Tiba saatnya Alresca dan Nisa menikah.Nisa menggunakan wali hukum dikarenakan dia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini. Sedangkan, Rico dan ayah dari mempelai pria menjadi saksi pernikahan mereka berdua.Akad pernikahan mereka diadakan di sebuah hotel milik Rico Adelard. Keluarga besar Adelard, Whisley, dan kedua sahabat Anggun yaitu Allina dan Vita hadir dengan pasangan masing-masing.Tidak ada siapapun lagi yang hadir. Nisa hanya ingin orang-orang terdekat yang bisa menjadi saksi pernikahannya dengan Alresca. Karena dia tahu, wajah yang dia gunakan sekarang adalah milik orang lain yang pastinya kelak akan mengundang masalah baru.Ketika Alresca mengucapkan ijab qobul. Rico mengernyitkan keningnya. Pasalnya binti yang digunakan Mahika adalah ayah dari Nisa. Namun, dia pun segera mungkin menepis kecur
Di dalam kamar, Alresca, Nisa dan Dayana tidur bertiga. Mereka tidur menghadap bayi cantik nan mungil yang tidur di antara mereka. Tak sengaja, kedua orang dewasa itu saling beradu pandang dan saling melontarkan senyuman.Deg! jantung keduanya tiba-tiba berdegup dengan kencang.Alresca pun semakin menatap Nisa dengan lekat. Entah mengapa? Baginya, Nisa terlihat tampak cantik malam ini. Dia pun tiba-tiba menginginkan sesuatu dari wanita itu.Alresca bangkit dari posisi tidurnya dan menurunkan kedua kaki di atas lantai. Kemudian, dia pun beranjak dari tempat tidur dan berputar ke tempat Nisa berada.Pria itu membungkukkan tubuh dan kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah wanita yang sedang berbaring dan melihat ke arahnya."Kumohon kita jangan melakukan di sini! Di sini ada Dayana, tidak baik," ujar Nisa sembari mendorong dada Alresca yang bidang itu dengan lembut."Aku hanya ingin menciummu," jawab Alresca dan kemudian memegang ked
Keesokan harinya, Nisa sudah berada di rumah Anggun dan Rico. Dia pun berkenalan dengan ketiga bayi kembar Anggun yaitu, Dayana, Davin, dan Devan. Belum apa-apa, dia merasakan ikatan batin dengan ketiga anak tersebut. Apakah karena ketiga anak itu adalah anak Rico? Entahlah, dia pun tidak tahu. Yang jelas, dia begitu bahagia karena bisa merasakan menjadi seorang ibu. Walaupun, bisa saja dia kelak mengangkat anak adopsi bersama Alresca. Namun, sekarang dia lebih baik menikmati dan belajar dulu menjadi seorang ibu."Kak," panggil Anggun dengan lembut kepada Nisa.Nisa menoleh dan kemudian tersenyum sembari menggendong Devan yang baru terbangun sembari menangis."Siapa yang bangun?" tanya Anggun ingin tahu apakah Nisa sudah b
Rico pun mendamaikan hati dan menetralisir rasa agar kegugupan dalam dirinya segera terhempas. Dia pun melakukan peregangan, karena dia sudah lama tidak olahraga kenikmatan pada malam hari bersama istrinya."Huh," Rico mendadak merasa tidak percaya diri. Dia pun meniupkan udara dari dalam mulut dan menghirup aromanya.“Tidak bau.” Namun, dia masih tidak percaya diri. Dia pun memutuskan menggosok giginya untuk yang kedua kali agar tercium aroma mint dari mulutnya."Sudah wangi, ayo kita lakukan Anggun!" Monolognya di depan cermin dengan kepercayaan diri yang sudah kembali.Anggun pun sedang berdiri di depan jendela melihat ke arah luar. Ternyata, di luar hujan turun begitu deras. Momen yang sangat pas untuk bercinta, pikirnya sembari tersenyum sendiri.Rico pun keluar dari kamar mandi dan mendapati sang istri sedang berdiri di depan jendela sembari tercenung. Dia pun menghampiri kemudian melingkarkan tangan di perut rata istrinya.
Rico berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Alresca. "Bangunlah!" pintanya agar Alresca segera beranjak.Alresca pun beranjak dari duduknya dan berdiri di hadapan Rico. Sejujurna, dia masih bingung dengan apa yang akan dilakukan Rico kepadanya. Bukankah, kesepakatan di antara mereka sudah deal. Lalu, untuk apa Rico memintanya berdiri? Apakah pria itu akan memukul wajahnya? Tetapi kenapa?Hari ini dibenaknya begitu banyak pertanyaan yang dia tidak tahu jawabannya. Dia pun hanya bisa pasrah sekarang."Ya, aku sudah berdiri sesuai permintaanmu, Mas Rico!" sahut Alresca kepada pria yang lebih dewasa daripadanya. Dia mengerutkan keningnya ketika Rico lebih mendekat ke arahnya.Setelah tubuhnya hanya berjarak sekitar 30 sentimeter. Rico membuka tangannya kemudian memeluk Alresca sangat erat."Semoga kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Aku do'akan agar kamu selalu bahagia dengan Mahika. Percayalah, dia wanita yang
Alresca dengan sengaja menatap dalam wajah Anggun di hadapan Rico. Dia ingin memandang dengan puas wajah cantik wanita yang selama ini dia cari dan cintai. Berat memang ketika harus berhenti begitu saja. Cintanya kepada Anggun bukanlah cinta biasa. Wanita ini adalah cinta pertama dan perjuangannya hingga menemukan Anggun begitu luar biasa. Dalam hati dia masih ragu, apakah dia akan benar-benar melepaskan wanita tersebut dan menikah dengan Nisa. Atau …?Sungguh Rico ingin menusuk mata Alresca dengan garfu yang berada di piringnya. Ternyata, apa yang dikatakan oleh Andy benar adanya. Di tatapan pria tersebut terdapat cinta yang teramat besar untuk istrinya. Rico sekarang tahu dengan jelas, bagaimana perasaan Alresca kepada Anggun, karena diam-diam dia pun telah menyelidiki tentang pria tersebut.“Sayang, kebiasaan suka blepotan kalau makan,” tutur Rico memberi tahu.“Owh begitu, tolong bersihkan!&r
Nisa menengadah menatap wajah Alresca yang tertidur setelah membicarakan masalah pernikahan. Dia terus menatap wajah itu dengan lekat.“Aku baru sadar, ternyata kamu sangat tampan, Alresca,” gumamnya dalam hati.Dia pun sangat menyayangkan, di balik wajahnya yang sempurna ada penderitaan yang mendalam. Entah penyakit apa yang bersarang di tubuhnya. Entah apa yang telah membuatnya menderita seperti itu. Begitu banyak pertanyaan dalam benaknya. Pria ini begitu penuh misteri, dan dia harus membantu mencari cara agar Alresca bisa sembuh.Nisa memberanikan diri untuk menyentuh wajah pria tersebut. Dia mengulurkan tangannya dan memegang pipi Alresca yang di tumbuhi bulu-bulu halus. Pria yang akan menjadi suaminya itu, membuatnya begitu iba. Tanpa sadar, Nisa tersenyum
~3 Bulan Kemudian~Anggun sedang merasa kerepotan dengan ketiga bayi kembarnya dikarenakan ibu dan mertuanya sudah kembali ke tempat tinggal masing-masing. Dia membutuhkan seorang jasa pengasuh untuk membantunya mengurus ketiga bayi kembarnya. Dia terus berpikir keras, siapa yang kira-kira bisa mencarikan seorang pengasuh untuknya. Tentunya pengasuh yang tidak asal-asalan, karena dia takut bayinya kenapa-kenapa seperti yang terjadi diberita-berita.Tiba-tiba dia teringat dengan Mahika alias Nisa. Ya, ketika Anggun dalam keadaan koma di rumah sakit, walaupun matanya tidak terbuka tetapi pendengarannya normal dan bisa mendengar apapun yang dikatakan oleh orang-orang di sekelilingnya.Ketika Nisa datang menjenguk dan berkata sesuatu pun, dia mendengar dan perkataannya itu terekam dimemonynya. Dia pun tidak menyangka bahwa Mahika adalah Nisa—mantan istri dari suaminya. Momen ini ingin dia jadikan ajang pendekatan kepad