"A-apa buka baju?" tanya Anggun dengan cemas. 'Ya Tuhan, bagaimana ini? aku belum siap melakukannya!' ungkap Anggun dalam hati.
Anggun terus memegangi bajunya. Dia tidak mau membuka bajunya sama sekali. Apa lagi sekarang dia sudah tidak memakai bra. Karena, kebiasaannya ketika akan tidur dia selalu membuka penyangga dada.
"Cepatlah, buka bajumu! Biarkan aku menjalankan kewajibanku sebagai suami!"
"Katanya, tadi kalau sudah di kamar langsung tidur." Anggun mengingatkan Rico dengan apa yang telah Rico katakan ketika di dapur.
"Ya sudah, aku bantu buka bajumu, ya!" ujar Rico dengan penuh kelembutan.
Rico pun membuka daster Anggun. Dan betapa terperangah ketika dia melihat dua bukit indah yang memiliki puncak dada berwarna pink muda. Kini Anggun hanya menggunakan segitiga pengaman untuk menutupi bagian tubuh sensitif yang lain.
Gleg! Rico terus menerus menelan salivanya. Melihat dua bukit kembar Anggun membuatnya haus dan ingin meraup serta menc
Gleg! Rico menelan saliva berulang-ulang. Dia tidak percaya ternyata Anggun sendiri yang memintanya untuk melakukan hal tersebut.'Akh, obat sialan. Kenapa mataku jadi mengantuk. Tidak, aku tidak boleh kalah oleh rasa kantukku, semangat belah duren, Rico!' racaunya dalam hati.Anggun pun merebahkan tubuhnya dengan terlentang. Dia pun memejamkan matanya agar tidak terlihat gugup.Rico pun membuka seluruh pakaiannya tanpa sisa. Begitu pun Anggun, G-string yang menghalangi organ favoritenya dia lemparkan begitu saja secara random.Rico mulai mengecup tubuh Anggun dari ujung kaki dengan lembut. Dan setelah dia berada di pangkal paha, dia pun membenamkan wajahnya di antara kedua paha milik Anggun."Argh," desah Anggun mulai keluar dari bibirnya karena merasakan hembusan napas Rico.Rico pun mulai mengecup dan memesrai di bagian organ paling sensitif milik Anggun. lingual Rico menari dengan lincah dan cantik sehingga membuat Anggun mengerang
Belum sempat Rico mengunci pintu kamar mandi, Anggun sudah menerobos masuk begitu saja dengan tubuh polosnya tanpa mengenakan sehelai pakaian apapun."Argh, kamu mengagetkanku, Anggun!" jerit Rico kemudian menundukkan pandangannya malu-malu, karena melihat istrinya itu masuk tanpa menggunakan apapun."Ma-maaf, aku mau mandi duluan. Aku kesiangan harus membuat sarapan untuk yang lainnya sebelum mereka berangkat ke kampus.""Apa? kamu kemari hanya mau mandi saja? bagaimana denganku!" ucap Rico sembari mendekatkan tubuhnya hingga menempel tak berjarak sedikitpun.Rico menyandarkan tubuh Anggun di bawah kucuran shower dengan dikurung oleh kedua tangannya agar Anggun tidak bisa melarikan diri."Ya, ka-kamu mandi juga, Mas!" sahut Anggun dengan terbata-bata."Apa kamu tega membiarkan si junior berdiri seperti ini tanpa di jinakkan terlebih dahulu oleh pemiliknya!""Itu salahmu, Mas. Mengapa semalam kamu harus tertidur. Sudah membuatku spane
Allina, Vita, Vino dan Romeo sudah pulang ke rumah masing-masing karena akan bersiap-siap untuk pergi ke kampus. Dan di rumah hanya tinggal Anggun dan Rico saja yang masih berada di ruang makan.“Aku akan antar kamu ke kampus dengan menggunakan mobilmu! Sopirku akan mengikuti dari belakang. Aku tidak mau kamu pergi ke mana-mana sendirian. Aku pun meminta Allina untuk tinggal di sini menemanimu!”“Sebenarnya, apa yang kamu sembunyikan dariku? Kenapa kamu begitu khawatir?” tanya Anggun dengan serius dan pura-pura tidak tahu bahwa Nisa adalah dalang dari segala kejahatan yang terjadi akhir-akhir ini.“Belum waktunya kamu tahu, aku sedang menyelidikinya. Dan tolong kamu diam saja, jangan ikut campur masalahku! Aku bisa mengatasinya. Kamu cukup diam di rumah, belajar atau shoping. Yang penting jangan ikut campur dalam masalahku karena ini akan sangat berbahaya untukmu.”
“Aku mencintaimu … sangat mencintaimu, Anggun!” ungkap Rico dengan jantung yang berpacu kencang.“Akh yang bener!” senggol Anggun ke lengan Rico.“Ya iyalah bener!” sahut Rico dengan wajah merah.“Coba kalau bener, cun dulu donk!”“Heuh, muach!” kecup Rico di bibir Anggun yang merah dan ranum.Sembari malu-malu dan dengan perasaan yang berbunga-bunga Anggun pergi ke kamarnya untuk ganti pakaian dan membawa perlengkapan kuliahnya.***Rico telah berada di kantornya. Namun, dia tidak melihat Nisa sama sekali. Dia pun memanggil Andi ke dalam ruangannya.“Ya, Tuan ada yang bisa saya bantu?” tanya Andi kepada Rico.“Kamu sudah tahu, obat apa yang diberikan Nisa kepadaku?” tanya Rico penasaran.
Herry terbangun dari tidurnya. Dia pun melihat Nisa yang sedang memberikan tatapan tajam kepada dirinya.“Kenapa sih Sayang?” tanya Hery dengan senyuman sinis di bibirnya.“Apa yang kamu lakukan semalam kepadaku?” Nisa balik bertanya dengan raut wajah kesal dan penuh penekan dalam setiap katanya.“Seorang pria dan wanita dalam satu ruangan dalam keadaan mabuk, menurutmu apa yang akan kita lakukan?”Hery beranjak dari tempat tidur kemudian dia mengambil handuk untuk menutupi tubuh bagian bawah serta menyimpan ponselnya di sana.“Kamu menjebakku!”“Apa menjebakmu?” ucap Hery dengan nada mengejek. “Apakah aku tidak salah mendengar? Sepertinya, telingaku mengalami gangguan.” Herry melangkahkan kakinya ke arah Nisa dan menyentuh wajah mulus itu kemudian mencengkramnya dengan kuat. 
“Brengsek, kamu, Hery! Apa maksudmu melakukan hal itu!” Karena kesal Nisa pun melempar bantal-bantal ke arah Hery.Hery hanya tertawa terbahak-bahak melihat Nisa yang sedang mengamuk kepadanya. Dia tidak menghiraukan wanita cantik berhati iblis tersebut. Dia pun meninggalkan Nisa ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan pergi ke kantor.“Apa yang harus aku lakukan sekarang?” tanya Nisa kepada diri sendiri. “Ya, aku harus segera menemui Rico dan pulang dulu ke rumah untuk membersihkan diri.Nisa pun memutuskan untuk pulang terlebih dahulu sembari menelepon seseorang. “Aku mau kamu membunuh Hery sekarang juga!”“Memangnya kenapa dia?” tanya pria misterius tersebut.“Dia telah memberitahu Rico, bahwa aku berhubungan denganmu dan mengkhianati perusahaan!” sahut Nisa dengan suara bergetar.&ldq
Sesuai instruksi dari tuannya, Andy kemudian menjemput Hery di hotel. Namun, sayang, Hery sudah tidak berada di kamar hotelnya. Andy merasa ada yang aneh. Dia curiga jika Hery diculik.Andy kembali ke base ment beserta anak buahnya, sekaligus memastikan, apakah mobil Hery masih berada di sana? Dan benar saja, mobil Hery masih ada dan ada kunci mobilnya yang tergeletak di kolong mobil.Andy pun pergi ke ruang CCTV hotel tersebut dan benar saja sejumlah penjahat dengan memakai topeng membawa Hery secara paksa. Akhirnya, Andy kembali ke kantor untuk melaporkan kejadian ini kepada Tuannya, Rico.***Andy telah berada di kantor dan memberitahukan kepada Rico apa yang terjadi."Kurang ajar!" teriak Rico. "Aku harus mencari tahu siapa yang berada di balik Nisa.""Berarti Tuan masih harus bersandiwara," jawab Andy dengan tatapan iba kepada Tuannya. Dalam hati dia bergumam, pasti sangat tersiksa hidup dengan wanita jahat seperti Nisa.
"Tolong, jangan katakan apapun kepada Mas Rico, kumohon!" pinta Nisa sembari bertekuk lutut dengan tangan seperti memohon."Maksud, Anda?" tanya Andy yang berpura-pura tidak tahu apa-apa."Tolong, jangan berikan rekaman suara dari Hery kepada Mas Rico?""Rekaman suara apa? bahkan aku belum bertemu Hery hari ini. Kemana dia?"Nisa berpikir, dia jelas-jelas melihat Hery mengirimkan pesan suara kepada Andy mana mungkin tidak sampai. Atau ... Ya, sepertinya pesan itu gagal terkirim atau Hery tidak ada kuota. Baiklah, kalau begitu aku aman.Nisa pun berdiri dan kemudian berkata. "Tidak jadi dan jangan bilang kepada Mas Rico bahwa aku berlutut kepadamu."Nisa pergi dari ruangan Andy dan kemudian meminta kepada pria misterius itu untuk segera membunuh Hery secepatnya.Akhirnya, dia pun kembali ke ruangan Rico dengan tenang dan perasaan lega. "Sayang, kita makan siang bersama!" ajak Nisa sembari mengalungkan tangannya di leher Rico."A
Rico pun menghadap ke arah Mahika. “Silakan!”Nisa membuka kimono satin yang dikenakannya.“Kak Mahika!” teriak Anggun ketika Nisa akan membuka pakaiannya.“Maafkan aku Anggun, hanya dengan cara ini dia tahu bahwa aku adalah Nisa.”Anggun pun membalikkan badannya. Anggun harus memberikan kesempatan kepada Nisa untuk membuktikan kepada suaminya. Dia sengaja tidak melihat apa yang akan Nisa atau Rico lakukan. Jika, melihat mungkin dia akan cemburu dan terluka.Nisa mendekat ke arah Rico. Dan meloloskan gaun piyama satin sutra yang dia kenakan. “Mas, kamu tahu bagaimana membuktikan bahwa aku adalah Nisa.Rico mengernyitkan keningnya, kemudian pandangannya beralih kepada Anggun yang sedang membelakanginya dan Nisa. Dengan ragu dia mulai mengangkat tangannya. Dia pun menyentuh puncak dada Nisa dan mengarahkan bulatan itu k
Dua minggu kemudian.Persyaratan untuk pernikahan telah rampung. Tiba saatnya Alresca dan Nisa menikah.Nisa menggunakan wali hukum dikarenakan dia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini. Sedangkan, Rico dan ayah dari mempelai pria menjadi saksi pernikahan mereka berdua.Akad pernikahan mereka diadakan di sebuah hotel milik Rico Adelard. Keluarga besar Adelard, Whisley, dan kedua sahabat Anggun yaitu Allina dan Vita hadir dengan pasangan masing-masing.Tidak ada siapapun lagi yang hadir. Nisa hanya ingin orang-orang terdekat yang bisa menjadi saksi pernikahannya dengan Alresca. Karena dia tahu, wajah yang dia gunakan sekarang adalah milik orang lain yang pastinya kelak akan mengundang masalah baru.Ketika Alresca mengucapkan ijab qobul. Rico mengernyitkan keningnya. Pasalnya binti yang digunakan Mahika adalah ayah dari Nisa. Namun, dia pun segera mungkin menepis kecur
Di dalam kamar, Alresca, Nisa dan Dayana tidur bertiga. Mereka tidur menghadap bayi cantik nan mungil yang tidur di antara mereka. Tak sengaja, kedua orang dewasa itu saling beradu pandang dan saling melontarkan senyuman.Deg! jantung keduanya tiba-tiba berdegup dengan kencang.Alresca pun semakin menatap Nisa dengan lekat. Entah mengapa? Baginya, Nisa terlihat tampak cantik malam ini. Dia pun tiba-tiba menginginkan sesuatu dari wanita itu.Alresca bangkit dari posisi tidurnya dan menurunkan kedua kaki di atas lantai. Kemudian, dia pun beranjak dari tempat tidur dan berputar ke tempat Nisa berada.Pria itu membungkukkan tubuh dan kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah wanita yang sedang berbaring dan melihat ke arahnya."Kumohon kita jangan melakukan di sini! Di sini ada Dayana, tidak baik," ujar Nisa sembari mendorong dada Alresca yang bidang itu dengan lembut."Aku hanya ingin menciummu," jawab Alresca dan kemudian memegang ked
Keesokan harinya, Nisa sudah berada di rumah Anggun dan Rico. Dia pun berkenalan dengan ketiga bayi kembar Anggun yaitu, Dayana, Davin, dan Devan. Belum apa-apa, dia merasakan ikatan batin dengan ketiga anak tersebut. Apakah karena ketiga anak itu adalah anak Rico? Entahlah, dia pun tidak tahu. Yang jelas, dia begitu bahagia karena bisa merasakan menjadi seorang ibu. Walaupun, bisa saja dia kelak mengangkat anak adopsi bersama Alresca. Namun, sekarang dia lebih baik menikmati dan belajar dulu menjadi seorang ibu."Kak," panggil Anggun dengan lembut kepada Nisa.Nisa menoleh dan kemudian tersenyum sembari menggendong Devan yang baru terbangun sembari menangis."Siapa yang bangun?" tanya Anggun ingin tahu apakah Nisa sudah b
Rico pun mendamaikan hati dan menetralisir rasa agar kegugupan dalam dirinya segera terhempas. Dia pun melakukan peregangan, karena dia sudah lama tidak olahraga kenikmatan pada malam hari bersama istrinya."Huh," Rico mendadak merasa tidak percaya diri. Dia pun meniupkan udara dari dalam mulut dan menghirup aromanya.“Tidak bau.” Namun, dia masih tidak percaya diri. Dia pun memutuskan menggosok giginya untuk yang kedua kali agar tercium aroma mint dari mulutnya."Sudah wangi, ayo kita lakukan Anggun!" Monolognya di depan cermin dengan kepercayaan diri yang sudah kembali.Anggun pun sedang berdiri di depan jendela melihat ke arah luar. Ternyata, di luar hujan turun begitu deras. Momen yang sangat pas untuk bercinta, pikirnya sembari tersenyum sendiri.Rico pun keluar dari kamar mandi dan mendapati sang istri sedang berdiri di depan jendela sembari tercenung. Dia pun menghampiri kemudian melingkarkan tangan di perut rata istrinya.
Rico berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Alresca. "Bangunlah!" pintanya agar Alresca segera beranjak.Alresca pun beranjak dari duduknya dan berdiri di hadapan Rico. Sejujurna, dia masih bingung dengan apa yang akan dilakukan Rico kepadanya. Bukankah, kesepakatan di antara mereka sudah deal. Lalu, untuk apa Rico memintanya berdiri? Apakah pria itu akan memukul wajahnya? Tetapi kenapa?Hari ini dibenaknya begitu banyak pertanyaan yang dia tidak tahu jawabannya. Dia pun hanya bisa pasrah sekarang."Ya, aku sudah berdiri sesuai permintaanmu, Mas Rico!" sahut Alresca kepada pria yang lebih dewasa daripadanya. Dia mengerutkan keningnya ketika Rico lebih mendekat ke arahnya.Setelah tubuhnya hanya berjarak sekitar 30 sentimeter. Rico membuka tangannya kemudian memeluk Alresca sangat erat."Semoga kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Aku do'akan agar kamu selalu bahagia dengan Mahika. Percayalah, dia wanita yang
Alresca dengan sengaja menatap dalam wajah Anggun di hadapan Rico. Dia ingin memandang dengan puas wajah cantik wanita yang selama ini dia cari dan cintai. Berat memang ketika harus berhenti begitu saja. Cintanya kepada Anggun bukanlah cinta biasa. Wanita ini adalah cinta pertama dan perjuangannya hingga menemukan Anggun begitu luar biasa. Dalam hati dia masih ragu, apakah dia akan benar-benar melepaskan wanita tersebut dan menikah dengan Nisa. Atau …?Sungguh Rico ingin menusuk mata Alresca dengan garfu yang berada di piringnya. Ternyata, apa yang dikatakan oleh Andy benar adanya. Di tatapan pria tersebut terdapat cinta yang teramat besar untuk istrinya. Rico sekarang tahu dengan jelas, bagaimana perasaan Alresca kepada Anggun, karena diam-diam dia pun telah menyelidiki tentang pria tersebut.“Sayang, kebiasaan suka blepotan kalau makan,” tutur Rico memberi tahu.“Owh begitu, tolong bersihkan!&r
Nisa menengadah menatap wajah Alresca yang tertidur setelah membicarakan masalah pernikahan. Dia terus menatap wajah itu dengan lekat.“Aku baru sadar, ternyata kamu sangat tampan, Alresca,” gumamnya dalam hati.Dia pun sangat menyayangkan, di balik wajahnya yang sempurna ada penderitaan yang mendalam. Entah penyakit apa yang bersarang di tubuhnya. Entah apa yang telah membuatnya menderita seperti itu. Begitu banyak pertanyaan dalam benaknya. Pria ini begitu penuh misteri, dan dia harus membantu mencari cara agar Alresca bisa sembuh.Nisa memberanikan diri untuk menyentuh wajah pria tersebut. Dia mengulurkan tangannya dan memegang pipi Alresca yang di tumbuhi bulu-bulu halus. Pria yang akan menjadi suaminya itu, membuatnya begitu iba. Tanpa sadar, Nisa tersenyum
~3 Bulan Kemudian~Anggun sedang merasa kerepotan dengan ketiga bayi kembarnya dikarenakan ibu dan mertuanya sudah kembali ke tempat tinggal masing-masing. Dia membutuhkan seorang jasa pengasuh untuk membantunya mengurus ketiga bayi kembarnya. Dia terus berpikir keras, siapa yang kira-kira bisa mencarikan seorang pengasuh untuknya. Tentunya pengasuh yang tidak asal-asalan, karena dia takut bayinya kenapa-kenapa seperti yang terjadi diberita-berita.Tiba-tiba dia teringat dengan Mahika alias Nisa. Ya, ketika Anggun dalam keadaan koma di rumah sakit, walaupun matanya tidak terbuka tetapi pendengarannya normal dan bisa mendengar apapun yang dikatakan oleh orang-orang di sekelilingnya.Ketika Nisa datang menjenguk dan berkata sesuatu pun, dia mendengar dan perkataannya itu terekam dimemonynya. Dia pun tidak menyangka bahwa Mahika adalah Nisa—mantan istri dari suaminya. Momen ini ingin dia jadikan ajang pendekatan kepad