Mereka sudah tiba di salah satu apartemen Rico yang khusus diberikan untuk Nisa. Istri sirinya itu masih saja berpura-pura pingsan padahal Rico sudah tahu bahwa dia sedang bersandiwara.
"Euh, di mana aku?" Nisa pura-pura sadar dan linglung ketika Rico membaringkannya di tempat tidur.
"Sayang, maaf kamu harus kembali ke apartemen karena aku sudah memberikan rumah itu untuk Anggun."
"Kapan? Kenapa kamu memberikan rumah itu kepada Anggun?" tanya Nisa dengan raut wajah sedih.
"Aku lupa, sewaktu menikah, rumah itu sudah aku hadiahkan kepada Anggun."
Dengan wajah sendu dan rasa menyesal yang teramat dalam, Nisa pun berkata. "Iya, tidak apa-apa, Mas. Aku tahu dan sadar Mas dengan posisiku."
"Terima kasih, jika kamu menyadarinya."
"Heuh?"
"Maksudku, terima kasih jika kamu sudah mengerti keadaanku, Sayang."
"Sama-sama, Mas. Tetapi, kamu pulang ke sini, 'kan?" tanya Nisa dengan tatapan berharap.
"Owh iya, aku mend
Hay readers mampir yuks, di novel nya Edelweis dengan judul the imperious husband.
"Tolong, ampuni kami, Pak Rico. Kami mengaku bersalah. Silakan pecat kami, asal jangan masukan kami ke penjara.Rico tersenyum smirk. “Boleh, aku akan mencabut tuntutanku, tetapi ada satu syarat.”“Apa itu, Pak Rico?” tanya salah seorang pengikut Nisa."Jawab pertanyaanku dan kalian akan terbebas dari sel jeruji. Selain Nisa, siapa yang menyuruh kalian untuk memata-matai perusahaanku?"Mereka langsung bungkam seribu bahasa. "Pak polisi, cepat bawa kami!" pinta Bambang salah seorang anak buah Nisa.“Tunggu! Tidak semudah itu.” Rico terperangah dan benar-benar takjub dengan kesetiaan mereka kepada Tuannya.“Tolong Pak Rico, biarkan kami di tangkap karena itu lebih baik. Kami tidak bisa memberitahu bapak siapa dia?”Kemudian Pak Paijo tiba-tiba berlutut sembari menangis. “Hiks … hi
Clek! Suara gagang pintu terbuka ketika Nisa menerima telepon dari Bimo Prakoso.Nisa terkesiap ketika melihat Rico sudah berada di dalam apartemen. Rico pun mengunci pintu tersebut dan kemudian menghampirinya."Sayang," panggil Rico sembari menatap tajam dan melangkahkan kaki secara perlahan ke arah Nisa."I-iya," jawab Nisa dengan terbata-bata dan melangkah mundur."Kenapa kamu menghindar?" tanya Rico dengan sinis."Ti-tidak! aku tidak menghindar," ujar Nisa yang sudah mentok dengan dinding."Kalau begitu kemarilah! biarkan aku memelukmu."Nisa pun mendekatkan tubuhnya dan kemudian memeluk Rico dengan rasa cinta yang begitu dalam. Rico pun menggendong Nisa dan membawanya duduk di sofa."Sayang, kamu tahu, 'kan, bahwa aku mencintaimu," ujar Rico sembari mengusap pipi Nisa sebelah kanan oleh tangannya.Nisa tidak menjawab dan hanya menganggukkan kepalanya kepada Rico."Sekarang, kamu jujur kepadaku? Siapa Bi
Rico melihat wajah Nisa dengan sangat pedih. Pasalnya, dia adalah wanita yang pernah sangat dicintainya. Kariernya, hampir hancur dan nyawanya hampir melayang hanya gara-gara wanita yang berada di hadapannya itu.Rico menutup matanya sebelum berucap sesuatu dari mulutnya. Dengan berat hati dia harus mengucapkan. "Mulai saat ini, detik ini, dengan ucapan basmallah, kamu aku talak. Kamu bukan istriku lagi. Sekarang kamu bebas, jika ingin bersama Bimo Prakoso."Deg!Jantung Nisa seakan berhenti mendengar kata itu. Dia tidak pernah membayangkan bahwa Rico akan menceraikannya. Tatapannya kosong dengan butiran cairan bening yang jatuh tanpa dia perintahkan. Hatinya begitu sakit, lebih sakit dari pada di hujam ribuan pisau. Dia seakan jatuh ke palung laut terdalam yang begitu gelap tanpa cahaya di dalamnya."Mas, kenapa disaat aku mulai jatuh cinta kepadamu, kamu menceraikanku. Tolong Mas, tarik lagi ucapanmu itu. Aku tidak mau bercerai denganmu. Aku mohon
"Tidak Nisa, aku akan tetap membunuhnya." Bimo menodongkan pistolnya ke arah Rico dan kemudian menarik pelatuk senjata api tersebut dan ... dorr! peluru itu menembus ke dada Riko.Rico pun terjatuh dan tersungkur di atas lantai dengan berlumuran darah. Dia langsung tidak sadarkan diri."Tidaaakkk ...! teriak Nisa dengan air mata yang terus mengalir di pipinya. "Brengsek, kamu Bimo!" Nisa beranjak dan memukul dada bidang Bimo dengan sekuat tenaga."Kita pergi dari sini Nisa!" ajak Bimo memaksa."Tidak Bimo. Kamu brengsek ...! Nisa duduk di samping Rico kemudian memeluk pria yang sudah tidak sadarkan diri itu. "Mas Rico, bangun, Mas. Kumohon jangan pergi, jangan tinggalkan aku." teriak Nisa sembari bercucuran air mata."Ayo kita pergi dari sini, Nisa. Sebelum polisi datang dan menangkap kita berdua!" Bimo terus saja memaksa Nisa untuk pergi meninggalkan Rico."Baik, aku akan pergi bersamamu, tetapi telepon rumah terlebih dahulu."
Anggun pulang terlebih dahulu ke rumahnya untuk mengganti pakaian dan menjalankan misi bersama Andy menyerang markas Bimo.Setelah tiba di rumah, Anggun segera pergi ke kamarnya untuk mempersiapkan diri. Dia memakai celana cargo hitam, kaos hitam panjang dilapisi rompi anti peluru, jaket kulit hitam, tak lupa memakai sepatu boots hitam sebetis, dan terakhir memakai topi anti peluru.Anggun melihat dirinya di depan cermin. “Ternyata aku keren juga, tapi ada yang kurang dalam penampilanku. Ya, aku mau menggunakan lipstick merah biar terlihat seperti wonder woman, hahaha!” monolognya di depan cermin.Anggun mengambil tas gendong yang di dalamnya terdapat dua pistol dan 2 magazen dengan isi full peluru. Dia juga mengambil dua borgol, pikirnya untuk berjaga-jaga siapa tahu nanti dia akan membutuhkannya.Andy dan yang lainnya sudah menunggu di depan kediaman Rico Adelard. Setelah menerima panggilan Andy, Anggun pun keluar dari rumah."Waaahhh
Ketika Anggun akan mulai memberi pelajaran kepada Bimo. Andy dan yang lainnya datang." Nyonya Anggun,!" Panggil Andy."Kalian, cepat amankan sandera! Mereka ada di kamar atas. Kalian naik ke atas melalui anak tangga, lalu belok kanan, setelah itu belok kiri, ada lorong lalu jalan terus, kemudian kalian belok kanan dan belok kiri, sampai," tutur Anggun dengan cepat.Anak buah Rico kebingungan mendengar perkataan Anggun yang sangat cepat. Mereka pun menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Anggun melirik ke arah mereka dengan tatapan tajam, "Apakah kalian dapat menangkap yang barusan saya katakan?""I-iya!" jawab mereka serempak. Mereka pun akhirnya segera pergi dengan berlari untuk menyelamatkan sandera."Nyonya, ada yang bisa saya bantu? " tanya Andy." Tidak usah, dia biar saya yang selesaikan.""Baik, Nyonya."Andy pun mundur dan berada di belakang Anggun. Dia siap siaga apabila istri dari atasannya itu
Romeo melihat seorang pria dari dinding kaca dengan dipenuhi peralatan medis di tubuhnya. Matanya membelalak ketika melihat wajah pria tersebut. "Apa aku ngantuk?" tanyanya dalam hati sembari menguceuk-ngucek kedua matanya. Dia memastikan sekali lagi melihat dengan intens pria tersebut. "Kok masih orang yang sama?" ujarnya dengan wajah kebingungan. "Ini tidak mungkin, tidak mungkin bang Rico adalah suami dari Anggun!" gumamnya dalam hati."Romeo, kamu kenapa? Kok, seperti orang yang linglung begitu?" tanya Anggun merasa aneh."By the way, apa kabar dengan bang Rico? Aku sudah beberapa hari ini tidak berjumpa dengannya. Suamimu, kok mirip bang Rico. Apa aku kangen padanya?" tanya Romeo masih seperti orang yang kebingungan.Anggun pun melihat ke arah pasien yang tertidur itu. "Akh, itu memang benar wajah Mas Rico. Memangnya, Romeo berpikir siapa yang tertidur itu?" tutur Anggun dalam hati."Gun, aku harus tidur. Mataku tidak betul harus diservis!" ungkap Ro
"Anggun, istighfar. Berdo'alah!" Romeo terus menenangkan sahabatnya itu. Selintas Romeo berpikir dan ide briliannya pun tiba-tiba hadir. "Bukankah, Bang Rico sangat membenci, jika aku sedang dekat dengan Anggun? Semoga ini akan berhasil dan memacu hormon adrenalinnya." (Hormon adrenalin, atau kadang disebut juga epinefrin, merupakan hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenal dan otak. Tubuh melepaskan hormon ini saat merasa stres, tertekan, takut, senang, atau berada dalam situasi yang menegangkan atau berbahaya)."Bangkitkan kembali semangat hidupnya, Nyonya Rico!" Tutur sang dokter kepada Anggun yang sedang menangis.Tiba-tiba Romeo mendekat dan membisikkan sesuatu di indra pendengaran Rico. "Bang Rico, mati saja, gih. Agar, Anggun segera menjadi janda dan menikah denganku. Akhirnya, aku bisa memiliki Anggun. Beruntungnya aku, bisa mendapatkan Anggun yang cantik dengan tubuh yang woow. Yakin, mau mati sekarang? Enggak nanti aja! Nyesel enggak nanti di kuburan?"
Rico pun menghadap ke arah Mahika. “Silakan!”Nisa membuka kimono satin yang dikenakannya.“Kak Mahika!” teriak Anggun ketika Nisa akan membuka pakaiannya.“Maafkan aku Anggun, hanya dengan cara ini dia tahu bahwa aku adalah Nisa.”Anggun pun membalikkan badannya. Anggun harus memberikan kesempatan kepada Nisa untuk membuktikan kepada suaminya. Dia sengaja tidak melihat apa yang akan Nisa atau Rico lakukan. Jika, melihat mungkin dia akan cemburu dan terluka.Nisa mendekat ke arah Rico. Dan meloloskan gaun piyama satin sutra yang dia kenakan. “Mas, kamu tahu bagaimana membuktikan bahwa aku adalah Nisa.Rico mengernyitkan keningnya, kemudian pandangannya beralih kepada Anggun yang sedang membelakanginya dan Nisa. Dengan ragu dia mulai mengangkat tangannya. Dia pun menyentuh puncak dada Nisa dan mengarahkan bulatan itu k
Dua minggu kemudian.Persyaratan untuk pernikahan telah rampung. Tiba saatnya Alresca dan Nisa menikah.Nisa menggunakan wali hukum dikarenakan dia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini. Sedangkan, Rico dan ayah dari mempelai pria menjadi saksi pernikahan mereka berdua.Akad pernikahan mereka diadakan di sebuah hotel milik Rico Adelard. Keluarga besar Adelard, Whisley, dan kedua sahabat Anggun yaitu Allina dan Vita hadir dengan pasangan masing-masing.Tidak ada siapapun lagi yang hadir. Nisa hanya ingin orang-orang terdekat yang bisa menjadi saksi pernikahannya dengan Alresca. Karena dia tahu, wajah yang dia gunakan sekarang adalah milik orang lain yang pastinya kelak akan mengundang masalah baru.Ketika Alresca mengucapkan ijab qobul. Rico mengernyitkan keningnya. Pasalnya binti yang digunakan Mahika adalah ayah dari Nisa. Namun, dia pun segera mungkin menepis kecur
Di dalam kamar, Alresca, Nisa dan Dayana tidur bertiga. Mereka tidur menghadap bayi cantik nan mungil yang tidur di antara mereka. Tak sengaja, kedua orang dewasa itu saling beradu pandang dan saling melontarkan senyuman.Deg! jantung keduanya tiba-tiba berdegup dengan kencang.Alresca pun semakin menatap Nisa dengan lekat. Entah mengapa? Baginya, Nisa terlihat tampak cantik malam ini. Dia pun tiba-tiba menginginkan sesuatu dari wanita itu.Alresca bangkit dari posisi tidurnya dan menurunkan kedua kaki di atas lantai. Kemudian, dia pun beranjak dari tempat tidur dan berputar ke tempat Nisa berada.Pria itu membungkukkan tubuh dan kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah wanita yang sedang berbaring dan melihat ke arahnya."Kumohon kita jangan melakukan di sini! Di sini ada Dayana, tidak baik," ujar Nisa sembari mendorong dada Alresca yang bidang itu dengan lembut."Aku hanya ingin menciummu," jawab Alresca dan kemudian memegang ked
Keesokan harinya, Nisa sudah berada di rumah Anggun dan Rico. Dia pun berkenalan dengan ketiga bayi kembar Anggun yaitu, Dayana, Davin, dan Devan. Belum apa-apa, dia merasakan ikatan batin dengan ketiga anak tersebut. Apakah karena ketiga anak itu adalah anak Rico? Entahlah, dia pun tidak tahu. Yang jelas, dia begitu bahagia karena bisa merasakan menjadi seorang ibu. Walaupun, bisa saja dia kelak mengangkat anak adopsi bersama Alresca. Namun, sekarang dia lebih baik menikmati dan belajar dulu menjadi seorang ibu."Kak," panggil Anggun dengan lembut kepada Nisa.Nisa menoleh dan kemudian tersenyum sembari menggendong Devan yang baru terbangun sembari menangis."Siapa yang bangun?" tanya Anggun ingin tahu apakah Nisa sudah b
Rico pun mendamaikan hati dan menetralisir rasa agar kegugupan dalam dirinya segera terhempas. Dia pun melakukan peregangan, karena dia sudah lama tidak olahraga kenikmatan pada malam hari bersama istrinya."Huh," Rico mendadak merasa tidak percaya diri. Dia pun meniupkan udara dari dalam mulut dan menghirup aromanya.“Tidak bau.” Namun, dia masih tidak percaya diri. Dia pun memutuskan menggosok giginya untuk yang kedua kali agar tercium aroma mint dari mulutnya."Sudah wangi, ayo kita lakukan Anggun!" Monolognya di depan cermin dengan kepercayaan diri yang sudah kembali.Anggun pun sedang berdiri di depan jendela melihat ke arah luar. Ternyata, di luar hujan turun begitu deras. Momen yang sangat pas untuk bercinta, pikirnya sembari tersenyum sendiri.Rico pun keluar dari kamar mandi dan mendapati sang istri sedang berdiri di depan jendela sembari tercenung. Dia pun menghampiri kemudian melingkarkan tangan di perut rata istrinya.
Rico berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Alresca. "Bangunlah!" pintanya agar Alresca segera beranjak.Alresca pun beranjak dari duduknya dan berdiri di hadapan Rico. Sejujurna, dia masih bingung dengan apa yang akan dilakukan Rico kepadanya. Bukankah, kesepakatan di antara mereka sudah deal. Lalu, untuk apa Rico memintanya berdiri? Apakah pria itu akan memukul wajahnya? Tetapi kenapa?Hari ini dibenaknya begitu banyak pertanyaan yang dia tidak tahu jawabannya. Dia pun hanya bisa pasrah sekarang."Ya, aku sudah berdiri sesuai permintaanmu, Mas Rico!" sahut Alresca kepada pria yang lebih dewasa daripadanya. Dia mengerutkan keningnya ketika Rico lebih mendekat ke arahnya.Setelah tubuhnya hanya berjarak sekitar 30 sentimeter. Rico membuka tangannya kemudian memeluk Alresca sangat erat."Semoga kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Aku do'akan agar kamu selalu bahagia dengan Mahika. Percayalah, dia wanita yang
Alresca dengan sengaja menatap dalam wajah Anggun di hadapan Rico. Dia ingin memandang dengan puas wajah cantik wanita yang selama ini dia cari dan cintai. Berat memang ketika harus berhenti begitu saja. Cintanya kepada Anggun bukanlah cinta biasa. Wanita ini adalah cinta pertama dan perjuangannya hingga menemukan Anggun begitu luar biasa. Dalam hati dia masih ragu, apakah dia akan benar-benar melepaskan wanita tersebut dan menikah dengan Nisa. Atau …?Sungguh Rico ingin menusuk mata Alresca dengan garfu yang berada di piringnya. Ternyata, apa yang dikatakan oleh Andy benar adanya. Di tatapan pria tersebut terdapat cinta yang teramat besar untuk istrinya. Rico sekarang tahu dengan jelas, bagaimana perasaan Alresca kepada Anggun, karena diam-diam dia pun telah menyelidiki tentang pria tersebut.“Sayang, kebiasaan suka blepotan kalau makan,” tutur Rico memberi tahu.“Owh begitu, tolong bersihkan!&r
Nisa menengadah menatap wajah Alresca yang tertidur setelah membicarakan masalah pernikahan. Dia terus menatap wajah itu dengan lekat.“Aku baru sadar, ternyata kamu sangat tampan, Alresca,” gumamnya dalam hati.Dia pun sangat menyayangkan, di balik wajahnya yang sempurna ada penderitaan yang mendalam. Entah penyakit apa yang bersarang di tubuhnya. Entah apa yang telah membuatnya menderita seperti itu. Begitu banyak pertanyaan dalam benaknya. Pria ini begitu penuh misteri, dan dia harus membantu mencari cara agar Alresca bisa sembuh.Nisa memberanikan diri untuk menyentuh wajah pria tersebut. Dia mengulurkan tangannya dan memegang pipi Alresca yang di tumbuhi bulu-bulu halus. Pria yang akan menjadi suaminya itu, membuatnya begitu iba. Tanpa sadar, Nisa tersenyum
~3 Bulan Kemudian~Anggun sedang merasa kerepotan dengan ketiga bayi kembarnya dikarenakan ibu dan mertuanya sudah kembali ke tempat tinggal masing-masing. Dia membutuhkan seorang jasa pengasuh untuk membantunya mengurus ketiga bayi kembarnya. Dia terus berpikir keras, siapa yang kira-kira bisa mencarikan seorang pengasuh untuknya. Tentunya pengasuh yang tidak asal-asalan, karena dia takut bayinya kenapa-kenapa seperti yang terjadi diberita-berita.Tiba-tiba dia teringat dengan Mahika alias Nisa. Ya, ketika Anggun dalam keadaan koma di rumah sakit, walaupun matanya tidak terbuka tetapi pendengarannya normal dan bisa mendengar apapun yang dikatakan oleh orang-orang di sekelilingnya.Ketika Nisa datang menjenguk dan berkata sesuatu pun, dia mendengar dan perkataannya itu terekam dimemonynya. Dia pun tidak menyangka bahwa Mahika adalah Nisa—mantan istri dari suaminya. Momen ini ingin dia jadikan ajang pendekatan kepad