"Tidak Nisa, aku akan tetap membunuhnya." Bimo menodongkan pistolnya ke arah Rico dan kemudian menarik pelatuk senjata api tersebut dan ... dorr! peluru itu menembus ke dada Riko.
Rico pun terjatuh dan tersungkur di atas lantai dengan berlumuran darah. Dia langsung tidak sadarkan diri.
"Tidaaakkk ...! teriak Nisa dengan air mata yang terus mengalir di pipinya. "Brengsek, kamu Bimo!" Nisa beranjak dan memukul dada bidang Bimo dengan sekuat tenaga.
"Kita pergi dari sini Nisa!" ajak Bimo memaksa.
"Tidak Bimo. Kamu brengsek ...! Nisa duduk di samping Rico kemudian memeluk pria yang sudah tidak sadarkan diri itu. "Mas Rico, bangun, Mas. Kumohon jangan pergi, jangan tinggalkan aku." teriak Nisa sembari bercucuran air mata.
"Ayo kita pergi dari sini, Nisa. Sebelum polisi datang dan menangkap kita berdua!" Bimo terus saja memaksa Nisa untuk pergi meninggalkan Rico.
"Baik, aku akan pergi bersamamu, tetapi telepon rumah terlebih dahulu."
Anggun pulang terlebih dahulu ke rumahnya untuk mengganti pakaian dan menjalankan misi bersama Andy menyerang markas Bimo.Setelah tiba di rumah, Anggun segera pergi ke kamarnya untuk mempersiapkan diri. Dia memakai celana cargo hitam, kaos hitam panjang dilapisi rompi anti peluru, jaket kulit hitam, tak lupa memakai sepatu boots hitam sebetis, dan terakhir memakai topi anti peluru.Anggun melihat dirinya di depan cermin. “Ternyata aku keren juga, tapi ada yang kurang dalam penampilanku. Ya, aku mau menggunakan lipstick merah biar terlihat seperti wonder woman, hahaha!” monolognya di depan cermin.Anggun mengambil tas gendong yang di dalamnya terdapat dua pistol dan 2 magazen dengan isi full peluru. Dia juga mengambil dua borgol, pikirnya untuk berjaga-jaga siapa tahu nanti dia akan membutuhkannya.Andy dan yang lainnya sudah menunggu di depan kediaman Rico Adelard. Setelah menerima panggilan Andy, Anggun pun keluar dari rumah."Waaahhh
Ketika Anggun akan mulai memberi pelajaran kepada Bimo. Andy dan yang lainnya datang." Nyonya Anggun,!" Panggil Andy."Kalian, cepat amankan sandera! Mereka ada di kamar atas. Kalian naik ke atas melalui anak tangga, lalu belok kanan, setelah itu belok kiri, ada lorong lalu jalan terus, kemudian kalian belok kanan dan belok kiri, sampai," tutur Anggun dengan cepat.Anak buah Rico kebingungan mendengar perkataan Anggun yang sangat cepat. Mereka pun menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Anggun melirik ke arah mereka dengan tatapan tajam, "Apakah kalian dapat menangkap yang barusan saya katakan?""I-iya!" jawab mereka serempak. Mereka pun akhirnya segera pergi dengan berlari untuk menyelamatkan sandera."Nyonya, ada yang bisa saya bantu? " tanya Andy." Tidak usah, dia biar saya yang selesaikan.""Baik, Nyonya."Andy pun mundur dan berada di belakang Anggun. Dia siap siaga apabila istri dari atasannya itu
Romeo melihat seorang pria dari dinding kaca dengan dipenuhi peralatan medis di tubuhnya. Matanya membelalak ketika melihat wajah pria tersebut. "Apa aku ngantuk?" tanyanya dalam hati sembari menguceuk-ngucek kedua matanya. Dia memastikan sekali lagi melihat dengan intens pria tersebut. "Kok masih orang yang sama?" ujarnya dengan wajah kebingungan. "Ini tidak mungkin, tidak mungkin bang Rico adalah suami dari Anggun!" gumamnya dalam hati."Romeo, kamu kenapa? Kok, seperti orang yang linglung begitu?" tanya Anggun merasa aneh."By the way, apa kabar dengan bang Rico? Aku sudah beberapa hari ini tidak berjumpa dengannya. Suamimu, kok mirip bang Rico. Apa aku kangen padanya?" tanya Romeo masih seperti orang yang kebingungan.Anggun pun melihat ke arah pasien yang tertidur itu. "Akh, itu memang benar wajah Mas Rico. Memangnya, Romeo berpikir siapa yang tertidur itu?" tutur Anggun dalam hati."Gun, aku harus tidur. Mataku tidak betul harus diservis!" ungkap Ro
"Anggun, istighfar. Berdo'alah!" Romeo terus menenangkan sahabatnya itu. Selintas Romeo berpikir dan ide briliannya pun tiba-tiba hadir. "Bukankah, Bang Rico sangat membenci, jika aku sedang dekat dengan Anggun? Semoga ini akan berhasil dan memacu hormon adrenalinnya." (Hormon adrenalin, atau kadang disebut juga epinefrin, merupakan hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenal dan otak. Tubuh melepaskan hormon ini saat merasa stres, tertekan, takut, senang, atau berada dalam situasi yang menegangkan atau berbahaya)."Bangkitkan kembali semangat hidupnya, Nyonya Rico!" Tutur sang dokter kepada Anggun yang sedang menangis.Tiba-tiba Romeo mendekat dan membisikkan sesuatu di indra pendengaran Rico. "Bang Rico, mati saja, gih. Agar, Anggun segera menjadi janda dan menikah denganku. Akhirnya, aku bisa memiliki Anggun. Beruntungnya aku, bisa mendapatkan Anggun yang cantik dengan tubuh yang woow. Yakin, mau mati sekarang? Enggak nanti aja! Nyesel enggak nanti di kuburan?"
Pelepasan kateter telah selesai dan Rico telah di pindahkan ke ruang inap VVIP. Ibu Rico dan Kakek Bara tidak jadi ke Jakarta karena kesehatan kakek Bara tiba-tiba ngedrop setelah mengetahui kondisi Rico yang sebenarnya dari Andy. Sedangkan orang tua Anggun, mereka sedang melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri. Rico hanya ditemani oleh sang istri dan Romeo di rumahnya sakit."Romeo, terima kasih, berkat ucapan menyebalkamu itu, aku bisa sadar," ujar Rico dengan suara pelan."Itu berarti Bang Rico sangat mencintai Anggun. Lagi pula itung-itung permohonan maaf ku kepada Bang Rico. Karena selama ini aku selalu meminta bang Rico untuk merestui hubunganku dengan Anggun. Aku tidak tahu jika kalian itu adalah pasangan suami istri.""Jadi kamu sudah tahu?" tanya Rico."Ya, Anggun telah menceritakannya kepadaku," sahut Romeo."Romeo, kamu sepertinya harus segera pulang dan beristirahat. Mas, jika pak Andy datang, aku mau pulang dulu untuk mandi dan meng
"Bimo sudah ditangani oleh pihak yang berwajib. Sedangkan Nisa, dia masih belum ditemukan. Entah Bimo menyembunyikan Nisa di mana? Dia tidak mau mengatakan tentang Nisa. Aku akan mengerahkan anak buahku untuk mencarinya," imbuh Andy kepada Rico."Bang Rico, bolehkah aku membantu untuk menemukan Nisa?" tanya Romeo sembari menawarkan diri.Rico memicingkan matanya ke arah Romeo. "Jangan meminta restuku untuk mendekati, Anggun!""Aku tulus, Bang Rico!""Masalah Nisa, biarkan untuk sementara dia bernapas bebas. Dia tidak akan melakukan kejahatan, jika tidak ada Bimo di sisinya. Aku pun mengurungkan niatku untuk mentransfer uang kepadanya agar dia tidak berbuat kejahatan lagi. Karena jika dia meiliki uang, dia kan terus meminta seseorang untuk membunuh Anggun."***Waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB. Romeo dan Andy sudah pulang ke kediaman masing-masing. Rico menunggu Anggun dengan resah gelisah. Dia takut terjadi sesuatu kepada istrinya itu
Namun tiba-tiba pintu kamar terbuka dan dokter datang untuk memeriksa kondisi Rico."Jangan dulu banyak gerak, agar luka jaitan di dada bapak tidak terbuka," saran dokter."Baik, Dok. Terima kasih!"***Malam telah tiba, di ruangan tersebut hanya ada dua sejoli yang saling mencinta dan saling merindu. Tak henti-hentinya Anggun selalu memandang wajah tampan suami yang sedang tertidur. Rasanya seperti mimpi, kemarin malam dia masih melihat suaminya terkujur kaku di ruang ICU. Jantungnya tak berhenti berdebar karena khawatir dan rasa takut yang selalu menghantui. Rasa takut ditinggalkan dan kehilangan pria yang sangat dicintainya.Jemari lentik Anggun tak henti membelai rambut hitam dan wajah yang ditumbuhi bulu-bulu halus di area pipi dan dagu Rico. Satu kecupan, Anggun berikan di kening pria tampan yang sedang tertidur pulas karena pengaruh obat. Dia beranjak dari tempat duduknya dan pergi ke kamar kecil untuk membuang cairan hasil penyaringan darah
Rico telah selesai membersihkan diri. Kini, Anggun sedang mengupas dan memotong apel untuk suaminya."Sayang, apa kamu merindukanku?" tanya Rico sembari memandang lekat istrinya.Mendengar pertanyaan Rico, Anggun menghentikan aktivitasnya dan menatap mata suaminya. "Apa aku harus menjawabnya?" tanya Anggun."Tentu saja!" jawab Rico sembari tersenyum.Anggun memasukkan potongan apel itu dan kemudian menarik tengkuk Rico dan memindahkan apel yang berada di mulutnya ke mulut Rico."Mau lagi apelnya?" tanya Anggun.Rico mengangguk cepat sembari mengunyah. Anggun pun melakukan hal yang sama untuk yang kedua dan ketiga kalinya. Namun, ketika dia memasukkan potongan apel yang keempat Anggun memakan apel itu dan memesrai bibir Rico dengan lembut. "Mas, aku merindukanmu!"Rico menarik lagi tengkuk Anggun dan kemudian dikecupnya lagi bibir istrinya itu. Rasanya dia tidak ingin menghentikan ciuman di bibir manis sang istri.Anggun m
Rico pun menghadap ke arah Mahika. “Silakan!”Nisa membuka kimono satin yang dikenakannya.“Kak Mahika!” teriak Anggun ketika Nisa akan membuka pakaiannya.“Maafkan aku Anggun, hanya dengan cara ini dia tahu bahwa aku adalah Nisa.”Anggun pun membalikkan badannya. Anggun harus memberikan kesempatan kepada Nisa untuk membuktikan kepada suaminya. Dia sengaja tidak melihat apa yang akan Nisa atau Rico lakukan. Jika, melihat mungkin dia akan cemburu dan terluka.Nisa mendekat ke arah Rico. Dan meloloskan gaun piyama satin sutra yang dia kenakan. “Mas, kamu tahu bagaimana membuktikan bahwa aku adalah Nisa.Rico mengernyitkan keningnya, kemudian pandangannya beralih kepada Anggun yang sedang membelakanginya dan Nisa. Dengan ragu dia mulai mengangkat tangannya. Dia pun menyentuh puncak dada Nisa dan mengarahkan bulatan itu k
Dua minggu kemudian.Persyaratan untuk pernikahan telah rampung. Tiba saatnya Alresca dan Nisa menikah.Nisa menggunakan wali hukum dikarenakan dia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini. Sedangkan, Rico dan ayah dari mempelai pria menjadi saksi pernikahan mereka berdua.Akad pernikahan mereka diadakan di sebuah hotel milik Rico Adelard. Keluarga besar Adelard, Whisley, dan kedua sahabat Anggun yaitu Allina dan Vita hadir dengan pasangan masing-masing.Tidak ada siapapun lagi yang hadir. Nisa hanya ingin orang-orang terdekat yang bisa menjadi saksi pernikahannya dengan Alresca. Karena dia tahu, wajah yang dia gunakan sekarang adalah milik orang lain yang pastinya kelak akan mengundang masalah baru.Ketika Alresca mengucapkan ijab qobul. Rico mengernyitkan keningnya. Pasalnya binti yang digunakan Mahika adalah ayah dari Nisa. Namun, dia pun segera mungkin menepis kecur
Di dalam kamar, Alresca, Nisa dan Dayana tidur bertiga. Mereka tidur menghadap bayi cantik nan mungil yang tidur di antara mereka. Tak sengaja, kedua orang dewasa itu saling beradu pandang dan saling melontarkan senyuman.Deg! jantung keduanya tiba-tiba berdegup dengan kencang.Alresca pun semakin menatap Nisa dengan lekat. Entah mengapa? Baginya, Nisa terlihat tampak cantik malam ini. Dia pun tiba-tiba menginginkan sesuatu dari wanita itu.Alresca bangkit dari posisi tidurnya dan menurunkan kedua kaki di atas lantai. Kemudian, dia pun beranjak dari tempat tidur dan berputar ke tempat Nisa berada.Pria itu membungkukkan tubuh dan kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah wanita yang sedang berbaring dan melihat ke arahnya."Kumohon kita jangan melakukan di sini! Di sini ada Dayana, tidak baik," ujar Nisa sembari mendorong dada Alresca yang bidang itu dengan lembut."Aku hanya ingin menciummu," jawab Alresca dan kemudian memegang ked
Keesokan harinya, Nisa sudah berada di rumah Anggun dan Rico. Dia pun berkenalan dengan ketiga bayi kembar Anggun yaitu, Dayana, Davin, dan Devan. Belum apa-apa, dia merasakan ikatan batin dengan ketiga anak tersebut. Apakah karena ketiga anak itu adalah anak Rico? Entahlah, dia pun tidak tahu. Yang jelas, dia begitu bahagia karena bisa merasakan menjadi seorang ibu. Walaupun, bisa saja dia kelak mengangkat anak adopsi bersama Alresca. Namun, sekarang dia lebih baik menikmati dan belajar dulu menjadi seorang ibu."Kak," panggil Anggun dengan lembut kepada Nisa.Nisa menoleh dan kemudian tersenyum sembari menggendong Devan yang baru terbangun sembari menangis."Siapa yang bangun?" tanya Anggun ingin tahu apakah Nisa sudah b
Rico pun mendamaikan hati dan menetralisir rasa agar kegugupan dalam dirinya segera terhempas. Dia pun melakukan peregangan, karena dia sudah lama tidak olahraga kenikmatan pada malam hari bersama istrinya."Huh," Rico mendadak merasa tidak percaya diri. Dia pun meniupkan udara dari dalam mulut dan menghirup aromanya.“Tidak bau.” Namun, dia masih tidak percaya diri. Dia pun memutuskan menggosok giginya untuk yang kedua kali agar tercium aroma mint dari mulutnya."Sudah wangi, ayo kita lakukan Anggun!" Monolognya di depan cermin dengan kepercayaan diri yang sudah kembali.Anggun pun sedang berdiri di depan jendela melihat ke arah luar. Ternyata, di luar hujan turun begitu deras. Momen yang sangat pas untuk bercinta, pikirnya sembari tersenyum sendiri.Rico pun keluar dari kamar mandi dan mendapati sang istri sedang berdiri di depan jendela sembari tercenung. Dia pun menghampiri kemudian melingkarkan tangan di perut rata istrinya.
Rico berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Alresca. "Bangunlah!" pintanya agar Alresca segera beranjak.Alresca pun beranjak dari duduknya dan berdiri di hadapan Rico. Sejujurna, dia masih bingung dengan apa yang akan dilakukan Rico kepadanya. Bukankah, kesepakatan di antara mereka sudah deal. Lalu, untuk apa Rico memintanya berdiri? Apakah pria itu akan memukul wajahnya? Tetapi kenapa?Hari ini dibenaknya begitu banyak pertanyaan yang dia tidak tahu jawabannya. Dia pun hanya bisa pasrah sekarang."Ya, aku sudah berdiri sesuai permintaanmu, Mas Rico!" sahut Alresca kepada pria yang lebih dewasa daripadanya. Dia mengerutkan keningnya ketika Rico lebih mendekat ke arahnya.Setelah tubuhnya hanya berjarak sekitar 30 sentimeter. Rico membuka tangannya kemudian memeluk Alresca sangat erat."Semoga kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Aku do'akan agar kamu selalu bahagia dengan Mahika. Percayalah, dia wanita yang
Alresca dengan sengaja menatap dalam wajah Anggun di hadapan Rico. Dia ingin memandang dengan puas wajah cantik wanita yang selama ini dia cari dan cintai. Berat memang ketika harus berhenti begitu saja. Cintanya kepada Anggun bukanlah cinta biasa. Wanita ini adalah cinta pertama dan perjuangannya hingga menemukan Anggun begitu luar biasa. Dalam hati dia masih ragu, apakah dia akan benar-benar melepaskan wanita tersebut dan menikah dengan Nisa. Atau …?Sungguh Rico ingin menusuk mata Alresca dengan garfu yang berada di piringnya. Ternyata, apa yang dikatakan oleh Andy benar adanya. Di tatapan pria tersebut terdapat cinta yang teramat besar untuk istrinya. Rico sekarang tahu dengan jelas, bagaimana perasaan Alresca kepada Anggun, karena diam-diam dia pun telah menyelidiki tentang pria tersebut.“Sayang, kebiasaan suka blepotan kalau makan,” tutur Rico memberi tahu.“Owh begitu, tolong bersihkan!&r
Nisa menengadah menatap wajah Alresca yang tertidur setelah membicarakan masalah pernikahan. Dia terus menatap wajah itu dengan lekat.“Aku baru sadar, ternyata kamu sangat tampan, Alresca,” gumamnya dalam hati.Dia pun sangat menyayangkan, di balik wajahnya yang sempurna ada penderitaan yang mendalam. Entah penyakit apa yang bersarang di tubuhnya. Entah apa yang telah membuatnya menderita seperti itu. Begitu banyak pertanyaan dalam benaknya. Pria ini begitu penuh misteri, dan dia harus membantu mencari cara agar Alresca bisa sembuh.Nisa memberanikan diri untuk menyentuh wajah pria tersebut. Dia mengulurkan tangannya dan memegang pipi Alresca yang di tumbuhi bulu-bulu halus. Pria yang akan menjadi suaminya itu, membuatnya begitu iba. Tanpa sadar, Nisa tersenyum
~3 Bulan Kemudian~Anggun sedang merasa kerepotan dengan ketiga bayi kembarnya dikarenakan ibu dan mertuanya sudah kembali ke tempat tinggal masing-masing. Dia membutuhkan seorang jasa pengasuh untuk membantunya mengurus ketiga bayi kembarnya. Dia terus berpikir keras, siapa yang kira-kira bisa mencarikan seorang pengasuh untuknya. Tentunya pengasuh yang tidak asal-asalan, karena dia takut bayinya kenapa-kenapa seperti yang terjadi diberita-berita.Tiba-tiba dia teringat dengan Mahika alias Nisa. Ya, ketika Anggun dalam keadaan koma di rumah sakit, walaupun matanya tidak terbuka tetapi pendengarannya normal dan bisa mendengar apapun yang dikatakan oleh orang-orang di sekelilingnya.Ketika Nisa datang menjenguk dan berkata sesuatu pun, dia mendengar dan perkataannya itu terekam dimemonynya. Dia pun tidak menyangka bahwa Mahika adalah Nisa—mantan istri dari suaminya. Momen ini ingin dia jadikan ajang pendekatan kepad