Namun tiba-tiba pintu kamar terbuka dan dokter datang untuk memeriksa kondisi Rico.
"Jangan dulu banyak gerak, agar luka jaitan di dada bapak tidak terbuka," saran dokter.
"Baik, Dok. Terima kasih!"
***
Malam telah tiba, di ruangan tersebut hanya ada dua sejoli yang saling mencinta dan saling merindu. Tak henti-hentinya Anggun selalu memandang wajah tampan suami yang sedang tertidur. Rasanya seperti mimpi, kemarin malam dia masih melihat suaminya terkujur kaku di ruang ICU. Jantungnya tak berhenti berdebar karena khawatir dan rasa takut yang selalu menghantui. Rasa takut ditinggalkan dan kehilangan pria yang sangat dicintainya.
Jemari lentik Anggun tak henti membelai rambut hitam dan wajah yang ditumbuhi bulu-bulu halus di area pipi dan dagu Rico. Satu kecupan, Anggun berikan di kening pria tampan yang sedang tertidur pulas karena pengaruh obat. Dia beranjak dari tempat duduknya dan pergi ke kamar kecil untuk membuang cairan hasil penyaringan darah
Rico telah selesai membersihkan diri. Kini, Anggun sedang mengupas dan memotong apel untuk suaminya."Sayang, apa kamu merindukanku?" tanya Rico sembari memandang lekat istrinya.Mendengar pertanyaan Rico, Anggun menghentikan aktivitasnya dan menatap mata suaminya. "Apa aku harus menjawabnya?" tanya Anggun."Tentu saja!" jawab Rico sembari tersenyum.Anggun memasukkan potongan apel itu dan kemudian menarik tengkuk Rico dan memindahkan apel yang berada di mulutnya ke mulut Rico."Mau lagi apelnya?" tanya Anggun.Rico mengangguk cepat sembari mengunyah. Anggun pun melakukan hal yang sama untuk yang kedua dan ketiga kalinya. Namun, ketika dia memasukkan potongan apel yang keempat Anggun memakan apel itu dan memesrai bibir Rico dengan lembut. "Mas, aku merindukanmu!"Rico menarik lagi tengkuk Anggun dan kemudian dikecupnya lagi bibir istrinya itu. Rasanya dia tidak ingin menghentikan ciuman di bibir manis sang istri.Anggun m
Ketika Anggun akan menjawab tiba-tiba pintu kamar terbuka."Rico!" panggil Risa sang ibunda Rico. "Bagaimana keadaanmu, Nak?" tanya Risa khawatir."Ma ...," sahut Rico dengan suara masih terdengar lirih. "Mana kakek? bagaimana keadaannya?""Kakek di sini, anak bodoh!" Bara masuk dengan didampingi oleh Jayden ayah Rico."Pa, kapan Papa pulang?" tanya Rico merasa bahagia karena keluarganya semua hadir."Papa langsung pulang ke Indonesia ketika mendengar kamu sedang dalam keadaan kritis.""Terima kasih, Ma, Pa, Kek.""Sebenarnya, kakek benar-benar ingin marah kepadamu. Hanya kakek pending terlebih dahulu. Kakek, ingin puas memukulmu dengan tongkat ini.""Apa salahku, Kek?" tanya Rico dengan tatapan getir."Huuhh," sang kakek menghembuskan napasnya dengan kasar. "Kakek, sudah mendengar semua ceritanya dari Andy."Wajah Rico yang sudah pucat tiba-tiba lebih memucat. Dia berpikir, kali ini pasti kakeknya benar-ben
"Sudah dan Anggun yang menangkapnya.""Anak itu selalu membela kebenaran walaupun itu bahaya baginya. Sebenarnya cita-citanya dulu, ingin menjadi polisi. Namun, ketika tahu bahwa kakaknya sakit-sakitan, dia mengorbankan cita-citanya itu dan kuliah mengambil jurusan managemen bisnis. Itulah Anggun, dia selalu berkorban untuk orang lain," ungkap Linda dengan bangga kepada putrinya.Risa semakin menatap sinis kepada Rico. Putranya itu hanya menunduk, tidak berani memandang sang mama yang terus memberikan tatapan tajam dan menyeramkan kepadanya.***~Restoran~Anggun dan sang kakek telah menyelesaikan sarapannya."Aku kenyang sekali!" ungkap Anggun sembari memegang perutnya yang agak membuncit karena makan terlalu banyak."Anggun, apakah sudah ada tanda-tanda kehadiran Rico Junior?" tanya Sang kakek dengan berbisik.Anggun tiba-tiba tersedak mendengar pertanyaan sang kakek. "Anggun, maafkan kakek. Ini minum dulu!" Bara
Semua terkejut dengan pertanyaan mamah Linda kepada Anggun. Khususnya, Anggun yang diberikan pertanyaan."Aku pakai pil kontrasepsi, Ma. Kan, tahu sendiri, aku masih kuliah belum ingin memiliki baby. Nanti, siapa yang urus babynya jika aku kuliah.""Mama," sahut Risa dan Linda bersamaan."Pokoknya, kamu harus segera punya baby. Biar mama yang urus. Kalau perlu mama pindah ke Jakarta demi cucu mama. Tugas kalian berdua, Anggun dan Rico, pokoknya mama enggak mau tahu, mama kasih waktu 1 bulan. Anggun harus sudah positif hamil.""Siap laksanakan, Ma," sahut Rico dengan bahagia."Rico, pokoknya kalau perlu setiap hari kamu bikin baby. Biar cepet melendung perut si Anggun.""Dengan senang hati, Ma. Rico akan menjadi anak yang berbakti, baik untuk mama Risa maupun mama Linda. Rico akan mengabulkan keinginan kalian berdua memberikan cucu secepatnya.""Nah begitu donk, harus semangat!" ujar sang kakek.Wajah Anggun terlihat
Rico masih termenung karena ucapan Anggun. Dia jadi kepikiran bahwa Anggun akan menceraikannya jika tahu ginjal Arsya ada di dalam tubuhnya. Dia terus menatap Anggun dengan sendu. Dia tidak mau jika harus kehilangan wanita yang ada di depan matanya itu."Mas, kenapa kamu melihatku seperi itu? Apakah ada yang aneh di wajahku?""Iya, coba sini! biar aku bersihkan!" pinta Rico agar Anggun untuk mendekat.Anggun pun mendekat ke arah Rico hingga jarak mereka sangat dekat."Pejamkan matamu!" pinta Rico dengan wajah datar sehingga Anggun tidak menaruh curiga bahwa Rico sedang modus.Anggun pun mematuhi perkataan suaminya. Semua mata yang berada di ruangan tersebut memandang ke arah pasangan suami istri itu.Tanpa ancang ancang, Rico melumat bibir Anggun dengan lembut. Anggun membelalak dengan apa yang dilakukan oleh Rico. 4 pasang mata yang berada di ruangan tersebut tersenyum dan tersipu malu dengan tingkah Rico. Akhirnya, mereka pun m
"Semua gara-gara aku, hidupmu menjadi tidak tenang, banyak masalah dan nyawa selalu dalam bahaya.""Sutss ...! Mas, kamu bilang apa sih? kita suami istri. Bukankah manis pahit kita harus hadapi bersama. Aku ikhlas, Mas."Rico menatap lekat ke arah wanitanya itu. "Aku janji, aku akan selalu setia kepadamu. Cukup sekali kesalahan dalam hidupku. Aku tidak akan pernah menduakan cintamu lagi."Anggun mengerutkan dahinya. "Tapi, aku tidak janji, bahwa kamu akan menjadi satu-satu orang yang aku cintai."Wajah Rico yang yang berbinar tiba-tiba merengut. "Kamu akan menduakan hatimu?" tanya Rico dengan wajah sedih."Mungkin menigakan, mengempatkan bahkan menglimakan," jawab Anggun santai."Sayaaang, aku serius!""Aku berius-rius," canda Anggun sembari mengulum senyumannya."Aku tidak rela, jika kamu mencintai orang lain selain aku.""Itu urusanmu bukan urusanku. Cinta itu urusannya dengan hati.""Sayang ...," panggil
"Siapa cepat katakan, sosok yang akan hadir di antara kita berdua?" tanya Rico dengan emosi.Anggun mengambil tangan kanan Rico dan menempelkan ke perutnya. Rico bertanya-tanya apa maksud Anggun?"Nanti dia akan hadir di rahimku. Mereka calon anak-anak kita. Kita bikin anak sebanyak-banyaknya. Kalau perlu kita punya anak satu lusin biar rumah kita ramai."Ingin rasanya dia mengutuk dirinya sendiri. Betapa malunya dia telah kembali berpikiran negatif kepada istrinya itu. Dia menuduh tanpa mencerna terlebih dahulu maksud perkataan Anggun. Anggun tidak salah, ketika dia bilang akan mengempat bahkan menglimakan cintanya. Rico tersenyum sendiri ketika mulai memahami perkataan Anggun."Sayang, aku jadi ingin segera pulang, biar bisa cepet-cepet cucus dan bikin baby selusin.""Mas Rico harus sembuh dulu, biar kuat melawan aku.""Kekuatanku bisa tiga sampai empat jam loch!" ujar Rico dengan percaya diri."Tidak yakin, aku butuh bukti bukan ja
Rico menatap Anggun dengan tatapan tajam. Tangannya membimbing kaki Anggun untuk dinaikan ke atas ranjang.Deg! jantung Anggun berdebar kencang. Anggun sudah membayangkan sesuatu yang pernah dilakukan Rico kepadanya di area organ kemaluannya. Belum apa-apa napasnya sudah bergemuruh dengan tempo cepat.Rico pun mengelus paha Anggun secara lembut dari luar celana dan kemudian tangan itu menuju lutut, betis dan dia langsung menggelitik telapak kaki Anggun, hingga istrinya itu tertawa terpingkal-pingkal karena geli."Bagaimana, ampun tidak?" tanya Rico yang masih menggaruk telapak kaki istrinya dengan jari jemarinya."Sudah ... sudah, ampun, Mas! Hahaha, aku tidak kuat."Rico pun menghentikan aktivitasnya. Bagaimana? Nangis enak, 'kan?" tanya Rico yang puas mengerjai istrinya."Apaan? ini geli menyiksa," ungkap Anggun sembari menghapus air mata di sudut matanya. "Mas, enggak ada gitu, yang enak menyiksa hehehe?" tanya Anggun dengan wajah m
Rico pun menghadap ke arah Mahika. “Silakan!”Nisa membuka kimono satin yang dikenakannya.“Kak Mahika!” teriak Anggun ketika Nisa akan membuka pakaiannya.“Maafkan aku Anggun, hanya dengan cara ini dia tahu bahwa aku adalah Nisa.”Anggun pun membalikkan badannya. Anggun harus memberikan kesempatan kepada Nisa untuk membuktikan kepada suaminya. Dia sengaja tidak melihat apa yang akan Nisa atau Rico lakukan. Jika, melihat mungkin dia akan cemburu dan terluka.Nisa mendekat ke arah Rico. Dan meloloskan gaun piyama satin sutra yang dia kenakan. “Mas, kamu tahu bagaimana membuktikan bahwa aku adalah Nisa.Rico mengernyitkan keningnya, kemudian pandangannya beralih kepada Anggun yang sedang membelakanginya dan Nisa. Dengan ragu dia mulai mengangkat tangannya. Dia pun menyentuh puncak dada Nisa dan mengarahkan bulatan itu k
Dua minggu kemudian.Persyaratan untuk pernikahan telah rampung. Tiba saatnya Alresca dan Nisa menikah.Nisa menggunakan wali hukum dikarenakan dia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini. Sedangkan, Rico dan ayah dari mempelai pria menjadi saksi pernikahan mereka berdua.Akad pernikahan mereka diadakan di sebuah hotel milik Rico Adelard. Keluarga besar Adelard, Whisley, dan kedua sahabat Anggun yaitu Allina dan Vita hadir dengan pasangan masing-masing.Tidak ada siapapun lagi yang hadir. Nisa hanya ingin orang-orang terdekat yang bisa menjadi saksi pernikahannya dengan Alresca. Karena dia tahu, wajah yang dia gunakan sekarang adalah milik orang lain yang pastinya kelak akan mengundang masalah baru.Ketika Alresca mengucapkan ijab qobul. Rico mengernyitkan keningnya. Pasalnya binti yang digunakan Mahika adalah ayah dari Nisa. Namun, dia pun segera mungkin menepis kecur
Di dalam kamar, Alresca, Nisa dan Dayana tidur bertiga. Mereka tidur menghadap bayi cantik nan mungil yang tidur di antara mereka. Tak sengaja, kedua orang dewasa itu saling beradu pandang dan saling melontarkan senyuman.Deg! jantung keduanya tiba-tiba berdegup dengan kencang.Alresca pun semakin menatap Nisa dengan lekat. Entah mengapa? Baginya, Nisa terlihat tampak cantik malam ini. Dia pun tiba-tiba menginginkan sesuatu dari wanita itu.Alresca bangkit dari posisi tidurnya dan menurunkan kedua kaki di atas lantai. Kemudian, dia pun beranjak dari tempat tidur dan berputar ke tempat Nisa berada.Pria itu membungkukkan tubuh dan kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah wanita yang sedang berbaring dan melihat ke arahnya."Kumohon kita jangan melakukan di sini! Di sini ada Dayana, tidak baik," ujar Nisa sembari mendorong dada Alresca yang bidang itu dengan lembut."Aku hanya ingin menciummu," jawab Alresca dan kemudian memegang ked
Keesokan harinya, Nisa sudah berada di rumah Anggun dan Rico. Dia pun berkenalan dengan ketiga bayi kembar Anggun yaitu, Dayana, Davin, dan Devan. Belum apa-apa, dia merasakan ikatan batin dengan ketiga anak tersebut. Apakah karena ketiga anak itu adalah anak Rico? Entahlah, dia pun tidak tahu. Yang jelas, dia begitu bahagia karena bisa merasakan menjadi seorang ibu. Walaupun, bisa saja dia kelak mengangkat anak adopsi bersama Alresca. Namun, sekarang dia lebih baik menikmati dan belajar dulu menjadi seorang ibu."Kak," panggil Anggun dengan lembut kepada Nisa.Nisa menoleh dan kemudian tersenyum sembari menggendong Devan yang baru terbangun sembari menangis."Siapa yang bangun?" tanya Anggun ingin tahu apakah Nisa sudah b
Rico pun mendamaikan hati dan menetralisir rasa agar kegugupan dalam dirinya segera terhempas. Dia pun melakukan peregangan, karena dia sudah lama tidak olahraga kenikmatan pada malam hari bersama istrinya."Huh," Rico mendadak merasa tidak percaya diri. Dia pun meniupkan udara dari dalam mulut dan menghirup aromanya.“Tidak bau.” Namun, dia masih tidak percaya diri. Dia pun memutuskan menggosok giginya untuk yang kedua kali agar tercium aroma mint dari mulutnya."Sudah wangi, ayo kita lakukan Anggun!" Monolognya di depan cermin dengan kepercayaan diri yang sudah kembali.Anggun pun sedang berdiri di depan jendela melihat ke arah luar. Ternyata, di luar hujan turun begitu deras. Momen yang sangat pas untuk bercinta, pikirnya sembari tersenyum sendiri.Rico pun keluar dari kamar mandi dan mendapati sang istri sedang berdiri di depan jendela sembari tercenung. Dia pun menghampiri kemudian melingkarkan tangan di perut rata istrinya.
Rico berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Alresca. "Bangunlah!" pintanya agar Alresca segera beranjak.Alresca pun beranjak dari duduknya dan berdiri di hadapan Rico. Sejujurna, dia masih bingung dengan apa yang akan dilakukan Rico kepadanya. Bukankah, kesepakatan di antara mereka sudah deal. Lalu, untuk apa Rico memintanya berdiri? Apakah pria itu akan memukul wajahnya? Tetapi kenapa?Hari ini dibenaknya begitu banyak pertanyaan yang dia tidak tahu jawabannya. Dia pun hanya bisa pasrah sekarang."Ya, aku sudah berdiri sesuai permintaanmu, Mas Rico!" sahut Alresca kepada pria yang lebih dewasa daripadanya. Dia mengerutkan keningnya ketika Rico lebih mendekat ke arahnya.Setelah tubuhnya hanya berjarak sekitar 30 sentimeter. Rico membuka tangannya kemudian memeluk Alresca sangat erat."Semoga kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Aku do'akan agar kamu selalu bahagia dengan Mahika. Percayalah, dia wanita yang
Alresca dengan sengaja menatap dalam wajah Anggun di hadapan Rico. Dia ingin memandang dengan puas wajah cantik wanita yang selama ini dia cari dan cintai. Berat memang ketika harus berhenti begitu saja. Cintanya kepada Anggun bukanlah cinta biasa. Wanita ini adalah cinta pertama dan perjuangannya hingga menemukan Anggun begitu luar biasa. Dalam hati dia masih ragu, apakah dia akan benar-benar melepaskan wanita tersebut dan menikah dengan Nisa. Atau …?Sungguh Rico ingin menusuk mata Alresca dengan garfu yang berada di piringnya. Ternyata, apa yang dikatakan oleh Andy benar adanya. Di tatapan pria tersebut terdapat cinta yang teramat besar untuk istrinya. Rico sekarang tahu dengan jelas, bagaimana perasaan Alresca kepada Anggun, karena diam-diam dia pun telah menyelidiki tentang pria tersebut.“Sayang, kebiasaan suka blepotan kalau makan,” tutur Rico memberi tahu.“Owh begitu, tolong bersihkan!&r
Nisa menengadah menatap wajah Alresca yang tertidur setelah membicarakan masalah pernikahan. Dia terus menatap wajah itu dengan lekat.“Aku baru sadar, ternyata kamu sangat tampan, Alresca,” gumamnya dalam hati.Dia pun sangat menyayangkan, di balik wajahnya yang sempurna ada penderitaan yang mendalam. Entah penyakit apa yang bersarang di tubuhnya. Entah apa yang telah membuatnya menderita seperti itu. Begitu banyak pertanyaan dalam benaknya. Pria ini begitu penuh misteri, dan dia harus membantu mencari cara agar Alresca bisa sembuh.Nisa memberanikan diri untuk menyentuh wajah pria tersebut. Dia mengulurkan tangannya dan memegang pipi Alresca yang di tumbuhi bulu-bulu halus. Pria yang akan menjadi suaminya itu, membuatnya begitu iba. Tanpa sadar, Nisa tersenyum
~3 Bulan Kemudian~Anggun sedang merasa kerepotan dengan ketiga bayi kembarnya dikarenakan ibu dan mertuanya sudah kembali ke tempat tinggal masing-masing. Dia membutuhkan seorang jasa pengasuh untuk membantunya mengurus ketiga bayi kembarnya. Dia terus berpikir keras, siapa yang kira-kira bisa mencarikan seorang pengasuh untuknya. Tentunya pengasuh yang tidak asal-asalan, karena dia takut bayinya kenapa-kenapa seperti yang terjadi diberita-berita.Tiba-tiba dia teringat dengan Mahika alias Nisa. Ya, ketika Anggun dalam keadaan koma di rumah sakit, walaupun matanya tidak terbuka tetapi pendengarannya normal dan bisa mendengar apapun yang dikatakan oleh orang-orang di sekelilingnya.Ketika Nisa datang menjenguk dan berkata sesuatu pun, dia mendengar dan perkataannya itu terekam dimemonynya. Dia pun tidak menyangka bahwa Mahika adalah Nisa—mantan istri dari suaminya. Momen ini ingin dia jadikan ajang pendekatan kepad