"Semua gara-gara aku, hidupmu menjadi tidak tenang, banyak masalah dan nyawa selalu dalam bahaya."
"Sutss ...! Mas, kamu bilang apa sih? kita suami istri. Bukankah manis pahit kita harus hadapi bersama. Aku ikhlas, Mas."
Rico menatap lekat ke arah wanitanya itu. "Aku janji, aku akan selalu setia kepadamu. Cukup sekali kesalahan dalam hidupku. Aku tidak akan pernah menduakan cintamu lagi."
Anggun mengerutkan dahinya. "Tapi, aku tidak janji, bahwa kamu akan menjadi satu-satu orang yang aku cintai."
Wajah Rico yang yang berbinar tiba-tiba merengut. "Kamu akan menduakan hatimu?" tanya Rico dengan wajah sedih.
"Mungkin menigakan, mengempatkan bahkan menglimakan," jawab Anggun santai.
"Sayaaang, aku serius!"
"Aku berius-rius," canda Anggun sembari mengulum senyumannya.
"Aku tidak rela, jika kamu mencintai orang lain selain aku."
"Itu urusanmu bukan urusanku. Cinta itu urusannya dengan hati."
"Sayang ...," panggil
"Siapa cepat katakan, sosok yang akan hadir di antara kita berdua?" tanya Rico dengan emosi.Anggun mengambil tangan kanan Rico dan menempelkan ke perutnya. Rico bertanya-tanya apa maksud Anggun?"Nanti dia akan hadir di rahimku. Mereka calon anak-anak kita. Kita bikin anak sebanyak-banyaknya. Kalau perlu kita punya anak satu lusin biar rumah kita ramai."Ingin rasanya dia mengutuk dirinya sendiri. Betapa malunya dia telah kembali berpikiran negatif kepada istrinya itu. Dia menuduh tanpa mencerna terlebih dahulu maksud perkataan Anggun. Anggun tidak salah, ketika dia bilang akan mengempat bahkan menglimakan cintanya. Rico tersenyum sendiri ketika mulai memahami perkataan Anggun."Sayang, aku jadi ingin segera pulang, biar bisa cepet-cepet cucus dan bikin baby selusin.""Mas Rico harus sembuh dulu, biar kuat melawan aku.""Kekuatanku bisa tiga sampai empat jam loch!" ujar Rico dengan percaya diri."Tidak yakin, aku butuh bukti bukan ja
Rico menatap Anggun dengan tatapan tajam. Tangannya membimbing kaki Anggun untuk dinaikan ke atas ranjang.Deg! jantung Anggun berdebar kencang. Anggun sudah membayangkan sesuatu yang pernah dilakukan Rico kepadanya di area organ kemaluannya. Belum apa-apa napasnya sudah bergemuruh dengan tempo cepat.Rico pun mengelus paha Anggun secara lembut dari luar celana dan kemudian tangan itu menuju lutut, betis dan dia langsung menggelitik telapak kaki Anggun, hingga istrinya itu tertawa terpingkal-pingkal karena geli."Bagaimana, ampun tidak?" tanya Rico yang masih menggaruk telapak kaki istrinya dengan jari jemarinya."Sudah ... sudah, ampun, Mas! Hahaha, aku tidak kuat."Rico pun menghentikan aktivitasnya. Bagaimana? Nangis enak, 'kan?" tanya Rico yang puas mengerjai istrinya."Apaan? ini geli menyiksa," ungkap Anggun sembari menghapus air mata di sudut matanya. "Mas, enggak ada gitu, yang enak menyiksa hehehe?" tanya Anggun dengan wajah m
Anggun terkesiap ketika mendapati sang suami ternyata tidak tidur. Bayangkan saja, sedari tadi dia mondar mandir tanpa mengenakan pakaian sehelai pun. Kini dia sedang merasakan seperti wanita bodoh di dunia.Lagi pula, kenapa suaminya itu pun bukan menyadarkan dan mengingatkannya malah dia terus berpura-pura tidur, membuat dirinya bagai badut yang sedang melucu di hadapannya.Anggun menjerit dalam hati. Kenapa kebiasaannya di rumah bisa terbawa ke rumah sakit. Untuk saja, hanya ada suaminya. Coba, jika ada orang lain, bagaimana?Untungnya, kini Anggun telah mengenakan pakaian, jadi dia tidak begitu kehilangan muka. Walaupun begitu, dia tetap saja sangat kesal kepada pria yang sedang terbaring di tempat tidur pasien itu.Anggun masih diam tidak bergeming sama sekali. Bahkan, ajakan Rico tidak dia tanggapi. Dia masih harus menetralkan rasa malu, kaget, dan kesal pada dirinya.Rico menghembuskan napasnya dengan kasar. Ada rasa khawatir, jika istrinya
Perasaan Rico semakin gelisah dan tak karuan. Ingin rasanya dia kabur dari rumah sakit dan mencari istrinya. Namun, apa boleh buat dia masih harus dirawat agar lukanya segera sembuh. Karena dia dan Anggun memiliki sebuah program yang akan direalisasikan setelah kondisi dia pulih dan sehat yaitu program membuat dedek bayi.Posesifnya semakin hari semakin menjadi dikala cintanya semakin tumbuh dan bersemi di relung hati. Dia bagai kembali ke masa ABG (anak baru gede) yang baru merasakan pubertas dan jatuh cinta.Rico pun mengambil kembali ponsel yang dia simpan di atas nakas yang terletak di samping tempat tidur pasien yang ditidurinya. Berkali-kali Rico melirik ponselnya, tetapi tidak ada tanda-tanda Anggun mengirimkan pesan apalagi menghubunginya."Jangan-jangan Anggun pergi bersama Vino atau Romeo," pikirnya. Akan tetapi, Romeo tidak akan melakukan hal itu, karena pria itu tahu hubungan antara dirinya dengan Anggun."Rico berniat untuk
Setelah mendapatkan pesan dari Rico, Anggun pun segera kemballi ke rumah sakit. Setiba di ruangan VVIP tempat Rico di rawat, suaminya itu menetap dengan tajam ke arahnya."Katakan padaku, kamu habis dari mana? bertemu dengan siapa? ngapain aja?" tanya Rico bertubi-tubi kepada Anggun yang baru tiba di dalam kamar rawat inapnya.Anggun menarik napas panjang dan kemudian berkata, "Sebentar, aku izin bernapas sejenak."Rico tidak menjawab dan hanya melihat istrinya yang sedang bernapas seperti orang yang kelelahan.Anggun bingung harus menjawab apa. Apa dia harus jujur kepada Rico bahwa dia telah bertemu dengan Nisa. Tak sengaja, mata Anggun melihat baki makanan Rico yang belum tersentuh sama sekali. "Mas, kenapa belum makan?" tanya Anggun yang kemudian meraih baki tersebut dan membuka plastik wrapping.Dengan nada pelan, Rico pun menjawab, "Aku menunggumu! Aku tidak bisa makan, karena teringat kepadamu. Aku takut, karena marah kamu jadi lupa mak
Anggun dan Rico terkesiap dengan Vita yang tiba-tiba datang ke rumah sakit dan melihat mereka sedang berciuman."Anggun, aku kecewa sama kamu. Kamu tidak boleh berbuat seperti itu. Enggak baik! Kamu mau jadi pelakor merusak rumah tangga orang lain. Babang Rico sudah punya istri, Anggun. Banyak yang suka sama kamu yang lebih tampan dan lebih baik dari Babang Rico. Ada Romeo dan Pak Vino. Sudah sama mereka saja," ucap Vita dengan segala kepolosannya."Vita, ini tidak seperti yang kamu pikirkan," jawab Anggun untuk meyakinkan temannya."Maksudmu?" tanya Vita dengan heran.Tiba-tiba Romeo dan Allina memasuki pintu kamar ruang rawat Rico dan kemudian menutup pintu tersebut."Mereka sudah lama menikah," Allina terpaksa memberitahu sahabatnya yang polos itu agar tidak salah paham."Terus, nenek lampir Nisa itu apa dong? kalau Anggun istrinya babang Rico," tanya Vita yang semakin bingung dan meminta penjelasan, sejelas-jelasnya kepada Allina.
Ketiga sahabat Anggun telah pulang ke rumah masing-masing. Dan, orang tua mereka pun tidak jadi ke rumah sakit dengan alasan takut mengganggu kedua pengantin itu.***Hari berganti hari, Kondisi Rico sudah berangsur pulih dan membaik. Dokter pun sudah mengizinkan Rico untuk pulang ke rumah hari ini.Kakek dan kedua orang tua mereka pun ikut mengantarkan Anggun dan Rico untuk pulang ke rumah pasangan suami istri tersebut. Mereka berencana akan menginap beberapa hari di rumah Anggun dan Rico.Namun, ada yang aneh pada sikap Rico. Dia kini seperti pria yang jual mahal. Dia berubah menjadi sosok dingin dan bicara seperlunya. Walaupun begitu, Anggun masih bersabar menahan kekesalannya pada Rico, karena dia tidak enak oleh mertua, ibu dan kakek Bara.Anggun dengan hati-hati membantu Rico naik ke dalam mobil dan kemudian dia duduk di samping suaminya. Kebetulan, pasangan suami istri itu pisah mobil dengan kedua orang tua mereka dan kakek Bara.
Malam pun tiba. Malam ini adalah malam untuk mereka berdua. Malam di mana mereka saling memiliki satu sama lain tanpa adanya orang ketiga, tanpa adanya rasa bersalah karena takut menyakiti hati yang lainnya. Rico pun serasa keluar dari neraka yang berasal dari Nisa, mantan istrinya itu.Sejujurnya, Rico sekarang sangat lega walaupun ada perasaan bersalah karena pada saat itu dia menceraikan Nisa, ketika wanita itu mulai jatuh cinta kepadanya. Namun, dia segera menepis rasa itu, dia pun mengalihkan pikirannya, mungkin saja itu masih rencana Nisa untuk membuatnya iba dan tidak jadi memutuskan hubungan dengan wanita yang pernah mengisi relung hatinya dan pernah dia perjuangkan. Kemudian, dia pun memiringkan tubuhnya ke samping untuk menatap Anggun yang sedang merebahkan tubuhnya di ranjang karena sedang kelelahan. Rico pun mendekatkan tubuhnya agar lebih dekat dengan tubuh istrinya."Heuh, apakah kamu membutuhkan sesuatu, Mas?" tanya Anggun sembari melihat ke arah R
Rico pun menghadap ke arah Mahika. “Silakan!”Nisa membuka kimono satin yang dikenakannya.“Kak Mahika!” teriak Anggun ketika Nisa akan membuka pakaiannya.“Maafkan aku Anggun, hanya dengan cara ini dia tahu bahwa aku adalah Nisa.”Anggun pun membalikkan badannya. Anggun harus memberikan kesempatan kepada Nisa untuk membuktikan kepada suaminya. Dia sengaja tidak melihat apa yang akan Nisa atau Rico lakukan. Jika, melihat mungkin dia akan cemburu dan terluka.Nisa mendekat ke arah Rico. Dan meloloskan gaun piyama satin sutra yang dia kenakan. “Mas, kamu tahu bagaimana membuktikan bahwa aku adalah Nisa.Rico mengernyitkan keningnya, kemudian pandangannya beralih kepada Anggun yang sedang membelakanginya dan Nisa. Dengan ragu dia mulai mengangkat tangannya. Dia pun menyentuh puncak dada Nisa dan mengarahkan bulatan itu k
Dua minggu kemudian.Persyaratan untuk pernikahan telah rampung. Tiba saatnya Alresca dan Nisa menikah.Nisa menggunakan wali hukum dikarenakan dia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini. Sedangkan, Rico dan ayah dari mempelai pria menjadi saksi pernikahan mereka berdua.Akad pernikahan mereka diadakan di sebuah hotel milik Rico Adelard. Keluarga besar Adelard, Whisley, dan kedua sahabat Anggun yaitu Allina dan Vita hadir dengan pasangan masing-masing.Tidak ada siapapun lagi yang hadir. Nisa hanya ingin orang-orang terdekat yang bisa menjadi saksi pernikahannya dengan Alresca. Karena dia tahu, wajah yang dia gunakan sekarang adalah milik orang lain yang pastinya kelak akan mengundang masalah baru.Ketika Alresca mengucapkan ijab qobul. Rico mengernyitkan keningnya. Pasalnya binti yang digunakan Mahika adalah ayah dari Nisa. Namun, dia pun segera mungkin menepis kecur
Di dalam kamar, Alresca, Nisa dan Dayana tidur bertiga. Mereka tidur menghadap bayi cantik nan mungil yang tidur di antara mereka. Tak sengaja, kedua orang dewasa itu saling beradu pandang dan saling melontarkan senyuman.Deg! jantung keduanya tiba-tiba berdegup dengan kencang.Alresca pun semakin menatap Nisa dengan lekat. Entah mengapa? Baginya, Nisa terlihat tampak cantik malam ini. Dia pun tiba-tiba menginginkan sesuatu dari wanita itu.Alresca bangkit dari posisi tidurnya dan menurunkan kedua kaki di atas lantai. Kemudian, dia pun beranjak dari tempat tidur dan berputar ke tempat Nisa berada.Pria itu membungkukkan tubuh dan kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah wanita yang sedang berbaring dan melihat ke arahnya."Kumohon kita jangan melakukan di sini! Di sini ada Dayana, tidak baik," ujar Nisa sembari mendorong dada Alresca yang bidang itu dengan lembut."Aku hanya ingin menciummu," jawab Alresca dan kemudian memegang ked
Keesokan harinya, Nisa sudah berada di rumah Anggun dan Rico. Dia pun berkenalan dengan ketiga bayi kembar Anggun yaitu, Dayana, Davin, dan Devan. Belum apa-apa, dia merasakan ikatan batin dengan ketiga anak tersebut. Apakah karena ketiga anak itu adalah anak Rico? Entahlah, dia pun tidak tahu. Yang jelas, dia begitu bahagia karena bisa merasakan menjadi seorang ibu. Walaupun, bisa saja dia kelak mengangkat anak adopsi bersama Alresca. Namun, sekarang dia lebih baik menikmati dan belajar dulu menjadi seorang ibu."Kak," panggil Anggun dengan lembut kepada Nisa.Nisa menoleh dan kemudian tersenyum sembari menggendong Devan yang baru terbangun sembari menangis."Siapa yang bangun?" tanya Anggun ingin tahu apakah Nisa sudah b
Rico pun mendamaikan hati dan menetralisir rasa agar kegugupan dalam dirinya segera terhempas. Dia pun melakukan peregangan, karena dia sudah lama tidak olahraga kenikmatan pada malam hari bersama istrinya."Huh," Rico mendadak merasa tidak percaya diri. Dia pun meniupkan udara dari dalam mulut dan menghirup aromanya.“Tidak bau.” Namun, dia masih tidak percaya diri. Dia pun memutuskan menggosok giginya untuk yang kedua kali agar tercium aroma mint dari mulutnya."Sudah wangi, ayo kita lakukan Anggun!" Monolognya di depan cermin dengan kepercayaan diri yang sudah kembali.Anggun pun sedang berdiri di depan jendela melihat ke arah luar. Ternyata, di luar hujan turun begitu deras. Momen yang sangat pas untuk bercinta, pikirnya sembari tersenyum sendiri.Rico pun keluar dari kamar mandi dan mendapati sang istri sedang berdiri di depan jendela sembari tercenung. Dia pun menghampiri kemudian melingkarkan tangan di perut rata istrinya.
Rico berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Alresca. "Bangunlah!" pintanya agar Alresca segera beranjak.Alresca pun beranjak dari duduknya dan berdiri di hadapan Rico. Sejujurna, dia masih bingung dengan apa yang akan dilakukan Rico kepadanya. Bukankah, kesepakatan di antara mereka sudah deal. Lalu, untuk apa Rico memintanya berdiri? Apakah pria itu akan memukul wajahnya? Tetapi kenapa?Hari ini dibenaknya begitu banyak pertanyaan yang dia tidak tahu jawabannya. Dia pun hanya bisa pasrah sekarang."Ya, aku sudah berdiri sesuai permintaanmu, Mas Rico!" sahut Alresca kepada pria yang lebih dewasa daripadanya. Dia mengerutkan keningnya ketika Rico lebih mendekat ke arahnya.Setelah tubuhnya hanya berjarak sekitar 30 sentimeter. Rico membuka tangannya kemudian memeluk Alresca sangat erat."Semoga kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Aku do'akan agar kamu selalu bahagia dengan Mahika. Percayalah, dia wanita yang
Alresca dengan sengaja menatap dalam wajah Anggun di hadapan Rico. Dia ingin memandang dengan puas wajah cantik wanita yang selama ini dia cari dan cintai. Berat memang ketika harus berhenti begitu saja. Cintanya kepada Anggun bukanlah cinta biasa. Wanita ini adalah cinta pertama dan perjuangannya hingga menemukan Anggun begitu luar biasa. Dalam hati dia masih ragu, apakah dia akan benar-benar melepaskan wanita tersebut dan menikah dengan Nisa. Atau …?Sungguh Rico ingin menusuk mata Alresca dengan garfu yang berada di piringnya. Ternyata, apa yang dikatakan oleh Andy benar adanya. Di tatapan pria tersebut terdapat cinta yang teramat besar untuk istrinya. Rico sekarang tahu dengan jelas, bagaimana perasaan Alresca kepada Anggun, karena diam-diam dia pun telah menyelidiki tentang pria tersebut.“Sayang, kebiasaan suka blepotan kalau makan,” tutur Rico memberi tahu.“Owh begitu, tolong bersihkan!&r
Nisa menengadah menatap wajah Alresca yang tertidur setelah membicarakan masalah pernikahan. Dia terus menatap wajah itu dengan lekat.“Aku baru sadar, ternyata kamu sangat tampan, Alresca,” gumamnya dalam hati.Dia pun sangat menyayangkan, di balik wajahnya yang sempurna ada penderitaan yang mendalam. Entah penyakit apa yang bersarang di tubuhnya. Entah apa yang telah membuatnya menderita seperti itu. Begitu banyak pertanyaan dalam benaknya. Pria ini begitu penuh misteri, dan dia harus membantu mencari cara agar Alresca bisa sembuh.Nisa memberanikan diri untuk menyentuh wajah pria tersebut. Dia mengulurkan tangannya dan memegang pipi Alresca yang di tumbuhi bulu-bulu halus. Pria yang akan menjadi suaminya itu, membuatnya begitu iba. Tanpa sadar, Nisa tersenyum
~3 Bulan Kemudian~Anggun sedang merasa kerepotan dengan ketiga bayi kembarnya dikarenakan ibu dan mertuanya sudah kembali ke tempat tinggal masing-masing. Dia membutuhkan seorang jasa pengasuh untuk membantunya mengurus ketiga bayi kembarnya. Dia terus berpikir keras, siapa yang kira-kira bisa mencarikan seorang pengasuh untuknya. Tentunya pengasuh yang tidak asal-asalan, karena dia takut bayinya kenapa-kenapa seperti yang terjadi diberita-berita.Tiba-tiba dia teringat dengan Mahika alias Nisa. Ya, ketika Anggun dalam keadaan koma di rumah sakit, walaupun matanya tidak terbuka tetapi pendengarannya normal dan bisa mendengar apapun yang dikatakan oleh orang-orang di sekelilingnya.Ketika Nisa datang menjenguk dan berkata sesuatu pun, dia mendengar dan perkataannya itu terekam dimemonynya. Dia pun tidak menyangka bahwa Mahika adalah Nisa—mantan istri dari suaminya. Momen ini ingin dia jadikan ajang pendekatan kepad