Nisa terkejut dengan perkataan Rico. 'Bagaimana ini?' gumamnya dalam hati.
"Mas aku ikut ke toilet, ya!"
"Silakan!"
Nisa pun menelepon pria misterius tersebut.
"Halo!" sapa Nisa.
"Aku sudah membuang Hery ke laut." Tanpa harus Nisa bertanya, pria tersebut telah menjawab apa yang ingin Nisa tahu darinya.
Nisa terperangah dan kemudian mematikan ponselnya. Namun, dia pun kembali berpikir, Jika Hery kembali dan masih hidup, dia akan menceritakan rahasianya kepada Mas Rico. Akan tetapi, jika Hery mati dan tidak kembali, maka, dia akan masuk penjara. Mungkin, lebih baik aku mengundurkan diri saja dari perusahaan ini.
Nisa pun keluar dari toilet dan menemui Rico kembali. "Mas, aku tidak tahu Hery dimana? Aku juga tidak mau masuk penjara atas apa yang tidak aku perbuat. Semuanya ini perbuatan Hery, Mas, percayalah padaku!" Nisa sudah mulai ketakutan dengan ancaman Rico.
"Lalu?" Rico masih menunggu perkataan Nisa selanjutnya.
<Mereka pun pulang bersama. Setiba di rumah, Anggunlah yang membukakan pintu. Rico begitu terperangah, matanya tidak berkedip dengan mulut yang menganga terbuka lebar ketika melihat Anggun yang begitu seksi dan cantik dengan balutan piyama berwarna merah menyala sehingga terlihat kontras dengan kulitnya. Tak hanya itu rambut lurusnya dia curly dan wajah yang selalu terlihat polos jika berada di rumah kini di poles dengan make up natural namun memberikan kesan eksotis di wajahnya."Ya Tuhan, Anggun kamu cantik sekali!" guman Rico dalam hati.Melihat itu membuat Nisa cemburu. Dia pun langsung bergegas pergi ke kamarnya kemudian membersihkan diri dan berganti lingeri yang tak kalah seksi. Dia terus menggoda Rico di depan Anggun. Sayangnya, Anggun tidak perduli dengan hal itu. Dia pun tersenyum smirk melihatnya sembari menggelengkan kepala."Belum tahu dia, jika aku sudah beraksi," ungkap Anggun dalam hati.Kini, sudah waktunya makan malam. Anggun pun te
Rico tiba-tiba tersedak mendengar perkataan Anggun. Dia pun kemudian mengambil air mineral dan meminumnya hingga habis. Matanya mengerjap dan berkaca-kaca. Rico bangkit dari duduknya dan berteriak."Memangnya siapa yang akan menceraikanmu. Hingga aku mati, aku tidak akan pernah menceraikanmu!""Kenapa? Kamu takut kehilangan hartamu dan jatuh miskin?" ucap Anggun sembari tersenyum smirk."Heuh?" Rico tiba-tiba bingung dengan apa yang Anggun katakan."Nisa, asalkan kamu tahu, jika aku dan Rico bercerai maka tujuh puluh lima persen harta kekayaan Adelard akan jatuh ke tanganku dan dua puluh lima persen jatuh kepada mama Risa. So, Rico-mu akan jatuh miskin dan silakan kamu hidup miskin bersama suamimu tercinta."Nisa langsung diam seribu bahasa. "Sayang, benarkah itu?"Dalam hati Rico berkata. "Ternyata, istriku benar-benar cerdas. Aku tinggal melanjutkan sandiwara ini saja.""Kenapa kamu katakan itu kepada Nisa," teriaknya kepada A
Kali ini, Nisa benar-benar ketakutan. Selain, takut kehilangan kekayaan Rico dia juga takut kehilangan perhatian dan cinta Rico. Apalagi ketika dia menyangka bahwa Rico dan Anggun telah melakukan hubungan suami istri. Karena, tadi pagi dia melihat pakaian yang berserakan di kamar yang sering digunakan olehnya bersama sang suami. Terbesit dalam pikirannya, “Bagaimana jika Anggun hamil dan mengandung anak Rico? Apa yang akan terjadi pada diriku? Apa Rico akan mengacuhkan dan mengusirku dari rumah ini? Apakah aku akan kehilangan Rico? Tidak … itu tidak boleh terjadi. Rico harus tetap menjadi suamiku dan milikku satu-satunya. Aku tidak mau kehilangan Rico.” Dalam hati, Nisa tak henti bergumam. Dia mulai merasa posisinya terancam di hati Rico. Nisa melihat Rico begitu intens. Dia menangkupkan kedua tangannya di wajah pria tampan yang berada di hadapannya. Baru kali ini dia merasa takut kehilangan pria yang telah menjadi suami sirinya itu. Kar
Rico terkejut ketika melihat Anggun keluar dari kamar. Dia pun melirik ke arah Anggun, takut jika istrinya itu tersakiti karena melihatnya sedang berciuman dengan Nisa. Namun sayang, pandangan Anggun terus ke arah depan ke tempat tujuannya, tidak melihat ke arah mereka sama sekali. Rico pun melanjutkan langkahnya ke tempat peristirahatannya bersama Nisa dengan rasa bersalah.Ketika melihat pria yang dicintainya itu bermesraan dengan wanita lain, hati Anggun terasa sakit. Walaupun, wanita lain tersebut adalah istri yang pertama kali Rico nikahi dalam pernikahan siri. Anggun tidak menunjukkan rasa cemburunya itu di hadapan Rico dan Nisa. Dia pun berusaha menganggap bahwa yang tadi dia lihat itu hanyalah bayangan semu yang akan hilang tertelan oleh waktu.Ketika pasangan itu sudah masuk ke dalam kamar, dia pun menghentikan langkahnya kemudian menoleh dan melihat ke arah pintu kamar Rico yang sudah tertutup. Langkah yang tadinya begitu cepat dan
Rico langsung berlari ke arah Nisa. "Kamu kenapa bisa terjatuh seperti ini?" tanya Rico kepada Nisa."A-anggun yang mendorongku!" jawab Nisa terbata-bata dan kemudian pingsan."Apa? Nisa ... Nisa," panggil Rico. Rico pun melangkahkan kakinya pergi ke kamar Anggun."Yes, pasti Mas Rico akan mengusir Anggun dari rumah ini!" guman Nisa dalam hati sembari berpura-pura pingsan.Rico menggedor-gedor pintu kamar Anggun dengan kencang."Anggun buka pintunya!" teriak Rico dengan emosi.Namun, tidak ada sahutan dari dalam dan Anggun tetap tidak membuka pintu kamarnya.Rico semakin mengamuk dan mendobrak pintu tersebut. Dia masuk ke kamar Anggun dan mendapati Anggun yang baru keluar dari kamar mandi dengan rambut basah dan masih ada sisa-sisa sabun yang belum dibersihkan serta tubuh Anggun yang hanya di tutup oleh handuk lilit.Rico terperangah melihat pemandangan yang ada di depan matanya, si junior pun langsung m
Mereka sudah tiba di salah satu apartemen Rico yang khusus diberikan untuk Nisa. Istri sirinya itu masih saja berpura-pura pingsan padahal Rico sudah tahu bahwa dia sedang bersandiwara. "Euh, di mana aku?" Nisa pura-pura sadar dan linglung ketika Rico membaringkannya di tempat tidur. "Sayang, maaf kamu harus kembali ke apartemen karena aku sudah memberikan rumah itu untuk Anggun." "Kapan? Kenapa kamu memberikan rumah itu kepada Anggun?" tanya Nisa dengan raut wajah sedih. "Aku lupa, sewaktu menikah, rumah itu sudah aku hadiahkan kepada Anggun." Dengan wajah sendu dan rasa menyesal yang teramat dalam, Nisa pun berkata. "Iya, tidak apa-apa, Mas. Aku tahu dan sadar Mas dengan posisiku." "Terima kasih, jika kamu menyadarinya." "Heuh?" "Maksudku, terima kasih jika kamu sudah mengerti keadaanku, Sayang." "Sama-sama, Mas. Tetapi, kamu pulang ke sini, 'kan?" tanya Nisa dengan tatapan berharap. "Owh iya, aku mend
"Tolong, ampuni kami, Pak Rico. Kami mengaku bersalah. Silakan pecat kami, asal jangan masukan kami ke penjara.Rico tersenyum smirk. “Boleh, aku akan mencabut tuntutanku, tetapi ada satu syarat.”“Apa itu, Pak Rico?” tanya salah seorang pengikut Nisa."Jawab pertanyaanku dan kalian akan terbebas dari sel jeruji. Selain Nisa, siapa yang menyuruh kalian untuk memata-matai perusahaanku?"Mereka langsung bungkam seribu bahasa. "Pak polisi, cepat bawa kami!" pinta Bambang salah seorang anak buah Nisa.“Tunggu! Tidak semudah itu.” Rico terperangah dan benar-benar takjub dengan kesetiaan mereka kepada Tuannya.“Tolong Pak Rico, biarkan kami di tangkap karena itu lebih baik. Kami tidak bisa memberitahu bapak siapa dia?”Kemudian Pak Paijo tiba-tiba berlutut sembari menangis. “Hiks … hi
Clek! Suara gagang pintu terbuka ketika Nisa menerima telepon dari Bimo Prakoso.Nisa terkesiap ketika melihat Rico sudah berada di dalam apartemen. Rico pun mengunci pintu tersebut dan kemudian menghampirinya."Sayang," panggil Rico sembari menatap tajam dan melangkahkan kaki secara perlahan ke arah Nisa."I-iya," jawab Nisa dengan terbata-bata dan melangkah mundur."Kenapa kamu menghindar?" tanya Rico dengan sinis."Ti-tidak! aku tidak menghindar," ujar Nisa yang sudah mentok dengan dinding."Kalau begitu kemarilah! biarkan aku memelukmu."Nisa pun mendekatkan tubuhnya dan kemudian memeluk Rico dengan rasa cinta yang begitu dalam. Rico pun menggendong Nisa dan membawanya duduk di sofa."Sayang, kamu tahu, 'kan, bahwa aku mencintaimu," ujar Rico sembari mengusap pipi Nisa sebelah kanan oleh tangannya.Nisa tidak menjawab dan hanya menganggukkan kepalanya kepada Rico."Sekarang, kamu jujur kepadaku? Siapa Bi
Rico pun menghadap ke arah Mahika. “Silakan!”Nisa membuka kimono satin yang dikenakannya.“Kak Mahika!” teriak Anggun ketika Nisa akan membuka pakaiannya.“Maafkan aku Anggun, hanya dengan cara ini dia tahu bahwa aku adalah Nisa.”Anggun pun membalikkan badannya. Anggun harus memberikan kesempatan kepada Nisa untuk membuktikan kepada suaminya. Dia sengaja tidak melihat apa yang akan Nisa atau Rico lakukan. Jika, melihat mungkin dia akan cemburu dan terluka.Nisa mendekat ke arah Rico. Dan meloloskan gaun piyama satin sutra yang dia kenakan. “Mas, kamu tahu bagaimana membuktikan bahwa aku adalah Nisa.Rico mengernyitkan keningnya, kemudian pandangannya beralih kepada Anggun yang sedang membelakanginya dan Nisa. Dengan ragu dia mulai mengangkat tangannya. Dia pun menyentuh puncak dada Nisa dan mengarahkan bulatan itu k
Dua minggu kemudian.Persyaratan untuk pernikahan telah rampung. Tiba saatnya Alresca dan Nisa menikah.Nisa menggunakan wali hukum dikarenakan dia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini. Sedangkan, Rico dan ayah dari mempelai pria menjadi saksi pernikahan mereka berdua.Akad pernikahan mereka diadakan di sebuah hotel milik Rico Adelard. Keluarga besar Adelard, Whisley, dan kedua sahabat Anggun yaitu Allina dan Vita hadir dengan pasangan masing-masing.Tidak ada siapapun lagi yang hadir. Nisa hanya ingin orang-orang terdekat yang bisa menjadi saksi pernikahannya dengan Alresca. Karena dia tahu, wajah yang dia gunakan sekarang adalah milik orang lain yang pastinya kelak akan mengundang masalah baru.Ketika Alresca mengucapkan ijab qobul. Rico mengernyitkan keningnya. Pasalnya binti yang digunakan Mahika adalah ayah dari Nisa. Namun, dia pun segera mungkin menepis kecur
Di dalam kamar, Alresca, Nisa dan Dayana tidur bertiga. Mereka tidur menghadap bayi cantik nan mungil yang tidur di antara mereka. Tak sengaja, kedua orang dewasa itu saling beradu pandang dan saling melontarkan senyuman.Deg! jantung keduanya tiba-tiba berdegup dengan kencang.Alresca pun semakin menatap Nisa dengan lekat. Entah mengapa? Baginya, Nisa terlihat tampak cantik malam ini. Dia pun tiba-tiba menginginkan sesuatu dari wanita itu.Alresca bangkit dari posisi tidurnya dan menurunkan kedua kaki di atas lantai. Kemudian, dia pun beranjak dari tempat tidur dan berputar ke tempat Nisa berada.Pria itu membungkukkan tubuh dan kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah wanita yang sedang berbaring dan melihat ke arahnya."Kumohon kita jangan melakukan di sini! Di sini ada Dayana, tidak baik," ujar Nisa sembari mendorong dada Alresca yang bidang itu dengan lembut."Aku hanya ingin menciummu," jawab Alresca dan kemudian memegang ked
Keesokan harinya, Nisa sudah berada di rumah Anggun dan Rico. Dia pun berkenalan dengan ketiga bayi kembar Anggun yaitu, Dayana, Davin, dan Devan. Belum apa-apa, dia merasakan ikatan batin dengan ketiga anak tersebut. Apakah karena ketiga anak itu adalah anak Rico? Entahlah, dia pun tidak tahu. Yang jelas, dia begitu bahagia karena bisa merasakan menjadi seorang ibu. Walaupun, bisa saja dia kelak mengangkat anak adopsi bersama Alresca. Namun, sekarang dia lebih baik menikmati dan belajar dulu menjadi seorang ibu."Kak," panggil Anggun dengan lembut kepada Nisa.Nisa menoleh dan kemudian tersenyum sembari menggendong Devan yang baru terbangun sembari menangis."Siapa yang bangun?" tanya Anggun ingin tahu apakah Nisa sudah b
Rico pun mendamaikan hati dan menetralisir rasa agar kegugupan dalam dirinya segera terhempas. Dia pun melakukan peregangan, karena dia sudah lama tidak olahraga kenikmatan pada malam hari bersama istrinya."Huh," Rico mendadak merasa tidak percaya diri. Dia pun meniupkan udara dari dalam mulut dan menghirup aromanya.“Tidak bau.” Namun, dia masih tidak percaya diri. Dia pun memutuskan menggosok giginya untuk yang kedua kali agar tercium aroma mint dari mulutnya."Sudah wangi, ayo kita lakukan Anggun!" Monolognya di depan cermin dengan kepercayaan diri yang sudah kembali.Anggun pun sedang berdiri di depan jendela melihat ke arah luar. Ternyata, di luar hujan turun begitu deras. Momen yang sangat pas untuk bercinta, pikirnya sembari tersenyum sendiri.Rico pun keluar dari kamar mandi dan mendapati sang istri sedang berdiri di depan jendela sembari tercenung. Dia pun menghampiri kemudian melingkarkan tangan di perut rata istrinya.
Rico berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Alresca. "Bangunlah!" pintanya agar Alresca segera beranjak.Alresca pun beranjak dari duduknya dan berdiri di hadapan Rico. Sejujurna, dia masih bingung dengan apa yang akan dilakukan Rico kepadanya. Bukankah, kesepakatan di antara mereka sudah deal. Lalu, untuk apa Rico memintanya berdiri? Apakah pria itu akan memukul wajahnya? Tetapi kenapa?Hari ini dibenaknya begitu banyak pertanyaan yang dia tidak tahu jawabannya. Dia pun hanya bisa pasrah sekarang."Ya, aku sudah berdiri sesuai permintaanmu, Mas Rico!" sahut Alresca kepada pria yang lebih dewasa daripadanya. Dia mengerutkan keningnya ketika Rico lebih mendekat ke arahnya.Setelah tubuhnya hanya berjarak sekitar 30 sentimeter. Rico membuka tangannya kemudian memeluk Alresca sangat erat."Semoga kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Aku do'akan agar kamu selalu bahagia dengan Mahika. Percayalah, dia wanita yang
Alresca dengan sengaja menatap dalam wajah Anggun di hadapan Rico. Dia ingin memandang dengan puas wajah cantik wanita yang selama ini dia cari dan cintai. Berat memang ketika harus berhenti begitu saja. Cintanya kepada Anggun bukanlah cinta biasa. Wanita ini adalah cinta pertama dan perjuangannya hingga menemukan Anggun begitu luar biasa. Dalam hati dia masih ragu, apakah dia akan benar-benar melepaskan wanita tersebut dan menikah dengan Nisa. Atau …?Sungguh Rico ingin menusuk mata Alresca dengan garfu yang berada di piringnya. Ternyata, apa yang dikatakan oleh Andy benar adanya. Di tatapan pria tersebut terdapat cinta yang teramat besar untuk istrinya. Rico sekarang tahu dengan jelas, bagaimana perasaan Alresca kepada Anggun, karena diam-diam dia pun telah menyelidiki tentang pria tersebut.“Sayang, kebiasaan suka blepotan kalau makan,” tutur Rico memberi tahu.“Owh begitu, tolong bersihkan!&r
Nisa menengadah menatap wajah Alresca yang tertidur setelah membicarakan masalah pernikahan. Dia terus menatap wajah itu dengan lekat.“Aku baru sadar, ternyata kamu sangat tampan, Alresca,” gumamnya dalam hati.Dia pun sangat menyayangkan, di balik wajahnya yang sempurna ada penderitaan yang mendalam. Entah penyakit apa yang bersarang di tubuhnya. Entah apa yang telah membuatnya menderita seperti itu. Begitu banyak pertanyaan dalam benaknya. Pria ini begitu penuh misteri, dan dia harus membantu mencari cara agar Alresca bisa sembuh.Nisa memberanikan diri untuk menyentuh wajah pria tersebut. Dia mengulurkan tangannya dan memegang pipi Alresca yang di tumbuhi bulu-bulu halus. Pria yang akan menjadi suaminya itu, membuatnya begitu iba. Tanpa sadar, Nisa tersenyum
~3 Bulan Kemudian~Anggun sedang merasa kerepotan dengan ketiga bayi kembarnya dikarenakan ibu dan mertuanya sudah kembali ke tempat tinggal masing-masing. Dia membutuhkan seorang jasa pengasuh untuk membantunya mengurus ketiga bayi kembarnya. Dia terus berpikir keras, siapa yang kira-kira bisa mencarikan seorang pengasuh untuknya. Tentunya pengasuh yang tidak asal-asalan, karena dia takut bayinya kenapa-kenapa seperti yang terjadi diberita-berita.Tiba-tiba dia teringat dengan Mahika alias Nisa. Ya, ketika Anggun dalam keadaan koma di rumah sakit, walaupun matanya tidak terbuka tetapi pendengarannya normal dan bisa mendengar apapun yang dikatakan oleh orang-orang di sekelilingnya.Ketika Nisa datang menjenguk dan berkata sesuatu pun, dia mendengar dan perkataannya itu terekam dimemonynya. Dia pun tidak menyangka bahwa Mahika adalah Nisa—mantan istri dari suaminya. Momen ini ingin dia jadikan ajang pendekatan kepad