"Mas, cepatlah sadar! aku sedih jika melihatmu seperti ini. Aku lebih baik setiap hari bertengkar denganmu!"
Anggun berpikir keras, apa yang bisa membuat suaminya itu terbangun. Apa yang diinginkannya? tiba-tiba terbit senyuman dari bibir mungil nan tipis milik Anggun.
"Mas, jika kamu sadar malam ini juga, kita cucus. Mas, mau, 'kan, cucus denganku! Jika perlu, kita melakukannya di rumah sakit. Ini janjiku! Tetapi jika lewat dari jam dua belas malam, maaf, janjiku menjadi kadaluarsa dan hangus!" (cucus= sebutan hubungan suami istri untuk Rico dan Anggun)
***
Walaupun mata Rico terpejam, dan dia masih tidak sadarkan diri, tetapi telinganya mendengar setiap orang yang berkata kepadanya. Rico mendengar apa yang dikatakan oleh Anggun, dia ingin sadar tetapi dia tidak bisa dan bingung bagaimana caranya.
"Tuhan, tolong sadarkan aku!" pinta Rico dalam hati.
"Anggun, kasih waktunya sampai besok pagi donk! batas akhir jangan sampai pukul dua be
Anggun dan Allina pun tertidur di karpet yang digelar di atas lantai. Sebenarnya, ada sofa empuk di ruangan tersebut. Namun, tidak mungkin mereka berdua tidur di sana dan juga tidak mungkin salah seorang tidur di sofa dan satu lagi di lantai. Solidaritas mereka sangat tinggi, Allina akan senantiasa selalu membantu Anggun begitu pun sebaliknya.Mereka tidur saling berpelukan memberikan kehangatan satu sama lain. Dan tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi. Rico pun akhirnya tersadar dan dia melihat kedua wanita yang tertidur di atas lantai.Dia tersenyum kecil pada saat melihat Anggun. Dia teringat bahwa Anggun semalam sudah melakukan perbuatan yang dia inginkan. Jika saja, tidak ada Allina mungkin Anggun sudah dia santap dengan lahap sebagai menu sarapan pagi.Rico merasa ada yang mengganjal dan meronta-meronta dibagian bawah tubuhnya. Benar saja, si junior belum bisa tertidur pulas karena dia belum menerima haknya dari Anggun.Rico terus memandang
"Ini sudah pukul enam pagi. Kalian pulanglah! Istirahat yang cukup, terima kasih kalian sudah menjaga Rico semalaman.""Memang itu sudah menjadi kewajibanku menjaga suamiku dengan baik!" jawab Anggun dengan tegas."Kalian boleh pulang, nanti akan ku kabari jika Rico sudah siuman.""Baiklah! aku ada jadwal kuliah hari ini. Aku titip mas Rico.""Oke, sudah kewajibanku menjaga suamiku!" ledek Nisa untuk membalas perkataan Anggun barusan. Owh iya, jangan lupa itu barang-barangnya dibawa. Jangan sampai berantakan seperti itu!""Allina, ayo kita pergi!" ajak Anggun.Kedua sahabat karib itu pun pulang ke rumah dan untuk mempersiapkan diri pergi ke kampus.Setelah mereka keluar dari ruangan, Nisa mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang."Hallo, Anggun dan Allina sedang keluar dari rumah sakit. Kalian ikuti terus mereka. Dan apabila Rico terbangun dengan ingatan yang pulih dan berubah sikap, maka, kalian laksana perintahku untuk mem
"Anggun tidak peduli kepadamu. Dia belum menampakkan diri di rumah sakit walaupun aku sudah memberitahu tentangmu. Dia lebih memilih Romeo daripada kamu, Sayang. Sebenarnya, aku tidak mau berkata seperti ini. Namun, kamu menanyakannya. Aku tidak bisa berbohong dan menyembunyikan kelakuan Anggun yang sebenarnya."Nisa terus saja berkata bohong sembari pura-pura menangis untuk menjatuhkan Anggun di depan Rico. Namun sayang, Rico ternyata sudah tahu semunya. Dia pun akan meladeni istrinya itu untuk bermain peran. Yang terpenting untuk saat ini adalah dia bisa melindungi Anggun dengan caranya sendiri."Terima kasih, Sayang. Kamu sudah tulus mencintaiku dan bersedia merawatku tidak seperti Anggun. Aku mencintaimu, Sayang!" ujar Rico sembari menatap sedih. Dia tidak menyangka bawah Nisa benar-benar berubah tidak seperti Nisa yang dia kenal dulu."Sama-sama, Sayang! Aku adalah istrimu sudah sepantasnya akh berbakti kepadamu." Nisa menjawab dengan percaya diri. Di
Romeo ikut khawatir dengan keadaan Anggun. Dia pun mendekatkan kursinya dan memegang tangan Anggun."Anggun," panggil Romeo dengan lembut.Akhirnya, Anggun tersadar dari lamunannya dan melihat ke arah Romeo dengan mata berkaca-kaca. "Romeo," panggilnya dengan lirih dan wajah sendu."Apa yang terjadi? Kenapa kamu tampak sedih?""Mas Rico masuk rumah sakit dan belum sadarkan diri dari kemarin. Aku khawatir dia kenapa-kenapa! Dan, aku juga belum mendapatkan kabar dari Nisa tentang kabar Mas Rico.""Ya sudah, nanti aku ikut apabila menjenguk bang Rico," tutur Romeo."Baiklah, terima kasih, Romeo."***Waktu sudah menunjukkan pukul 14.00 WIB, Romeo, Vino, Vita dan Allina ikut dengan Anggun ke rumah sakit untuk menjenguk Rico. Setiba di sana Anggun sungguh bahagia karena suaminya sudah siuman dan tampak segar. Anggun tersenyum dengan mata berkaca-kaca, dia bersyukur bahwa Rico baik-baik saja. Ingin rasanya dia memeluk Rico tetapi di sini ban
Vino merasa aneh dengan perkataan Rico. Pasti ada sesuatu yang ingin dia sampaikan! "Bro, kamu mau ke belakang? ayo aku antar ke kamar mandi!"***Rico mengernyitkan dahinya, pasalnya dia tidak mengatakan bahwa ingin pergi ke kamar mandi. Dia menatap lekat sahabatnya itu dan kemudian dia mulai paham maksud dari perkataan Vino."Terima kasih, Bro! Tolong bantu aku!" pinta Rico sembari turun dari tempat tidur dan membawa cairan infusannya.Ketika mereka berada di dalam kamar mandi, Rico berbicara dengan berbisik dan cepat agar Nisa tidak curiga."Vino, untuk sementara tolong bantu aku menjaga Anggun. Jauhkan dia dari aku dan Nisa. Ternyata perkataanmu ada benarnya! Nisa tidak sebaik yang aku kira. Namun, sekarang aku belum bisa bertindak. Aku harus mengingat sebagian memoryku yang terhapus karena kecelakaan tersebut sembari mencari bukti!" papar Rico menjelaskan."Baik, Bro. Akhirnya, kamu sadar bahwa Nisa tidak sebaik yang kamu pikirkan. Aku
"Baiklah, berikan obatnya!" pinta Rico sembari melihat ekspresi dan gerak gerik Nisa.Wajah Nisa pun tiba-tiba tersenyum lebar ketika Rico bersedia meminum obat tersebut. Dan, di hadapannya Rico telah meminum obat tersebut."Sayang, hari ini aku bisa menemanimu di rumah sakit karena aku sudah boleh pulang. Aku pergi dulu sebentar karena mau menyelesaikan administrasi dan membeli makanan. Kamu tidak apa-apa aku tinggal?" tanya Nisa sembari membelai lembut rambut sang suami."Tidak apa-apa, lagi pula kepalaku juga sedikit pusing. Aku juga mau beristirahat! Kamu hati-hati dan cepat kembali!" sahut Rico sembari merebahkan diri dari posisi duduknya.Sebelum pergi Nisa pun mengecup kening dan bibir sang suami secara bergantian. "Aku hanya sebentar, ya, Sayang.""Baiklah." Rico pun memejamkan matanya hingga Nisa benar-benar pergi dari ruang inapnya. Kemudian, dia membuka kembali matanya dan mengambil obat yang diberikan Nisa kepadanya. 'Ini obat apa?' ta
"Aku tidak mau tahu, malam ini Anggun dan Vino harus lenyap dari muka bumi!" titah Nisa kepada seseorang di telepon.Setelah menginstruksikan seseorang untuk membunuh Anggun dan Rico. Nisa pun menutup teleponnya. Kemudian, dia kembali ke rumah sakit untuk menemani Rico.Di tempat tidur pasien, Rico terlihat tidur pulas. Dengan langkah perlahan tanpa bersuara, Nisa mendekat ke arah suaminya. Dia menatap lekat Rico dengan mata sayu. Tangannya mengusap dan membelai lembut rambut Rico yang hitam. Dia pun tersenyum bahagia, dan kemudian mengecup bibir Rico yang merah."Mas, ternyata kamu itu sangat tampan. Beruntung aku bisa menjadi istrimu. Aku sangat mencintaimu!" monolog Nisa dengan berbisik.'Lalu, kenapa kamu berubah? Kamu bukan Nisa yang aku kenal lagi sekarang. Apa yang menyebabkanmu menjadi wanita yang tidak punya hati?' ujar Rico dalam hati sembari berpura-pura tidur.***Sebelum masuk ke dalam mobil masing-masing, Vino membi
"Encer juga otak si Romeo. Mereka jadi tidak bisa berkutik sedikitpun di tempat ramai seperti ini!" pujian Vino untuk Romeo secara diam-diam.***Akhirnya mereka tiba di salah satu mall mewah di ibu kota. Sebelum turun dari mobil Vino meminta Romeo untuk parkir agak jauh dari mobilnya dan mobil Anggun. Romeo kali ini menurut saja kepada Vino. Vino mencari tempat parkir yang ramai dan dekat dengan pos tempat pembayaran parkir. Benar saja mobil yang sedari tadi mengikutinya, mereka parkir dekat dengan mobil Anggun dan Vino.Mereka berlima pun masuk ke dalam mall dan berbelanja bahan makanan, cemilan, dan pakaian untuk piknik besok."Aduh!" teriak Vita."Kenapa?" Anggun terlihat khawatir."Hehe, laper!" jawab Vita dengan dengan wajah polos dan tak berdosa."Baiklah, ayo kita cari makan!" ajak Vino kepada semua mahasiswanya.
Rico pun menghadap ke arah Mahika. “Silakan!”Nisa membuka kimono satin yang dikenakannya.“Kak Mahika!” teriak Anggun ketika Nisa akan membuka pakaiannya.“Maafkan aku Anggun, hanya dengan cara ini dia tahu bahwa aku adalah Nisa.”Anggun pun membalikkan badannya. Anggun harus memberikan kesempatan kepada Nisa untuk membuktikan kepada suaminya. Dia sengaja tidak melihat apa yang akan Nisa atau Rico lakukan. Jika, melihat mungkin dia akan cemburu dan terluka.Nisa mendekat ke arah Rico. Dan meloloskan gaun piyama satin sutra yang dia kenakan. “Mas, kamu tahu bagaimana membuktikan bahwa aku adalah Nisa.Rico mengernyitkan keningnya, kemudian pandangannya beralih kepada Anggun yang sedang membelakanginya dan Nisa. Dengan ragu dia mulai mengangkat tangannya. Dia pun menyentuh puncak dada Nisa dan mengarahkan bulatan itu k
Dua minggu kemudian.Persyaratan untuk pernikahan telah rampung. Tiba saatnya Alresca dan Nisa menikah.Nisa menggunakan wali hukum dikarenakan dia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi di dunia ini. Sedangkan, Rico dan ayah dari mempelai pria menjadi saksi pernikahan mereka berdua.Akad pernikahan mereka diadakan di sebuah hotel milik Rico Adelard. Keluarga besar Adelard, Whisley, dan kedua sahabat Anggun yaitu Allina dan Vita hadir dengan pasangan masing-masing.Tidak ada siapapun lagi yang hadir. Nisa hanya ingin orang-orang terdekat yang bisa menjadi saksi pernikahannya dengan Alresca. Karena dia tahu, wajah yang dia gunakan sekarang adalah milik orang lain yang pastinya kelak akan mengundang masalah baru.Ketika Alresca mengucapkan ijab qobul. Rico mengernyitkan keningnya. Pasalnya binti yang digunakan Mahika adalah ayah dari Nisa. Namun, dia pun segera mungkin menepis kecur
Di dalam kamar, Alresca, Nisa dan Dayana tidur bertiga. Mereka tidur menghadap bayi cantik nan mungil yang tidur di antara mereka. Tak sengaja, kedua orang dewasa itu saling beradu pandang dan saling melontarkan senyuman.Deg! jantung keduanya tiba-tiba berdegup dengan kencang.Alresca pun semakin menatap Nisa dengan lekat. Entah mengapa? Baginya, Nisa terlihat tampak cantik malam ini. Dia pun tiba-tiba menginginkan sesuatu dari wanita itu.Alresca bangkit dari posisi tidurnya dan menurunkan kedua kaki di atas lantai. Kemudian, dia pun beranjak dari tempat tidur dan berputar ke tempat Nisa berada.Pria itu membungkukkan tubuh dan kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah wanita yang sedang berbaring dan melihat ke arahnya."Kumohon kita jangan melakukan di sini! Di sini ada Dayana, tidak baik," ujar Nisa sembari mendorong dada Alresca yang bidang itu dengan lembut."Aku hanya ingin menciummu," jawab Alresca dan kemudian memegang ked
Keesokan harinya, Nisa sudah berada di rumah Anggun dan Rico. Dia pun berkenalan dengan ketiga bayi kembar Anggun yaitu, Dayana, Davin, dan Devan. Belum apa-apa, dia merasakan ikatan batin dengan ketiga anak tersebut. Apakah karena ketiga anak itu adalah anak Rico? Entahlah, dia pun tidak tahu. Yang jelas, dia begitu bahagia karena bisa merasakan menjadi seorang ibu. Walaupun, bisa saja dia kelak mengangkat anak adopsi bersama Alresca. Namun, sekarang dia lebih baik menikmati dan belajar dulu menjadi seorang ibu."Kak," panggil Anggun dengan lembut kepada Nisa.Nisa menoleh dan kemudian tersenyum sembari menggendong Devan yang baru terbangun sembari menangis."Siapa yang bangun?" tanya Anggun ingin tahu apakah Nisa sudah b
Rico pun mendamaikan hati dan menetralisir rasa agar kegugupan dalam dirinya segera terhempas. Dia pun melakukan peregangan, karena dia sudah lama tidak olahraga kenikmatan pada malam hari bersama istrinya."Huh," Rico mendadak merasa tidak percaya diri. Dia pun meniupkan udara dari dalam mulut dan menghirup aromanya.“Tidak bau.” Namun, dia masih tidak percaya diri. Dia pun memutuskan menggosok giginya untuk yang kedua kali agar tercium aroma mint dari mulutnya."Sudah wangi, ayo kita lakukan Anggun!" Monolognya di depan cermin dengan kepercayaan diri yang sudah kembali.Anggun pun sedang berdiri di depan jendela melihat ke arah luar. Ternyata, di luar hujan turun begitu deras. Momen yang sangat pas untuk bercinta, pikirnya sembari tersenyum sendiri.Rico pun keluar dari kamar mandi dan mendapati sang istri sedang berdiri di depan jendela sembari tercenung. Dia pun menghampiri kemudian melingkarkan tangan di perut rata istrinya.
Rico berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Alresca. "Bangunlah!" pintanya agar Alresca segera beranjak.Alresca pun beranjak dari duduknya dan berdiri di hadapan Rico. Sejujurna, dia masih bingung dengan apa yang akan dilakukan Rico kepadanya. Bukankah, kesepakatan di antara mereka sudah deal. Lalu, untuk apa Rico memintanya berdiri? Apakah pria itu akan memukul wajahnya? Tetapi kenapa?Hari ini dibenaknya begitu banyak pertanyaan yang dia tidak tahu jawabannya. Dia pun hanya bisa pasrah sekarang."Ya, aku sudah berdiri sesuai permintaanmu, Mas Rico!" sahut Alresca kepada pria yang lebih dewasa daripadanya. Dia mengerutkan keningnya ketika Rico lebih mendekat ke arahnya.Setelah tubuhnya hanya berjarak sekitar 30 sentimeter. Rico membuka tangannya kemudian memeluk Alresca sangat erat."Semoga kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Aku do'akan agar kamu selalu bahagia dengan Mahika. Percayalah, dia wanita yang
Alresca dengan sengaja menatap dalam wajah Anggun di hadapan Rico. Dia ingin memandang dengan puas wajah cantik wanita yang selama ini dia cari dan cintai. Berat memang ketika harus berhenti begitu saja. Cintanya kepada Anggun bukanlah cinta biasa. Wanita ini adalah cinta pertama dan perjuangannya hingga menemukan Anggun begitu luar biasa. Dalam hati dia masih ragu, apakah dia akan benar-benar melepaskan wanita tersebut dan menikah dengan Nisa. Atau …?Sungguh Rico ingin menusuk mata Alresca dengan garfu yang berada di piringnya. Ternyata, apa yang dikatakan oleh Andy benar adanya. Di tatapan pria tersebut terdapat cinta yang teramat besar untuk istrinya. Rico sekarang tahu dengan jelas, bagaimana perasaan Alresca kepada Anggun, karena diam-diam dia pun telah menyelidiki tentang pria tersebut.“Sayang, kebiasaan suka blepotan kalau makan,” tutur Rico memberi tahu.“Owh begitu, tolong bersihkan!&r
Nisa menengadah menatap wajah Alresca yang tertidur setelah membicarakan masalah pernikahan. Dia terus menatap wajah itu dengan lekat.“Aku baru sadar, ternyata kamu sangat tampan, Alresca,” gumamnya dalam hati.Dia pun sangat menyayangkan, di balik wajahnya yang sempurna ada penderitaan yang mendalam. Entah penyakit apa yang bersarang di tubuhnya. Entah apa yang telah membuatnya menderita seperti itu. Begitu banyak pertanyaan dalam benaknya. Pria ini begitu penuh misteri, dan dia harus membantu mencari cara agar Alresca bisa sembuh.Nisa memberanikan diri untuk menyentuh wajah pria tersebut. Dia mengulurkan tangannya dan memegang pipi Alresca yang di tumbuhi bulu-bulu halus. Pria yang akan menjadi suaminya itu, membuatnya begitu iba. Tanpa sadar, Nisa tersenyum
~3 Bulan Kemudian~Anggun sedang merasa kerepotan dengan ketiga bayi kembarnya dikarenakan ibu dan mertuanya sudah kembali ke tempat tinggal masing-masing. Dia membutuhkan seorang jasa pengasuh untuk membantunya mengurus ketiga bayi kembarnya. Dia terus berpikir keras, siapa yang kira-kira bisa mencarikan seorang pengasuh untuknya. Tentunya pengasuh yang tidak asal-asalan, karena dia takut bayinya kenapa-kenapa seperti yang terjadi diberita-berita.Tiba-tiba dia teringat dengan Mahika alias Nisa. Ya, ketika Anggun dalam keadaan koma di rumah sakit, walaupun matanya tidak terbuka tetapi pendengarannya normal dan bisa mendengar apapun yang dikatakan oleh orang-orang di sekelilingnya.Ketika Nisa datang menjenguk dan berkata sesuatu pun, dia mendengar dan perkataannya itu terekam dimemonynya. Dia pun tidak menyangka bahwa Mahika adalah Nisa—mantan istri dari suaminya. Momen ini ingin dia jadikan ajang pendekatan kepad