Di balik pintu kaca, Yatri masih menatap Difa yang terbaring dangan puluhan kabel tertancap di dadanya. Perban terlilit di kepala anak yang berusia 5 tahun itu.
Apa yang harus ia lakukan? dengan cara apa dia mendapatkan uang sebanyak itu? meminjam pun tak ada harapan, tak ada harta benda yang bisa ia jaminkan? oh, Tuhan, aku lelah ..batin Yatri mulai mengeluh.
Dari belakang ada salah satu suster yang menyeru padanya."Bu Yatri, ibu di minta ke bagian administrasi." Dengan langkah kuyuh, Yatri segera memenuhi panggilan pihak rumah sakit tersebut. Ia tahu, ini tentang pembayaran uang muka kali ini.Setelah tiba disana, pihak administrasi melempar senyum padanya. Dia dipersilahka duduk untuk mendengar total biaya dan uang muka yang harus segeran di bayar. "Semuanya 50 juta, Bu. Tapi untuk uang mukanya 10 juta terlebih dulu. Ini sudah peraturan rumah sakit, Bu. Kami berikan waktu hingga esok lusa. Jika tidak, perawatan anak ibu kami hentikan," dengan terpaksa karyawan rumah sakit itu memberitahu Yatri demikian, sejujurnya dia merasa kasihan pada Yatri, di usia yang terbilang muda, Yatri sudah menghadapi masalah berat seperti itu tanpa kehadiran sosok suami.Yatri menelan salivanya, tak ada jawaban untuk menjanjikan hal itu kali ini. Tak ada harapan pada siapa dia harus meminta bantuan. Keluarganya semua hanya nelayan yang menggantungkan hidup di laut, tak mungkin mempunyai uang sebanyak itu.Tatapan Yatri kosong, dia pamit dari wanita itu. Keluar dari ruangan administrasi membawa kertas tagihan rumah sakit yang mencetak angka fantastis.Dia keluar dari rumah sakit, niatnya menuju ke rumah Galang, kali ini dia akan merendahkan diri di hadapan keluarga angkuh itu, demi Difa, apapun Yatri akan lakukan, termasuk mengacuhkan harga dirinya.****************
Rexa di kantor uring-uringan, pikirannya tak bisa lagi fokus pada pekerjaan. Ucapan Kakeknya benar-bebar membebaninya. Dalam sebulan dimana dia bisa menemukan wanita yang ingin dinikahinya secara kontrak. Sementara Gerald pun juga kewalahan mencari sasaran empuk untuk dijadikan istri kontrak bosnya."Gerald, kamu ke ruanganku sekarang," titah Rexs lewat telpon.Hanya semenit berlalu, Gerald sudah memasuki ruangan kebesaran Rexa. Sorotan tajam ia layangkan pada asistent pribadinya itu. Gerald tersenyum masam, kali ini ai tahu, Rexa akan marah lagi padanya."Apa kamu sudah dapat?" tanya Rexa."Belum, Bos," sahut Gerald."Astaga, itu usahamu, bagaimana kau ini, hanya setahun aku harus punya anak," protes Rexa kalap.Gerald garuk-garuk kuping."Hm, Bos, bagaimana kalau kita bayar wanita malam saja? pasti diantara mereka ada yang subur," usul Gerald.Brakk!Rexa memukul meja dengan keras, sangat tidak menyetujui usulan Gerald.
"Masa anakku harus lahir dari perempuan model begitu? setidaknya wanita itu baik-baik. Jangan yang sudah di campuri oleh macam- macam pria," jelas Rexa.Gerald gamang. Di pikirannya, mana ada perempuan baik-baik ingin menerima tawaran nikah kontrak, apalagi hanya untuk di pinjam rahimnya. Ah, mustahil, bila memang ada, itu sangat sulit, dan butuh waktu yang lama mencarinya."Lalu bagaimana, Bos?" tanya Gerald pun bingung."Loh, kok tanya ke saya? itu tugas kamu," timpal Rexa."Baik, Bos. Saya akan keluar lagi mencarinya." Gerald pamit. Dia akan kembali melanglang buana di belahan kota itu, mencari istri sementara untuk Rexa.
Ponselnya berdering, adiknya menelpon."Iya, hallo, kenapa?"
"Kolestrol ibu kumat lagi, Kak," jawab suara dibakik ponsel Gerald. Itu adiknya yang sedang berada di rumah sakit memani Ibunya.Pria berwajah oriental itu bergegas ke rumah sakit.Setiba di rumah sakit, dia berpapasan dengan seorang wanita muda, dia Yatri yang sedang menghapus lelehan air matanya. Langkah kakikana gontai memasuki rumah sakit itu pula.Gerald melihatnya sedikit iba. Tapi segera dia membuyatkan hal yang tidak penting baginya itu. Dia bergegas naik ke lantai atas dimana ibunya di rawat.Yatri duduk di kursi pojok. Dia baru saja pulang dari rumah mantan mertuanya, yang di dapatkan bukan bantuan justru cacian pedas dari ibu mantan mertuanya lagi. 'Makanya, jangan sok mau cerai kalau hanya modal dengkul dan nangis saja.'Kata Ibu Galang padanya.Sementara Galang tak ada di rumah, kata asistent rumah tangganya, mantan suaminya sedang keluar Kota berbulan madu bersama Shinta."Oh, dengan cara apa lagi .." Yatri menenggelamkan wajahnya di sela jemarinya. Tak ada harapan lagi.
Dia menuju ke administrasi lagi, dia ingin meminta waktu longgar hingga satu minggu kedepan agar bisa mendapat pinjaman."Saya akan berusaha, Bu," pinta Yatri memohon."Maaf, Bu. Ini sudah peraturan, saya paham posisi ibu Yatri, tapi saya hanya mengikuti aturan kerja, " jelas pihak administrasi itu yang juga kasihan pada Yatri.Disamping Yatri, ada Gerald yang juga sedang membayar biaya rumah sakit ibunya. Dia tidak sengaja mendegar percakapan Yatri dengan pihak administrasi. Buat otak pria jenius itu mulai jalan, dia ingin mengambil kesempatan di balik kesulitan wanita di sampingnya itu.Bak pahlawan, Gerald mengeluarkan kartu ATM yang diberikan Rexa, dia menyodorkan pada karyawan rumah sakit itu."Ini, saya akan bayarkan," ujar Gerald.Melihat itu, Yatri meras tidak enak hati. Dia mengembalikan ATM itu pada Gerald."Tidak usah, Pak." Gerald yang sudah kukuh ingin menjebak wanita itu, dia tetap memaksa. Gerald kembali memberikan ATM Rexa untuk menebus uang muka operasi Difa."Kita nanti akan berurusan, biarkan saya dulu yang membayarnya," sergah Gerald dengan nada memaksa.Tak punya pilihan lain, Yatri menurut saja. Mungkin pria di hadapannya adalah orang yang di kirim Tuhan untuk menolongnya. Setekah selesai, Gerald dan Yatri keluar ruangan itu."Terima kasih, Pak. Sudah membantu saya." Gerald tersenyum miring, dia tahu, wanita di hadapannya sangat polos. Mana mungkin, ada orang yang ikhlas membantu puluhan juta dengan cuma-cuma tanpa pamrih? ah, jika ada tentu bukan dia. Gerald saja, hanya mendapat gaji dari Rexa."Saya sudah membantu kamu, jadi, sekarang kamu garus membantu Bos saya. Oh, iya, siapa nama kamu?" tanya Gerald."Nama saya, Yatri.""Hm, iya,Yatri, saya panggil Yatri saja, usia kita tidak beda jauh. Kamu harus menebus utang kamu dengan membantu Bos Saya," kata Gerald tanpa basa-basi."Apa yang harus saya bantukan?" tanya Yatri penasaran.
Denga cara berbisik, Gerald menjelaskan kewajiban Yatri untuk menebus utangnya. Yatri tercengang, merasa terhina, benar, dia sudah di jebak oleh pria itu.
"Harus cara itu, Pak? saya seorang janda dua anak, tolong jangan siksa saya bila harus menikah kontrak. ""Cuma setahun saja, lagi pula jika kamu menikahi bos ku, kamu akan mendapat uang lebih. Hutangmu lunas, kamu dapat gaji pula." Geral membujuk.
"Ah, jangan berpikir lagi, kamu sidah berhutang pada kami. Ingat, persiapkan diri kamu. Besok kamu akan ku bawa pada bos ku," tukas Gerald dengan nada ancaman.Siap tidak siap, mau tidak mau, tetap harus ia jalani. Yatri sudah terikat utang puluhan juta pada bos Gerald. Tekadnya harus bulat. Meski hati meronta, batin tersiksa, jiwa merana, akan tetapi ini suatu kewajiban pelunasan utang, menjadi istri lalu mengandung anak setelah itu cerai. Pagi itu, Yatri akan bersiap-siap bertemu Rexa, ada pakaian dan berbagai jenis alat rias untuk Yatri pakai. Kata Gerald, dia harus tampil menawan dan cantik, di mata Pak Rexa. Wajahnya memang Ayu, sesuai standar kecantikan Indonesia, kulitnya kuning langsat, bentuk tubuhnya termasuk ideal 55 kg dengan tinggi 158 cm. Yatrimerasa agak gemuk, karena saat menikah dengan Galang dia tak henti mengonsumsi pi KB. Yatri menunggu sopir yang akan menjemputnya di rumah sakit. Dia akan menitipkan Difa dan Kesang pada Uwanya. Sementara di kantor Global Indo, ada Rexa yang melihat biodata diri Ya
Yatri sudah di bawa oleh Risa. Mereka berdua menuju salon termahal di kota itu. Risa yang mengetahui bahwa wanita yang ia temani adalah calon istri direkturnya merasa iri.'Dia udik, gak terlalu cantik. Tapi kenapa bisa dipilih Pak Rexa? Yatri sungguh beruntung, mendapatkan Pak Rexa,' batin Risa.Di salon, Yatri menjalani beberapa treatment, bahkan Rexa meminta Risa untuk membawa Yatri ke klinik untuk perawatan Miss V. Rexa sangat ingin menikmati masa nikah kontraknya dengan janda beranak itu.Yatri hanya menuruti semuanya, hal yang tak pernah ia lakukan di suguhkan oleh pria yang akan menikahinya itu. Meskipun, ini akan berat sebab hari-harinya, dia akan berpisah dengan Difa dan Kesang.************Malam telah larut, Yatri sudah pulang ke rumah sakit kembali. Setelah melakukan berbagai perawatan, tubuhnya justru merasa lelah. Di putarnya knop pintu, di dalam ruangan perawatan, ada Difa dan Uwanya.Sementara Ke
Pukul tujuh malam, Rexa sudah pulang ke rumah. Baru kali ini dia pulang secepat itu. Biasanya dia malah kelayapan minum bersama koleganya. Tapi karena kontrak hanya setahun, dia harus memanfaatkan waktu pada Yatri, dia harus segera menghamili Yatri agar janda beranka dua itu segera mengandung anaknya.Rexa melihat Bu Yun sedang menyiapkan makan malam."Dia dimana Bu Yun?" tanya Rexa."Nona Yatri ada di kamarnya, Tuan," sahut Bu Yun."Panggil dia makan," titah Rexa.Bu Yun segera ke atas menuju kamar Yatri. Rexa melonggarkan dasinya, melepas dua kancing kemejanya. Dia duduk menanti Isteri kontraknya itu tiba.Tidak lama berselang, ada Yatri sudah turun bersama Bu Yun, dia memakai gaun casual yang sudah disediakan Gerald dan Risa sesuai kemauan Rexa.Rexa tak menoleh padanya. Pria itu sudah bosan melihat wanita berpakaian seksi. Jadi penampilan Yatri hanya hiburannya saja melepas penat dari kantor.
Suara Rexa mendengus, sementara Yatri mendesah. Tempo mainnya makin cepat. Hentakkan tubuh mereka yang bertabrakan menimbulkan bunyi yang mungkin saja terdengar oleh Bu Yat.Rexa mengganti posisi lagi. Dia menyeka rambut Yatri yang mulai basah oleh keringat. Posisi Yatri membelakanginya. Yatri bertumpu di kedua paha Rexa. Kedua tangan Yatri ia tarik ke ke belakang. Dari arah belakang, Rexa menghujam lagi tubuh Yatri.Desahan makin binal keluar dari mulut Yatri. Kenikmatan ini baru pertama kali ia rasakan. Bila di bandingkan dengan Galang, mantan suaminya itu hanyalah pemain pemula di banding Rexa yang menduduki rangking teratas sebagai pria terkuat.Rexa juga menikmatinya. Yatri memang janda, tapi barang yang di milikinya lebih berkualitas di banding gadis. Tetapi kenapa Galang masih saja selingkuh dari dia? pria tidak bersyukur, hardik Rexa.Posisi ketiga, Rexa menyuruh Yatri memegang kendali. Dengan caranya, Yatri memainkan
Pagi-pagi, Yatri terbangun, dia mengerjap. Pandangan buramnya di suguhkan dengah sosok Rexa di sampingnya. Sontak Yatri terperanjat, merasa lancang sudah tidur seenaknya dengan petinggi Global Indo itu. Ah, bagaimana kalau Pak Rexa tahu .batinnya.Yatri merasa dirinyalah yang tidur di samping Rexa tanpa sengaja. Untung saja, dia bangun lebih awal, jika tidak, tentu dia akan terkena pasal baru lagi.Yatri beranjak ke kamar mandi, di akan membantu Bu Yunli (Bu Yat) menyiapkan sarapan, meski status dirinya isteri kontrak di mata Pak Rexa, dia harus menjadikan dirinya sebagai isteri yang melayani suami, bagaimana pun dia sudah menjadi isteri sah secara islam, sangat berdosa bila tak melakukan kewajibannya sebagai isteri.Saat asyik mengumpalkan busa sabun di tubuhnya, tiba-tiba pintu kamar mandi itu terbuka, ternyata pintu itu lupa di kunci olehnya. Ada Rexa yang sudah berdiri di depan pintu memandang nakal tubuh Yatri yang polos hanya di lapisi bu
Rexa selesai sarapan, dia meraih jasnya si sofa. Di luar sudah ada Gerald yang menunggu. Yatri yang merasa sudah jadi istri ingin memberikan perlakuan hormat pada suami kontraknya itu."Pak Rexa," ujar Yatri yang menghentikan langkah Rexa."Apa?" tanya Rexa dengan raut wajah sedingin es.Yatri meraih tangan kanan Rexa untuk ia cium. Suatu bukti kepatuhannya pada suami. Seketika mimik dingin Rexa terenyuh. Baru kali ini dia di hormati dengan cara yang agung. Selama ini orang-orang yang menghormatinya hanya karena dia memiliki uang dan kekuasaan, tetapi cara Yatri memberikan kemuliaan yang berbeda. Sungguh, perempuan yang memiliki adab yang baik di rumah tangga."Maaf, Pak. Meski kita nikah kontrak, tapi saya harus menjadi istri yang baik selama satu tahun ini," ucap Yatri pelan. Rasanya campur aduk, takut dan gusar melihat tatapan nanar Rexa penuh misteri.Tanpa bergeming, Rexa melanjutkan langkahnya. Bibirnya ia lipat erat, tak in
Yatri sudah keluar dari klinik bersama Risa. Luka di punggungnya mulai memudar, Risa memaksa dirinya bersikap ramah mendampingi istri petinggi Global Indo."Terima kasih sudah menemaniku, kau boleh kembali ke kantor, aku akan ke rumah sakit dulu, ini sudah atas izin Pak Rexa," ujar Yatri. Dia tahu, di hati Risa tak ada keikhlasan membantunya. Percuma saja perempuan bertubuh seksi itu menemaninya, malah membuat Yatri tidak nyaman."Baiklah, aku akan kembali naik taksi, tapi bisakah perdebatan kita jangan kau beritahu Pak Rexa, aku bukan memohon, hanya saja kita lebih dewasa untuk menanggapi," kelik Risa, dia takut bila perdebatan mereka Yatri adukan ke Rexa.Yatri berlalu tak merespon Risa, masuj ke dalam mobil tanpa mengucap satu katah pun, Tetapi dia akan menutup mulut atas kelancangan Risa padanya, Yatri pikir ini hal yang sepele, tidak seharusnya dia mengadukan itu pada Rexa, lagi pula dia hanya seorang istri kontrak, tak memiliki wewe
Yatri keluar dari mobil, sambil menundukkan kepala, dia melangkah perlahan masuk ke dalam rumah. Di ruang tamu ada Rexa dan Gerald menunggunya. Tatapan mata abu Rexa tajam bak sebilah pisau yang sudah terlihat nyali Yatri sebagai tangguh. Dia menuju ke arah Rexa, Yatri memilih duduk di lantai seraya memilin-milin ibu jarinya. "Kamu tahu kesalahan kamu?" tanya Gerald pelan. Yatri mengangguk, dia tidak berani mengangkat wajahnya pada Rexa.
Dua hari kemudian, Rexa dan Yatri kembali ke rumah sakit tahanan. Meski saat itu Yatri sedang mengalami fase mual, namun tak mengurungkan niatnya ingin menjaga Bu Anne."Sayang, seharusnya kamu itu di rumah, istirahat, kasihan bayi kita," ujar Rexa."Tidak, aku akan menemanimu kamu, oh ya, para keluarga korban tigak diantara mereka menyetujui itu, hanya dua lagi harus kita bujuk," papar Yatri.Rexa tak menyangka istrinya bisa sekuat itu melakukannya, dia terharu lalu memeluk Yatri."Maafkan keegoisan kami," ucapnya."Yang, seharusnya ini yang kita lakukan semenjak bulan yang lalu," sahut Yatri. Meski ia tahu tindakan itu malah akan beresiko.Bu Anne siuman, Rexa masih tetap menjaganya dari luar. Suster segera menghampiri Rexa untuk memberitahu keadaan maminya."Bu Anne sudah siuman, Pak. Sepertinya dia ingin bicara dengan anda," kata suster itu.Rexa masuk seorang diri di ruang ICU, dia menda
Malam telah tiba, Rexa meringkuk di balik selimut dengan Yatri. Ada banyak obrolan yang mereka perbincangkan termasuk kondisi Bu Anne."Kabar Ibu bagaimana?" tanya Yatri. Dia tahu Rexa tak membahas kasus Bu Anne karena menjaga perasaannya."Dia baik-baik saja," sahut Rexa. Dia berusaha agar Yatri tak dapat menebak kondisi kekhawatirannya.Namun bukanlah seorang istri namanya bila tak memiliki kontak batin, Yatri sangat tahu bahwa suaminya sedang berbohong. Semenjak penangkapan Bu Anne, sebagai menantu dia pun merasa kasihan pada mertuanya, tetapi jika dia mengeluarkan Bu Anne dari penjara, apakah dia dan keluarganya akan tetap baik-baik saja? ia pikir, belum tentu.Yatri pun juga tak tega melihat suaminya seringkali menyembunyikan kesedihan. Meski berat, namun kebahagiaan pasangan ingin ia utamakan."Sayang, kita bantu mami ya, supaya hukumannya lebih ringan, maksudku kita buat keluarga almarhum karyawan ku
Hari itu Rexa menghadiri sidang maminya, saat itu Yatri tak ia perbolehkan ikut, karena ia tahu maminya akan memberontak bila melihat Yatri bersamanya.Di persidangan, jaksa membacakan tuntutan yang cukup menggemaskan untuk Bu Anne, mendengar itu Rexa bergetar, meski ia sudah menyiapkan tim pengacara hebat buat maminya akan tetapi hukum akan tetap berada di jalan keadilan.Bu Anne berdiri dari kursi terdakwanya, dia menentang semua yang dibacakan oleh jaksa."Itu semua bohong, saya hanya di jebak oleh Asdar, dia otak dalam ledakan itu."Rexa sangat malu dengan tingkah maminya, para pengacara Rexa saat itu mencoba menenangkan Bu Anne.Setelah semua lebih tenang, hakim memutuskan untuk menunda lagi persidangan hingga minggu depan. Rexa menghampiri maminya, tetapi Bu Anne malah membuang wajah."Mami jangan lain kali begitu, itu hanya akan memberatkan Mami," ujar Rexa. Tapi Bu Anne yang masih marah p
Bu Wanda dan Ray kembali ke rumahnya, Ray yang masih khawatir karena rencana pernikahan itu belum diketahui oleh Randy."Kok kamu dari tadi diam?" tanya Bu Wanda.Ray menghela nafas berat, "Bu, kita sudah melangkah sejauh ini tapi kak Randy belum Ibu beritahu, emang Ibu yakin kakak bakalan tidak menolak?"Bu Wanda hanya tertawa lalu berlalu ke kamar Randy. Baginya hari itu waktu yang tepat untuk mengatakan pada anak sulungnya itu. Saat itu Randy baru saja dari restauran miliknya, kedua perawat laki-laki bersama Randy sibuk memeriksa denyut nadinya."Ibu mau bicara sesuatu," kata Bu Wanda.Kedua perawat itu keluar dari kamar Randy, Bu Wanda mengambil ponselnya lalu memperlihatkan ke arah Randy."Bagi kamu dia cantik tidak?" tanya Bu Wanda memperlihatkan gambar Hani yang tadi siang."Itu 'kan Hani, Bu. Iya, dia cantik," sahut Randy bersikap biasa-biasa saja."Dia calon istri kamu, dan min
Yatri belum bangun, tapi Rexa telah bersiap-siap untuk keluar rumah secepatnya. Dia tak ingin pertanyaan semalam membuat beban pikiran pada istrinya. Rexa akan berusaha menjaga agar istrinya tidak terlibat lagi sama urusan Bu Anne. Dia menganggap, maminya yang salah sepenuhnya pada orang-orang disekitar Yatri.Setiba di kantor polisi, Rexa menuggu Bu Anne di ruang kunjungan. Bu Anne di gotong oleh dua aparat kepolisian."Mami," gumam Rexa. Dia menahan air matanya agar tak menangis didepan maminya.Bu Anne memandang anaknya penuh amarah. Dia membenci Rexa karena membiarkannya mendekap didalam penjara."Mami sudah makan? Rexa bawakan makanan untuk Mami," ujar Rexa mencairkan suasana tegang diantara mereka.Bu Anne malah mendorong makanan itu hingga jatuh ke lantai."Saya tidak butuh makanan dari anak durhaka sepertimu!"Rexa mengusap wajah dengan kasar, memang hati perempuan yang melah
Bu Wanda datang menemui Ray di kantornya, dia menceritakan keinginannya menjodohkan Randy dengan Hani. Mendengar hal itu, Ray terkejut, bukan tidak setuju, tetapi takut bila Hani tidak mencintai kakaknya dengan setulus hati."Yang benar saja, Bu. Jangan bikin perkara baru deh, apalagi Hani itu adik angkat Kak Rexa," ujar Ray."Ibu juga sudah memikirkan itu, tapi apa salahnya, toh Hani juga suka sama kakak kamu, lagipula kita 'kan ingin mempererat tali kekeluargaan."Ray terdiam, menolak pin dia tak memiliki sepenuhnya hak. Menikahkan kakaknya dengan Hani cara yang ia anggap rumit. Bagaimana bisa perempuan cantik seperti Hani mau menikahi pria yang sedang berjuang melawan penyakitnya."Terserah Ibu lah, tapi jangan sampai ide Ibu hanya buat kak Randy jadi tambah sakit," kata Ray. Dia tak ingin kakaknya merasakan patah hati untuk kesekian kalinya lagi."Kalau begitu antar Ibu ke rumah Rexa, kita akan bi
Yatri sudah membereskan semua kamar tidur anaknya, Difa dan Kesang sudah mulai menyambut malam dengan berleha-leha di atas kasur empuknya, sementara Trixa di jaga beberapa baby sitter yang di khususkan oleh Rexa.Dia menuju ke kamarnya, mengganti pakaian yang begitu banyak disediakan oleh para pelayan yang Rexa siapkan untuk istrinya itu."Kalian boleh keluar, aku mau istirahat dulu," pinta Yatri pada keempat pelayan itu.Pelayan itu keluar dengan kepala menunduk, mendapat penghormatan seperti itu, Yatri malah jadi risih. Dia tak habis pikir dengan cara Rexa memanjakannya, bagi Yatri ini sangat berlebihan. Ia sadar diri, dirinya bukan seorang putri raja yang setiap saat di awasi oleh para dayang istana. Tanpa terasa matanya ngantuk hingga buaian bantal membuat ia terlelap.Sejam ia tertidur, Yatri birahinya memuncak, tubuhnya tiba-tiba hangat dan bergairah, selangkangannya terkoyak oleh usapan lembut. Matanya begitu berat untuk ter
Rexa mengusap air matanya, dia tak menyangka jika Ray mampu bertindak demikian. Rexa bahkan berulangkali membaca email Ray, tetap saja keluhan air matanya menetes sedikit demi sedikit."Ada apa, Kak?" tanya Yatri mengangetkan dari belakang."Hm, ini email dari Ray," sahutnya seraya menghapus lelehan air matanya."Kenapa? dia berulah lagi?""Tidak sayang, justru sebaliknya, ini kamu baca," kata Rexa memperlihatkan isi email Ray pada Yatri.Membaca itu, Yatri menghela nafas berat. Dia menggenggam erat tangan Rexa. Yatri memberi isyarat kasih pada suaminya itu."Iya, aku paham maksud kamu. Aku akan bertemu mereka," ujar Rexa menyetujui semua yang diinginkan Yatri.Rexa segera ke rumah ditemani para bodyguardnya. Meskipun saya itu pikirannya berkecamuk karena kasus yang menimpa maminya, namun Rexa berbesar hati sebab kebaikan mulai menyeringai pihak Bu Wanda.Setiba di rumah sakit, Re
Dua Minggu kemudian, rumah lama Rexa digerebek oleh polisi. Rupanya polisi sudah menemukan bukti tentang peledakan toko Yatri. Para anak buah Asdar pun telah ditangkap, namun Asdar berhasil melarikan diri pada saat itu. "Bu Anne Strovert, anda ditangkap sebagai tersangka utama dari peledakan toko Ini Yatri," kata letnan saat itu. Bu Anne berusaha berlari ke atas kamarnya, namun suara tembakan dilayangkan ke udara. Bu Anne menunduk menangis. Kedua polisi memborgolnya. "Kalian salah tangkap, yang menyuruh mereka itu Wanda, bukan saya," ucapnya membela diri. "Jelaskan saja di kantor polisi," kata polisi mengajak Bu Anne masuk kedalam mobil patroli. Bu Anne meronta ingin dilepaskan, didalam mobil dia tak henti mengumpat membanggakan kekayaannya. "Kalian tidak tahu, jika Rexa keluar nanti, dia akan menyewakan pengacara hebat untukku," kata Bu Anne. Polisi itu hanya tertawa mendengarnya. Bu Anne tak meliha