Yatri sudah di bawa oleh Risa. Mereka berdua menuju salon termahal di kota itu. Risa yang mengetahui bahwa wanita yang ia temani adalah calon istri direkturnya merasa iri.
'Dia udik, gak terlalu cantik. Tapi kenapa bisa dipilih Pak Rexa? Yatri sungguh beruntung, mendapatkan Pak Rexa,' batin Risa.
Di salon, Yatri menjalani beberapa treatment, bahkan Rexa meminta Risa untuk membawa Yatri ke klinik untuk perawatan Miss V. Rexa sangat ingin menikmati masa nikah kontraknya dengan janda beranak itu.Yatri hanya menuruti semuanya, hal yang tak pernah ia lakukan di suguhkan oleh pria yang akan menikahinya itu. Meskipun, ini akan berat sebab hari-harinya, dia akan berpisah dengan Difa dan Kesang.
************Malam telah larut, Yatri sudah pulang ke rumah sakit kembali. Setelah melakukan berbagai perawatan, tubuhnya justru merasa lelah. Di putarnya knop pintu, di dalam ruangan perawatan, ada Difa dan Uwanya.Sementara Kesang, ia titipkan di rumah adiknya. Syukur adik dan iparnya, belum memiliki anak, sehingga Kesang jadi penghibur bagi mereka.
"Uwa," sapanya pada Uwanya.Yatri membawa berbagai makanan mahal, Gerald sudah memberikan uang tunjangan 30 juta padanya.
"Kamu dapat uang dari mana?" tanya Uwa Nami.
Yatri harus membicarakan pernikahannya pada Uwanya. Meski ada sedikit akan ada kebohongan kecil ia sisipkan di dalamnya.
Dia ikut duduk disamping Uwa Nami."Yatri besok akan menikah, pria yang akan menikahi Yatri sangat baik. Dia membantu Yatri membayar biaya rumah sakit Difa, juga akan menanggung biaya hidup kita," ujarnya.
"Secepat itu, Nak? apa kamu tidak takut gagal lagi? berarti dia orang kaya lagi? Uwa takut kalau dia bersikap sama seperti Galang," kata Uwa Nami yang khawatir.
Yatri membenarkan itu dalam hati, pada kenyataanya memang benar, dia akan gagal lagi setahun kemudian, karna pernikahan keduanya hanya sementara."Yatri jalani saja, Wa. Setidaknya Difa tertolong dan kita bisa hidup untuk sementara," sahutnya.Dia mengeluarkan uang 10 juta dari tasnya, lalu memberikan pada Uwa Nami."Ini, untuk pegangan Uwa selama disini, besok saya tidak bisa kemari lagi. Esok lusa pun juga tidak bisa. Tapi saya akan mengawasi Difa lewat telpon. Yatri juga usahakan minggu depan menjenguk Difa dan Kesang."
Ini sungguh berat bagi Yatri, untuk pertama kalinya dia akan berpisah dari anak-anaknya. Meski hanya di kota yang sama, namun tetap saja berat baginya. Hari-harinya selalu dihiasi tawa canda kedua anaknya, tapi karna tuntutan Rexa, dia harus berpisah.Rival, adik Yatri dan istrinya sudah datang membawa Kesang, sebelumnya Yatri sudah mengirim pesan agar Kesang di bawa ke rumah sakit untuk bertemu dengannya.Ait matanya tak mampu ia bendung lagi, Yatri memeluk Kesang dengan erat. Mulai besok, pelukan itu sudah jarang dia berikan pada anaknya. Oh, takdir ini begitu berat, perceraian bukan hanya melukai hatinya, juga melukai batin kedua anaknya.Yatri berusaha memberikan pengertian pada Rival bahwa calon suaminya adalah pengusaha besar, sebagai adik kandung, Rival harus jadi walinya menggantikan Ayahnya yang jauh di pulau seberang.
"Kamu bukan di jadikan simpanan, Kan?" tanya Rival.
"Bukan, saya istri pertamanya. Hanya saja dia tipe pria yang sangat misterius. Sudahlah, kamu ambil uang ini, awasi pobakanmu."
"Ini banyak," ucap Rival."Setiap bulan, kakak akan mengirimkan uang pada kalian, kalian jangan kontrak lagi. Lebih baik tinggallah bersama Uwa, aku sangat berharap pada kalian untuk menjaga Difa dan Kesang."Yayri menghabiskan malam menikamti kebersamaan pada kedua anaknya malam ini. Matanya sulit terpejam melihat kedua buah hatinya terlelap tidur. Wajah itu takkan ia lihat tidur seperti selama satu tahun, hati Yatri merintih sakit. Haruskah begini cara hidup ia lakoni agar mampu menghidupi kedua anaknya, Galang sebagai Ayah sudah lepas tanggung jawab, tak peduli lagi dengan buah hatinya.************Siang hari, akad nikah mereka berlansung khidmat di Hotel mewah, hanya di hadiri Gerald dan saksi bayaran, ada Rival dan istrinya sebagai pihak Yatri juga penghulu juga kepala KUA.
Rival melepas kakaknya yang akan memasuki mobil ferrari mewah milik Rexa."Jaga ponakanmu, ya .." bisik Yatri pada adik iparnya sebelum masuk ke mobil.
Rexa yang sedari tadi menunggu di mobil, pura-pura tidak melihat adegan sedih pelepasan itu. Ini hanya sementara, mengapa harus sesedih itu? pikir Rexa.Mereka akan menuju ke Rumah Rexa. Dia tak ingin melakukan malam pertama itu di hotel. Cukup hal itu ia lakukan pada wanita 'one stand night' saja. Bila dengan Yatri wanita 'one stand years', dia harus melakukannya rumah pribadinya.
"Yatri, adik kamu tahu, kalau kamu nikah kontrak?" tanya Gerald berada di jok depan.
"Tidak. Jika dia tahu, tentu tidak mengizinkan. Kami memang miskin, tapi juak diri sangat pantang. Tapi ini demi anakku," sahut Yatri dengan nada ketegasannya.Rexa mendengar itu tak mempedulikan, 'Itu prinsipmu, mau bagaimana pun kau sudah di bawah kendaliku selama setahun.' kecamnya dalam hati.Yatri di bawa ke rumah terlebih dulu, dia dikenalkan pada Bu Yun dan Pak Salam, asistent rumah tangga Rexa. Yatribdu tunjukkan oelh Bu Yun kamarnya. Dia dan Rexa tetap tidur terpisah, bila Rexa ingin tubuhnya, barulah dia panggik ke kamar Rexa. Sementara Rexa dan Gerald kembali ke kantor, ada meeting mendadak siang ini. Sembari menunggu kepulangan Rexa yang bisa saja hjngga waktu malam, Yatri ingin beristirahat, semalam di rumah sakit dia tidak bisa tidur. Tempat tidur itu snagat empuk, nyaman, kamar khusus dirinya sangat mewah, bukankah setiap sudut di rumah Rexa semua mewah, rumah berlantai tiga itu sangat sepi, hanya di huni oleh Rexa dan asistent rumah tangga suami istri tersebut.Di rumah ini dia akan menjalani hari-harinya sebagai istri kontrak, beradaptasi dengan lingkungan yang polanya snagat jauh dari hidup sebelumnya. Tinggal bersama Rexa, pria yang dingin, yang mungkin saja tidak beda jauh dengan sikap Galang, kasar. Tapi, ini hanya setahun saja. Jika dia mampu bertahan lima tahun dengan Galang yang saiko, mengapa dia tak mampu dengan Rexa yang hanya butuh waktu setahun.Bu Yun mengetuk pintu kamarnya. Wanita paruh baya itu membawakan sajian khusus menyambut istri Tuannya. Sebagai asistent rumah tangga, Bu Yun pun juga tak tahu bahwa Tuan Rexa hanya menikah kontrak. Rahasia ini benar-benar tertutup rapat bagi orang terdekat Rexa."Non, ini minuman dan kuenya." Ujar Bu Yun yang meletakkan nampan itu di meja.Yatri merasa tidak enak, dia hanya orang biasa tapi di layani bak ratu saja. Dia merasa statusnya sama dengan Bu Yun, tak ada yang beda.
"Terima kasih banyak, Bu, " ucap Yatri menunduk sopan."Kalau ada perlu, panggil saya, Non. Saya siap 24 jam untuk, Non."" Tidak usah,Bu Yun. Saya bisa mengurus diri saya sendiri. Terima kasih."Yatri berlalu ke kamar mandi, di dalam sudah terisi berbagai alat mandi yang mewah dan menunjang agar tubuhnya wangi, Yatri yang awam akan hal itu kebingungan memakainya, sebab produk yang di sediakan Gerald semua berbahasa Inggris.
"Ini artinya apa? gunanya untuk apa?" gumam Yatri memilah-milah barang-barang itu.Pukul tujuh malam, Rexa sudah pulang ke rumah. Baru kali ini dia pulang secepat itu. Biasanya dia malah kelayapan minum bersama koleganya. Tapi karena kontrak hanya setahun, dia harus memanfaatkan waktu pada Yatri, dia harus segera menghamili Yatri agar janda beranka dua itu segera mengandung anaknya.Rexa melihat Bu Yun sedang menyiapkan makan malam."Dia dimana Bu Yun?" tanya Rexa."Nona Yatri ada di kamarnya, Tuan," sahut Bu Yun."Panggil dia makan," titah Rexa.Bu Yun segera ke atas menuju kamar Yatri. Rexa melonggarkan dasinya, melepas dua kancing kemejanya. Dia duduk menanti Isteri kontraknya itu tiba.Tidak lama berselang, ada Yatri sudah turun bersama Bu Yun, dia memakai gaun casual yang sudah disediakan Gerald dan Risa sesuai kemauan Rexa.Rexa tak menoleh padanya. Pria itu sudah bosan melihat wanita berpakaian seksi. Jadi penampilan Yatri hanya hiburannya saja melepas penat dari kantor.
Suara Rexa mendengus, sementara Yatri mendesah. Tempo mainnya makin cepat. Hentakkan tubuh mereka yang bertabrakan menimbulkan bunyi yang mungkin saja terdengar oleh Bu Yat.Rexa mengganti posisi lagi. Dia menyeka rambut Yatri yang mulai basah oleh keringat. Posisi Yatri membelakanginya. Yatri bertumpu di kedua paha Rexa. Kedua tangan Yatri ia tarik ke ke belakang. Dari arah belakang, Rexa menghujam lagi tubuh Yatri.Desahan makin binal keluar dari mulut Yatri. Kenikmatan ini baru pertama kali ia rasakan. Bila di bandingkan dengan Galang, mantan suaminya itu hanyalah pemain pemula di banding Rexa yang menduduki rangking teratas sebagai pria terkuat.Rexa juga menikmatinya. Yatri memang janda, tapi barang yang di milikinya lebih berkualitas di banding gadis. Tetapi kenapa Galang masih saja selingkuh dari dia? pria tidak bersyukur, hardik Rexa.Posisi ketiga, Rexa menyuruh Yatri memegang kendali. Dengan caranya, Yatri memainkan
Pagi-pagi, Yatri terbangun, dia mengerjap. Pandangan buramnya di suguhkan dengah sosok Rexa di sampingnya. Sontak Yatri terperanjat, merasa lancang sudah tidur seenaknya dengan petinggi Global Indo itu. Ah, bagaimana kalau Pak Rexa tahu .batinnya.Yatri merasa dirinyalah yang tidur di samping Rexa tanpa sengaja. Untung saja, dia bangun lebih awal, jika tidak, tentu dia akan terkena pasal baru lagi.Yatri beranjak ke kamar mandi, di akan membantu Bu Yunli (Bu Yat) menyiapkan sarapan, meski status dirinya isteri kontrak di mata Pak Rexa, dia harus menjadikan dirinya sebagai isteri yang melayani suami, bagaimana pun dia sudah menjadi isteri sah secara islam, sangat berdosa bila tak melakukan kewajibannya sebagai isteri.Saat asyik mengumpalkan busa sabun di tubuhnya, tiba-tiba pintu kamar mandi itu terbuka, ternyata pintu itu lupa di kunci olehnya. Ada Rexa yang sudah berdiri di depan pintu memandang nakal tubuh Yatri yang polos hanya di lapisi bu
Rexa selesai sarapan, dia meraih jasnya si sofa. Di luar sudah ada Gerald yang menunggu. Yatri yang merasa sudah jadi istri ingin memberikan perlakuan hormat pada suami kontraknya itu."Pak Rexa," ujar Yatri yang menghentikan langkah Rexa."Apa?" tanya Rexa dengan raut wajah sedingin es.Yatri meraih tangan kanan Rexa untuk ia cium. Suatu bukti kepatuhannya pada suami. Seketika mimik dingin Rexa terenyuh. Baru kali ini dia di hormati dengan cara yang agung. Selama ini orang-orang yang menghormatinya hanya karena dia memiliki uang dan kekuasaan, tetapi cara Yatri memberikan kemuliaan yang berbeda. Sungguh, perempuan yang memiliki adab yang baik di rumah tangga."Maaf, Pak. Meski kita nikah kontrak, tapi saya harus menjadi istri yang baik selama satu tahun ini," ucap Yatri pelan. Rasanya campur aduk, takut dan gusar melihat tatapan nanar Rexa penuh misteri.Tanpa bergeming, Rexa melanjutkan langkahnya. Bibirnya ia lipat erat, tak in
Yatri sudah keluar dari klinik bersama Risa. Luka di punggungnya mulai memudar, Risa memaksa dirinya bersikap ramah mendampingi istri petinggi Global Indo."Terima kasih sudah menemaniku, kau boleh kembali ke kantor, aku akan ke rumah sakit dulu, ini sudah atas izin Pak Rexa," ujar Yatri. Dia tahu, di hati Risa tak ada keikhlasan membantunya. Percuma saja perempuan bertubuh seksi itu menemaninya, malah membuat Yatri tidak nyaman."Baiklah, aku akan kembali naik taksi, tapi bisakah perdebatan kita jangan kau beritahu Pak Rexa, aku bukan memohon, hanya saja kita lebih dewasa untuk menanggapi," kelik Risa, dia takut bila perdebatan mereka Yatri adukan ke Rexa.Yatri berlalu tak merespon Risa, masuj ke dalam mobil tanpa mengucap satu katah pun, Tetapi dia akan menutup mulut atas kelancangan Risa padanya, Yatri pikir ini hal yang sepele, tidak seharusnya dia mengadukan itu pada Rexa, lagi pula dia hanya seorang istri kontrak, tak memiliki wewe
Yatri keluar dari mobil, sambil menundukkan kepala, dia melangkah perlahan masuk ke dalam rumah. Di ruang tamu ada Rexa dan Gerald menunggunya. Tatapan mata abu Rexa tajam bak sebilah pisau yang sudah terlihat nyali Yatri sebagai tangguh. Dia menuju ke arah Rexa, Yatri memilih duduk di lantai seraya memilin-milin ibu jarinya. "Kamu tahu kesalahan kamu?" tanya Gerald pelan. Yatri mengangguk, dia tidak berani mengangkat wajahnya pada Rexa.
"Yatri, pijitanmu kebih ke atas lagi," pinta Rexa. Mendengar itu Yatri memahami keinginan terpendam Rexa. "Pak Rexa, jika aku hamil nanti selain uang apa keuntunganku?" tanya Yatri. "Uang, uang, dan uang!" Rexa menjawab pelan. "Hanya itu, Pak?" "Kau mau apa? bukankah di kontrak memang hanya uang? oh, satu lagi kenikmatan saat di ranjang bersamaku," jawab Rexa. Yatri berdecik pelan. Tetapi dia tidak minafik juga, selama pisah dari Galang, dia sangat emmbutihkan nafkah batin, bila malam tiba, dia merasa sekujur tubuhnya merinding menginginkan belaian mesra dari seorang suami, baginya itu manusiawi, namun yang di dapatnya bukan suami sungguhan melainkan pria yang hanya ingin meminjam tubuhnya sebagai pencetak anak. "Kenapa berhenti memijit? kau ingin kena pasal baru?" tanya Rexa bernada kesal. Yatri bukan lagi memijit melainkan meraba lutut Rexa perlahan naik ke paha hingga selangkangan. Men
Yatri mengantarkan kopi itu ke Rexa, pelan ia layangkan ketukan di pintu ruang kerja Rexa. "Pak ini kopinya," ucap Yatri di balik pintu. "Hm, taruh di meja," sahut Rexa tanpa menoleh. Dia masih saja sibuk memperhatikan layar laptopnya. Yatri lebih memilih berdiri di sampingnya, menunggu perintah selanjutnya dari suami kontraknya itu. "Ada yang ingin kau katakan?" tanya Reza dengan raut wajah dingin. Yatri menelan saliva paniknya. Dia bahkan belum menyusun kalimat strategi untuk meminta janji Rexa tentang pengurangan hukumannya. "Jika tidak ada yang jngin kau katakan, diamlah di sofa sana, aku risih jika ada yang berdiri di sampingku," kata Rexa menyuruh Yatri duduk di sofa. Lagi-lagi Yatri hanya bisa menurut saja. Bersuami dengan pria yang memilki kekuasaan memang ada sedikit penekanan batin, itu yang di rasakan oleh Yatri. Dia hanya sibuk membaca koran-koran sembari melirik ke Rexa. Rexa masih sibuk melihat sem
Dua hari kemudian, Rexa dan Yatri kembali ke rumah sakit tahanan. Meski saat itu Yatri sedang mengalami fase mual, namun tak mengurungkan niatnya ingin menjaga Bu Anne."Sayang, seharusnya kamu itu di rumah, istirahat, kasihan bayi kita," ujar Rexa."Tidak, aku akan menemanimu kamu, oh ya, para keluarga korban tigak diantara mereka menyetujui itu, hanya dua lagi harus kita bujuk," papar Yatri.Rexa tak menyangka istrinya bisa sekuat itu melakukannya, dia terharu lalu memeluk Yatri."Maafkan keegoisan kami," ucapnya."Yang, seharusnya ini yang kita lakukan semenjak bulan yang lalu," sahut Yatri. Meski ia tahu tindakan itu malah akan beresiko.Bu Anne siuman, Rexa masih tetap menjaganya dari luar. Suster segera menghampiri Rexa untuk memberitahu keadaan maminya."Bu Anne sudah siuman, Pak. Sepertinya dia ingin bicara dengan anda," kata suster itu.Rexa masuk seorang diri di ruang ICU, dia menda
Malam telah tiba, Rexa meringkuk di balik selimut dengan Yatri. Ada banyak obrolan yang mereka perbincangkan termasuk kondisi Bu Anne."Kabar Ibu bagaimana?" tanya Yatri. Dia tahu Rexa tak membahas kasus Bu Anne karena menjaga perasaannya."Dia baik-baik saja," sahut Rexa. Dia berusaha agar Yatri tak dapat menebak kondisi kekhawatirannya.Namun bukanlah seorang istri namanya bila tak memiliki kontak batin, Yatri sangat tahu bahwa suaminya sedang berbohong. Semenjak penangkapan Bu Anne, sebagai menantu dia pun merasa kasihan pada mertuanya, tetapi jika dia mengeluarkan Bu Anne dari penjara, apakah dia dan keluarganya akan tetap baik-baik saja? ia pikir, belum tentu.Yatri pun juga tak tega melihat suaminya seringkali menyembunyikan kesedihan. Meski berat, namun kebahagiaan pasangan ingin ia utamakan."Sayang, kita bantu mami ya, supaya hukumannya lebih ringan, maksudku kita buat keluarga almarhum karyawan ku
Hari itu Rexa menghadiri sidang maminya, saat itu Yatri tak ia perbolehkan ikut, karena ia tahu maminya akan memberontak bila melihat Yatri bersamanya.Di persidangan, jaksa membacakan tuntutan yang cukup menggemaskan untuk Bu Anne, mendengar itu Rexa bergetar, meski ia sudah menyiapkan tim pengacara hebat buat maminya akan tetapi hukum akan tetap berada di jalan keadilan.Bu Anne berdiri dari kursi terdakwanya, dia menentang semua yang dibacakan oleh jaksa."Itu semua bohong, saya hanya di jebak oleh Asdar, dia otak dalam ledakan itu."Rexa sangat malu dengan tingkah maminya, para pengacara Rexa saat itu mencoba menenangkan Bu Anne.Setelah semua lebih tenang, hakim memutuskan untuk menunda lagi persidangan hingga minggu depan. Rexa menghampiri maminya, tetapi Bu Anne malah membuang wajah."Mami jangan lain kali begitu, itu hanya akan memberatkan Mami," ujar Rexa. Tapi Bu Anne yang masih marah p
Bu Wanda dan Ray kembali ke rumahnya, Ray yang masih khawatir karena rencana pernikahan itu belum diketahui oleh Randy."Kok kamu dari tadi diam?" tanya Bu Wanda.Ray menghela nafas berat, "Bu, kita sudah melangkah sejauh ini tapi kak Randy belum Ibu beritahu, emang Ibu yakin kakak bakalan tidak menolak?"Bu Wanda hanya tertawa lalu berlalu ke kamar Randy. Baginya hari itu waktu yang tepat untuk mengatakan pada anak sulungnya itu. Saat itu Randy baru saja dari restauran miliknya, kedua perawat laki-laki bersama Randy sibuk memeriksa denyut nadinya."Ibu mau bicara sesuatu," kata Bu Wanda.Kedua perawat itu keluar dari kamar Randy, Bu Wanda mengambil ponselnya lalu memperlihatkan ke arah Randy."Bagi kamu dia cantik tidak?" tanya Bu Wanda memperlihatkan gambar Hani yang tadi siang."Itu 'kan Hani, Bu. Iya, dia cantik," sahut Randy bersikap biasa-biasa saja."Dia calon istri kamu, dan min
Yatri belum bangun, tapi Rexa telah bersiap-siap untuk keluar rumah secepatnya. Dia tak ingin pertanyaan semalam membuat beban pikiran pada istrinya. Rexa akan berusaha menjaga agar istrinya tidak terlibat lagi sama urusan Bu Anne. Dia menganggap, maminya yang salah sepenuhnya pada orang-orang disekitar Yatri.Setiba di kantor polisi, Rexa menuggu Bu Anne di ruang kunjungan. Bu Anne di gotong oleh dua aparat kepolisian."Mami," gumam Rexa. Dia menahan air matanya agar tak menangis didepan maminya.Bu Anne memandang anaknya penuh amarah. Dia membenci Rexa karena membiarkannya mendekap didalam penjara."Mami sudah makan? Rexa bawakan makanan untuk Mami," ujar Rexa mencairkan suasana tegang diantara mereka.Bu Anne malah mendorong makanan itu hingga jatuh ke lantai."Saya tidak butuh makanan dari anak durhaka sepertimu!"Rexa mengusap wajah dengan kasar, memang hati perempuan yang melah
Bu Wanda datang menemui Ray di kantornya, dia menceritakan keinginannya menjodohkan Randy dengan Hani. Mendengar hal itu, Ray terkejut, bukan tidak setuju, tetapi takut bila Hani tidak mencintai kakaknya dengan setulus hati."Yang benar saja, Bu. Jangan bikin perkara baru deh, apalagi Hani itu adik angkat Kak Rexa," ujar Ray."Ibu juga sudah memikirkan itu, tapi apa salahnya, toh Hani juga suka sama kakak kamu, lagipula kita 'kan ingin mempererat tali kekeluargaan."Ray terdiam, menolak pin dia tak memiliki sepenuhnya hak. Menikahkan kakaknya dengan Hani cara yang ia anggap rumit. Bagaimana bisa perempuan cantik seperti Hani mau menikahi pria yang sedang berjuang melawan penyakitnya."Terserah Ibu lah, tapi jangan sampai ide Ibu hanya buat kak Randy jadi tambah sakit," kata Ray. Dia tak ingin kakaknya merasakan patah hati untuk kesekian kalinya lagi."Kalau begitu antar Ibu ke rumah Rexa, kita akan bi
Yatri sudah membereskan semua kamar tidur anaknya, Difa dan Kesang sudah mulai menyambut malam dengan berleha-leha di atas kasur empuknya, sementara Trixa di jaga beberapa baby sitter yang di khususkan oleh Rexa.Dia menuju ke kamarnya, mengganti pakaian yang begitu banyak disediakan oleh para pelayan yang Rexa siapkan untuk istrinya itu."Kalian boleh keluar, aku mau istirahat dulu," pinta Yatri pada keempat pelayan itu.Pelayan itu keluar dengan kepala menunduk, mendapat penghormatan seperti itu, Yatri malah jadi risih. Dia tak habis pikir dengan cara Rexa memanjakannya, bagi Yatri ini sangat berlebihan. Ia sadar diri, dirinya bukan seorang putri raja yang setiap saat di awasi oleh para dayang istana. Tanpa terasa matanya ngantuk hingga buaian bantal membuat ia terlelap.Sejam ia tertidur, Yatri birahinya memuncak, tubuhnya tiba-tiba hangat dan bergairah, selangkangannya terkoyak oleh usapan lembut. Matanya begitu berat untuk ter
Rexa mengusap air matanya, dia tak menyangka jika Ray mampu bertindak demikian. Rexa bahkan berulangkali membaca email Ray, tetap saja keluhan air matanya menetes sedikit demi sedikit."Ada apa, Kak?" tanya Yatri mengangetkan dari belakang."Hm, ini email dari Ray," sahutnya seraya menghapus lelehan air matanya."Kenapa? dia berulah lagi?""Tidak sayang, justru sebaliknya, ini kamu baca," kata Rexa memperlihatkan isi email Ray pada Yatri.Membaca itu, Yatri menghela nafas berat. Dia menggenggam erat tangan Rexa. Yatri memberi isyarat kasih pada suaminya itu."Iya, aku paham maksud kamu. Aku akan bertemu mereka," ujar Rexa menyetujui semua yang diinginkan Yatri.Rexa segera ke rumah ditemani para bodyguardnya. Meskipun saya itu pikirannya berkecamuk karena kasus yang menimpa maminya, namun Rexa berbesar hati sebab kebaikan mulai menyeringai pihak Bu Wanda.Setiba di rumah sakit, Re
Dua Minggu kemudian, rumah lama Rexa digerebek oleh polisi. Rupanya polisi sudah menemukan bukti tentang peledakan toko Yatri. Para anak buah Asdar pun telah ditangkap, namun Asdar berhasil melarikan diri pada saat itu. "Bu Anne Strovert, anda ditangkap sebagai tersangka utama dari peledakan toko Ini Yatri," kata letnan saat itu. Bu Anne berusaha berlari ke atas kamarnya, namun suara tembakan dilayangkan ke udara. Bu Anne menunduk menangis. Kedua polisi memborgolnya. "Kalian salah tangkap, yang menyuruh mereka itu Wanda, bukan saya," ucapnya membela diri. "Jelaskan saja di kantor polisi," kata polisi mengajak Bu Anne masuk kedalam mobil patroli. Bu Anne meronta ingin dilepaskan, didalam mobil dia tak henti mengumpat membanggakan kekayaannya. "Kalian tidak tahu, jika Rexa keluar nanti, dia akan menyewakan pengacara hebat untukku," kata Bu Anne. Polisi itu hanya tertawa mendengarnya. Bu Anne tak meliha