Share

39-SILUET

Penulis: pujangga manik
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-16 12:29:10

Kresak

Kresak

“Ko ga ada ya? ”

Aku mencari-cari sesuatu di atas tumpukan daun-daun kering di dalam hutan, mencoba mencari beberapa lembar catatan hilang yang aku dapatkan di hutan Gunung Sepuh. Aku menyusuri jalan setapak dari warung hingga ke tempat aku bangun di tengah hutan, ketika aku bersama Aki Karma beberapa hari yang lalu.

Aku yakin catatan yang hilang itu adalah pelengkap untuk aku menyelesaikan atas apa yang ku cari selama ini, aku sengaja berjalan sendiri ke hutan Gunung Sepuh, tanpa memberi tahu Ibu dan Aki Karma. Selepas jaga warung aku sudah berangkat ke hutan Gunung Sepuh, karena aku menyangka bahwa ada lembaran yang tertinggal di hutan ini, namun setelah aku mencari hingga siang, hasilnya nihil.

Aku seketika duduk dibawah pohon besar di sisi hutan itu, mencoba beristirahat sebentar sebelum aku kembali ke Kampung Sepuh untuk beristirahat. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, hutan G

pujangga manik

erima kasih sudah menjadi pembaca setia Warung Tengah Malam hingga sekarang menyentuh di angka 15K pembaca jangan lupa komentar dan vote nya, supaya saya bisa terus semangat menulis. saya menulis cerita horror yang kedua yang berjudul Kampung halimun jangan lupa dibaca juga dan diberi komentar serta vote nya ya terima kasih

| 6
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (7)
goodnovel comment avatar
m shidiq
Jangan lupa baca prequel Warung Tengah Malam yang tidak kalah seru silahkan baca KUTUKAN LELUHUR ekslusif hanya di goodnovel
goodnovel comment avatar
Asep Hamdan
poin buat buka judul barunya jangan gede2 dong
goodnovel comment avatar
Eunyon Karkun
mantul thor lanjut terua
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • WARUNG TENGAH MALAM   40-KABUT SORE

    Aku sedikit memfokuskan mataku saat itu, di jalanan Kampung Sepuh yang berdebu terlihat dengan sekilas sebuah siluet yang transpan, sebuah siluet seorang wanita dibelakang A Wawan, terlihat dari debu-debu yang berterbangan seperti menabrak sesuatu dan membentuk sebuah tubuh manusia yang setia menemani A Wawan ketika pergi dari warung. Baru kali ini aku melihat hal seperti ini, namun semakin lama aku berjaga di warung ini, sepertinya indraku untuk melihat para Makhluk yang bukan manusia semakin tajam, karena ketika aku baru pertama kali disini, aku belum pernah melihat hal-hal yang seperti ini. Aku terus menfokuskan pandanganku, mencoba mengetahui siluet itu dengan seksama, karena dari beberapa Makhluk yang datang ke warung setiap malam, aku belum melihat Makhluk seperti itu, namun seketika. “Jang! ” Ibuku tiba-tiba menepuk pundaku, seketika aku kaget dan terlihat Ibuku sedang berdiri di sebelahku sembari tersenyum kepadaku. “Setiap manusia pun

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-20
  • WARUNG TENGAH MALAM   41-BERCAK DARAH

    Tok tok tok “Pak, Pak kabutnya sudah menghilang.” Terlihat seseorang sedang mengetuk pintu ruangan di dalam satu rumah, dia memberitahukan bahwa kabut yang menutupi Kampung Sepuh sudah menghilang, terlihat pula dari pakaian orang tersebut yang sedikit kotor dari darah ayam cemani yang menempel di bajunya. Namun expresi orang itu seperti sedang panik, dia seperti buru-buru mengetuk pintu supaya orang yang ada di dalam ruangan itu segera keluar. Tak lama pintu itu terbuka, nampak seseorang yang keluar dari ruangan itu tanpa memakai sehelai pun pakaian, orang tersebut telanjang tanpa tertutup oleh satu helai benang pun, badannya penuh dengan keringat, seperti sudah melakukan sesuatu yang membuatnya kecapean, napasnya pun terdengar sangat terengah-engah. Dia melirik sedikit ke dalam pintunya yang terbuka, terlihat disana beberapa wadah yang tadinya berisi darah ayam cemani sekarang hampir kosong, juga ada tercium bau dupa dan bunga yang b

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-21
  • WARUNG TENGAH MALAM   42-NYI LARAS

    "Wah seru pisan filmnya, Ibu-ibu bapak-bapak saya pamit duluan ya. Kasian si Ujang jagain warung dari tadi." "Mangga bu! " Jawab Ibu-ibu dan bapak-bapak yang sedang asyik membicarakan film yang mereka tonton tadi. Ibu langsung pamit untuk pulang kali ini, raut wajahnya terlihat sangat senang, karena bisa sejenak mengistirahatkan diri dari warung yang mengikatnya selama ini. Ibu yang menemukanku sedang terduduk di sisi jalan mendadak heran, karena melihat anaknya sedang duduk dengan pakaian yang kotor terkena debu jalan. “Jang, jang kenapa kamu duduk di tengah jalan?” teriak Ibu sambil berlari menghampiri ku. “Aku tidak apa apa bu tadi aku mau jemput Ibu, eh ternyata jatuh,” kataku sembari tersenyum ke arah Ibu. Ibu kemudian membantuku untuk berdiri, bersamaan dengan para warga yang ada dibelakangnya, terlihat raut-raut muka bahagia yang terlihat dari mereka. Aku juga bersyukur sosok yang tadi aku lihat di depan warung tidak mengganggu Ibu dan warga lainnya yang sedang menonton lay

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-22
  • WARUNG TENGAH MALAM   43-TERGODA

    “A... A... APAKAH ITU MANUSIA? ”Aku seketika kaget dan berteriak melihat manusia-manusia yang merangkak dengan tali yang mengikat lehernya seperti hewan peliharaan Nyi Laras yang ada di depanku saat ini.Manusia-manusia itu sangat memprihatinkan, dengan tubuh yang telanjang dengan banyaknya luka sayatan di sekujur tubuhnya. Banyak luka lebam yang membiru, seperti bekas hantaman benda tumpul yang menimbulkan bekas di tubuhnya.“Ssssstttt. ”Dengan anggun Nyi Laras menempelkan jarinya ke mulutnya, dia mencoba membuatku terdiam atas teriakan tadi. Dia sedikit tersenyum ke arahku, tanpa sedikitpun memperhatikan para manusia yang merangkak di sebelahnya. Nyi Laras tidak memperdulikan mereka sedikitpun, mereka dianggap seperti layaknya hewan perliharaan bagi Nyi Laras.KrosakKrosakPerlahan-lahan muncul beberapa makhluk besar menuju warung yang entah darimana datangnya, makhluk-makhluk besar yang

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-23
  • WARUNG TENGAH MALAM   44-TUMBAL

    Dua minggu sudah berlalu sejak kejadian itu. Aku yang sedang duduk di depan warung dengan beberapa cemilan yang aku makan, tak lupa aku menyapa beberapa orang yang baru pulang dari sawah ataupun kebun di sore itu. “Pulang pak? ” kataku sembari tersenyum. “Iya Jang! ” jawab seorang petani dengan cangkul dan topi caping yang dia pakai. “Ga ngopi-ngopi dulu di warung pak? ” tanyaku. “Ah engga Jang, besok aja, si Ibu lagi masak jengkol jadi harus cepet-cepet pulang. ” katanya sembari melambaikan tanganya kepadaku. Suasana Kampung Sepuh di sore hari memang ramai, orang-orang pulang kembali dari sawah, kebun dan hutan untuk bekerja mencari penghasilan untuk menunjang kehidupannya, namun tidak ada wajah-wajah setres dan gelisah dari diri mereka. Tidak ada raut ke khawatiran akan segala cicilan pinjaman online atau kartu kredit yang harus mereka bayar setiap bulan layaknya orang-orang yang hidup di kota, mereka sepe

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-25
  • WARUNG TENGAH MALAM   45-MENGEJAR

    “Nyi- kenapa Indah di ikat seperti itu Nyi?”A Wawan berjalan perlahan mendekati Nyi Laras, terlihat dari wajahnya kini nampak sedih. Dia merasa tidak tega dengan adiknya sendiri yang kondisinya seperti hewan perliharaan. Kini tubuh Indah terlihat lemah, beberapa luka sayatan terlihat olehku, juga beberapa luka lebam di sekujur tubuhnya. Di leher Indah sekarang terikat tali yang terhubung ke Nyi Laras, bener-bener terlihat seperti hewan peliharaannya Nyi Laras.Hiks hiks hiksA Wawan secara tidak sadar kini menangis, tangannya gemetaran melihat adiknya yang kondisinya kini sangat memprihatinkan, dia terlihat memelas kepada Nyi Laras untuk melepaskan adiknya terlihat olehku A Wawan bersujud kepada Nyi Laras memohon agar adiknya di bebaskan seperti sebelumnya.Namun.DuakkkkTiba-tiba A Wawan terpental, badannya tersungkur tepat di depan warung, terlihat ekor ular yang besar dan hitam menghantam A Wawan dengan keras. Pak s

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-25
  • WARUNG TENGAH MALAM   46-ILUSI

    "Jang, Jang bangun bangun bangun!” Aku membuka mata secara perlahan dan aku melihat Ibuku yang sedang berusaha membangunkan ku dengan wajah yang nampak panik. Aku baru sadar, bahwa aku sudah berada di dalam kamar sekarang, kulihat pula cahaya matahari sudah teramat sangat terang. Aku kembali melihat sekeliling kamar yang nampak kosong pada siang itu, hanya angin berhembus dari jendela kamar menggerakan tirai jendela merah tua yang sudah lama dipasang, di sebelahnya ada Ibuku yang terlihat panik. Dia berbicara bahwa aku tersesat di hutan Gunung Sepuh dan terjatuh dari sana, sehingga Ibuku dibantu para warga menemukanku dalam keadaan tak sadarkan diri di dekat tebing. Aku mencoba mengingat apa yang terjadi pada kemarin malam, namun ketika aku mengingatnya, tiba-tiba rasa sakit muncul di kepala. Seperti aku tidak bisa mengingat apa yang terjadi kemarin malam. “Agh, ” Aku memegang kepalaku pada saat itu, aku merasakan s

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-27
  • WARUNG TENGAH MALAM   47-MELARIKAN DIRI

    “Euggghh, Eugggh” Aku berusaha untuk bisa terbebas, namun ikatanya semakin kuat. Aku juga melihat ular-ular di sekeliling A Wawan kini semakin banyak, sehingga badan A Wawan hampir tertutup dengan ular tersebut. Ssssssssh sssssh “Ujannngggg! ” Nyi Laras secara perlahan mendekat mendekatiku, ekor ular yang melilitku tidak bisa membuatku terbebas. “Jangan kau berontak Jang, aku tidak akan membuatmu tersiksa di tempat ini.” Tanganya tiba-tiba membelaiku secara perlahan, meskipun ku lihat beberapa sisik ular yang ada di wajah dan tangannya, namun wajah cantiknya tetap terlihat begitu memikat, suaranya masih tetap menggoda, berusaha merayuku dengan kata-kata yang bisa membuat hasratku bergejolak. “Tak usah pedulikan mereka, mereka adalah makhluk malang yang memintaku untuk membantunya mendapatkan kekayaan,” kata Nyi Laras sembari menunjuk A Wawan yang sedang terduduk lemas dengan banyak ular

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-28

Bab terbaru

  • WARUNG TENGAH MALAM   EXTRA BAB 4 - AKHIR CERITA

    Waktu semakin malam, aku dan Iman kini berjalan melewati rumah-rumah di Kampung Sepuh menuju warung. Sekarang para warga bisa berjalan dengan santainya pada malam hari, bahkan tanpa bantuan senter sekalipun, karena baru beberapa bulan yang lalu jalanan Kampung Sepuh dipasangin lampu jalan bertenaga surya untuk penerangan. Ya siapa lagi kalau ada andil Pak Ardi di dalamnya, Pak Ardi benar-benar ingin merubah Kampung Sepuh agar bisa disamakan dengan kampung-kampung yang ada di sekitarnya. Sehingga apapun yang dia lakukan agar Kampung Sepuh bisa terlihat lebih modern dan bisa diterima oleh masyarakat yang masih menganggap Kampung Sepuh itu adalah Kampung Keramat. Ketika aku sampai, rupanya Ujang sudah duduk di depan warung. dengan aura yang kini tampak berbeda dari yang aku temui di siang hari. Aku yang baru sampai dipersilakan untuk duduk dan bersila, dan akupun secara tidak sadar mengikuti apa yang dia perintahkan. “Aku akan menunjukan A Sidik sesuatu.

  • WARUNG TENGAH MALAM   EXTRA BAB 3 - SUASANA MALAM

    Obrolan yang sangat panjang di depan warung tersebut membuatku terkesima, oleh cerita-cerita Ujang yang dia dapatkan dari pengalamannya sendiri ataupun dari para warga yang mengalami kejadian-kejadian diluar nalar yang terjadi di Kampung Sepuh ini.Setelah perjanjian yang mengikat mereka terputus, para warga mulai beradaptasi kembali dengan suasana malam. Dan sekarang mereka sudah terbiasa dengan malam hari di Kampung Sepuh yang kini sedang aku kunjungi.Disana pula aku mendapatkan beberapa cerita yang tidak aku tulis dalam cerita, cerita-cerita yang menyeramkan terutama ketika menyangkut Ujang pada masa kecil dengan mitos-mitos dan pantangan-pantangan yang ada di sekitar mereka.Pulau Jawa bagian selatan masih penuh misteri, dengan landscape pegunungan yang membentang hingga ke Pantai Selatan. Membuatnya banyak mitos dan kejadian-kejadian yang diluar nalar, yang sering kali bersinggungan dengan manusia yang hidup di dalamnya.Dan bagiku, itu adalah penga

  • WARUNG TENGAH MALAM   EXTRA BAB 2 - TAWARAN

    Sebuah warung kecil, yang awalnya aku tuangkan dalam Kata-kata yang menjadi cerita hingga saat ini. Kini aku lihat sendiri bentuknya, sebuah warung yang dulunya hanya berada dalam imajinasiku sendiri. Kini, aku melihatnya dengan kedua mataku sendiri.Bekas-bekas runtuhnya warung yang aku ceritakan masih tersisa, dengan banyaknya genteng-genteng yang rusak karena hangus terbakar disusun dan disimpan di rumah Ujang. Warung itu tampak baru, karena setelah kejadian yang menimpa Ujang. Pak Ardi dan para warga sepakat membangun kembali warung tersebut.Warung yang kini aku lihat ini, adalah salah satu point utama dalam ceritaku. Dimana, banyak kejadian yang silih berganti muncul dan harus di hadapi oleh Ujang dan warga Kampung Sepuh.“Kang!” Kataku sambil berdiri dan menyapa Ujang yang mendekatiku.Ujang hanya tersenyum, sifatnya yang agak pendiam terlihat jelas olehku. Ujang tidak setampan atau setinggi orang-orang yang menjadi karakter utama di da

  • WARUNG TENGAH MALAM   EXTRA BAB 1 - AKU (PENULIS)

    “Dik, rumah orang tua kamu dimana sih, aku dah nungguin di Alf*mart deket rumah kamu. ” Sebuah text W* tiba-tiba muncul di HP ku pada pagi itu. Dan ketika aku baca, ternyata Iman sudah sampai di Ciwidey tempat dimana orang tua ku tinggal. Hari ini adalah hari minggu di akhir Februari. Dan pada hari ini, aku sengaja mengosongkan jadwalku untuk berkunjung ke Kampung Sepuh bersama dengan Iman, anak dari Mang Rusdi yang kini bekerja di tempat yang sama denganku. Aku berkunjung ke Kampung Sepuh, semata-mata untuk bersilaturahmi kepada semua warga yang ada disana. Karena sudah memberiku izin untuk membuat cerita tentang mereka, termasuk dengan segala yang terjadi di dalamnya. Iman dan Mang Rusdi adalah dua orang yang namanya sama dengan cerita yang aku buat. Sedangkan sisanya, aku sengaja memberi nama baru. Dan itu sudah sesuai dengan kesepakatan mereka ketika aku membuat cerita ini. “Ok, tunggu nanti aku kesana, beli aja makanan ama minuman buat ol

  • WARUNG TENGAH MALAM   267-TUTUP

    Kini,Semuanya kembali normal, Tidak semua orang tahu akan cerita ini. Bahkan hanya beberapa orang yang aku percaya yang mengetahui tentang apa yang terjadi tentang pertarunganku dan Kala pada saat itu.Karena apabila aku bercerita kepada semua orang, pasti banyak orang yang tidak percaya. Karena menganggap itu hanyalah fantasi dan ilusi semata dari seseorang yang kehilangan kakinya di Gunung Sepuh.Namun, berbeda dengan Mang Rusdi dan Mang Darman. Yang kini sering kali menghabiskan waktunya untuk menemaniku di dalam warung, bahkan istri Mang Rusdi sering kali membantuku di rumah untuk sekedar membersihkan rumah dan memastikan aku bisa makan dengan lahap di hari itu.Karena mereka sadar, aku kini hanya sendirian di Kampung Sepuh. Sudah tidak ada lagi orang tua yang menjadi panutanku saat ini. Sehingga mereka secara sukarela membantuku dan menganggapku sebagai bagian dari keluarga mereka yang tidak boleh mereka abaikan.“Mang, nongkrong wae di

  • WARUNG TENGAH MALAM   266-HANCUR

    Dua minggu kemudian.Warung yang sudah hancur akibat aku bakar, kini kembali berdiri. Lengkap dengan etalase yang sudah diperbaiki dan barang-barang yang dagangan yang mengisi penuh etalase dan rak-rak dagangan di warungku ini.Dan suasana sore hari yang penuh dengan hilir mudik warga kampung yang pulang dari sawah dan ladang terlihat olehku yang kini menjaga lagi warung yang sudah aku buat kembali bersama para warga dengan bantuan modal dari Pak Ardi.Aku seperti biasa kini sedang duduk dan bercengkrama dengan Mang Rusdi dan Mang Darman yang baru pulang dari berkeliling kampung untuk berdagang. Canda dan tawa menghiasi obrolan-obrolan tersebut karena sesekali Mang Darman berceloteh dan bercanda atas apa yang dia lakukan.Mereka berdua sudah mengetahui kejadian yang menimpaku di tempat itu, bahkan pertarungan ku dengan Kala di Gunung Sepuh. Dan itu membuat mereka tercengang karena mereka tidak mengetahui bahwa ada makhluk yang seperti itu di Gunung Sepuh.

  • WARUNG TENGAH MALAM   265-SELAMAT

    Aku kembali berdiri, di tengah-tengah hamparan rerumputan yang luas. Dengan salah satu pohon besar yang ada di puncak yang terlihat olehku dari kejauhan. Rerumputan itu kini tampak lebih hijau dari sebelumnya, dan tidak terlihat lagi ilalang-ilalang yang tinggi menjulang hingga menutupi badanku saat itu. Panas yang terik, dengan angin segar yang berhembus dari pegunungan membuatku merasakan suatu perasaan yang sangat lega. Entah mengapa. Hatiku kini terasa sangat tenang ketika berada di tempat ini. Aku pun berjalan, melewati rerumputan tersebut dengan kakiku yang tidak memakai alas kaki sama sekali. Mencoba untuk berjalan dan duduk kembali di pohon besar yang berdiri di tengah-tengah rerumputan di atas sana. Jalanan yang kulalui sangat begitu mulus, tidak ada serangga-serangga yang menggigit kakiku, tidak ada jalanan yang becek bercampur lumpur. Juga tidak ada lagi lubang yang membuatku terperosok. Semuanya sangatlah berbeda, aku seper

  • WARUNG TENGAH MALAM   264-DETAK JANTUNG

    Pandangan ku tiba-tiba gelap, aku sudah tidak bisa merasakan apapun lagi. Aku yang sudah pasrah kini hanya bisa membiarkan tubuhku yang tertutup oleh tanah yang menimpaku seketika dari atas sana. Dan para warga yang menyaksikan hal itu secara langsung tiba-tiba panik dan langsung berteriak memanggilku. “UJANGGGGGGGG!!!” Mang Rusdi yang pertama berlari ke arah tanah longsoran tersebut dan memindahkan batu, ranting-ranting dan tanah untuk mencariku dengan kedua tangannya. Begitu juga dengan Aki Karma, Mang Dadang, dan Mang Uha serta warga-warga yang lainnya yang membantu memindahkan semua material longsor yang menutupi tubuhku, dan berharap aku masih bisa bertahan dengan tubuh yang tertutup oleh longsoran tanah tersebut. Sedangkan Pak Ardi, dia langsung menelpon anaknya dan Pak Caca untuk segera meminta bantuan. Karena kini situasinya sangat berbeda, Pak Ardi membutuhkan lebih banyak orang agar bisa lebih cepat menyelamatkan aku yang berada di d

  • WARUNG TENGAH MALAM   263-MUNCUL

    Mereka semua berlari masuk ke dalam hutan Gunung Sepuh yang masih terlihat gelap dan menyeramkan, dengan aura mistis yang kental dan terasa oleh semua warga Kampung Sepuh pada pagi itu.Meskipun waktu itu adalah waktu di mana pagi akan menjelang, namun tetap saja. aura-aura mistis yang terasa oleh para warga yang sedang berlari ke dalam sangatlah terasa.Apalagi dari mereka semua, hampir sebagian besar belum pernah keluar pada dalam gelap semasa hidupnya, mereka sudah terbuai oleh bantal dan selimut tebal dari mereka lahir hingga saat ini, dan mereka mematuhi larangan untuk keluar rumah hingga pagi tiba. Sehingga mereka tidak mengetahui rasanya masuk ke dalam hutan pada saat-saat seperti ini.“JANGGGG, UJANGGGG!!!!!”Mang Rusdi berteriak-teriak sambil berlari. Senternya di arahkan ke segala arah, mencoba mencariku di dalam gelapnya hutan Gunung Sepuh yang luas tersebut. Para warga lainnya juga melakukan hal yang sama, mereka berlari sambil men

DMCA.com Protection Status