Beranda / Horor / WARUNG TENGAH MALAM / 21-SEBUAH PESAN

Share

21-SEBUAH PESAN

Penulis: pujangga manik
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-25 15:11:04

Angin di malam ini sangat kencang, terlihat dedaunan yang tertiup angin di malam hari di seberang jalan. Beberapa daun kering yang berserakan di tanah pun beterbangan tertiup angin, terbang melewati mobil yang ditinggalkan Parta, Ayu dan Dimas, mobil yang terlihat rusak di segala sisinya dan menjadi saksi bisu atas hilangnya Martin.

Sudah Satu hari berlalu semenjak Parta, Ayu dan Dimas pergi untuk menjemput Martin, Aku menunggu mereka di depan warung berharap mereka baik-baik saja.

Rasa cemas dan khawatir akan keadaan mereka selalu muncul di benakku, mengingat sudah satu hari berlalu namun tidak ada kabar dari mereka, para pencari madu hutan yang berangkat setiap pagi ke gunung Sepuh pun tidak melihat tanda-tanda keberadaan mereka.

Belum satu bulan berlalu semenjak aku pulang ke kampung, sudah banyak kejadian diluar nalar yang ku alami. Aku sempat berpikir, bagaimana rasanya menjadi Bapak yang setiap malam menjaga warung ini, dengan berbagai kejadian yang bis

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (8)
goodnovel comment avatar
Puspita Puspita
gilaaaaaa, ikutan stresss aku bacanya. tahan napaaaaas
goodnovel comment avatar
Rina Rin
koinnya terlalu tinggi. sehingga cepat habis.
goodnovel comment avatar
Rina Rin
koinnya terlalu tinggi. sehingga cepat habis.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • WARUNG TENGAH MALAM   22-PERTOLONGAN

    Sinar matahari perlahan-lahan muncul dari sela-sela gunung, cahayanya muncul dari sela-sela dedaunan dari pepohonan hutan. Membuat suasana terasa hangat, suara-suara burung pun mulai berkicau untuk menyambut pagi, mengantikan suara-suara binatang malam yang kembali ke sarang nya untuk beristirahat. Menandakan hari baru telah di mulai dan malam kini telah berganti jadi pagi. Namun Terlihat seseorang yang berdiri di depan celah batu dengan napas yang terengah-engah, tubuhnya terlihat kotor akibat lumpur yang mengotori bajunya, raut mukanya tampak lusuh. Seperti sudah lama dia tidak tertidur dan memastikan tubuhnya tetap terjaga. Celana yang di pakainya pun terlihat robek, banyak robekan-robekan kecil disertai luka darah yang meresap ke pakaian yang dipakainya. Keadaanya sungguh kacau, dia berdiri dan tidak bergerak dari celah batu itu. Seperti sedang menjaga sesuatu yang ada di celah batu tersebut. “hah hah hah, akhirnya sudah pagi juga” katanya dengan

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-01
  • WARUNG TENGAH MALAM   23-RAPAT

    Hari ini jalanan di Kampung Sepuh tidak seperti biasanya, jalanaan yang dilalui oleh para petani, peternak, dan para warga yang ingin mengambil madu dan buah-buahan hutan yang biasanya berlalu lalang kini sepi. Hanya terlihat beberapa orang saja yang melintas melewati warung. Disana terlihat Ibu yang sendirian menjaga warung di siang hari. Dia duduk sembari sesekali membaca buku bacaan tua yang berisi tentang cerita-cerita legenda atau sajak-sajak sunda. “Bu, aku berangkat ke rumah Aki Karma dulu ya Bu” aku setengah berteriak memberitahu Ibu bahwa aku pergi ke rumah Aki Karma untuk berkumpul dengan para warga lainnya. Aki Karma memberitahukan ku bahwa para warga akan berkumpul di sana dan berdiskusi, atas kejadian yang menimpa kampung beberapa hari ini. “Iya Jang, makanan yang di kresek buat konsumsi warga udah dibawa kan? ” teriak Ibu dari depan warung. “Iya Bu, Ujang sudah bawa” jawabku sambil aku memperlihatkan keresek hi

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-22
  • WARUNG TENGAH MALAM   24-WAYANG

    Aku hanya bisa terdiam dengan pertanyaan Aki Karma, Aku tidak tahu harus berkata apa. Karena aku juga tidak mengerti akan hal-hal seperti ini, semuanya terjadi begitu saja tanpa ada penjelasan yang jelas. “Sebenarnya sewaktu pertama menjaga warung, aku melanggar apa yang dipesankan Ibu, ki” kataku dengan sedikit murung “Aku melanggar beberapa hal yang dituliskan ibu kepadaku, dan aku tidak tahu ternyata imbasnya akan seperti ini” Aki Karma kemudian mendekatiku dan menepuk-nepuk pundaku mencoba membuatku semangat kembali, dia pun meminta maaf kalau pertanyaan tadi membuatku murung, karena Aki Karma tidak tahu tentang hal yang sebenarnya. “Aki tahu kamu pasti shock ketika pertama kali jaga malam di warung, namun apakah kamu gak pernah di ajarin suatu ilmu untuk menghadapi para makhluk-makhluk tersebut?" Tanya Aki Karma “Ilmu apa ki? " jawabku bingung “Ya ilmu-ilmu gaib, seperti Bapakmu itu, makanya

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-24
  • WARUNG TENGAH MALAM   25-TERTIDUR

    Rintik-rintik hujan membasahi Kampung Sepuh malam ini, kampung yang sangat sepi apabila menjelang malam hari. Beberapa hari ini hujan turun di Kampung Sepuh, menandakan bergantinya cuaca dari kemarau menuju musim hujan, tak jarang kabut turun menjelang sore hari dari gunung sepuh yang menutupi kampung, sehingga apabila kita keluar rumah, hanya warna putih yang terlihat, karena jarak pandang yang terbatas.Aku baru saja keluar dari ruangan belakang warung, sembari membawa kopi hitam pesanan Aki Karma yang menemaniku malam ini. Ku lihat Aki Karma hanya duduk terdiam di depan warung, kepulan asap rokok selalu setia menemani Aki Karma dimanapun dia pergi,Aki Karma perokok berat, kemanapun dia berangkat dia selalu menyalakan rokoknya. Terlihat dari beberapa bungkus rokok yang dia beli dari warung.“Ini ki kopinya”Aku menyodorkan kopi kepada Aki Karma.Aki Karma yang fokus melihat ke seberang jalan di depan warung, terlihat agak ka

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-25
  • WARUNG TENGAH MALAM   26-MENUJU MAKAM

    Sinar matahari pagi pelan-pelan terlihat dari sela-sela awan di Kampung Sepuh, sinar matahari yang cerah yang muncul dari belakang Gunung Sepuh dan perlahan-lahan menyinari kampung dengan sinarnya yang hangat. Setelah semalaman di guyur hujan yang cukup lama kini Kampung Sepuh sudah mulai menghangat, begitu juga dengan orang-orang yang mulai keluar dari rumah masing-masing untuk memulai kegiatan mereka seperti biasanya.Aku seketika terbangun karena dibangunkan oleh Ibuku yang saat itu datang ke warung.“Jang, Jang Bangun!!” Kata ibuku membangunkanku pagi itu.“Hoaaaaaaaaaaaaaaam” aku menguap sekaligus meregangkan badan dan otot-otot tanganku ketika aku bangun"Ujang lanjut aja tidurnya di rumah, sekarang giliran ibu yang jaga warung" Ucap Ibuku sambil menepuk pundakku lalu pergi bagian dalam warung untuk membereskan stok dagangan.Aku mencoba menggosokan mataku, aku terdiam sesaat sembari duduk di

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-26
  • WARUNG TENGAH MALAM   27-MENYUSURI PASAR MALAM

    Lampu-lampu yang menyala terang dari obor menyala dan menghiasi pasar malam itu, stand-stand makanan berjejer rapi dari tempat Aku dan Aki Karma berdiri hingga ujung mata memandang. Tempat yang tadinya adalah pepohonan di hutan yang lebat, kini menjadi suatu tempat yang terang benderang dengan berbagai macan stand jajanan di kedua sisinya. Sebuah tempat dimana Aku pernah terjebak di dalamnya. Namun kali ini suasananya sangat berbeda, pasar malam ini lebih luas, saking luasnya Aku tidak bisa melihat ujung dari pasar malam ini.Namun semuanya nampak kosong, tidak ada pengunjung atau para penjaga stand. Yang ada hanya stand-stand yang bejejer rapi dengan lampu yang menyala. Tidak ada suara tertawa yang menghiasi pasar malam itu, tidak ada suara gamelan dan pagelaran wayang yang Aku lihat seperti sebelumnya. Yang ada adalah jalan panjang yang lurus dengan stand – stand di kedua sisinya.Aku melihat Aki Karma yang sedang berdiri, seperti sedang mengamati sesuatu, dia

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-28
  • WARUNG TENGAH MALAM   28-BERTEMU

    Suara-suara nyaring dalam gua itu mengagetkan Aki Karma dan Aku yang sedang ada diluar, di dalam hutan yang gelap dengan pohon-pohon besar di sekelilingnya, terdapat satu cahaya yang begitu terang di dalam gua, cahaya yang diiringi suara gamelan khas sunda dan suara-suara riuh yang seakan-akan mereka sangat senang ada disana. Tidak masuk akal memang, Aku dan Aki Karma hanya terdiam. Melihat cahaya yang merah terang yang keluar dari dalam gua tersebut.“Jang, Aki ingat, itu suara gamelan teman-teman Aki. Jang, Aki harus kesana” Aki Karma berbicara kepadaku dengan bersemangat dia sangat yakin bahwa apa yang dia dengar saat ini adalah gamelan dan suara dari teman-temannya yang meninggal dahulu.“Aki harus kesana Jang” kata Aki Karma begitu bersemangat ingin segera bertemu teman-temannya sembari melangkahkan kaki lebih cepatNamun Aku dengan refleks mencoba menaha

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-29
  • WARUNG TENGAH MALAM   29-PERTUKARAN

    Kok kok kok.....Suara-suara ayam hutan saling bersahutan berkokok, suaranya yang menandakan bahwa malam hari sudah selesai dan beberapa waktu lagi bulan akan tergantikan oleh cahaya matahari dengan sinarnya yang hangat. Bintang-bintang masih terlihat dengan jelasnya, belum saatnya bagi mereka untuk menghilang terkena silaunya matahari pagi, mereka masih berkilauan ditemani oleh cahaya kemerahan yang pelan-pelan muncul di ufuk timur Gunung Sepuh.Terlihat muncul beberapa bayangan yang mengelilingi di depan ku yang sedang tertidur di sebuah pohon besar, mereka serentak menundukan kepalanya kepada ku yang sedang tertidur di depan gua. Bayangan tersebut seperti sedang berterima kasih kepada ku, terlihat dari senyum kecil dari semua bayangan yang mengelilingi ujang di tempat itu. Kemudian salah satu dari mereka menyimpan beberapa lembaran kertas di atas tanganku, beberapa lembar kertas tua yang sudah mengelupas di ujungnya, dengan warna yang kekuningan namun tulisanya masi

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-30

Bab terbaru

  • WARUNG TENGAH MALAM   EXTRA BAB 4 - AKHIR CERITA

    Waktu semakin malam, aku dan Iman kini berjalan melewati rumah-rumah di Kampung Sepuh menuju warung. Sekarang para warga bisa berjalan dengan santainya pada malam hari, bahkan tanpa bantuan senter sekalipun, karena baru beberapa bulan yang lalu jalanan Kampung Sepuh dipasangin lampu jalan bertenaga surya untuk penerangan. Ya siapa lagi kalau ada andil Pak Ardi di dalamnya, Pak Ardi benar-benar ingin merubah Kampung Sepuh agar bisa disamakan dengan kampung-kampung yang ada di sekitarnya. Sehingga apapun yang dia lakukan agar Kampung Sepuh bisa terlihat lebih modern dan bisa diterima oleh masyarakat yang masih menganggap Kampung Sepuh itu adalah Kampung Keramat. Ketika aku sampai, rupanya Ujang sudah duduk di depan warung. dengan aura yang kini tampak berbeda dari yang aku temui di siang hari. Aku yang baru sampai dipersilakan untuk duduk dan bersila, dan akupun secara tidak sadar mengikuti apa yang dia perintahkan. “Aku akan menunjukan A Sidik sesuatu.

  • WARUNG TENGAH MALAM   EXTRA BAB 3 - SUASANA MALAM

    Obrolan yang sangat panjang di depan warung tersebut membuatku terkesima, oleh cerita-cerita Ujang yang dia dapatkan dari pengalamannya sendiri ataupun dari para warga yang mengalami kejadian-kejadian diluar nalar yang terjadi di Kampung Sepuh ini.Setelah perjanjian yang mengikat mereka terputus, para warga mulai beradaptasi kembali dengan suasana malam. Dan sekarang mereka sudah terbiasa dengan malam hari di Kampung Sepuh yang kini sedang aku kunjungi.Disana pula aku mendapatkan beberapa cerita yang tidak aku tulis dalam cerita, cerita-cerita yang menyeramkan terutama ketika menyangkut Ujang pada masa kecil dengan mitos-mitos dan pantangan-pantangan yang ada di sekitar mereka.Pulau Jawa bagian selatan masih penuh misteri, dengan landscape pegunungan yang membentang hingga ke Pantai Selatan. Membuatnya banyak mitos dan kejadian-kejadian yang diluar nalar, yang sering kali bersinggungan dengan manusia yang hidup di dalamnya.Dan bagiku, itu adalah penga

  • WARUNG TENGAH MALAM   EXTRA BAB 2 - TAWARAN

    Sebuah warung kecil, yang awalnya aku tuangkan dalam Kata-kata yang menjadi cerita hingga saat ini. Kini aku lihat sendiri bentuknya, sebuah warung yang dulunya hanya berada dalam imajinasiku sendiri. Kini, aku melihatnya dengan kedua mataku sendiri.Bekas-bekas runtuhnya warung yang aku ceritakan masih tersisa, dengan banyaknya genteng-genteng yang rusak karena hangus terbakar disusun dan disimpan di rumah Ujang. Warung itu tampak baru, karena setelah kejadian yang menimpa Ujang. Pak Ardi dan para warga sepakat membangun kembali warung tersebut.Warung yang kini aku lihat ini, adalah salah satu point utama dalam ceritaku. Dimana, banyak kejadian yang silih berganti muncul dan harus di hadapi oleh Ujang dan warga Kampung Sepuh.“Kang!” Kataku sambil berdiri dan menyapa Ujang yang mendekatiku.Ujang hanya tersenyum, sifatnya yang agak pendiam terlihat jelas olehku. Ujang tidak setampan atau setinggi orang-orang yang menjadi karakter utama di da

  • WARUNG TENGAH MALAM   EXTRA BAB 1 - AKU (PENULIS)

    “Dik, rumah orang tua kamu dimana sih, aku dah nungguin di Alf*mart deket rumah kamu. ” Sebuah text W* tiba-tiba muncul di HP ku pada pagi itu. Dan ketika aku baca, ternyata Iman sudah sampai di Ciwidey tempat dimana orang tua ku tinggal. Hari ini adalah hari minggu di akhir Februari. Dan pada hari ini, aku sengaja mengosongkan jadwalku untuk berkunjung ke Kampung Sepuh bersama dengan Iman, anak dari Mang Rusdi yang kini bekerja di tempat yang sama denganku. Aku berkunjung ke Kampung Sepuh, semata-mata untuk bersilaturahmi kepada semua warga yang ada disana. Karena sudah memberiku izin untuk membuat cerita tentang mereka, termasuk dengan segala yang terjadi di dalamnya. Iman dan Mang Rusdi adalah dua orang yang namanya sama dengan cerita yang aku buat. Sedangkan sisanya, aku sengaja memberi nama baru. Dan itu sudah sesuai dengan kesepakatan mereka ketika aku membuat cerita ini. “Ok, tunggu nanti aku kesana, beli aja makanan ama minuman buat ol

  • WARUNG TENGAH MALAM   267-TUTUP

    Kini,Semuanya kembali normal, Tidak semua orang tahu akan cerita ini. Bahkan hanya beberapa orang yang aku percaya yang mengetahui tentang apa yang terjadi tentang pertarunganku dan Kala pada saat itu.Karena apabila aku bercerita kepada semua orang, pasti banyak orang yang tidak percaya. Karena menganggap itu hanyalah fantasi dan ilusi semata dari seseorang yang kehilangan kakinya di Gunung Sepuh.Namun, berbeda dengan Mang Rusdi dan Mang Darman. Yang kini sering kali menghabiskan waktunya untuk menemaniku di dalam warung, bahkan istri Mang Rusdi sering kali membantuku di rumah untuk sekedar membersihkan rumah dan memastikan aku bisa makan dengan lahap di hari itu.Karena mereka sadar, aku kini hanya sendirian di Kampung Sepuh. Sudah tidak ada lagi orang tua yang menjadi panutanku saat ini. Sehingga mereka secara sukarela membantuku dan menganggapku sebagai bagian dari keluarga mereka yang tidak boleh mereka abaikan.“Mang, nongkrong wae di

  • WARUNG TENGAH MALAM   266-HANCUR

    Dua minggu kemudian.Warung yang sudah hancur akibat aku bakar, kini kembali berdiri. Lengkap dengan etalase yang sudah diperbaiki dan barang-barang yang dagangan yang mengisi penuh etalase dan rak-rak dagangan di warungku ini.Dan suasana sore hari yang penuh dengan hilir mudik warga kampung yang pulang dari sawah dan ladang terlihat olehku yang kini menjaga lagi warung yang sudah aku buat kembali bersama para warga dengan bantuan modal dari Pak Ardi.Aku seperti biasa kini sedang duduk dan bercengkrama dengan Mang Rusdi dan Mang Darman yang baru pulang dari berkeliling kampung untuk berdagang. Canda dan tawa menghiasi obrolan-obrolan tersebut karena sesekali Mang Darman berceloteh dan bercanda atas apa yang dia lakukan.Mereka berdua sudah mengetahui kejadian yang menimpaku di tempat itu, bahkan pertarungan ku dengan Kala di Gunung Sepuh. Dan itu membuat mereka tercengang karena mereka tidak mengetahui bahwa ada makhluk yang seperti itu di Gunung Sepuh.

  • WARUNG TENGAH MALAM   265-SELAMAT

    Aku kembali berdiri, di tengah-tengah hamparan rerumputan yang luas. Dengan salah satu pohon besar yang ada di puncak yang terlihat olehku dari kejauhan. Rerumputan itu kini tampak lebih hijau dari sebelumnya, dan tidak terlihat lagi ilalang-ilalang yang tinggi menjulang hingga menutupi badanku saat itu. Panas yang terik, dengan angin segar yang berhembus dari pegunungan membuatku merasakan suatu perasaan yang sangat lega. Entah mengapa. Hatiku kini terasa sangat tenang ketika berada di tempat ini. Aku pun berjalan, melewati rerumputan tersebut dengan kakiku yang tidak memakai alas kaki sama sekali. Mencoba untuk berjalan dan duduk kembali di pohon besar yang berdiri di tengah-tengah rerumputan di atas sana. Jalanan yang kulalui sangat begitu mulus, tidak ada serangga-serangga yang menggigit kakiku, tidak ada jalanan yang becek bercampur lumpur. Juga tidak ada lagi lubang yang membuatku terperosok. Semuanya sangatlah berbeda, aku seper

  • WARUNG TENGAH MALAM   264-DETAK JANTUNG

    Pandangan ku tiba-tiba gelap, aku sudah tidak bisa merasakan apapun lagi. Aku yang sudah pasrah kini hanya bisa membiarkan tubuhku yang tertutup oleh tanah yang menimpaku seketika dari atas sana. Dan para warga yang menyaksikan hal itu secara langsung tiba-tiba panik dan langsung berteriak memanggilku. “UJANGGGGGGGG!!!” Mang Rusdi yang pertama berlari ke arah tanah longsoran tersebut dan memindahkan batu, ranting-ranting dan tanah untuk mencariku dengan kedua tangannya. Begitu juga dengan Aki Karma, Mang Dadang, dan Mang Uha serta warga-warga yang lainnya yang membantu memindahkan semua material longsor yang menutupi tubuhku, dan berharap aku masih bisa bertahan dengan tubuh yang tertutup oleh longsoran tanah tersebut. Sedangkan Pak Ardi, dia langsung menelpon anaknya dan Pak Caca untuk segera meminta bantuan. Karena kini situasinya sangat berbeda, Pak Ardi membutuhkan lebih banyak orang agar bisa lebih cepat menyelamatkan aku yang berada di d

  • WARUNG TENGAH MALAM   263-MUNCUL

    Mereka semua berlari masuk ke dalam hutan Gunung Sepuh yang masih terlihat gelap dan menyeramkan, dengan aura mistis yang kental dan terasa oleh semua warga Kampung Sepuh pada pagi itu.Meskipun waktu itu adalah waktu di mana pagi akan menjelang, namun tetap saja. aura-aura mistis yang terasa oleh para warga yang sedang berlari ke dalam sangatlah terasa.Apalagi dari mereka semua, hampir sebagian besar belum pernah keluar pada dalam gelap semasa hidupnya, mereka sudah terbuai oleh bantal dan selimut tebal dari mereka lahir hingga saat ini, dan mereka mematuhi larangan untuk keluar rumah hingga pagi tiba. Sehingga mereka tidak mengetahui rasanya masuk ke dalam hutan pada saat-saat seperti ini.“JANGGGG, UJANGGGG!!!!!”Mang Rusdi berteriak-teriak sambil berlari. Senternya di arahkan ke segala arah, mencoba mencariku di dalam gelapnya hutan Gunung Sepuh yang luas tersebut. Para warga lainnya juga melakukan hal yang sama, mereka berlari sambil men

DMCA.com Protection Status