"Ba-bapak… Se-sejak kapan Bapak berada disitu?" tanya wanita malang itu tersentak tatkala sang Bapak kini berada di belakangnya menyaksikan apa yang dilihat serta mendengar semua ucapan demi ucapan.
Seluruh tubuhnya bergetar hebat, Kirana nampak ketakutan jika saja Pak Jamil mengetahui semuanya bahwa anak sulungnya telah hamil tua.Sebelum menjawab, terlebih Pak Jamil menghela napas berat. Lalu ia melangkahkan kaki mendekati kediaman Kirana yang mematung tak jauh dari kediamannya. Pria paruh baya itu melihat perut Kirana secara saksama, memang tidak ada tanda hamil sama sekali, sebab wanita itu selalu memakai baju yang besar dan juga longgar. Maka dari itu Pak Jamil pun sedikit tak percaya dengan ucapan barusan.Akan tetapi, ucapan itu keluar bukan dari mulut orang lain melainkan dari bibir Kirana sendiri, yang membuat pikiran Pak Jamil pun terguncang hebat."Apa benar yang tadi Bapak dengar itu, kalau kamu hamil?!"Serentak wajah Kirana tercengang dengan pertanyaan sang Bapak. Ia pun terdiam beralih menundukkan kepala sambil meremas jari jemari.Sebenarnya Pak Jamil tak sengaja lewat dikarenakan akan berangkat kerja."Kirana jawab!... Apa benar kamu hamil!" sentak Pak Jamil dengan penuh amarah.Rasanya seperti mimpi, anak sulung yang ia banggakan karena kepintarannya dan kebaikkan nya harus dinyatakan hamil sebelum akad perniakahan."Ti-tidak Pak, aku hanya bercanda saja barusan," elaknya sembari wajah yang terus saja menunduk. Sepertinya wanita muda itu tak berani jika berhadapan lamgsung dengan sang Bapak."Sekarang kita pulang, kita selesaikan ini dirumah!" ungkap pria tua itu, sembari menuntun tangan Kirana dengan kasar membawanya kerumah.Sesampainya dirumah Pak Jamil nampak emosi yang mulai naik keubun-ubun. Bahkan dia pun berani mendorong tubuh anak sulungnya dengan kasar kearah kasur yang berada di kamar Kirana."Cepat katakan Kirana?! Apa benar kamu hamil?!... Jawab!" bentak pria paruh baya sembari mata menatap tajam dan juga jari telunjuk menunjuk kasar pada wajah putri sulungnya itu.Terlihat raut wajah Pak Jamil sedang emosi yang menggebu mambuat Kirana hanya menangis diiringi rasa takut yang amat hebat. Baru kali ini ia menyaksikan sang Bapak bersikap kasar terhadapnya.Bu Siti pun dan Anisa terkejut tatkala mendengar, suara bentakan demi bentakan dari arah kamar Kirana."I-iya Pak, aku memang hamil," lirih Kirana mengakui semuanya. Tak ada lagi elakan yang harus dihindari, berbohong pun kini percuma, sebab Pak Jamil telah tahu semuanya."Hamil!" Serobot Anisa terkejut tatkala mendengar ungkapan sang Kakak.Anisa adalah adik dari Kirana namun beda ibu. Anisa sangat membenci sang Kakak sebab Pak Jamil selalu membandingkan antara Anisa dan juga Kirana. Maka dari itu Kirana terkejut sekaligus merasa bahagia tatkala menyaksikan Pak Jamil marah pada Kirana."Kamu hamil anak siapa Kirana? Kok bisa sih anak kesayangan Pak Jamil ini hamil," sindir Bu Siti sengaja.Wanita setengah baya itu membekap mulutnya, sebab keceplosan telah menyindir anak tirinya di hadapan sang suami.Plak!Satu tamparan yang dilayangkan pak Jamil mendarat pada pipi mulus Kirana.Tak ada tindakan membela diri, Kirana hanya merintih kesakitan sambil menangis."Maafkan Kirana Pak, Maafkan Kirana," ucapnya kini bersimpuh pada kaki sang bapak.Sedangkan Anisa dan Bu Siti nampak sumringah melihat adegan menyedihkan itu. Mereka nampak berbunga-bunga saat Kirana diamuk oleh Pak Jamil. Inilah yang Bu Siti harapkan."Bapak kecewa sama kamu Kirana, Bapak sangat kecewa. Berapa kali harus bapak bilang, jadi perempuan itu harus mahal, jangan cepat percaya dengan rayuan mulut buaya! Kalau pria tadi tidak bertanggung jawab, maka bapak yang akan menghabisinya!" Ancam Pak Jamil pada pria yang sudah menghamili Kirana itu.Pada akhirnya Pak Jamil lelah jika harus menyiksa sang anak sulungnya, ia pun menyudahi semuanya, melenggang menuju arah luar kamar.Kini yang tersisa hanya ada Bu Siti dan juga Anisa, sedangkan Kirana masih sibuk dengan air mata yang terus terjun membasahi pipi.***Seminggu kemudian Pak Jamil pun datang bersama Kirana untuk menemui Alvin di kediamannya. Terlihat rumah yang lumayan mewah dan megah walaupun tidak terlalu luas, akan tetapi kelihatannya rumah itu kosong tak berpenghuni."Kamu yakin, ini rumah pria yang telah menghamilimu itu, Kirana?" tanya Pak Jamil sembari menatap wajah anak sulungnya yang nampak pucat sebab Kirana akhir-akhir ini sedang tidak enak badan karena pikirannya terguncang hebat."Iya Pak, ini rumah Alvin," sahutnya dengan warna bibir pucat pasi.Sepertinya Kirana pun merasakan hal yang janggal dengan pemandangan rumah Alvin tersebut yang nampak kosong dan sepi.Mata Kirana memperhatikan seluruh halaman yang nampak banyak berserakan dedaunan kering berjatuhan. Sepertinya sudah lama ditinggalkan begitu saja."Tok! Tok! Tok!Ketukan demi ketukan pintu telah lakukan oleh Pak Jamil beberapa kali, akan tetapi tidak ada sahutan sama sekali.Pak Jamil pun menghampiri rumah tetangganya yang tak jauh dari rumah Alvin yang nampak kosong itu. Dan ternyata disana ada seorang warga yang sedang menanam bawang daun pada polybag hitam."Maaf Bu, mengganggu waktunya. Saya hanya ingin menanyakan orang yang tinggal di rumah itu, kemana ya Bu? Mengapa nampak sepi sekali?" tanya Pak Jamil pada salah seorang tetangga."Oh itu rumah Pak Alvin, kebetulan keluarganya sudah pindah 5 hari yang lalu Pak, dan katanya sih Pak Alvin akan menikah dikota. Makannya rumah ini mau dijual," tutur wanita bertubuh gempal."Apa, menikah!" Pria paruh baya itu nampak terkejut mendengar penuturan dari tetangga tersebut."Iya Pak, Bapak ini siapanya Pak Alvin sih? Dan ada perlu apa? Apa mau beli rumah ini?" sahut wanita berambut galing itu penasaran."Tidak Bu, kedatangan saya kemari ini sebab ada kepentingan lain. Lalu, apa Ibu tau kemana Pak Alvin pindah?""Saya tidak tahu apapun Pak, lagipula saya sama keluarga Pak Alvin tidak terlalu akrab," imbuhnya."Oh begitu."Pak Jamil pun bingung harus kemana lagi mencarinya sedangkan kandungan Kirana sudah menginjak 9 bulan."Kalau begitu saya permisi, ya Bu," pamit Pak Jamil berlalu pergi, kini menghampiri kediaman Kirana yang masih menunggu di kursi teras rumah Alvin.Kirana pun berdiri saat sang Bapak sudah datang kembali."Gimana Pak?" Wanita muda itu bertanya, sebab ia sangat penasaran."Kirana sepertinya kekasihmu tidak mau mempertanggungjawabkan kehamilan mu," umpat Pak Jamil datar."Maksud Bapak apa?" lirih Kirana heran."Pria yang telah menghamilimu kini kabur entah kemana. Dan katanya dia akan melangsungkan pernikahannya dengan wanita lain di kota. Dasar lelaki bajingan!" pekik Pak Jamil penuh kekecewaan.Mendengar penuturan sang Bapak Kirana pun tak kuat menahan air mata. Lagi dan lagi ia harus menangis, meratapi Nasib yang begitu pedih menghampirinya."Bapak tidak tau harus mencarinya kemana lagi? Dan kamu sebentar lagi akan melahirkan, Bapak bingung dengan semua ini Kirana."Keluh kesah Pak Jamil nampak sudah memasrahkan semuanya, siap tidak siap, ia harus siap, serta harus kuat menjalani musibah yang menimpanya saat ini. Sudah pasti masalah anak sulungnya akan menjadi buah bibir para tetangga di kampung yang begitu panas ini."Usir Kirana dari kampung ini! Usir wanita hamil tanpa suami itu!"Teriak riuh segerombolan warga berbondong menghampiri rumah kediaman Kirana serta keluarga Pak Jamil. Mereka nampak kecewa dengan berita yang saat ini sangat trending menjadi buah bibir, dari mulut ke mulut berita tersebut menyebar luas, hingga akhirnya sampai terdengar pada telinga Pak RT.Padahal Kirana serta sang bapak baru juga sampai dan hendak menghempaskan pantat pada kursi sofa, akan tetapi teriakan warga itu telah mengganggu dan membuat lelaki setengah baya itu penasaran."Ada apa di luar Bu, nampaknya rame sekali?" tak Pak Jamil pada sang istri yang sedang sibuk makan kue."Gak tau Pak, kok kayaknya suara warga kesini ya, jangan-jangan mau demo soal kehamilan anakmu mungkin?" tebak sang ibu tiri membuat wanita muda yang telah hamil itu sedikit gelisah.Pak Jamil pun mengambil tindakan ia melenggang untuk melihat situasi yang terjadi di halaman rumahnya. Suara warga begitu riuh hingga membuat telinga lelaki be
Duaar!Ledakan demi ledakan begitu berdenging terdengar pada gendang telinga. Para rombongan seserahan pengantin pria sudah datang bersamaan dengan mahar yang dibawa oleh istri pertama Juragan Anton. Di halaman rumah tampak pria yang berumur 35 tahun itu tersenyum sumringah, sebab sebentar lagi dirinya akan menjadikan Kirana sebagai istri ke 4.Dengan memakai Jas serba hitam dan kemeja putih membuat Juragan Anton nampak gagah perkasa.Sebenarnya telah lama pria bertubuh tinggi itu memendam perasaan pada gadis sulung Pak Jamil, akan tetapi Kirana menolaknya secara mentah-mentah sebab tidak ingin dijadikan istrinya. Dan sekarang mungkin kemenangan telah berpihak kepadanya, walaupun keadaan Kirana telah hamil tua, akan tetapi ia begitu senantiasa menerima wanita muda itu untuk menjadi istrinya dengan lapang dada.Sedangkan di dalam rumah Pak Jamil serta keluarga ketar-ketir kebingungan, mencari sosok wanita hamil itu yang kini entah dimana. "Pak, jangan-jangan Kirana kabur semalam. Mak
Sedangkan Kirana kini sedang melangkah gontai ditempat yang begitu asing baginya, sama sekali tak ada orang yang dikenali. Mungkin hari ini alangkah lebih baik, karena ia sudah kabur dari rumah dan merasa lega sebab terhindar dari pernikahan paksanya bersama Juragan Anton, pria yang sama sekali tidak dicintainya. Walaupun kini ia telah hamil tua, akan tetapi untuk dinikahi pria lebih dewasa darinya, dan dijadikan istri ke 4 itu adalah hal yang amat dibenci oleh seorang Kirana. Bagaimana pun ia tak mau hidup bersama dengan pria yang sama sekali tidak dicintainya. Kabur, adalah jalan terbaik untuknya walaupun dirinya berbadan dua."Harus kemana aku sekarang?" gumamnya sambil berteduh dibawah pohon rindang yang meneduhkan. Panas yang begitu terik membuat wajah wanita muda itu nampak berkeringat.Sesekali bibirnya meneguk air mineral yang saat ini digenggam tangannya. Lalu wanita cantik itu melihat isi sakunya yang tinggal tersisa hanya 2 lembar uang berwarna merah, sisa dari ongkos yan
"Kiran kamu mau kemana? Pagi-pagi sudah Rafi begini?" tanya ibu kos sembari tangan sibuk memegang pot bunga.Kebetulan rumah Bu Kartini dekat sekali dengan kontrakkan Kirana, bahkan hanya tinggal beberapa langkah saja. "Anu Bu, aku mau cari kerja, 'kan gak mungkin kalau aku berdiam diri mulu," sahut wanita muda berbaju merah itu menjawab."Memangnya kamu mau kerja apa? Kamu sanggup dengan kondisi kamu yang sedang berbadan dua ini?" tanya Bu Tini tak tega tatkala melihat perut Kirana. Walaupun memakai pakaian yang cukup besar dan longgar, akan tetapi Bu Tini bisa tau. Sebab ia pun pernah merasakan hamil sebelum akad pernikahan di masa lalu."Mau gimana lagi Bu, saya hidup disini cuma sebatang kara. Kalau saya tidak mencari kerja, lantas siapa yang akan menafkahi saya dan membayar kontrakan ini."Wanita bertubuh tinggi itu mengungkapkan isi hatinya. Sebenarnya ia malas mencari kerja, apalagi dalam kondisi hamil tua. Yang kebanyakan wanita lebih banyak beristirahat, akan tetapi ini mala
Lalu apa maksudnya hubungan kita selama 5 tahun itu! Lantas anak yang dikandung ku ini adalah anak dari hasil kita yang selalu melakukan dosa terbesar bersama. Apa kamu lupa Mas, atau jangan-jangan kamu tidak mengakui semuanya sebab ada wanita cantik itu disebelah kamu! Payah!" murka Kirana, sengaja membocorkan rahasianya tepat di hadapan wanita berambut panjang lurus itu. Kirana sengaja mengeluarkan uneg-unegnya agar wanita yang kini berada disebelah Alvin tau, bahwa lelaki yang dibanggakannya bukan pria baik-baik melainkan pria tak berperikemanusiaan.Terlihat Alvin membulatkan mata selebar-lebarnya dengan dada yang naik turun menghembuskan nafas, darahnya seakan mendidih sebab menahan emosi."Mas, maksud wanita ini apa?!" tanya wanita cantik yang kini berada disebelah Alvin begitu terkejut tatkala mendengarnya."Tiara, kamu jangan percaya sama dia, Ayo kita pergi sekarang juga!" ajak pria muda bertubuh tinggi itu mulai menuntun tangan Tiara- wanita cantik yang saat ini menjadi pacar
"Pergi kamu dari sini, saya tidak butuh pegawai yang dekil dan Kumal seperti kamu! Kamu tidak pantas bekerja disini! Kamu pantasnya jadi seorang gelandangan! Pergi sana, dan jangan kembali!" hardik seorang wanita muda cantik dengan penampilan elegan mengusir Kirana sembari mendorong tubuh Kirana keluar dari restoran yang baru saja Kirana meminta pekerjaan.Maksud kedatangan Kirana ke restoran ini, yakni untuk melamar pekerjaan. Wanita hamil itu berharap bahwa di restoran ini membutuhkan pegawai.Akan tetapi pada saat Kirana masuk kedalam ruangan tersebut, dan bertanya pada wanita yang saat itu sedang berdiri sambil mengawasi para pegawai. Namun, Kirana malah diusir dan dianggap sebagai pengemis, dikarenakan memang penampilan wanita muda itu yang acak-acakkan dan baju telah lusuh."Tapi Mbak, saya sedang butuh pekerjaan. Kalau hanya bekerja sebagai pelayan restoran disini, saya bisa Mbak. Saya mohon," ucap Kirana penuh permohonan mencoba membujuk wanita yang nampak terlihat galak dan ju
"Selamat ya Bu, bayinya sudah lahir dengan normal tanpa ada yang kurang satupun."Seorang wanita setengah baya menggendong bayi yang baru saja dilahirkan Kirana secara normal, dia adalah Bidan Desi. "Alhamdulillah Bu bidan," sahut Kirana sembari mengambil alih bayinya dari gendongan Bidan Desi."Hari ini ibu Kirana sudah bisa pulang," ucapnya membuat mata Kirana seketika membelak."Bi-bisa pulang Bu?" tanya Kirana terkejut tatkala dirinya sudah bisa pulang serta membawa bayi yang baru saja dilahirkan. "Iyah," sahut Bidan Desi sembari tersenyum ramah dan menggangguku kepala. "Bagaimana saya bilang pulang sedangkan saya belum…" Tiba-tiba Bidan Desi menyerobot ucapan Kirana, "Tadi suami Bu Kirana sudah membayar semua biaya lahiran Ibu. Mungkin suaminya seorang pekerja kantoran ya? Makannya dia tadi buru-buru," ujarnya.Tanpa bertanya Bidan Desi menebak dengan asal-asalan jika pria yang mengantarkan Kirana sekaligus membayar biyaya lahirannya itu adalah suaminya. Padahal Kirana tak ke
"Kirana kenalkan ini adalah Mis Dini, dia yang kemarin ibu bilang, orang butuh pekerjaan itu." Suara Bu Kartini terdengar jelas memperkenalkan antara Kirana dan juga Mis Dini. Mis Dini adalah orang dalam yang akan memasukan Kirana pada kerjaannya yang baru."Saya Kirana Mis, senang bertemu denganmu," sahut Kirana mengulurkan tangan untuk bersalaman pada pria gemulai yang disebut Mis Dini itu."Saya Mis Dini, saya juga senang bertemu denganmu Kirana. Kamu bisa memanggil saya dengan sebutan Mis Din ya, awas jangan sampai salah Mis Din," ujar Mis Din memperagakan tata cara berucap tatkala memanggil namanya nanti."Baik Mis Din,"Usai Bu Tini memperkenalkan, Mis Dini pun menelisik dengan saksama pada seluruh tubuh Kirana dari mulai ujung rambut sampai ujung kaki."Kamu pernah kerja dimana saja, dan bisa kerja apa saja Kirana?" tanya pria gemulai itu sembari melambai-lambaikan tangan dengan lemah gemulai."Saya kerja apa saja bisa Mis, tapi kalau jadi model dan main sinetron saya gak bisa
Brak! Tubuh Kirana gemetar tatkala dirinya menabrak seorang wanita yang dari penampilannya memang cantik, modis dan juga anggun. Namun wajahnya agak samar-samar seperti ia kenali, tapi entah siapa? Dari Lubuk hatinya Kirana ingin menebak namun ia tak sanggup sebab takut salah. Wajahnya perempuan yang ditabraknya barusan begitu tak asing, seolah pernah mengenali, akan tetapi penampilannya sungguh berbeda. Ditambah lagi seorang om-om yang saat ini menggandeng tangannya membuat mata Kirana kelap sama sekali tak mengenali sosok wajah yang amat tak asing di mata. "Maaf Mbak, aku tak sengaja. Biar aku bereskan barang-barangmu." Gegas wanita muda itu pun membereskan barang yang berserakan dari dalam tas. Di Mall yang mewah dan megah ini Kirana harus menabrak orang disaat dirinya sedang terburu-buru berjalan dan pikiran dikelilingi beban. "Seharusnya aku tidak gegabah. Maafkan aku Mbak," sahut Kirana kembali berdiri setelah barusan berjongkok karena membereskan barang orang yang ditabrakny
"Apa kamu bilang setia? Omong kosong! Bukannya tadi kamu melihat sendiri bahwa istri kamu dengan pria lain. Diluar berduaan lagi, bahkan si cowoknya bilang kalau istrimu masih mempunyai hubungan spesial. Apa itu yang dinamakan setia, setia dari Hongkong." Tiara tiba-tiba mengingatkan kejadian tadi yang membuat siakap Reza dingin pada istrinya. Pria muda itupun tiba-tiba semakin mengencangkan genggaman tangannya, membuat Tiara pun meringis kesakitan. "Za, sakit Za." "Reza lepaskan! Bukan Tiara yang sudah menumpahkan minuman pada kepala istrimu! Ibu yang sudah melakukannya!" Bu Sinta datang setelah menidurkan cucunya itu."Lepaskan dia, kasihan Tiara kesakitan," pinta Bu Sinta saat Reza ngeyel tak akan melepaskan tangan mantan istrinya itu.Pada akhirnya Reza terdiam dengan segala beban mengelilingi isi kepalanya. Ia pun melepaskan genggamannya itu. "Za, Tiara tak bersalah sama sekali, Mama lah yang sudah menumpahkan minuman jus melon pada wajah Kirana. Lagipula salah dia sendiri.
Tiara bahkan melangkah mendekati kediaman Kirana yang basah kutuk dengan jus melon yang ditumpahkan Bu Sinta pada kepala, tentu mengotori wajah dan baju. Namun Tiara pun tak puas, ia mendekat dan terus mendekat sembari melemparkan senyum seulas yang bisa diartikan tidak suka."Kamu tau ini apa?" tanyanya sembari memperlihatkan 1 gelas jus melon yang barusan tidak habis ia minum. "Jus melon. Kamu mau apa lagi? Tidak puas Mama sudah menumpahkannya di kepalaku?! Dan sekarang apakah kamu pun akan melakukan hal yang sama?" ucap Kirana sembari beringsut mundur kebelakang pelan-pelan. Semakin Kirana ketakutan semakin membuat Tiara leluasa menumpahkan segala kebencian dan juga rasa kesalnya. Padahal selama ini Kirana tidak mempunyai salah pada wanita jahat itu. Akan tetapi keberadaannya membuat Tiara tak kuasa ingin membuat Kirana semakin menderita. "Andai Lo gak hadir dan gak muncul di kehidupanmu dengan Reza, mungkin semuanya tidak akan seperti ini. Aku menyesal telah meminta cerai pada
Kirana hanya menegur air liurnya dengan susah payah saat Bu Sinta ngeyel ingin meminum jus melon yang barusan Kirana larang. Sehingga gelas yang berisi jus melon tersebut mendekati bibir wanita paruh baya. Kirana berusaha tenang dengan mata memandang mertuanya dengan penuh kekhawatiran. Sudah pasti Bu Sinta akan marah, semarah-marahnya.Cuih! Bu Sinta kembali menyemburkan air jus melon yang dibuatkan menantunya itu. "Kenapa Ma? Apa yang terjadi pada Mama. Kirana ambilkan air putih," titah Tiara dengan nada sedikit panik.Kirana pun ikut wara-wiri mengambilkan air putih secepat mungkin dan memberikannya pada wanita paruh baya yang ngeyel itu.'Mampus aku, minuman buat Tiara malah Mama yang minum,' batin Kirana mulai tak tenang."Kirana, maksud kamu apa?! Kamu ingin membunuh ibu mertuamu ini?!" sentak Bu Sinta dengan nada suara yang amat meninggi.Kirana yang kala itu masih terdiam hanya menggeleng lemah, "Tidak Ma, aku tidak bermaksud.""Ada apa Ma? Apa yang terjadi?" tanya Tiara ik
"Ini aku bawakan minuman untuk kamu Tiara." Pada akhirnya istri dari Reza membawakan sebuah minuman yang dipesankan oleh Tiara itu. "Aku buatkan jus melon untuk Mama dan juga Tiara, Mama yang ini dan buat Tiara yang ini." Wanita muda itu pun menyimpan masing-masing 1 gelas hisapan Tiara dan juga mertuanya itu."Perasaan tadi Mama gak pesan. Kenapa kamu bawakan. Yang pesan itu Tiara bukan Mama," tolak Bu Sinta. Padahal Kirana senantiasa mau membuatkan minuman spesialnya itu, namun tetap saja Bu Sinta tidak ada itikad baiknya pada Kirana."Kalau begitu aku mau minuman yang di hadapan Mama, dan Mama minum yang di hadapan aku," sahut Tiara sembari mengalihkan sebuah gelas yang berada di hadapannya ke depan Bu Sinta, begitupun sebaliknya.Kirana yang melihat sungguh terperangah. Bagaimana bisa Tiara tau dengan rencana buruk Kirana yang sengaja memasukan garam pada gelas milik Tiara. Wanita itu seolah telah tau niat jahat Kirana. "Aku cobain ya Ma, semoga diminumkan Mama tidak ada racunn
Kirana hanya menarik nafasnya yang terasa berat, lalu mengeluarkannya perlahan ke sembarang arah. Menahan emosi adalah hal satu-satunya saat ini, agar aman dari Omelan mertuanya itu. Walaupun ia teramat kesal dengan kedatangan Tiara, namun lebih baik lagi jika terdiam tanpa berkata-kata."Baiklah, akan ku ambilkan minuman. Memangnya kamu mau minum apa Tiara?" Dengan pasrah Kirana meredam emosi."Aku ingin minuman kesukaanku. Jus melon," ucap Tiara.Gegas Kirana pun melenggang, mengambilkan sebuah minuman yang dipesan oleh tamu yang membuat seleranya kali ini menghilang. Bagaimana tidak, kedatangan kembali Tiara kerumah ini akan menjadi malapetaka bagi Kirana dan juga Reza, belum sempat hubungannya baik. Sekarang malah datang lagi masalah baru."Tuhan, apakah aku sanggup menghadapi semua ujian dan juga cobaan ini. Suamiku begitu dingin padaku dan sekarang malah datang lagi wanita yang pernah mewarnai hari-harinya. Semua ini membuat mood ku hancur," gumamnya kesal sembari membuatkan jus
"Maaf Kirana, aku sama sekali tidak bermaksud menghancurkan kamu dengan suami kamu. Kapan kamu menikah dengan dia. Jadi sekarang kamu benar sudah menikah lagi dengan mantan suami Tiara," ucap Alvin merasa terkejut dengan kenyataan bahwa mantan pacarnya kini telah bersuami. "Bukan urusan kamu! Aku sungguh kecewa, jangan harap aku mau memaafkan kamu lagi, kejadian barusan sudah cukup membuatku membuka mata, bahwa kamu hanya lelaki tidak tau diri! Aku benar-benar marah! Aku muak dengan kehadiranmu! Andai kamu tidak ada hari ini, mungkin hari-hariku tidak sehancur ini."Wanita muda berambut hitam itu nampak menggerutu, perubahan penampilannya hari ini betapa hancur berantakan dengan adanya Alvin dan juga Tiara.Mengapa mereka buta datang tiba-tiba bersamaan, atau mereka sedang berencana untuk menghancurkan kembali Kirana?"Kirana aku mohon kamu jangan pergi," sergah Alvin sembari memegang tangan wanita malang itu kembali.Plak!Sebuah tamparan mendarat. Sengaja Kirana lakukan, sebab ia am
"Mas Reza aku bisa jelasin semuanya kalau diantara aku dan Alvin memang tidak ada apa-apa. Sekarang kamu bisa tanya pada dia, kalau kita tidak ada hubungan apapun 'kan Vin?" Kirana semakin wara-wiri dibuatnya. Saat kedatangan sang suami bersama mantan istrinya membuat wanita beranak satu itu kepanikan karena didapati dirinya sedang berpelukan. "Vin sekarang kamu jelasin pada Mas Reza jika kita tidak mempunyai hubungan apapun. Bantu aku Vin, aku mohon," sahut Kirana penuh permohonan berharap Alvin mau membantu menjelaskan jika yang barusan dilihat oleh mata Reza atuh hanya sebuah pelukan biasa."Aku dan Kirana memang sudah lama menjalin hubungan dibelakangmu. Semenjak menikah denganmu dia tidak pernah merasakan kasih sayang yang sesungguhnya. Maka dari itu dia mencariku demi memenuhi hasrat hatinya," celoteh Alvin membuyarkan semuanya. Terutama Kirana dan juga Reza, mereka amat terkejut dibuatnya. Istri Reza nampak membelalak, ia tak menyangka jika mantan pacarnya akan mengada-ngada
"Kirana aku mohon beritahu aku dimana keberadaan anakku! Aku hanya ingin bertemu dan memberinya kasih sayang sebagaimana seorang ayah saja," ungkap Alvin penuh permohonan. Akan tetapi tak ada lagi rasa kasihan yang tersimpan di benak wanita muda itu. Ia bahkan tetap menutup mulutnya dengar rapat, agar tidak terbuka."Lepaskan tanganku! Aku harus pergi, aku tak ingin ada orang yang melihat kita berada disini!" dengus Kirana sembari menepiskan tangan pria yang sedati tadi menggenggam tangannya dengan erat.Tangan mulus Kirana mungkin berhasil terlepas, namun tidak dengan pelukan yang dilayangkan Alvin pada tubuh wanita itu. Alvin memaksanya memeluk tubuh mantan pacarnya begitu kuat, hingga Kirana pun kesusahan untuk memberontak."Sial! Apa-apaan ini?!" gerutu wanita berambut panjang itu kesal. Semua barang yang dibawanya terlepas begitu saja."Jika kamu tidak ingin memaafkan aku, maka izinkan aku untuk memelukmu yang terakhir kalinya. Aku begitu menyesal telah menyia-nyiakan akmu demi m